• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRENDS OF NURSING SCIENCE Journal Hompage :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TRENDS OF NURSING SCIENCE Journal Hompage :"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Motivasi Perawat terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada saat Perawatan Pasien Kemoterapi

di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

The Relation of Nurses’ Motivation Toward The Compliance of Using Personal Protective Equipment During Chemotheraphy Treatments one of

the Refferal Hospital in Yogyakarta.

Tri Astanti H1 , Fatma Siti F2 , Ratna Wirowati Rosyida3

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Alma Ata Yogyakarta.

2 Dosen Program Studi Administrasi Rumah Sakit, Universitas Alma Ata Yogyakarta.

3Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Alma Ata Yogyakarta.

e-mail : [email protected]

INFO

ARTIKEL ABSTRAK/ABSTRACT

Kata Kunci : motivasi.kepatu han alat pelindung diri, kemoterapi.

Keyword : motivation, compliance, personal protection, chemotherapy

Latar Belakang: Perawat dalam mengelola obat kanker, mempunyai risiko efek samping dari agen kemoterapi. Paparan obat-obatan kemoterapi dapat berdampak buruk bagi kesehatan.

dengan motivasi yang tinggi, diharapkan perawat patuh dalam menggunakan APD untuk melindungi diri dari bahaya akibat dari agen kemoterapi. Tujuan : Mengetahui hubungan motivasi perawat terhadap kepatuhan penggunaan APD pada saat perawatan pasien kemoterapi di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta. Metode : Penelitian ini menggunakan analitik korelatif, dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 31 perawat yang bertugas di ruang onkologi anak. Sampel sebanyak 27 perawat diambil dengan tehnik total sampling. Instrumen penelitian mengunakan kuesioner motivasi perawat dan lembar observasi kepatuhan pengunaan APD. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil : Hasil analisis uji Rank Spearman menunjukan adanya hubungan antara motivasi perawat terhadap kepatuhan penggunaan APD pada saat perawatan pasien kemoterapi (p value = 0,002) dengan koefisien korelasi sedang dengan nilai rho sebesar 0,567. Kesimpulan: Terdapat hubungan positif antara motivasi perawat terhadap kepatuhan penggunaan APD saat perawatan pasien kemoterapi.

Background: Nurses as the handler that gives drugs to onkology patient, are at risk of the impact of chemotherapy agents. Chemotherapy drugs exposure can give negative impacts on their health. Being highly motivated, nurses are expected to be obedient in using PPE and considering it as a priority to protect them from the impact of chemotherapy agents.

Objective: This research aims to determine the relation between nurses’ motivation toward the use of PPE during chemotherapy treatments one of the Refferal Hospital at Yogyakarta.

Methods: This study is correlative analytic with cross-sectional approach. Population was 31 nurses,in the pediatric oncology room. Sample was 27 nurses by total sampling technique.

Used motivation questionnaires and observations sheets for compliance in using PPE as instruments. Analysed by Spearman Rank statistical test. Result : The result of the Spearman Rank test shows that a significant correlation between nurses’ motivation with their compliance in using PPE during chemotherapy processes (p-value : 0,002), with moderate correlation coefficient (rho value : 0,567). Conclusion : It means, there is a positive correlation between nurses’ motivation with their compliance in using PPE during chemotherapy prosses.

TRENDS OF NURSING SCIENCE

Journal Hompage : http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/TeNs/index.php/TeNS

(2)

A. PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memiliki peran penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan peran tersebut dibutuhkan pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.

Kesehatan kerja merupakan upaya yang bertujuan melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja supaya hidup sehat dan bebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan (Presiden RI, 2019). Selanjutnya ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang keselamatan dan Kesehatan kerja di fasilitas pelayanan Kesehatan (Kemenkes RI, 2018)

Tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan kesehatan dalam melaksanakan tugas yang mempunyai risiko tinggi terhadap suatu penyakit. Untuk mengurangi risiko tersebut diperlukan alat pelindung untuk melindungi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Alat pelindung diri merupakan alat yang memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang berupa sarung tangan, penutup kepala, masker, kacamata khusus, sepatu boots dan gaun yang dapat berfungsi untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari adanya bahaya pada tempat kerja (Sari, Suprapti d a n

Solechan, 2014). Alat pelindungan diri sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk melindungi diri khususnya dalam memberikan kemoterapi untuk mencegah paparan yang ditimbulkan dari obat- obatan kemoterapi.

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak normal dan berkembang dengan sangat cepat serta terus membelah diri (Indah, 2010). Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang meningkat seiring dengan peningkatan harapan hidup dan tingkat kesejahteraan hidup. Banyaknya pasien kanker cukup berpengaruh terhadap pelayanan pasien.

Berdasarkan data dari sistem informasi medik di salah satu RS rujukan di yogyakarta pada tahun 2017 hingga 2020, kunjungan pasien kanker di Instalasi Rawat Inap Anak mengalami peningkatan, pada tahun 2017 sebanyak 1651 kunjungan, tahun 2018 sebanyak 1799 kunjungan, tahun 2019 sebanyak 1987 kunjungan dan tahun 2020 sebanyak 1758 kunjungan.

Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan pembedahan, kombinasi, radiasi, serta kemoterapi. Kemoterapi merupakan terapi dengan menggunakan zat kimia maupun obat-obatan dalam pengobatan kanker. Kemoterapi konvensional bekerja dengan menghancurkan struktur maupun metabolisme dari sel-sel kanker (Ariani,

(3)

2015). Obat – obatan kemoterapi dapat memberikan dampak pada pasien, perawat dan orang lain disekitar pasien (Polovich and Clark, 2012). Obat-obatan kemoterapi dapat masuk melalui proses inhalasi (menghirup partikel-partikel obat dan aerosol), penyerapan obat melalui kulit, dan ingesti (masuknya obat dengan cara tertelan) serta injeksi, misalnya tertusuk jarum (Kyprianou et al., 2010). Obat-obatan kemoterapi dapat berdampak buruk bagi kesehatan yang terpajan secara langsung ataupun tidak langsung. Paparan tersebut dapat menyebabkan kerusakan genetik yang dapat meneyebabkan efek jangka panjang bagi kesehatan termasuk kanker dan kelainan reproduksi. Efek lain dari paparan termasuk kerusakan mata, kulit, selaput lender, iritasi paru-paru, mual, muntah, keganasan, kelainan darah, kelainan janin, berat badan lahir rendah dan aborsi spontan (Alberta Health Services (Workplace Health &

Safety), 2018).

Hasil penelitian Mc Diarmid dkk, Sugiura dkk dan Lauson, ditemukan banyak masalah pada petugas yang sedang bekerja di ruang kemoterapi. Mc Diarmid.dkk, menjelaskan bahwa terdapat kelainan kromosom pada perawat yang bekerja dengan agen antineoplastic (McDiarmid et al., 2010). Di ruang kemoterapi tanpa menggunakan sarung tangan, ditemukan urin yang mengandung obat cyclophosphamide pada seorang dokter dan dua perawat

(Sugiura et al., 2011). Terdapat 775 perawat atau setara dengan 10% di masa kehamilankurang dari 20 minggu mengalami aborsi spontan. Resiko terjadinya aborsi spontan dapat terjadi 2 (dua) kali lipat jika terpapar dengan agen neoplastic Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat kepada sejumlah 7.482 yang bekerja dengan agen neoplastic (Lawson et al., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan alat pelindung diri ditemukan bahwa terdapat 39,1% perawat yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat tindakan (Pancaningrum, 2011) dari penelitian lain terdapat 6% perawat menggunakan masker, 43,2 % menggunakan gaun, 3,4% menggunakan pelindung mata dalam menggunakan alat pelindung diri saat kemoterapi (Kyprianou et al., 2010). Tinggi rendahnya kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, motivasi, serta lama bekerja. Perawat berperan penting dalam memberikan kemoterapi sehingga dibutuhkan kepatuhan dalam melindungi diri dengan alat pelindung diri.

Salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan adalah motivasi (Hasibuan P.S Melayu, 2015). Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri agar terarah dan tertuju untuk mencapai tujuan tertentu. Terdapat beberapa penelitian

(4)

yang berkaitan dengan motivasi yaitu, sebagai berikut: Pertama,,terdapat hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan Universal Precaution di bangsal melati dan bangsal Flamboyan RSUD Panembahan Senopati Bantul (Harjanto, 2014). Kedua, adanya hubungan dukungan perawat dengan kepatuhan pemakaian masker pada pasien tubercolis (Astuti, Yugistyowati dan Arifah, 2017). Ketiga, tidak ada hubungan motivasi kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Paru Jember (Dewantara, 2016). Keempat, ada hubungan motivasi perawat dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi (Wijayanto, 2015), dan Kelima, ada hubungan antara kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bangunan PT. Adhi Karya Tbk Proyek Rumah Sakit Tegalrejo Semarang (Barizqi, 2015)

Faktor-faktor yang memengaruhi seseorang dalam melakukan pekerjaan yaitu faktor motivasional dan faktor penyebab ketidakpuasan. Faktor motivasional tersebut antara lain prestasi, penghargaan, kesempatan untuk maju, pekerjaan itu sendiri dan tanggung jawab, sedangkan faktor penyebab ketidakpuasan antara lain keamanan kerja, kondisi kerja fisik, hubungan interpersonal, gaji, pengawasan

dan kebijakan perusahaan (Notoatmojo, 2010).

B. METODE

Pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Mei sampai Juni 2021 di Ruang Rawat Onkologi Anak di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta . Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dengan desain Cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 31 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan sampel sebanyak 27 perawat. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji statistik korelasi Spearman Rank.

C. HASIL

Hasil karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, status kepegawaian, masa kerja dan pelatihan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari perawat Onkologi anak sebanyak 27 responden sesuai dengan kriteria ekslusi dan inklusi.

Hasil distribusi frekuensi motivasi perawat diketahui motivasi perawat pada kategori sedang sebanyak 16 responden (59,3). Tingkat kepatuhan responden pada kategori tidak patuh sebanyak 23 responden (85,2%). Kepatuhan penggunaa

(5)

Goggle atau face shield pada kategori patuh sebanyak 25 responden (92,59%).

Kepatuhan penggunaan masker semua responden menggunakan masker saat perawatan pasien kemoterapi yaitu sebanyak terdapat 27 responden (100%), kepatuhan penggunaan sarung tangan.

Sebanyak 27 responden (100%) patuh dalam menggunakan sarung tangan. Kepatuhan penggunaan gaun atau baju panjang terdapat 25 responden (92,59%) patuh dalam menggunakan gaun atau baju panjang.

Kepatuhan penggunaan Sepatu Boots atau Safety Shoes sebanyak 21 responden (77,78%) tidak patuh dalam menggunakan sepatu boats atau safety shoes.

Hasil korelasi sperman rank antara motivasi perawat dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri sebesar 0,567 dengan signifikasi p value sebesar 0,002 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi perawat terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada saat perawatan pasien kemoterapi di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta. Nilai keeratan hubungan yaitu 0,567 menunjukkan adanya hubungan sedang antara motivasi perawat terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada saat perawatan pasien kemoterapi di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta.

D. PEMBAHASAN

Hasil dari analisis spearman rank antara motivasi perawat dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri saat perawatan pasien kemoterapi dengan nilai sebesar 0,567 dan signifikasi sebesar 0,002 < 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi perawat terdapat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri saat perawatan pasien kemoterapi di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta. Nilai keeratan hubungan sebesar 0,567 artinya mempunyai tingkat keeratan hubungan sedang.

Hasil observasi perawat terhatap kepatuhan menggunakan APD perawat dengan kenyataan dilapangan, masih belum mencerminkan bahwa motivasi yang sedang belum menjadi jaminan bahwa perawat akan berperilaku patuh, terlihat pada point penilaian perawat masih ada yang tidak patuh dalam penggunaan Goggle atau face shield, baju panjang, dan sepatu Boots atau Safety Shoes. Hasil ini sesuai sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas memiliki motivasi cukup sebanyak 27 orang perawat (64,3 %), motivasi cukup belum menjadi jaminan bahwa perawat akan berperilaku patuh (Ditha, Pertiwiwati dan Rizany, 2019). Dibutuhkan kesadaran diri dari setiap perawat, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kedisiplinan

(6)

dalam menggunakan APD. Seperti dalam sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa kesadaran diri sangat berpengaruh kepada motivasi dan kedisiplinan diri seseorang (Sangadah, 2017) termasuk perawat dalam menggunakan APD saat perawatan pasien kemoterapi. Perawat yang mengelola kemoterapi akan beresiko terpapar bahan- bahan kimia yang berbahaya sehinga apabila selama melakukan tindakan pada pasien tidak memperhatikan pencegahan yaitu menggunakan alat pelindung diri. Alat pelindung diri adalah alat yang dinilai sangat penting sebagai penunjang upaya pengendalian risiko keselamatan maupun kesehatan kerja, sehingga penggunaan perangkat ini termasuk prosedur utama yang dimasukkan dalam pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2018). Kepatuhan membutuhkan motivasi, motivasi dan kepatuhan merupakan hal yang berbanding lurus dalam arti semakin tinggi motivasi yang ada didalam diri maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya (Dewantara, 2016). Sama halnya dengan penelitian Wijayanto hasil bahwa terdapat hubungan perawat dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.

Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang mempunyai arti keinginan atau dorongan yang berada dalam diri manusia yang dapat menimbulkan seseorang

untuk melakukan sesuatu (Notoatmodjo, 2016).

Motivasi merupakan hal yang sangat penting yang dimiliki seseorang karena motivasi dapat digunakan sebagai pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga mampu mengerakan dan menghasilkan semangat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Semakin tinggi motivasi individu, maka semakin besar pula pencapaian dan tujuan yang dapat diraih. Sebaliknya bahwa responden yang motivasinya rendah cenderung tidak patuh dalam melakukan tindakan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dengan nilai p value = 0,002. Hasil penelitian ini menunjukan koefisien korelasi sedang dengan nilai rho sebesar 0,567 artinya terdapat hubungan yang positif antara motivasi perawat terhadap kepatuhan penggunaan APD pada saat perawatan pasien kemoterapi di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta artinya semakin tinggi motivasi perawat maka semakin patuh dalam menggunaan alat pelindung diri saat perawatan pasien kemoterapi di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta.

(7)

Saran kepada profesi perawat untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri sesuai dengan standar operasional prosedur kemoterapi. Saran kepada RS yaitu untuk melakukan resosialisasi atau pelatihan tentang penggunaan APD, penyediaan APD sesuai dengan rekomendasi alat pelindung diri pada saat perawatan pasien kemoterapi.

Dengan memberikan reward atau punishment bagi perawat yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Saran dari Institusi pendidikan yaitu sebagai pertimbangan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada mahasiswa tentang pentingnya alat pelindung diri. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan teori dan penemuan baru yang berkaitan dengan hubungan motivasi perawat terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada saat perawatan pasien kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Alberta Health Services (Workplace

Health & Safety) (2018) Safe Handling of Hazardous Medications. Available at:https://insite.albertahealthservices.ca /Main/assets/hr/tms-hr-whs-gpn- hazardousmedication.pdf#search=hazar dous medication. (Accessed: 5 October 2020).

Ariani (2015) ‘STOP! KANKER’, in.

Yogyakarta: Istana Media.

Astuti, F., Yugistyowati, A. and Arifah, S. (2017) Hubungan Dukungan Perawat Dengan Kepatuhan Pemakaian Masker Pada Pasien Tb Paru Di Irna I Dahlia 3 Rsup Dr.

Sardjito Yogyakarta Tahun 2017.

Yogyakarta : Universitas Alma Ata.

Barizqi, I. N. (2015) ‘Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Pt . Adhi Karya Tbk Proyek’.

Dewantara, B. S. (2016) Hubungan Motivasi Kerja dengan Kepatuhan Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Perawat di Ruang Rawat Iinap Rumah Sakit Paru Jember. Universitas Jember.

Ditha, V., Pertiwiwati, E. and Rizany, I.

(2019) ‘Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri’, Nerspedia, 2(1), pp.

33–38.

Harjanto, E. (2014) Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Universal Precaution di bangsal Melati dan bngsal Flamboyan RSUD

PANEMBAHAN SENOPATI

BANTUL. Available at:

http://elibrary.almaata.ac.id/id/eprint/

144 (Accessed: 15 November 2020).

Hasibuan p. s. Melayu (2015)‘Manajemen Sumber Daya Manusia’. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Indah, Y. (2010) ‘Stop Kanker Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker’, di. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Kemenkes RI (2018) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Available at:

https://ngada.org/bn19-2019.htm (Accessed: 20 October 2020).

(8)

Kyprianou, M. et al. (2010) ‘Knowledge, attitudes and beliefs of Cypriot nurses on the handling of antineoplastic agents’, European Journal of Oncology Nursing,

14(14(4):278-82), pp. 278–282. doi:

10.1016/j.ejon.2010.01.025.

Lawson, C. C. et al. (2012)

‘Occupational exposures among nurses and risk of spontaneous abortion’, American Journal of Obstetrics and Gynecology, 206, pp.327.e1-327.e8.

doi10.1016/j.ajog.2011.12.030.

McDiarmid, M. A. et al. (2010)

‘Chromosome 5 and 7 abnormalities in oncology personnel handling anticancer drugs’, Journal of Occupational and Environmental Medicine, 52, pp. 1028–1034. doi:

10.1097/JOM.0b013e3181f73ae6.

Notoatmodjo, S. (2016) ‘Ilmu Prilaku Kesehatan’, PT Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmojo, S. (2010) ‘Ilmu Perilaku Kesehatan’, in. Jakarta: Rineka Cipta, p. 124 p.

Pancaningrum, D. (2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2011.

Universitas Indonesia. Available at:

http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=

20280443&lokasi=lokal.

Polovich, M. and Clark, P. C. (2012)

‘Factors influencing oncology nurses’

Use of hazardous drug safe-handling precautions’, Oncology Nursing Forum, 39(43(3):342–9), pp. 299–309. doi:

10.1188/12.

Presiden RI (2019) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun

2019 Tentang Kesehatan Kerja.

Available at:

https://peraturan.bpk.go.id/

(Accessed:

5 October 2020).

Sangadah, N. (2017) Hubungan Antara Kesadaran Diri Dengan Kedisiplinan Dan Motivasi Berprestasi Siswa Serta Implikasinya Terhadap Bimbingan Belajar Pada Siswa MAN 1

Magelang. Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga.

Sari, R. Y., Suprapti, E. and Solechan, A.

(2014) ‘Pengaruh Sosialisasi SOP APD dengan Perilaku Perawat dalam Penggunaan APD (Handscoon, Masker, Gown) di RSUD Dr. H. Soewondo’, Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.

Sugiura, S. I. et al. (2011) ‘Risks to health professionals from hazardous drugs in Japan: A pilot study of environmental and biological monitoring of occupational

exposure to cyclophosphamide’, Journal of Oncology Pharmacy Practice, 17, pp. 14–19. doi:

10.1177/1078155209358632.

Syamsulastri (2017) Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Hand Hygiene. Available at:

http://repository.unmuhpnk.ac.id (Accessed: 30 July 2021).

Wijayanto, W. (2015) Hubungan Motivasi Perawat dengan Perilaku Pemakaian Alat Pelindung Diri Saat Melakukan Kemoterapi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.

Moewardi. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada

(9)

Lampiran

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Perawat Onkologi Anak di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Karakteristik Kategori N %

Jenis Kelamin Laki-laki 1 3,7

Perempuan 26 96.3

Usia ≤ 35 tahun 13 48,1

36-45 tahun 7 25,9

Pendidikan D3 18 66,7

S1 9 33,3

Status Kepegawaian Magang 1 3,7

Non PNS 10 37

PNS 16 59,3

Masa Kerja < 5 tahun 1 3,7

≥ 5 tahun 26 96,3

Pelatihan Belum 4 14,8

Sudah 23 85,2

Jumlah 27 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Perawatan Onkologi anak di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

Motivasi Rendah 6 22,3

Perawat Sedang 16 59,3

Tinggi 5 18,5

Jumlah 27 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan Perawat Onkologi Anak di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

Tingkat Patuh 4 14,8

Kepatuhan Tidak patuh 23 85,2

Jumlah 27 100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Peawat Onkologi Anak dalam Penggunaan Penutup Kepala di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

Kepatuhan Patuh 10 14,8

Penggunaan Penutup kepala Tidak patuh 17 85,2

Jumlah 27 100

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Peawat Onkologi Anak dalam Penggunaan Goggle atau Face shield di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

(10)

Kepatuhan Patuh 25 92,59

Penggunaan Goggle/Face shield Tidak patuh 2 7,41

Jumlah 27 100

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Peawat Onkologi Anak dalam Penggunaan Masker di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

Kepatuhan Patuh 27 100

Penggunaan Masker Tidak patuh 0

Jumlah 27 100

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Peawat Onkologi Anak dalam Penggunaan Sarung Tangan di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

Kepatuhan Patuh 27 100

Penggunaan Sarung Tangan Tidak patuh 0

Jumlah 27 100

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Peawat Onkologi Anak dalam Penggunaan Gaun atau Baju Panjang di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

Kepatuhan Patuh 25 95,59

Penggunaan Gaun/Baju Panjang Tidak patuh 2 7,41

Jumlah 27 100

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Peawat Onkologi Anak dalam Penggunaan Sepatu Boots atau Safety Shoes di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Variabel Kategori N %

Kepatuhan Patuh 6 22,22

Penggunaan Sepatu Boots/Safety Shoes

Tidak patuh 21 77,78

Jumlah 27 100

Tabel 10. Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada saat Perawat Pasien Kemoterapi di salah satu RS Rujukan di Yogyakarta

Motivasi Tingkat kepatuhan P r

Perawat Tidak patuh Patuh Total Value

F % F % F %

Rendah 6 100 0 0 6 100

0,002 0,567

Sedang 16 100 0 0 16 100

Tinggi 2 40

Total

Referensi

Dokumen terkait

Para peneliti tentang keluhan (Dolinsky,1994; Goodwin &amp; Ross, 1990; Hart, Hesket &amp; Sasser,1990; Kelley &amp; Davis,1994) menyarankan agar perusahaan mendorong

Hasil luaran yang diberikan dari program pengabdian masyakarat kepada SMK Kolese Tiara Bangsa adalah bahan pembelajaran berbasis digital yang meliputi modul

Tabel 2 menunjukkan hasil realisasi kinerja pada sub bagian dan bidang Dinas Sosial Provinsi Bali, yang tertinggi mendekati target kinerja berada di sub bagian kepegawaian

f. Penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada

&lt; Klien dapat memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan sendiri dengan &amp;epat... &#34;) #ibatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien. &lt;esiko tinggi

Efikasi diri berhubungan dengan tingkat keyakinan yang dimiliki oleh individu untuk dapat berwirausaha (Liñán, 2005). Keyakinan yang dimiliki oleh individu dianggap penting

Peningkatan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok intervensi, serta perbedaan pengetahuan gizi yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan

Pengelolaan arsip pada Seksi Pemberitaan di LPP RRI Bukittinggi kurang terkendali terutama arsip elektronik, misalnya arsip-arsip yang tercipta tidak disimpan dalam