• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PMK.03/2020 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PMK.03/2020 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PMK.03/2020

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN KESEPAKATAN HARGA TRANSFER (ADVANCE PRICING AGREEMENT)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara pelaks anaan kes epakatan harga trans fer telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pelaks anaan Kes epakatan Harga Trans fer (Advance Pricing Agreement);

b. bahwa mengingat ketentuan mengenai tata cara pelaks anaan kes epakatan harga trans fer s ebagaimana dimaks ud dalam huruf a belum s epenuhnya s es uai dengan s tandar minimum dalam Rencana Aks i Nomor 14 Proyek O E C D/ G 2 0 Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) serta untuk menyempurnakan ketentuan dimaks ud agar lebih efektif dan memberikan kepas tian hukum terutama terkait penentuan harga trans fer, pros edur, jangka waktu, dan tindak lanjut permohonan pelaks anaan kes epakatan harga trans fer, perlu mengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pelaks anaan Kes epakatan Harga Trans fer (Advance Pricing Agreement);

c. bahwa berdas arkan pertimbangan s ebagaimana dimaks ud dalam huruf a dan huruf b, s erta untuk melaks anakan ketentuan Pas al 59 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaks anaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pelaks anaan Kes epakatan Harga Trans fer (Advance Pricing Agreement);

Mengingat : 1. Pas al 17 ayat (3) Undang-Undang Das ar Negara Republik Indones ia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghas ilan (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 3263) s ebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghas ilan (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 4893);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 4916);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaks anaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2011 Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 5268);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KESEPAKATAN HARGA TRANSFER (ADVANCE PRICING AGREEMENT).

(2)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaks ud dengan:

1. Pers etujuan Penghindaran Pajak Berganda yang s elanjutnya dis ingkat P3B adalah perjanjian antara Pemerintah Indones ia dengan pemerintah negara mitra atau yuris diks i mitra untuk mencegah terjadinya pengenaan pajak berganda dan pengelakan pajak.

2. Negara Mitra atau Yuris diks i Mitra yang s elanjutnya dis ebut Mitra P3B adalah negara atau yuris diks i yang terikat dengan Pemerintah Indones ia dalam P3B.

3. Pros edur Pers etujuan Bers ama (Mutual Agreement Procedure) yang s elanjutnya dis ebut MAP adalah pros edur adminis tratif yang diatur dalam P3B untuk menyeles aikan permas alahan yang timbul dalam penerapan P3B.

4. Pejabat Berwenang (Competent Authority) terkait pelaksanaan MAP yang s elanjutnya dis ebut Pejabat Berwenang adalah pejabat di Indones ia atau pejabat di Mitra P3B yang berwenang untuk melaks anakan MAP s ebagaimana diatur dalam P3B.

5. Kes epakatan Harga Trans fer (Advance Pricing Agreement) yang selanjutnya dis ebut APA adalah perjanjian tertulis antara:

a. Direktur Jenderal Pajak dan Wajib Pajak; atau

b. Direktur Jenderal Pajak dengan otoritas pajak pemerintah Mitra P3B yang melibatkan Wajib Pajak,

s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 18 ayat (3a) Undang-Undang mengenai Pajak Penghas ilan untuk menyepakati kriteria-kriteria dalam penentuan harga trans fer dan/atau menentukan harga wajar atau laba wajar di muka.

6. Harga Trans fer adalah harga dalam trans aks i yang dipengaruhi hubungan is timewa.

7. Nas kah APA adalah dokumen yang beris i kes epakatan antara Direktur Jenderal Pajak dan Wajib Pajak dalam negeri mengenai kriteria-kriteria dalam penentuan Harga Trans fer dan penentuan Harga Trans fer di muka s es uai Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s elama Periode APA s erta Roll-back.

8. Pers etujuan Bers ama yang s elanjutnya dis ebut Pers etujuan Bers ama adalah has il yang telah dis epakati dalam penerapan P3B oleh Pejabat Berwenang dari Pemerintah Indones ia dan Pejabat Berwenang dari pemerintah Mitra P3B s ehubungan dengan MAP yang telah dilaks anakan.

9. APA Unilateral adalah APA antara Direktur Jenderal Pajak dan Wajib Pajak dalam negeri.

10. APA Bilateral adalah APA antara Pejabat Berwenang Indones ia dan Pejabat Berwenang Mitra P3B yang dilaks anakan berdas arkan permohonan Wajib Pajak dalam negeri.

11. Periode APA adalah tahun pajak yang dicakup di dalam APA s es uai permohonan Wajib Pajak dalam negeri atau s es uai Pers etujuan Bers ama paling lama 5 (lima) tahun pajak s etelah tahun pajak diajukannya permohonan APA.

12. Roll-back adalah pemberlakuan hasil kesepakatan dalam APA untuk tahun- tahun pajak s ebelum Periode APA.

(3)

13. Pihak Afilias i adalah pihak yang mempunyai hubungan is timewa s atu s ama lain.

14. Trans aks i Afilias i adalah trans aks i yang dilakukan Wajib Pajak dengan Pihak Afilias i.

15. Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa adalah trans aks i yang meliputi:

a. Trans aks i Afilias i; dan/atau

b. trans aks i yang dilakukan antar pihak yang tidak memiliki hubungan is timewa tetapi Pihak Afilias i dari s alah s atu atau kedua pihak yang bertrans aks i ters ebut menentukan lawan trans aks i dan harga trans aks i.

16. Trans aks i Independen adalah trans aks i yang dilakukan antar pihak yang tidak memiliki hubungan is timewa dan tidak dipengaruhi hubungan is timewa.

17. Penentuan Harga Trans fer atau Transfer Pricing yang selanjutnya disebut Penentuan Harga Trans fer adalah penentuan harga dalam Trans aks i yang dipengaruhi hubungan is timewa.

18. Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha yang Tidak Dipengaruhi oleh Hubungan Is timewa (arm's length principle/ALP) yang selanjutnya disebut Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha adalah prins ip yang berlaku di dalam praktik bis nis yang s ehat yang dilakukan s ebagaimana Trans aks i Independen.

19. Dokumen Penentuan Harga Trans fer adalah dokumen yang dis elenggarakan oleh Wajib Pajak s ebagai das ar penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dalam Penentuan Harga Trans fer yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

Pasal 2

(1) Wajib Pajak dalam negeri dapat mengajukan permohonan APA kepada Direktur Jenderal Pajak atas Trans aks i Afilias i berdas arkan:

a. inis iatif Wajib Pajak, berupa permohonan APA Unilateral atau APA Bilateral;

atau

b. pemberitahuan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak s ehubungan dengan permohonan APA Bilateral yang diajukan wajib pajak luar negeri kepada Pejabat Berwenang Mitra P3B.

(2) APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dapat mencakup s eluruh atau s ebagian Trans aks i Afilias i s elama Periode APA dan Roll-back dalam hal Wajib Pajak meminta Roll-back dalam Permohonan APA.

(3) Trans aks i Afilias i s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) dapat berupa Trans aks i Afilias i antara Wajib Pajak dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya dan/atau dengan Wajib Pajak luar negeri.

(4) Roll-back sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sepanjang atas tahun pajak ters ebut:

a. fakta dan kondis i Trans aks i Afilias i tidak berbeda s ecara material dengan fakta dan kondis i Trans aks i Afilias i yang telah dis epakati dalam APA;

b. belum daluwars a penetapan;

c. belum diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Pajak Penghas ilan Badan; dan d. tidak s edang dilakukan penyidikan tindak pidana atau s edang menjalani

pidana di bidang perpajakan.

(5) APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) berupa kes epakatan:

a. kriteria-kriteria dalam Penentuan Harga Trans fer; dan

(4)

b. Penentuan Harga Trans fer dimuka,

untuk Periode APA dan Roll-back dalam hal Wajib Pajak meminta Roll-back dalam Permohonan APA.

(6) Kriteria s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) huruf a paling s edikit memuat:

a. identitas Pihak Afilias i yang dicakup dalam APA;

b. Trans aks i Afilias i yang dicakup dalam APA;

c. metode Penentuan Harga Trans fer yang digunakan;

d. cara penerapan metode Penentuan Harga Trans fer yang dis epakati; dan e. as ums i kritis (critical assumptions) yang mempengaruhi Penentuan Harga

Trans fer.

(7) As ums i kritis s ebagaimana dimaks ud pada ayat (6) huruf e paling s edikit memuat:

a. ketentuan kontraktual tertulis dan tidak tertulis terkait Trans aks i Afilias i;

b. fungs i yang dilakukan mas ing-mas ing pihak yang bertrans aks i, aktiva yang digunakan dan ris iko yang dias ums ikan terjadi dan ditanggung oleh para pihak ters ebut;

c. karakteris tik trans aks i dan karakteris tik para pihak yang melakukan Trans aks i Afilias i; dan

d. kondis i ekonomi yang mempengaruhi Penentuan Harga Trans fer.

(8) Penentuan Harga Trans fer di muka s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) huruf b dilakukan dengan menerapkan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s es uai kondis i yang telah terjadi dan yang diperkirakan akan terjadi s elama Periode APA.

Pasal 3

(1) Berdas arkan permohonan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 2 ayat (1), Direktur Jenderal Pajak berwenang membuat kes epakatan dengan Wajib Pajak dan bekerja s ama dengan Pejabat Berwenang Mitra P3B untuk menentukan harga trans aks i antara Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan is timewa, yang berlaku s elama s uatu periode tertentu.

(2) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk mengawas i kes epakatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) s erta melakukan renegos ias i s etelah periode tertentu ters ebut berakhir.

(3) Hubungan is timewa s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) merupakan hubungan is timewa s ebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai Pajak Penghas ilan dan Undang-Undang mengenai Pajak Pertambahan Nilai.

Pasal 4

(1) Hubungan is timewa s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (3) merupakan keadaan ketergantungan atau keterikatan s atu pihak dengan pihak lainnya yang dis ebabkan oleh:

a. kepemilikan atau penyertaan modal;

b. penguas aan; atau

c. hubungan keluarga s edarah atau s emenda.

(2) Keadaan ketergantungan atau keterikatan antara s atu pihak dengan pihak lainnya s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) merupakan keadaan s atu atau lebih pihak:

a. mengendalikan pihak yang lain; atau

(5)

b. tidak berdiri bebas ,

dalam menjalankan us aha atau melakukan kegiatan.

(3) Hubungan is timewa karena kepemilikan atau penyertaan modal s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a dianggap ada apabila:

a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langs ung atau tidak langs ung paling rendah 25% (dua puluh lima pers en) pada Wajib Pajak lain; atau b. hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua

puluh lima pers en) pada 2 (dua) Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara 2 (dua) Wajib Pajak atau lebih yang dis ebut terakhir.

(4) Hubungan is timewa karena penguas aan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b dianggap ada apabila:

a. s atu pihak menguas ai pihak lain atau s atu pihak dikuas ai oleh pihak lain, s ecara langs ung dan/atau tidak langs ung;

b. dua pihak atau lebih berada di bawah penguas aan pihak yang s ama s ecara langs ung dan/atau tidak langs ung;

c. terdapat orang yang s ama s ecara langs ung dan/atau tidak langs ung terlibat atau berpartis ipas i di dalam pengambilan keputus an manajerial atau operas ional pada dua pihak atau lebih;

d. para pihak yang s ecara komers ial atau finans ial diketahui atau menyatakan diri berada dalam s atu grup us aha yang s ama; atau

e. s atu pihak menyatakan diri memiliki hubungan is timewa dengan pihak lain.

(5) Hubungan is timewa karena hubungan keluarga s edarah atau s emenda s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf c dianggap ada apabila terdapat hubungan keluarga baik s edarah maupun s emenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke s amping s atu derajat.

BAB II

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN APA

Pasal 5

(1) Wajib Pajak dalam negeri s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 2 ayat (1) dapat mengajukan permohonan APA s epanjang:

a. telah memenuhi kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan berdas arkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan untuk 3 (tiga) tahun pajak s ebelum tahun pajak diajukannya permohonan APA;

b. telah diwajibkan dan telah memenuhi kewajiban untuk menyelenggarakan dan menyimpan Dokumen Penentuan Harga Trans fer berupa dokumen induk dan dokumen lokal berdas arkan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan untuk 3 (tiga) tahun pajak s ebelum tahun pajak diajukannya permohonan APA;

c. tidak s edang dilakukan penyidikan tindak pidana atau tidak s edang menjalani pidana di bidang perpajakan;

d. Trans aks i Afilias i dan Pihak Afilias i yang dius ulkan untuk dicakup dalam permohonan APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 2 ayat (2) merupakan Trans aks i Afilias i dengan Pihak Afilias i yang telah dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan s ebagaimana dimaks ud pada huruf a; dan

(6)

e. us ulan Penentuan Harga Trans fer dalam permohonan APA dibuat berdas arkan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dan tidak mengakibatkan laba operas i Wajib Pajak lebih kecil daripada laba operas i yang telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan s ebagaimana dimaks ud pada huruf a.

(2) Wajib Pajak dalam negeri yang mengajukan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) harus menyampaikan permohonan ters ebut kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

(3) Pengajuan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) harus memenuhi pers yaratan s ebagai berikut:

a. diajukan s ecara tertulis dalam bahas a Indones ia dengan mengis i s ecara benar, lengkap, dan jelas formulir permohonan APA s ebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak terpis ahkan dari Peraturan Menteri ini;

b. ditandatangani oleh pengurus yang namanya tercantum dalam:

1. akta pendirian; atau

2. akta perubahan, dalam hal terjadi perubahan pengurus ;

c. diajukan dalam periode 12 (dua belas ) bulan s ampai dengan 6 (enam) bulan s ebelum dimulainya Periode APA; dan

d. dilampiri dengan:

1. s urat pernyataan bahwa Wajib Pajak bers edia untuk melengkapi s eluruh dokumen yang diperlukan dalam pros es APA; dan

2. s urat pernyataan bahwa Wajib Pajak bers edia untuk melaks anakan kes epakatan APA.

(4) Penyampaian permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) dapat dilakukan:

a. s ecara langs ung; atau

b. melalui s aluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

(5) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan bukti penerimaan atas penyampaian permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4).

(6) Tanggal yang tercantum dalam bukti penerimaan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) merupakan tanggal penerimaan permohonan APA.

Pasal 6

(1) Atas permohonan APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 5 ayat (2), Direktur Jenderal Pajak melakukan penelitian terhadap:

a. kelengkapan pemenuhan pers yaratan pengajuan permohonan APA berdas arkan ketentuan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 5 ayat (3);

dan

b. pemenuhan ketentuan Wajib Pajak yang dapat mengajukan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 5 ayat (1).

(2) Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti has il penelitian s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dengan menerbitkan pemberitahuan tertulis dapat atau tidak dapat ditindaklanjutinya permohonan APA kepada:

a. Wajib Pajak; dan

b. Pejabat Berwenang Mitra P3B, dalam hal permohonan APA Bilateral, dalam jangka waktu paling lama 1 (s atu) bulan s etelah tanggal penerimaan

s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 5 ayat (6).

(7)

(3) Dalam hal jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan pemberitahuan tertulis , permohonan APA yang diajukan oleh Wajib Pajak dianggap dapat ditindaklanjuti.

(4) Dalam hal pemberitahuan permohonan APA Bilateral kepada Pejabat Berwenang Mitra P3B tidak mendapatkan jawaban tertulis dalam jangka waktu 8 (delapan) bulan s ejak tanggal pemberitahuan tertulis s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan pemberitahuan tertulis penghentian pros es APA kepada:

a. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan APA; dan b. Pejabat Berwenang Mitra P3B.

(5) Atas permohonan APA yang dapat ditindaklanjuti s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) atau dianggap dapat ditindaklanjuti s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3), Wajib Pajak harus menyampaikan kelengkapan permohonan APA s ecara langs ung kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Perpajakan Internas ional dalam bentuk s alinan cetak (hardcopy) dan salinan digital (softcopy) paling lama 2 (dua) bulan setelah:

a. tanggal pemberitahuan bahwa permohonan APA dapat ditindaklanjuti s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2); atau

b. berakhirnya jangka waktu 1 (s atu) bulan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3).

(6) Kelengkapan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) paling s edikit berupa:

a. laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik untuk 3 (tiga) tahun pajak terakhir s ebelum tahun pajak diajukannya permohonan APA;

b. Dokumen Penentuan Harga Trans fer untuk 3 (tiga) tahun pajak terakhir s ebelum tahun pajak diajukannya permohonan APA; dan

c. dokumen yang beris i penjelas an rinci atas penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha untuk s etiap Trans aks i Afilias i yang dius ulkan untuk dicakup dalam APA dalam bahas a Indones ia.

(7) Penjelas an rinci s ebagaimana dimaks ud pada ayat (6) huruf c paling s edikit memuat informas i s ebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak terpis ahkan dari Peraturan Menteri ini.

(8) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan bukti penerimaan atas penyampaian kelengkapan permohonan APA s ecara langs ung s ebagaimana dimaks ud pada ayat (6).

(9) Tanggal yang tercantum dalam bukti penerimaan kelengkapan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (8) merupakan tanggal penerimaan kelengkapan permohonan APA.

(10) Dalam hal kelengkapan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (6) tidak dis ampaikan oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan pemberitahuan tertulis penghentian pros es APA kepada:

a. Wajib Pajak; dan

b. Pejabat Berwenang Mitra P3B, dalam hal Permohonan APA Bilateral.

(11) Dalam hal permohonan APA tidak dapat ditindaklanjuti s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) dan permohonan APA dihentikan pros es nya s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) dan ayat (10), Wajib Pajak dapat mengajukan kembali permohonan APA s epanjang memenuhi ketentuan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 5 ayat (1) dan ayat (3).

(8)

BAB III

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN APA Bagian Kesatu

Pengujian Material Penyelesaian Permohonan APA

Pasal 7

(1) Atas permohonan APA yang telah memenuhi kelengkapan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 6 ayat (6), Direktur Jenderal Pajak melaks anakan pengujian material.

(2) Dalam pengujian material s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk:

a. melakukan pembahas an dengan Wajib Pajak terkait dengan permohonan APA Wajib Pajak;

b. melakukan peninjauan ke tempat kegiatan us aha Wajib Pajak dan/atau Pihak Afilias i;

c. mewawancarai pengurus dan/atau karyawan Wajib Pajak;

d. meminta tambahan data dan/atau informas i dalam bentuk bukti, baik berupa dokumen atau keterangan, dari Wajib Pajak; dan/atau

e. meminta data dan/atau informas i dalam bentuk bukti, baik berupa dokumen atau keterangan, dari Pihak Afilias i atau pihak lainnya yang terkait.

(3) Dalam hal diperlukan untuk pengujian material s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak dapat melaks anakan pemeriks aan untuk tujuan lain s es uai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

(4) Pemeriks aan untuk tujuan lain s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) dilakukan dalam hal Wajib Pajak:

a. belum pernah dilakukan pemeriks aan terkait Penentuan Harga Trans fer atas Trans aks i Afilias i yang dius ulkan untuk dicakup dalam APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 2 ayat (2) s ampai dengan 3 (tiga) tahun pajak s ebelum tahun pajak diajukannya permohonan APA; dan/atau b. mengajukan permintaan Roll-back dalam Permohonan APA.

(5) Pengujian material s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dilakukan dengan menerapkan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha.

Bagian Kedua

Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha

Pasal 8

(1) Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 7 ayat (5) diterapkan untuk menentukan Harga Trans fer wajar.

(2) Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) diterapkan dengan membandingkan kondis i dan indikator harga Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dengan kondis i dan indikator harga Trans aks i Independen yang s ebanding.

(3) Indikator harga s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) dapat berupa harga trans aks i, laba kotor (gross profit), atau laba operasi bersih (net operating profit) berdasarkan nilai absolut atau nilai rasio tertentu.

(4) Harga Trans fer dis ebut memenuhi Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dalam hal nilai indikator Harga Trans fer s ama dengan nilai indikator harga Trans aks i Independen yang s ebanding.

(9)

(5) Nilai indikator harga Trans aks i Independen s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) dapat berupa:

a. titik kewajaran (arm's length point); atau

b. titik di dalam rentang kewajaran (arm's length range).

(6) Titik kewajaran s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) huruf a merupakan titik indikator harga yang terbentuk dari s atu atau lebih pembanding yang memiliki nilai indikator harga yang s ama.

(7) Rentang kewajaran s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) huruf b merupakan rentang indikator harga yang terbentuk dari dua atau lebih pembanding yang memiliki nilai indikator harga yang berbeda, berupa:

a. nilai minimum s ampai dengan nilai maks imum (full range), dalam hal terbentuk dari dua pembanding; atau

b. nilai kuartil s atu s ampai dengan nilai kuartil tiga (interquartile range), dalam hal terbentuk dari tiga atau lebih pembanding.

(8) Dalam hal Harga Trans fer tidak memenuhi Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4), penentuan Harga Trans fer dilakukan s ebagaimana penentuan harga dalam Trans aks i Independen dengan menggunakan:

a. titik kewajaran;

b. titik yang paling tepat di dalam rentang kewajaran s es uai kes ebandingannya; atau

c. titik tengah (median) di dalam rentang kewajaran, dalam hal tidak dapat ditentukan titik paling tepat s ebagaimana dimaks ud pada huruf b.

Pasal 9

(1) Penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 8 ayat (2) wajib dilakukan:

a. berdas arkan keadaan yang s ebenarnya;

b. pada s aat Penentuan Harga Trans fer dan/atau s aat terjadinya Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa; dan

c. s es uai dengan tahapan penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha.

(2) Tahapan penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. mengidentifikas i Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan Pihak Afilias i;

b. melakukan analis is indus tri yang terkait dengan kegiatan us aha Wajib Pajak, termas uk mengidentifikas i faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja us aha dalam indus tri ters ebut;

c. mengidentifikas i hubungan komers ial dan/atau keuangan antara Wajib Pajak dan para Pihak Afilias i dengan melakukan analis is atas kondis i trans aks i;

d. melakukan analis is kes ebandingan;

e. menentukan metode Penentuan Harga Trans fer; dan

f. menerapkan metode Penentuan Harga Trans fer dan menentukan harga wajar atas Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa.

Pasal 10

(10)

(1) Kondis i trans aks i s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 8 ayat (2) merupakan karakteris tik ekonomi yang relevan untuk menentukan Harga Trans fer wajar, s eperti:

a. ketentuan kontraktual, baik tertulis atau tidak tertulis ;

b. fungs i yang dilakukan, as et yang digunakan, dan ris iko yang ditanggung oleh mas ing-mas ing pihak yang bertrans aks i;

c. karakteris tik produk (barang atau jas a) yang ditrans aks ikan;

d. keadaan ekonomi; dan

e. s trategi bis nis yang dijalankan para pihak yang bertrans aks i.

(2) Ketentuan kontraktual s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a merupakan ketentuan yang dilaks anakan dan/atau berlaku bagi para pihak yang bertrans aks i s es uai keadaan yang s ebenarnya, baik s ecara tertulis atau tidak tertulis .

(3) Fungs i s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b merupakan aktivitas dan/atau tanggung jawab pihak-pihak yang bertrans aks i dalam menjalankan kegiatan us aha.

(4) As et s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b merupakan as et berwujud, as et tidak berwujud, as et keuangan, dan/atau as et non-keuangan yang berpengaruh dalam pembentukan nilai (value creation), termasuk aks es dan tingkat penguas aan pas ar di Indones ia.

(5) Ris iko s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b merupakan dampak dari ketidakpas tian dalam mencapai tujuan us aha yang ditanggung pihak- pihak yang bertrans aks i.

(6) Karakteris tik produk s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf c merupakan karakteris tik s pes ifik dari barang atau jas a yang s ecara s ignifikan mempengaruhi penetapan harga dalam pas ar terbuka.

(7) Keadaan ekonomi s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf d merupakan karakteris tik ekonomi dari tempat us aha dan pas ar dari para pihak yang bertrans aks i.

(8) Strategi bis nis s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf e merupakan s trategi yang dijalankan perus ahaan dalam menjalankan us aha di pas ar terbuka.

Pasal 11

(1) Penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 9 harus dilakukan s ecara terpis ah untuk s etiap jenis Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa.

(2) Dalam hal terdapat dua atau lebih jenis Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang s aling berkaitan dan mempengaruhi s atu s ama lain dalam penentuan Harga Trans fer s ehingga penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ecara terpis ah s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) tidak dapat dilakukan s ecara andal dan akurat, penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dapat dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih jenis Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa ters ebut.

Pasal 12

(1) Trans aks i Independen s ebanding dengan Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang diuji s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 8 ayat (2) s epanjang:

(11)

a. kondis i Trans aks i Independen s ama atau s erupa dengan kondis i Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang diuji;

b. kondis i Trans aks i Independen berbeda dengan kondis i Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang diuji, tetapi perbedaan kondis i ters ebut tidak mempengaruhi penentuan harga; atau

c. kondis i Trans aks i Independen berbeda dengan kondis i Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang diuji dan perbedaan kondis i ters ebut mempengaruhi penentuan harga, tetapi penyes uaian yang akurat dapat dilakukan s ecara memadai terhadap Trans aks i Independen untuk menghilangkan dampak material perbedaan kondis i ters ebut terhadap penentuan harga.

(2) Untuk menentukan kes ebandingan Trans aks i Independen dan Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), dilakukan analis is kes ebandingan atas kondis i trans aks i s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 10 ayat (1).

(3) Analis is kes ebandingan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) dilakukan melalui tahapan s ebagai berikut:

a. memahami karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang s edang diuji berdas arkan has il identifikas i hubungan komers ial dari/atau keuangan antara Wajib Pajak dengan Pihak Afilias i s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 9 ayat (2) huruf c dan menentukan karakteris tik us aha mas ing-mas ing pihak yang bertrans aks i;

b. mengidentifikas i keberadaan Trans aks i Independen yang menjadi calon pembanding yang andal;

c. menentukan pihak yang diuji indikator harga trans fernya dalam hal metode yang digunakan adalah metode yang berbas is laba s es uai penggunaan Metode Penentuan Harga Trans fer;

d. mengidentifikas i perbedaan kondis i antara Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang diuji dan calon pembanding;

e. melakukan penyes uaian yang akurat s ecara layak atas calon pembanding untuk menghilangkan dampak material perbedaan kondis i s ebagaimana dimaks ud pada huruf d terhadap indikator harga trans aks i; dan

f. menentukan Trans aks i Independen yang menjadi pembanding terpilih.

(4) Pihak yang diuji s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) huruf c merupakan pihak dalam Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang memiliki fungs i, as et, dan ris iko yang lebih s ederhana.

(5) Pembanding s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) dapat berupa pembanding internal atau pembanding eks ternal.

(6) Pembanding internal s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) merupakan trans aks i antara pihak yang independen dengan Wajib Pajak atau dengan Pihak Afllias i yang merupakan lawan trans aks i.

(7) Pembanding eks ternal s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) merupakan trans aks i antar pihak yang independen s elain pembanding internal.

(8) Dalam hal ters edia pembanding internal dan pembanding eks ternal dengan tingkat kes ebandingan dan keandalan yang s ama, pembanding internal yang dipilih dan digunakan s ebagai pembanding.

(9) Dalam hal ters edia lebih dari s atu pembanding eks ternal dengan tingkat kes ebandingan dan keandalan yang s ama, pembanding eks ternal yang beras al dari negara atau yuris diks i yang s ama dengan pihak yang diuji s es uai dengan Metode Penentuan Harga Trans fer yang dipilih dan digunakan s ebagai pembanding.

(12)

Pasal 13

(1) Metode Penentuan Harga Trans fer s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 9 ayat (2) huruf e yang digunakan dalam penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dapat berupa:

a. metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method);

b. metode harga penjualan kembali (resale price method);

c. metode biaya-plus (cost plus method); dan/atau d. metode lainnya, s eperti:

1. metode pembagian laba (profit split method);

2. metode laba bers ih trans aks ional (transactional net margin method);

3. metode perbandingan trans aks i independen (comparable uncontrolled transaction method);

4. metode dalam penilaian harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud (tangible asset and intangible asset valuation); atau

5. metode dalam penilaian bis nis (business valuation).

(2) Metode s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dipilih berdas arkan ketepatan dan keandalan metode, yang dinilai dari:

a. kes es uaian metode Penentuan Harga Trans fer dengan karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang diuji dan karakteris tik us aha para pihak yang bertrans aks i;

b. kelebihan dan kekurangan s etiap metode yang dapat diterapkan;

c. keters ediaan Trans aks i Independen yang menjadi pembanding yang andal;

d. tingkat kes ebandingan antara Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan Trans aks i Independen yang menjadi pembanding; dan e. keakuratan penyes uaian yang dibuat dalam hal terdapat perbedaan

kondis i antara Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan Trans aks i Independen yang menjadi pembanding.

(3) Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan membandingkan harga antara Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang diuji dan Trans aks i Independen, dan s es uai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa s ebagai berikut:

a. trans aks i produk komoditas ; dan

b. trans aks i barang atau jas a dengan karakteris tik barang atau jas a yang s ama atau s erupa dengan karakteris tik barang atau jas a pada Trans aks i Independen dalam kondis i yang s ebanding.

(4) Metode harga penjualan kembali (resale price method) sebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan mengurangkan laba kotor wajar dis tributor atau res eller terhadap harga jual kembali, dan sesuai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan karakteris tik us aha para pihak yang bertrans aks i s ebagai berikut:

a. Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dilakukan dengan melibatkan dis tributor atau reseller yang melakukan penjualan kembali barang atau jas a kepada pihak yang independen atau kepada Pihak Afilias i dengan harga yang telah memenuhi Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha; dan

(13)

b. dis tributor atau res eller sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak menanggung ris iko bis nis yang s ignifikan, tidak memiliki kontribus i unik dan bernilai terhadap Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa, atau tidak memberikan nilai tambah yang s ignifikan terhadap barang atau jas a yang ditrans aks ikan.

(5) Metode biaya-plus (cost plus method) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan menambahkan laba kotor wajar pabrikan atau penyedia jas a terhadap harga pokok penjualan barang atau jas a, dan s es uai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan karakteris tik us aha para pihak yang bertrans aks i s ebagai berikut:

a. Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dilakukan dengan melibatkan pabrikan atau penyedia jas a yang membeli bahan baku atau faktor produks i lainnya dari pihak yang independen atau dari Pihak Afilias i dengan harga yang telah memenuhi Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha; dan

b. pabrikan atau penyedia jas a s ebagaimana dimaks ud pada huruf a tidak menanggung ris iko bis nis yang s ignifikan dan tidak memiliki kontribus i unik dan bernilai terhadap Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa.

(6) Metode pembagian laba (Profit split method) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d angka 1 dilakukan dengan membagi laba gabungan trans aks i yang relevan berdas arkan fungs i, as et, ris iko, dan/atau kontribus i para pihak di dalam Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa, dan s es uai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan karakteris tik us aha para pihak yang bertrans aks i s ebagai berikut:

a. para pihak yang bertrans aks i memiliki kontribus i unik dan bernilai terhadap Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa;

b. kegiatan us aha para pihak yang bertrans aks i merupakan kegiatan us aha yang s angat terintegras i (highly integrated) sehingga kontribusi masing- mas ing pihak yang bertrans aks i tidak dapat dilakukan analis is s ecara terpis ah; atau

c. para pihak yang bertrans aks i s aling berbagi ris iko bis nis yang s ignifikan s ecara ekonomi (share the assumption of economically significant risks) atau s ecara terpis ah menanggung ris iko bis nis yang s aling berkaitan (separately assume closely related risks).

(7) Metode laba bers ih trans aks ional (transactional net margin method) s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf d angka 2 dilakukan dengan membandingkan tingkat laba bers ih operas i pihak yang diuji dengan tingkat laba bers ih operas i pembanding, yang dapat dipilih s epanjang tidak ters edia pembanding di tingkat harga dan laba kotor yang andal dan s ebanding dan s es uai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan karakteris tik us aha para pihak yang bertrans aks i s ebagai berikut:

a. s alah s atu pihak atau para pihak yang melakukan Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa tidak memiliki kontribus i unik dan bernilai terhadap Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa;

b. kegiatan us aha para pihak yang bertrans aks i merupakan kegiatan us aha yang tidak terintegras i (non-highly integrated); dan

c. para pihak yang bertrans aks i tidak s aling berbagi ris iko bis nis yang s ignifikan s ecara ekonomi (not sharing of the assumption of economically significant risks) atau secara terpisah tidak menanggung risiko bisnis yang s aling berkaitan (separately not assuming closely related risks).

(14)

(8) Metode perbandingan trans aks i independen (comparable uncontrolled transaction) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d angka 3 dilakukan dengan membandingkan harga/Iaba trans aks i terhadap bas is tertentu antara Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa dan Trans aks i Independen, dan s es uai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang s ecara komers ial dinilai berdas arkan bas is tertentu, antara lain tingkat s uku bunga, dis konto, provis i, komis i, dan pers entas e royalti terhadap penjualan atau laba operas i.

(9) Metode dalam penilaian harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud (tangible asset and intangible asset valuation) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d angka 4 dilakukan s es uai dengan ketentuan perpajakan yang mengatur mengenai s tandar penilaian yang berlaku, dan s es uai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa antara lain s ebagai berikut:

a. trans aks i pengalihan harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud;

b. trans aks i pers ewaan harta berwujud;

c. trans aks i s ehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan harta tidak berwujud;

d. trans aks i pengalihan as et keuangan;

e. trans aks i pengalihan hak s ehubungan dengan pengus ahaan wilayah pertambangan dan/atau hak s ejenis lainnya; dan

f. trans aks i pengalihan hak s ehubungan dengan pengus ahaan perkebunan, kehutanan, dan/atau hak s ejenis lainnya.

(10) Metode dalam penilaian bis nis (business valuation) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d angka 5 dilakukan s es uai dengan ketentuan perpajakan yang mengatur mengenai s tandar penilaian yang berlaku, dan s es uai untuk karakteris tik Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa antara lain s ebagai berikut:

a. trans aks i s ehubungan dengan res trukturis as i us aha, termas uk pengalihan fungs i, as et, dan/atau ris iko antar Pihak Afilias i;

b. trans aks i pengalihan harta s elain kas kepada pers eroan, pers ekutuan, dan badan lainnya s ebagai pengganti s aham atau penyertaan modal (inbreng); dan

c. trans aks i pengalihan harta s elain kas kepada pemegang s aham, s ekutu, atau anggota dari pers eroan, pers ekutuan, atau badan lainnya.

(11) Dalam hal metode s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a dan metode yang lain dapat digunakan dan memiliki keandalan yang s etara, maka metode s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a lebih diutamakan dari pada metode yang lain.

(12) Dalam hal metode s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d angka 1, dan huruf d angka 2 dapat digunakan dan memiliki keandalan yang s etara, metode s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b atau huruf c lebih diutamakan dari pada metode s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf d angka 1, dan huruf d angka 2.

Pasal 14

(1) Penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha untuk Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa tertentu harus dilakukan dengan tahapan pendahuluan dan tahapan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 9 ayat (2).

(15)

(2) Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa tertentu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) meliputi:

a. trans aks i jas a;

b. trans aks i terkait penggunaan atau hak menggunakan harta tidak berwujud;

c. trans aks i terkait biaya pinjaman;

d. trans aks i pengalihan harta;

e. res trukturis as i us aha; dan f. kes epakatan kontribus i biaya.

(3) Tahapan pendahuluan untuk trans aks i jas a s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf a meliputi pembuktian bahwa jas a ters ebut:

a. s ecara nyata telah diberikan oleh pemberi jas a dan diperoleh penerima jas a;

b. dibutuhkan oleh penerima jas a;

c. memberikan manfaat ekonomis kepada penerima jas a;

d. bukan merupakan aktivitas untuk kepentingan pemegang s aham (shareholder activity);

e. bukan merupakan aktivitas yang memberikan manfaat kepada s uatu pihak s emata-mata karena pihak ters ebut menjadi bagian dari grup us aha (passive association);

f. bukan merupakan duplikas i atas kegiatan yang telah dilaks anakan s endiri oleh Wajib Pajak;

g. bukan merupakan jas a yang memberi manfaat ins idental; dan

h. dalam hal jas a s iaga (on call services), bukan merupakan jasa yang dapat diperoleh s egera dari pihak yang independen tanpa adanya perjanjian s iaga (on call contract) terlebih dahulu.

(4) Tahapan pendahuluan untuk trans aks i terkait penggunaan atau hak menggunakan harta tidak berwujud s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf b meliputi pembuktian atas :

a. keberadaan (eks is tens i) harta tidak berwujud s ecara ekonomis dan s ecara legal;

b. jenis harta tidak berwujud;

c. nilai harta tidak berwujud;

d. pihak yang memiliki harta tidak berwujud s ecara legal;

e. pihak yang memiliki harta tidak berwujud s ecara ekonomis ; f. penggunaan atau hak untuk menggunakan harta tidak berwujud;

g. pihak-pihak yang berkontribus i dan melakukan aktivitas pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, proteks i, dan eks ploitas i (Development, Enhancement, Maintenance, Protection, and Exploitation) atas harta tidak berwujud; dan

h. manfaat ekonomis yang diperoleh pihak yang menggunakan harta tidak berwujud.

(5) Tahapan pendahuluan untuk trans aks i terkait biaya pinjaman s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf c meliputi pembuktian bahwa pinjaman ters ebut:

a. s es uai dengan s ubs tans i dan keadaan s ebenarnya;

b. dibutuhkan oleh peminjam;

c. digunakan untuk mendapatkan, memelihara, dan menagih penghas ilan s es uai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak penghas ilan;

(16)

d. memenuhi karakteris tik pinjaman, antara lain:

1. kreditur mengakui pinjaman s ecara ekonomis dan s ecara legal;

2. adanya tanggal jatuh tempo pinjaman;

3. adanya kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman;

4. adanya pembayaran pembayaran yang telah s es uai jadwal ditetapkan baik untuk pokok pinjaman dan imbal has ilnya;

5. pada s aat pinjaman diperoleh, peminjam memiliki kemampuan untuk:

a) mendapatkan pinjaman dari kreditur independen; dan

b) membayar kembali pokok pinjaman dan imbal has il pinjaman s ebagaimana debitur independen;

6. didas arkan pada perjanjian pinjaman yang dibuat s es uai peraturan perundang​-undangan yang berlaku;

7. adanya kons ekuens i hukum apabila peminjam gagal dalam mengembalikan pokok pinjaman dan/atau imbal has ilnya; dan

8. adanya hak tagih bagi pemberi pinjaman s ebagaimana kreditur independen; dan

e. memberikan manfaat ekonomis kepada penerima pinjaman.

(6) Tahapan pendahuluan untuk trans aks i pengalihan harta s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf d meliputi pembuktian atas :

a. motif, tujuan, dan alas an ekonomis (economic rationale) transaksi pengalihan harta;

b. pengalihan harta s es uai dengan s ubs tans i dan keadaan yang s ebenarnya;

c. manfaat yang diharapkan (expected benefit) dari pengalihan harta; dan d. pengalihan harta ters ebut merupakan pilihan terbaik dari berbagai pilihan

lain yang ters edia.

(7) Tahapan pendahuluan untuk res trukturis as i us aha s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf e meliputi pembuktian atas :

a. motif, tujuan, dan alas an ekonomis (economic rationale) dari res trukturis as i us aha;

b. res trukturis as i us aha s es uai dengan s ubs tans i dan keadaan yang s ebenarnya;

c. manfaat yang diharapkan (expected benefit) dari restrukturisasi usaha;

dan

d. res trukturis as i us aha ters ebut merupakan pilihan terbaik dari berbagai pilihan lain yang ters edia.

(8) Tahapan pendahuluan untuk kes epakatan kontribus i biaya s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf f meliputi pembuktian bahwa kes epakatan kontribus i biaya ters ebut:

a. dibuat s ebagaimana kes epakatan antara pihak​-pihak independen;

b. dibutuhkan oleh pihak yang melakukan kes epakatan; dan

c. memberikan manfaat ekonomis kepada pihak yang melakukan kes epakatan.

(9) Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat membuktikan Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa tertentu berdas arkan tahapan pendahuluan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa ters ebut tidak memenuhi Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 8.

(17)

Bagian Ketiga Perundingan APA

Pasal 15

(1) Direktur Jenderal Pajak melaks anakan perundingan APA dengan:

a. Wajib Pajak, dalam hal APA Unilateral; atau

b. Pejabat Berwenang Mitra P3B melalui MAP, dalam hal APA Bilateral.

(2) Perundingan APA Unilateral s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a harus :

a. dimulai paling lambat 6 (enam) bulan s ejak Wajib Pajak menyampaikan kelengkapan permohonan APA dalam jangka waktu s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 6 ayat (5); dan

b. dis eles aikan dalam jangka waktu 12 (dua belas ) bulan s ejak dimulainya perundingan APA s ebagaimana dimaks ud pada huruf a.

(3) Perundingan APA Bilateral s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b dilakukan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai MAP.

(4) Direktur Jenderal Pajak membentuk delegas i perundingan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1).

(5) Has il perundingan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dapat beris i kes epakatan atau ketidaks epakatan atas kriteria-kriteria dalam Penentuan Harga Trans fer dan Penentuan Trans fer di muka s ebagaimana dimaks ud Pas al 2 ayat (5).

(6) Direktur Jenderal Pajak dapat tidak menyepakati APA antara lain dalam hal:

a. Trans aks i Afilias i tidak didas ari oleh motif ekonomi;

b. s ubs tans i ekonomi Trans aks i Afilias i berbeda dengan bentuk formalnya;

c. Trans aks i Afilias i dilakukan dengan s alah s atu tujuan untuk meminimis as i beban pajak;

d. informas i dan/atau bukti atau keterangan yang dis ampaikan oleh Wajib Pajak tidak benar atau tidak s es uai dengan kondis i yang s ebenarnya;

e. informas i dan/atau bukti atau keterangan terkait dengan pelaks anaan kewenangan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 7 ayat (2) huruf d tidak dapat diperoleh Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 14 hari kerja s ejak tanggal permintaan tertulis ; dan/atau

f. tahun pajak dalam Periode APA atau Harga dalam Roll-back telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Pajak Penghas ilan Badan.

(7) Has il perundingan APA dianggap beris i ketidaks epakatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) dalam hal:

a. perundingan APA tidak menghas ilkan kes epakatan s ampai dengan berakhirnya jangka waktu perundingan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) dan ayat (3); atau

b. Direktur Jenderal Pajak menerima pemberitahuan tertulis dari Pejabat Berwenang Mitra P3B bahwa perundingan APA tidak dapat dilakukan.

(8) Dalam hal perundingan APA menghas ilkan ketidaks epakatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5), Direktur Jenderal Pajak menghentikan pros es APA dan menerbitkan pemberitahuan tertulis kepada Wajib Pajak.

(9) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan perundingan APA Unilateral kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Perpajakan Internas ional dalam hal:

(18)

a. perundingan APA Bilateral menghas ilkan ketidaks epakatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5); atau

b. pros es APA Bilateral dihentikan karena Pejabat Berwenang Mitra P3B tidak menyampaikan jawaban tertulis s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 6 ayat (4),

paling lama 10 (s epuluh) hari kerja s ejak tanggal pemberitahuan tertulis s ebagaimana dimaks ud pada ayat (8) atau dalam Pas al 6 ayat (4).

(10) Atas permohonan perundingan APA Unilateral yang dis ampaikan dalam jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (9), Direktur Jenderal Pajak melaks anakan perundingan dengan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama:

a. 6 (enam) bulan s ejak diterimanya permohonan, dalam hal permohonan

ters ebut dis ampaikan karena APA Bilateral

menghas ilkan ketidaks epakatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (9) huruf a; atau

b. 12 (dua belas ) bulan s ejak diterimanya permohonan, dalam hal permohonan dis ampaikan karena pros es APA Bilateral dihentikan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (9) huruf b.

(11) Dalam hal s ampai dengan batas waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (10) belum dicapai kes epakatan, has il perundingan APA Unilateral dianggap berupa ketidaks epakatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5).

(12) Has il perundingan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) dituangkan dalam:

a. Nas kah APA, dalam hal perundingan APA Unilateral menghas ilkan kes epakatan; atau

b. Pers etujuan Bers ama s es uai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan yang mengatur mengenai pros edur pers etujuan bers ama, dalam hal APA Bilateral.

(13) Nas kah APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (12) dibuat dengan menggunakan contoh format s ebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf C yang merupakan bagian tidak terpis ahkan dari Peraturan Menteri ini.

(14) Atas has il perundingan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (12), Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti:

a. Nas kah APA dengan menerbitkan keputus an pemberlakuan APA dalam jangka waktu paling lama 1 (s atu) bulan s ejak Nas kah APA ditandatangani;

atau

b. Pers etujuan Bers ama dengan menerbitkan s urat keputus an pemberlakuan APA s es uai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan yang mengatur mengenai pros edur pers etujuan bers ama.

(15) Keputus an pemberlakuan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (14) dis ampaikan kepada:

a. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan APA; dan

b. unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang menindaklanjuti.

BAB IV

TATA CARA PENCABUTAN PERMOHONAN APA Pasal 16

(19)

(1) Permohonan APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 2 ayat (1) dapat diajukan pencabutan permohonan APA oleh Wajib Pajak.

(2) Pencabutan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) harus memenuhi pers yaratan s ebagai berikut:

a. diajukan s ecara tertulis dalam bahas a Indones ia dengan mencantumkan alas an pencabutan;

b. diajukan s ebelum diperoleh kes epakatan;

c. ditandatangani oleh pengurus yang namanya tercantum dalam akta pendirian atau akta perubahan, dalam hal terjadi perubahan pengurus ; dan

d. pencabutan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud dalam pada ayat (1) dibuat dengan menggunakan format s ebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf D yang merupakan bagian tidak terpis ahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3) Pencabutan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dis ampaikan oleh Wajib Pajak s ecara langs ung kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Perpajakan Internas ional.

(4) Atas pencabutan permohonan APA yang diajukan, Direktur Jenderal Pajak meneliti pemenuhan pers yaratan pencabutan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) dan menerbitkan pemberitahuan tertulis penghentian pros es APA kepada:

a. Wajib Pajak; dan

b. Pejabat Berwenang Mitra P3B, dalam hal APA Bilateral,

dalam jangka waktu 10 (s epuluh) hari kerja s ejak pencabutan permohonan APA diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

(5) Dalam hal pencabutan permohonan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) diajukan s etelah perundingan APA dimulai, Wajib Pajak tidak dapat mengajukan kembali permohonan APA untuk tahun pajak yang dicakup dalam permohonan APA yang dicabut.

BAB V

TATA CARA PELAKSANAAN APA

Pasal 17

(1) Wajib Pajak harus melaks anakan kes epakatan dalam APA yang dimuat dalam s urat keputus an pemberlakuan APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 15 ayat (14) s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

(2) Kes epakatan dalam APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) harus tercermin dalam kebijakan Penentuan Harga Trans fer Wajib Pajak dan pelaks anaannya harus dituangkan dalam Dokumen Penentuan Harga Trans fer untuk Periode APA.

(3) Dalam hal atas Periode APA dan/atau Roll-back:

a. telah dis ampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan;

b. Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriks aan; dan c. terdapat kekurangan pembayaran pajak penghas ilan yang terutang

dihitung berdas arkan kes epakatan dalam APA,

Wajib Pajak harus melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan s es uai dengan kes epakatan dalam APA paling lambat 1 (s atu) bulan s etelah diterbitkannya keputus an pemberlakuan APA.

(20)

(4) Dalam hal atas Periode APA dan/atau Roll-back sedang dilakukan tindakan pemeriks aan, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Pajak Penghas ilan Badan dengan memperhitungkan kes epakatan dalam APA.

(5) Dalam hal atas tahun pajak dalam Periode APA telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak, Direktur Jenderal Pajak melakukan pembetulan atas Surat Ketetapan Pajak s ecara jabatan s es uai dengan ketentuan s ebagaimana dimaks ud dalam Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan memperhitungkan kes epakatan dalam APA.

BAB VI

TATA CARA EVALUASI APA

Bagian Kesatu

Kewenangan Direktur Jenderal Pajak Melakukan Evaluasi APA

Pasal 18

(1) Dalam pengawas an kes epakatan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (2), Direktur Jenderal Pajak melakukan evaluas i atas kes epakatan dalam APA yang dimuat dalam keputus an pemberlakuan APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 15 ayat (14).

(2) Dalam evaluas i s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk:

a. melakukan pembahas an dengan Wajib Pajak terkait dengan pelaks anaan kes epakatan dalam APA;

b. meminta Wajib Pajak untuk memberikan informas i dan/atau bukti atau keterangan yang diperlukan;

c. melakukan peninjauan ke tempat kegiatan us aha Wajib Pajak dan/atau Pihak Afilias i Wajib Pajak;

d. mewawancarai pengurus dan/atau karyawan Wajib Pajak; dan/atau

e. meminta informas i dan/atau bukti atau keterangan dari Pihak Afilias i atau pihak lainnya yang terkait.

(3) Berdas arkan has il evaluas i s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan:

a. peninjauan kembali APA, s epanjang terdapat perubahan material atas fakta dan kondis i Trans aks i Afilias i yang dicakup dalam APA dengan as ums i kritis yang dis epakati dalam APA; atau

b. pembatalan kes epakatan dalam APA, s ebelum periode APA berakhir.

Bagian Kedua

Peninjauan Kembali APA

Pasal 19

(1) Peninjauan kembali APA s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 18 ayat (3) huruf a juga dapat dilakukan berdas arkan permohonan peninjauan kembali APA yang diajukan oleh Wajib Pajak.

(21)

(2) Permohonan peninjauan kembali APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) harus dis ampaikan s ecara langs ung kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Perpajakan Internas ional dengan mengis i s ecara benar, lengkap, dan jelas formulir permohonan peninjauan kembali APA s ebagaimana dimaks ud pada Lampiran huruf E yang merupakan bagian tidak terpis ahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan bukti penerimaan atas penyampaian permohonan peninjauan kembali APA s ecara langs ung s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2).

(4) Tanggal yang tercantum dalam bukti penerimaan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) merupakan tanggal penerimaan permohonan peninjauan kembali APA.

(5) Dalam peninjauan kembali APA, Direktur Jenderal Pajak melaks anakan ketentuan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 6 s ampai dengan Pas al 15.

(6) Has il perundingan peninjauan kembali APA dituangkan dalam perubahan Nas kah APA atau Pers etujuan Bers ama.

(7) Atas perubahan Nas kah APA atau perubahan Pers etujuan Bers ama s ebagaimana dimaks ud pada ayat (6), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputus an mengenai perubahan APA dengan mencantumkan tahun pajak dalam Periode APA yang ditinjau kembali.

Bagian Ketiga

Pembatalan APA

Pasal 20

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat membatalkan kes epakatan dalam APA yang dimuat dalam keputus an pemberlakuan APA s ebagaimana dimaks ud Pas al 15 ayat (14), dalam hal berdas arkan has il evaluas i diketahui bahwa:

a. Wajib Pajak menyampaikan informas i dan/atau bukti atau keterangan yang tidak benar atau tidak s es uai dengan kondis i yang s ebenarnya; dan/atau b. Wajib Pajak tidak menyampaikan informas i dan/atau bukti atau keterangan

yang:

1. diketahui atau patut diketahui oleh Wajib Pajak; dan 2. dapat mempengaruhi has il kes epakatan dalam APA,

kepada Direktur Jenderal Pajak tanpa harus menunggu permintaan dari Direktur Jenderal Pajak.

(2) Atas kes epakatan dalam APA yang dibatalkan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan:

a. keputus an pembatalan kes epakatan dalam APA kepada Wajib Pajak; dan b. pemberitahuan pembatalan APA kepada Pejabat Berwenang Mitra P3B,

dalam hal APA Bilateral.

(3) Dalam hal Direktur Jenderal Pajak membatalkan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1):

a. Wajib Pajak tidak dapat mengajukan kembali permohonan APA untuk Periode APA dan/atau Roll​-back yang dicakup dalam APA yang dibatalkan;

dan

b. Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan pemeriks aan, pemeriks aan bukti permulaan, dan/atau penyidikan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

(22)

BAB VII

TATA CARA PEMBARUAN APA

Pasal 21

(1) Dalam renegos ias i kes epakatan s etelah periode tertentu berakhir s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (2), Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembaruan APA kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan mengis i formulir permohonan pembaruan APA s ebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf F yang merupakan bagian tidak terpis ahkan dari Peraturan Menteri ini dengan benar, lengkap, dan jelas .

(2) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan bukti penerimaan atas penyampaian permohonan pembaruan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1).

(3) Tanggal yang tercantum dalam bukti penerimaan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) merupakan tanggal penerimaan permohonan pembaruan APA.

(4) Berdas arkan permohonan pembaruan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak dapat menyepakati 1 (s atu) kali pembaruan APA untuk 1 (s atu) Periode APA s ejak berakhirnya Periode APA yang telah dis epakati pada APA s ebelumnya.

(5) Permohonan pembaruan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) harus dis ampaikan s ecara langs ung dan diajukan dalam periode 12 (dua belas ) bulan s ampai dengan 6 (enam) bulan s ebelum tahun pajak terakhir dalam Periode APA s ebelumnya.

(6) Pembaruan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dapat diberikan dalam hal:

a. Wajib Pajak melaks anakan s eluruh kes epakatan dalam APA s ebelumnya;

b. tidak terdapat perubahan material atas fakta dan/atau kondis i Trans aks i Afilias i yang dicakup dalam APA s ebelumnya dengan as ums i kritis yang telah dis epakati dalam APA s ebelumnya; dan

c. entitas dan Trans aks i Afilias i yang dius ulkan untuk dicakup dalam pembaruan APA s ama dengan APA s ebelumnya.

(7) Permohonan pembaruan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) dipers amakan dengan permohonan APA yang telah memenuhi kelengkapan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 6 ayat (6).

(8) Atas permohonan pembaruan APA s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5), Direktur Jenderal Pajak melakukan pros es pengujian material s ampai dengan perundingan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 7 s ampai dengan Pas al 15.

BAB VIII

KETENTUAN LAlN-LAIN

Pasal 22

(1) Kes epakatan APA tidak menghalangi Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan tindakan pemeriks aan, pemeriks aan bukti permulaan, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

(23)

(2) Dalam hal Wajib Pajak dilakukan tindakan pemeriks aan, pemeriks aan bukti permulaan, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak tidak dapat melakukan koreks i atas Penentuan Harga Trans fer trans aks i yang dicakup dalam kes epakatan APA, s epanjang Wajib Pajak melaks anakan kes epakatan dalam APA.

(3) Ketentuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal Wajib Pajak:

a. menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan yang Penentuan Harga Trans fernya tidak s es uai dengan kes epakatan dalam APA;

b. tidak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan s ampai dengan batas waktu s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 17 ayat (3);

c. menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan yang Penentuan Harga Trans fernya tidak s es uai dengan kes epakatan dalam APA; atau

d. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Badan untuk tahun pajak dalam Periode APA.

(4) Dalam hal pros es APA tidak menghas ilkan kes epakatan antara Direktur Jenderal Pajak dan Wajib Pajak atau Pejabat Berwenang Mitra P3B, dokumen Wajib Pajak yang dipergunakan s elama pros es APA harus dikembalikan s epenuhnya kepada Wajib Pajak.

(5) Dokumen s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) tidak dapat digunakan oleh Direktur Jenderal Pajak s ebagai das ar untuk melakukan pemeriks aan, pemeriks aan bukti permulaan, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

(6) Dalam hal Pejabat Berwenang Mitra P3B memerlukan informas i dan/atau bukti atau keterangan dari Wajib Pajak dalam perundingan APA, pelaks anaan permintaan informas i dilakukan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai MAP.

(7) Dalam hal pada s aat perundingan diketahui bahwa Wajib Pajak s edang dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan atau s edang menjalani pidana di bidang perpajakan, Direktur Jenderal Pajak menghentikan pros es APA dan menerbitkan pemberitahuan tertulis penghentian pros es APA kepada:

a. Wajib Pajak; dan

b. Pejabat Berwenang Mitra P3B, dalam hal Permohonan APA Bilateral.

(8) Selis ih antara nilai Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang tidak s es uai dengan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dengan nilai Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa yang s es uai dengan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dianggap s ebagai dividen yang dikenai Pajak Penghas ilan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. tata cara pelaks anaan kes epakatan harga trans fer s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 5 s ampai dengan Pas al 7, dan Pas al 15 s ampai dengan Pas al 21;

b. tata cara penerapan Prins ip Kewajaran dan Kelaziman Us aha dalam Trans aks i yang Dipengaruhi Hubungan Is timewa s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 8 s ampai dengan Pas al 14 dan pada ayat (8); dan

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Asing (Lembaran Negara

Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Berita Negara Republik Indonesia

The biting activity of indoor (captured inside the house) Culex sp, Anopheles sp, Aedes sp, Mansonia sp at Santu’un Village, Muara Uya Sub district during September 2010 –

Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan at`u tanpa direncanakan terlebih dahulu dandapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.Sedangkan

Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana berdirinya Bank BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu padalarang dan menganalisis

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian yang menekankan pada fenomena-fenomena yang obyektif dalam hal ini fenomena yang diteliti

Wawancara pelayanan diadakan (1) untuk berembuk tentang kekuatan, kebutuhan, dan tantangan dari keluarga dan individu yang ditugasi, (2) untuk menentukan apa kebutuhan yang kuorum,