OPTIMALISASI PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI (TPI) MELALUI PENYEDIAAN DAFTAR
KODE PENERBANGAN DI KONTER KEDATANGAN TERMINAL 3 BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA
Oleh:
OSSA ANGGORO PUTRI, S.IP.
NIP. 19940412 201712 2 001
KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS SOEKARNO HATTA
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DKI JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyajikan karya tulis dengan judul “Optimalisasi Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Melalui Penyediaan Daftar Kode Penerbangan di Konter Kedatangan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta”.
Karya tulis ini penulis ajukan sebagai salah satu butir kegiatan penunjang Jabatan Fungsional Tertentu Analis Keimigrasian yang diajukan pada Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) penulis. Harapan penulis tiada lain adalah Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Dalam penyusunan dan pembuatannya, penulis telah banyak menerima kontribusi, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada para pejabat struktural dan rekan-rekan pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno Hatta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ini dapat diterima oleh Tim Penilai dan dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 31 Desember 2021
Penulis Ossa Anggoro Putri
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Metode Penelitian ... 7
BAB II KERANGKA TEORI ... 11
2.1 Pelayanan Publik ………... 11
2.2 Budaya Kaizen………... 11
BAB III PEMBAHASAN ... 13
BAB IV PENUTUP ………... 19
4.1 Kesimpulan ... 19
4.2 Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 21
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang MasalahPerpindahan atau mobilitas penduduk yang berasal dari satu negara menuju ke negara lain sudah menjadi suatu hal yang wajar. Dewasa ini, mobilitas penduduk tidak hanya terjadi dalam lingkup nasional namun juga terjadi dari satu daerah ke daerah lain dengan melewati batas-batas antar negara. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi di bidang transportasi, informasi, dan komunikasi. Terlebih lagi saat ini alat transportasi banyak tersedia secara luas serta lebih ekonomis sehingga mempermudah perpindahan setiap orang dari satu daerah ke daerah lain.
Dalam menanggapi hal ini, Indonesia sebagai negara merdeka pun mengeluarkan kebijakan guna mewujudkan kedudukannya sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat di kancah internasional. Indonesia mengeluarkan kebijakan selektif (selective policy) dalam bidang keimigrasian terkait pemberian izin masuk bagi orang asing yang akan memasuki wilayah Indonesia. Setiap orang asing yang akan masuk ke Indonesia harus melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi serta melalui pemeriksaan dari petugas yang berwenang agar diketahui kepentingan apa yang akan dilakukannya selama berada di Indonesia. Kemudian berdasarkan kebijakan selektif, yang diizinkan memasuki wilayah Indonesia hanyalah orang asing yang memiliki manfaat bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia serta bukan merupakan ancaman bagi keamanan nasional.
Pada era sekarang, kebijakan selektif harus dijalankan dengan mengedepankan nilai- nilai Hak Asasi Manusia. Tidak hanya orang asing yang bermanfaat yang diperbolehkan masuk dan tinggal di Indonesia, namun selama keberadaan orang asing tersebut tidak membahayakan kedaulatan Indonesia maka orang asing tersebut diizinkan berada di wilayah Indonesia. Selain orang asing, penanggung jawab alat angkut juga harus mengikuti prosedur yang sama untuk memasuki wilayah Indonesia, melakui Tempat Pemeriksaan Imigrasi baik di darat, laut, maupun udara. Selanjutnya bagi Warga Negara Indonesia (WNI), kebijakan yang berlaku adalah setiap WNI memiliki hak untuk memasuki wilayah Indonesia selama memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Hal ini
5
berdasarkan kesepakatan internasional bahwa orang yang memiliki kewarganegaraan negara tersebut harus diberi izin untuk memasuki negaranya sendiri.
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, disebutkan bahwa keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.
Keimigrasian merupakan upaya perwujudan penegakan kedaulatan negara dengan tujuan untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai negara yang memiliki bentangan wilayah yang luas, Indonesia memiliki kebijakan tersendiri dalam menjaga tegaknya kedaulatan negara terhadap ancaman yang berasal dari luar, salah satunya adalah kebijakan dalam hal keimigrasian. Dengan memaksimalkan empat (4) fungsi keimigrasian, yaitu pelayanan keimigrasian, penegakkan hukum, keamanan negara, dan sebagai fasilitator kesejahteraan masyarakat, Direktorat Jenderal Imigrasi di bawah kewenangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menjadi petugas pertama dalam menyeleksi perlintasan manusia di pintu gerbang negara.
Terdapat berbagai instansi yang terlibat dan menjalankan kegiatannya di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, di antaranya yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta Balai Besar Karantina Pertanian. Koordinasi serta komunikasi harus dibangun dengan baik guna menciptakan situasi kerja yang kondusif serta kegiatan penerbangan dapat terlaksana guna menjamin pelayanan terhadap masyarakat yang profesional, akuntabel, sinergis, dan inovatif.
Mengingat begitu pentingnya posisi Bandara Internasional Soekarno Hatta sebagai salah satu pintu gerbang lalu lintas manusia dari dan ke luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, diperlukan pengawasan yang ketat terhadap perlintasan keimigrasian. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 9 ayat (1) disebutkan bahwa untuk dapat masuk atau keluar wilayah Indonesia, setiap orang wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu gerbang masuk dan keluar Indonesia yang terpadat saat ini. Pemeriksaan keimigrasian diatur oleh UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang diikuti dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 44 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Masuk dan Keluar Wilayah Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Pemeriksaan keimigrasian yang dilakukan di TPI meliputi pemeriksaan dokumen
6
perjalanan, identitas, dan wawancara atas tujuan masuk atau keluar dari Indonesia, agar dapat ditentukan izin masuk atau keluar yang akan diberikan.
Untuk memperkuat fungsi pengawasan Keimigrasian di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Soekarno Hatta melalui Bidang Pendaratan dan Izin Masuk (Darinsuk) mengaplikasikan sistem Border Control Management (BCM), yaitu sebuah sistem pengawasan perlintasan Keimigrasian berbasis teknologi informasi untuk mengelola data warga Indonesia maupun asing yang melintas melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Tahapan yang dilalui dalam penggunaan sistem BCM di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno Hatta yaitu: 1) Memindai paspor penumpang menggunakan scanner BCM; 2) Memastikan data dan identitas penumpang sesuai dengan sistem; 3) Meng-input kode penerbangan. Hal ini bertujuan agar jika sewaktu-waktu diperlukan data perlintasan yang valid, Direktorat Jenderal Imigrasi dapat menyediakan data yang tepat. Dalam prakteknya, proses peng-input-an data kode penerbangan pesawat kerap menjadi pemicu timbulnya antrian dalam Pemeriksaan Keimigrasian, terutama di Bandara Internasional Soekarno Hatta yang merupakan Bandara terpadat di Indonesia. Permasalahan ini muncul karena petugas konter harus menyelesaikan Pemeriksaan Keimigrasian dalam waktu sekitar 30 detik dengan tingkat ketelitian yang tinggi mengingat pentingnya validitas dari data perlintasan yang akan disimpan.
Ketika beberapa pesawat mendarat dalam waktu yang hampir bersamaan di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno Hatta, petugas konter harus melakukan wawancara singkat kepada setiap penumpang yang kerap kali tidak ditanggapi dengan sigap oleh penumpang dan proses Pemeriksaan Keimigrasian menjadi memakan waktu yang lebih panjang. Kegiatan wawancara singkat ini menjadi tidak efektif dengan banyaknya penumpang yang telah mendarat dan kemungkinan antrian yang timbul dari beberapa pesawat yang mendarat dalam waktu yang hampir bersamaan. Selain itu, Pemeriksaan Keimigrasian di Terminal 3 Kedatangan dilakukan setelah boarding pass telah selesai digunakan oleh penumpang sehingga penumpang juga tidak lagi mempersiapkannya dalam kegiatan Pemeriksaan Keimigrasian.
Melihat begitu pentingnya peng-input-an kode penerbangan secara cepat dan tepat di dalam sistem Keimigrasian BCM, maka penulis mengangkat permasalahan ini sebagai isu permasalahan dalam karya tulis ini.
7 1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian menjadi:
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) terutama dalam meng-input kode penerbangan secara cepat dan tepat ke dalam sistem Border Control Manajemen (BCM)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) terutama dalam meng-input kode penerbangan secara cepat dan tepat ke dalam sistem Border Control Manajemen (BCM).
1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa studi kepustakaan dan studi lapangan. Kedua teknik pengumpulan data ini digunakan dalam rangka mendapatkan jawaban yang lebih komprehensif atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan atas kedua teknik pengumpulan data tersebut yaitu sebagai berikut:
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan literature berupa buku, artikel, maupun peraturan terkait, baik yang berbentuk media dan juga elektronik. Creswell dalam bukunya menjelaskan mengenai penggunaan literatur dalam kajian kepustakaan1:
1. The literature is used to “frame” the problem in the introduction to the study;
1 Creswell, John W., 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. New York: SAGE Publications
8
2. The literature is separated in a separate section as a “review of the literature“;
3. literature is presented in the study of at end, it becomes a basis for comparing and contrasting findings of the qualitative study.
Sumber literatur dapat dijadikan sebagai kerangka dalam penyusunan permasalahan, sebagai review literatur atas penelitian dan sebagai dasar dalam melakukan perbandingan atas temuan data kualitatif di lapangan. Beberapa sumber kepustakaan yang digunakan oleh peneliti diantaranya melalui referensi buku, jurnal, undang-undang, dan data-data sekunder yang berasal dari penelusuran di internet..
Studi Lapangan
Dalam rangka penelitian menggunakan studi lapangan, peneliti melakukan wawancara mendalam (Indepth Interview). Peneliti akan menggunakan pedoman wawancara yang disusun dalam beberapa pertanyaan. Pertanyaan diawali dengan penyusunan secara umum dan luas, kemudian dilanjutkan dengan sub-sub pertanyaan.
Dengan wawancara penulis dapat memberikan informasi melalui wawancara dan data yang menjadi fokus utama peneliti. Kriteria yang wajib dimiliki seorang informan adalah memiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti dan terbilang langsung. Teknik wawancara mendalam lebih bersifat tidak berstruktur karena respon dari informan sangat diperhatikan untuk bisa memperoleh data yang lebih jelas.
1.4.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen seperti dikutip oleh Maleong berikut:
“Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
9
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”2
Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data sesuai dengan teknik analisis data yang diuraikan diatas, dalam tahapan awal analisis data peneliti memulai dengan mengorganisasikan data dan kemudian memilah-milahnya menjadi satuan data yang dapat dikelola. Kemudian peneliti melakukan analisis data yang telah dimiliki dan mempelajarinya untuk menjawab permasalahan yang diangkat. Dalam analisis data, tidak semua data yang didapat oleh peneliti dituangkan kedalam pembahasan, peneliti harus mengambil keputusan mengenai data yang ditampilkan dalam pembahasan dan data yang tidak ditampilkan dalam pembahasan terkait dengan pembatasan penelitian.
1.4.3 Sumber Data Penelitian
Menurut Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain3. Adapun sumber data yang akan digunakan penelitian ini meliputi:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara secara dan pengamatan secara mendalam kepada para informannya langsung yaitu para pegawai imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) baik yang masih atau pernah bertugas di TPI Soekarno Hatta, serta pegawai
2 Lexy J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
3 Ibid.
10
instansi lain di lingkungan Bandara Internasional Soekarno Hatta.
b. Data sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung namun dapat memberikan data tambahan yang mendukung data primer. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari karya tulis, media cetak maupun media elektronik seperti buku dan internet guna mendukung pembahasan dan dari hasil-hasil penelitian lain.
11
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pelayanan Publik
Hakikat pelayanan publik dalam keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan prinsip, standar, pola penyelenggaraan, biaya, pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita, pelayanan khusus, biro jasa pelayanan, tingkat kepuasan masyarakat, pengawasan penyelenggara, penyelesaian pengaduan sengketa, serta evaluasi kinerja penyelenggara pelayanan publik.
Sementara definisi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Kata "barang, jasa dan pelayanan administratif" dalam bagian penjelasan dianggap sudah jelas, tetapi sebenarnya maksud "barang" bukanlah barang yang bisa diperdagangkan oleh manusia sehari-hari tetapi yang dimaksud adalah barang publik (public goods) yang penyediannya dilakukan oleh pemerintah.
2.2 Budaya Kaizen
Menurut Robert Maurer, dalam bukunya yang berjudul The Kaizen Way, Kaizen adalah seni membuat perubahan besar melalui langkah-langkah kecil yang kontinyu / berkelanjutan. Maurer memaparkan tentang bagaimana bagian prasejarah otak manusia, yang disebut amigdala, diprogram untuk memicu respons “fight or flight”. Bila ini terjadi, pemikiran kognitif tingkat tinggi kita dimatikan.
Saat kita berada dalam bahaya fisik biasanya insting untuk bertahan sangat kuat. Inilah yang menyebabkan prinsip-prinsip kaizen menjadi efektif dalam perubahan manusia yang pada gilirannya
12 dapat mengubah organisasi.
Kaizen bekerja sesuai dengan cara kerja otak. Tujuan besar menciptakan rasa takut.
Rasa takut akan mengaktifkan Amigdala untuk memicu respon fight/flight. Akibatnya akses ke Cortex (bagian otak yang berfungsi untuk berpikir kreatif dan mengeksekusi tindakan) terhambat. Perubahan pun gagal dilakukan. Sementara itu, kaizen menggunakan tujuan kecil. Efeknya, tidak ada rasa takut.
Respon fight/flight pun terlewati dan Cortex terlibat aktif dalam perubahan. Perubahan pun lebih sukses dilakukan. Perubahan dengan langkah awal yang kecil, sederhana dan mudah memastikan perubahan lebih sukses dilakukan. Hambatan mental terlewati. Respon fight/flight pun terantisipasi. Otak pun menikmati proses perubahan yang terjadi. Berikut adalah beberapa gagasan tentang bagaimana menerapkan filosofi Kaizen dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari:
- Mulai dari yang kecil
Perubahan kecil lebih mudah dipraktekan dan secara bertahap akan berdampak pada sesuatu yang besar. Mulailah dengan bertanya “Apa langkah terkecil yang bisa saya ambil untuk menjadi lebih efisien/ produktif/ dapat mengubah perilaku?”
- Hargai setiap proses
Datanglah dengan sebuah proses untuk aktivitas spesifik yang berulang dan terorganisir. Periksa apakah prosesnya efisien dengan bertanya pada diri sendiri apakah prosesnya menghemat waktu Anda dan jika berhasil mencapai hasil yang diinginkan.
- Terus berinovasi
Cari cara baru dan lebih baik untuk melakukan pekerjaan yang sama atau mencapai hasil yang sama. Hal yang berubah setiap saat (lingkungan, prioritas, pekerjaan) sehingga tidak pernah berhenti membaik dan selalu mencari ide yang lebih cerdas dan efisien.
- Singkirkan yang tidak perlu
Beberapa hal yang kita lakukan tidak efisien sebaiknya tidak perlu dilakukan. Menilai ulang produktivitas mingguan atau bulanan tugas yang telah menjadi kebiasaan dan menyingkirikan yang tidak perlu.
13
BAB III PEMBAHASAN
Istilah Imigrasi berasal dari bahasa Latin, Migratio yang artinya perpindahan orang dari suatu tempat atau Negara menuju ke tempat atau Negara lain.4 Selain itu terdapat pula istilah Emigratio dan Immigratio yang juga memiliki terminologi yang serupa yaitu mengenai perpindahan penduduk melewati batas negara, yang membedakannya hanyalah penafsiran mengenai hal tersebut. Pandangan di era masa kini mengenai migrasi tidak hanya berfokus pada pergerakan atau perpindahan individu namun juga secara kolektif. Hal ini mengingat migrasi telah menjadi kebutuhan yang vital bagi setiap manusia, serta telah diatur dan disusun secara terorganisir dengan banyak faktor-faktor yang terkait.
Perpindahan atau mobilitas penduduk yang berasal dari satu negara menuju ke negara lain sudah menjadi suatu hal yang wajar. Dewasa ini, mobilitas penduduk tidak hanya terjadi dalam lingkup nasional namun juga terjadi dari satu daerah ke daerah lain dengan melewati batas-batas antar negara. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi di bidang transportasi, informasi, dan komunikasi. Terlebih lagi saat ini alat transportasi banyak tersedia secara luas serta lebih ekonomis sehingga mempermudah perpindahan setiap orang dari satu daerah ke daerah lain.
Dalam menanggapi hal ini, Indonesia sebagai negara merdeka pun mengeluarkan kebijakan guna mewujudkan kedudukannya sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat di kancah internasional. Indonesia mengeluarkan kebijakan selektif (selective policy) dalam bidang keimigrasian terkait pemberian izin masuk bagi orang asing yang akan memasuki wilayah Indonesia. Setiap orang asing yang akan masuk ke Indonesia harus melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi serta melalui pemeriksaan dari petugas yang berwenang agar diketahui kepentingan apa yang akan dilakukannya selama berada di Indonesia. Kemudian berdasarkan kebijakan selektif, yang diizinkan memasuki wilayah Indonesia hanyalah orang asing yang memiliki manfaat bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia serta bukan merupakan ancaman bagi keamanan nasional.
4 Santoso, M. Imam. (2004). Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi Dan Ketahanan Nasional. Jakarta:
UI Press.
14
Pada era sekarang, kebijakan selektif harus dijalankan dengan mengedepankan nilai-nilai Hak Asasi Manusia. Tidak hanya orang asing yang bermanfaat yang diperbolehkan masuk dan tinggal di Indonesia, namun selama keberadaan orang asing tersebut tidak membahayakan kedaulatan Indonesia maka orang asing tersebut diizinkan berada di wilayah Indonesia. Selain orang asing, penanggung jawab alat angkut juga harus mengikuti prosedur yang sama untuk memasuki wilayah Indonesia, melakui Tempat Pemeriksaan Imigrasi baik di darat, laut, maupun udara. Tempat Pemeriksaan Imigrasi yang selanjutnya disingkat TPI adalah tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas, atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar Wilayah Indonesia.
Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta (bahasa Inggris: Soekarno–Hatta International Airport) disingkat SHIA atau Bandar Udara Cengkareng (CGK) merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani penerbangan untuk Jakarta, Indonesia. Bandara ini sejatinya berada di Kelurahan Pajang, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, Banten.Bandar udara ini diberi nama sesuai dengan nama dwitunggal tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, yang sekaligus merupakan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama. Bandara internasional ini dibuka sejak 1 Mei 1985 silam. Bandara Soekarno Hatta memiliki luas sekitar 18 km persegi serta terdapat 2 landasan paralel yang dipisahkan oleh 2 taxiway sepanjang 2,4 km. Terdapat 3 terminal utama, yakni Terminal 1 untuk penerbangan domestik, Terminal 2 untuk penerbangan internasional dan domestik, serta Terminal 3 Ultimate ditujukan bagi maskapai domestic dan internasional. Penerbangan dengan rute internasional di Bandara internasional Soekarno Hatta dilaya di Terminal 2D, E, F, dan di Terminal 3 Internasional.
Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu gerbang masuk dan keluar Indonesia yang terpadat saat ini. Pemeriksaan keimigrasian diatur oleh UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang diikuti dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 44 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Masuk dan Keluar Wilayah Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Pemeriksaan keimigrasian yang dilakukan di TPI meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan, identitas, dan wawancara atas tujuan masuk atau keluar dari Indonesia, agar dapat ditentukan izin masuk atau keluar yang akan diberikan. Mengingat begitu pentingnya posisi Bandara Internasional Soekarno Hatta sebagai salah satu pintu gerbang lalu lintas manusia
15
dari dan ke luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, diperlukan pengawasan yang ketat terhadap perlintasan keimigrasian. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 9 ayat (1) disebutkan bahwa untuk dapat masuk atau keluar wilayah Indonesia, setiap orang wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Untuk memperkuat fungsi pengawasan Keimigrasian di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Soekarno Hatta melalui Bidang Tempat Pemeriksaan Imigrasi mengaplikasikan sistem Border Control Management (BCM), yaitu sebuah sistem pengawasan perlintasan Keimigrasian berbasis teknologi informasi untuk mengelola data warga Indonesia maupun asing yang melintas melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Sistem Border Control Management merupakan bagian dari Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian Substantif berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dibangun dan dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi guna mendukung tugas pokok dan fungsi dalam perekaman data dan pemeriksaan keimigrasian tentang lalu lintas orang yang masuk dan keluar dari dan ke wilayah Indonesia pada Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Tahapan yang dilalui dalam penggunaan sistem BCM di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno Hatta yaitu: 1) Memindai paspor penumpang menggunakan scanner BCM; 2) Memastikan data dan identitas penumpang sesuai dengan sistem; 3) Meng- input kode penerbangan. Hal ini bertujuan agar jika sewaktu-waktu diperlukan data perlintasan yang valid, Direktorat Jenderal Imigrasi dapat menyediakan data yang tepat.
Dalam prakteknya, proses peng-input-an data kode penerbangan pesawat kerap menjadi pemicu timbulnya antrian dalam Pemeriksaan Keimigrasian, terutama di Bandara Internasional Soekarno Hatta yang merupakan Bandara terpadat di Indonesia. Permasalahan ini muncul karena petugas konter harus menyelesaikan Pemeriksaan Keimigrasian dalam waktu sekitar 30 detik dengan tingkat ketelitian yang tinggi mengingat pentingnya validitas dari data perlintasan yang akan disimpan.
Ketika beberapa pesawat mendarat dalam waktu yang hampir bersamaan di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno Hatta, petugas konter harus melakukan wawancara singkat kepada setiap penumpang yang kerap kali tidak ditanggapi dengan sigap oleh penumpang dan proses Pemeriksaan Keimigrasian menjadi memakan waktu yang lebih panjang. Kegiatan wawancara singkat ini menjadi tidak efektif dengan banyaknya penumpang
16
yang telah mendarat dan kemungkinan antrian yang timbul dari beberapa pesawat yang mendarat dalam waktu yang hampir bersamaan. Selain itu, Pemeriksaan Keimigrasian di Terminal 3 Kedatangan dilakukan setelah boarding pass telah selesai digunakan oleh penumpang sehingga penumpang juga tidak lagi mempersiapkannya dalam kegiatan Pemeriksaan Keimigrasian.
Optimalisasi kegiatan pemeriksaan keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dilakukan melalui penyediaan daftar kode penerbangan di Konter Kedatangan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Daftar kode penerbangan akan dibuat dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber daya yaitu kertas dan printer yang telah tersedia atau dimiliki oleh Bagian Tata Usaha Tim Pemeriksa Keimigrasian di TPI Bandara Internasional Soekarno Hatta. Tahapan selanjutnya adalah pemilihan bentuk dan desain dari daftar kode penerbangan yang akan dibuat. Desain yang digunakan harus jelas, rapi, bersih, dan mudah dipahami serta berukuran cukup agar terbaca oleh petugas konter. Diutamakan desain yang sederhana agar memudahkan petugas konter. Kemudian perlu diperhatikan pula agar desain yang dibuat tidak menimbulkan mutitafsir serta mendukung informasi yang disediakan.
Kemudian hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan segala materi berkaitan dengan berbagai penerbangan yang ada di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Mengingat Terminal 3 merupakan terminal paling baru yang ada di Bandara Internasional Soekarno Hatta, terdapat beberapa maskapai yang baru saja melakukan pemindahan operasionalnya menuju ke terminal ini. Pengumpulan informasi dapat dilaksanakan dengan melakukan wawancara dan diskusi langsung dengan petugas dari Angkasa Pura II selaku instansi penanggung jawab utama dari Bandara Internasional Soekarno Hatta. Setelah diperoleh informais yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pengumpulan informasi kedatangan penerbangan melalui aplikasi Indonesia Airports, Flightradar, dan board Angkasa Pura II. Informasi kedatangan penerbangan yang dihimpun meliputi kode penerbangan, asal destinasi, dan estimasi waktu kedatangan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Informasi yang diperoleh secara mandiri ini kemudian dicatat secara rapi untuk kemudian dikonfirmasi kembali ke pihak maskapai.
Perlu diperhatikan pula untuk terus berkoordinasi dan melakukan konfirmasi dengan instansi terkait agar data dan informasi yang diperoleh selalu tepat dan akurat. Apabila terdapat perbedaan dapat disesuaikan dengan cara ditambahkan ataupun dikurangi dari daftar
17
yang ada sehingga dapat terwujud data yang valid. Didiskusikan juga mengenai jadwal penerbangan yang ada, apakah merupakan penerbangan reguler harian ataukah penerbangan pada hari-hari tertentu saja. Konfirmasi kepada pihak maskapai ini juga sekaligus merupakan bentuk koordinasi dan kerjasama antar instansi yang ada di Bandara Internasional Soekarno Hatta yang terbentuk seara harmonis. Setelah terkumpul data yang valid dan aktual terkait informasi kedatangan penerbangan, informasi yang ada kemudian dituangkan dan dicetak ke dalam desain daftar kode penerbangan yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah daftar kode penerbangan telah siap didistribusikan ke setiap konter pemeriksaan Keimigrasian, namun sebelumnya diperlukan pengarahan kepada setiap petugas konter akan pemahaman mengenai daftar tersebut. Hal ini dilakukan agar keberadaan daftar kode penerbangan ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin secara efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan pemeriksaan Keimigrasian. Daftar kode penerbangan ini diharapkan dapat mengoptimalkan kegiatan pemeriksaan Keimigrasian sehingga dapat berjalan secara lancar dengan tingkat akurasi penginputan kode penerbangan dengan ketepatan tinggi, selain itu kelancaran kegiatan pemeriksaan Keimigrasian juga tentunya akan menjauhkan dari timbulnya antrian. Pengarahan dan sosialisasi mengenai cara penggunaan daftar kode penerbangan dilakukan kepada petugas konter dengan cara bertahap. Hal ini dilakukan karena konter pemeriksaan Keimigrasian tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan kosong sehingga sosialisasi tidak dapat dilakukan secara keseluruhan bersamaan, namun dengan cara per gelombang dan saling bergantian. Disosialisasikan bahwa dalam daftar kode penerbangan ini termuat kode penerbangan, asal destinasi, dan estimasi waktu kedatangan. Daftar kode penerbangan ini dapat digunakan pada saat wawancara singkat dengan penumpang yang sudah tidak memiliki boarding pass dan mengalami kebingungan atas kode penerbangannya untuk menghemat waktu wawancara di konter.
Daftar kode penerbangan ini akan disediakan di konter pemeriksaan Keimigrasian di TPI Bandara Internasional Soekarno Hatta setiap harinya sebelum memulai shift kerja di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno Hatta. Daftar kode penerbangan ini diletakkan dalam posisi yang strategis, sehingga langsung dapat terlihat oleh petugas yang sedang bekerja memindai paspor dan akan menginput kode penerbangan ke dalam sistem BCM. Dalam penerapannya, petugas menggunakan daftar kode penerbangan ini ketika penumpang mengalami kebingungan dalam menyebutkan kode penerbangannnya,
18
penumpang sudah tidak memiliki potongan boarding pass, dan ketika petugas sedikit terlupa akan penerbangan yang mendarat. Daftar kode penerbangan ini dimaanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pemeriksaan Keimigrasian di TPI agar dapat berjalan secara lancar, tertib, dan teratur sehingga masyarakat dapat menjalani kegiatan pemeriksaan Keimigrasian secara nyaman dan taat aturan.
Dengan adanya daftar kode penerbangan yang diletakkan di konter, petugas menjadi langsung tanggap ketika penumpang hanya menyebutkan asal destinasi atau maskapai yang dinaikinya. Hal ini menghemat waktu wawancara pemeriksaan Keimigrasian sekaligus menghindari timbulnya antrian pemeriksaan Keimigrasian. Selain itu keberadaan daftar kode penerbangan di konter pemeriksaan Keimigrasian juga meningkatkan akurasi penginputan kode penerbangan ke dalam sistem BCM, sebagaimana diketahui sistem BCM digunakan sebagai pedoman berbagai kegiatan lainnya yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Imigrasi.
19 BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjadinya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman yang mendukung kemampuan membina serta mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Keimigrasian dalam Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian memiliki fungsi yang dijelaskan di dalam pasal 1 angka 3 yaitu sebagai pelayan keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan.Dalam rangka menjalankan fungsi sebagai keamanan negara Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki beberapa Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) adalah tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos. Dalam melaksanakan proses pemeriksaannya Pejabat Imigrasi dibantu dengan sistem Border Control Mangament (BCM) yang terkoneksi dengan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM). SIMKIM adalah sistem teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi guna mendukung operasional, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam melaksanakan Fungsi Keimigrasian. Sistem BCM berfungsi untuk membantu petugas pemeriksa dalam melakukan pengidentifikasian paspor. Selain itu, sistem BCM juga berfungsi untuk melakukan pengecekan terkait pencegahan dan penangkalan terhadap orang-orang yang akan melewati tempat pemeriksaan imigrasi. Dapat dikatakan kemungkinan-kemungkinan masuknya orang asing yang dapat memberikan dampak buruk untuk negara Indonesia atau keluarnya Warga Negara Indonesia yang masuk daftar pencegahan akan semakin berkurang.
Tahapan yang dilalui dalam penggunaan sistem BCM di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno Hatta yaitu: 1) Memindai paspor penumpang menggunakan scanner BCM; 2) Memastikan data dan identitas penumpang sesuai dengan sistem; 3) Meng-input kode
20
penerbangan. Hal ini bertujuan agar jika sewaktu-waktu diperlukan data perlintasan yang valid, Direktorat Jenderal Imigrasi dapat menyediakan data yang tepat. Dalam prakteknya, proses peng-input-an data kode penerbangan pesawat kerap menjadi pemicu timbulnya antrian dalam Pemeriksaan Keimigrasian, terutama di Bandara Internasional Soekarno Hatta yang merupakan Bandara terpadat di Indonesia. Permasalahan ini muncul karena petugas konter harus menyelesaikan Pemeriksaan Keimigrasian dalam waktu sekitar 30 detik dengan tingkat ketelitian yang tinggi mengingat pentingnya validitas dari data perlintasan yang akan disimpan.
Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan upaya optimalisasi kinerja peng-input-an data kode penerbangan pesawat dengan cara pembuatan daftar kode penerbangan pesawat yang diletakkan di konter pemeriksaan keimigrasian yang dapat dijadika rujukan oleh Petugas Imigrasi yang sedang bertugas. Dengan adanya pembuatan daftar kode penerbangan pesawat yang diletakkan di konter pemeriksaan keimigrasian ini diharapkan terciptanya perbaikan dalam hal percepatan proses pemeriksaan keimigrasian serta dapat mempermudah Petugas Imigrasi dalam bekerja. Daftar kode penerbangan yang jelas dan mudah dimengerti akan dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat efektif dan efisien dalam mendukung kinerja petugas konter. Daftar kode penerbangan yang meliputi kode penerbangan, destinasi, dan waktu kedatangan yang digunakan untuk membantu optimalisasi kegiatan pemeriksaan Keimigrasian di TPI Bandara Internasional Soekarno Hatta. Penyusunan daftar kode penerbangan ini mampu memberikan solusi dalam hal optimalisasi kegiatan pemeriksaan Keimigrasian di TPI Bandara Internasional Soekarno Hatta.
4.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan penulis adalah diperlukannya kontinuitas yang konsisten dalam pengadaan dan pengunaan daftar kode penerbangan oleh petugas di konter pemeriksaan Keimigrasian sehingga kegiatan pemeriksaan Keimigrasian dapat berjalan secara maksimal. Kemudian diperlukan komitmen yang tinggi dari seluruh pihak sehingga diharapkan nantinya daftar kode penerbangan ini dapat tersedia dan digunakan oleh seluruh Sub Unit Pemeriksa di TPI Bandara Internasional Soekarno Hatta.
21
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arifin, R., & Nurkumalawati, I. (2018). Kebijakan Imigrasi Indonesia. Jakarta: Mahara Publishing.
ICAO. ICAO TRIP Guide on Border Control Management. Montreal: ICAO
Lesmana, Akhmad Harry dan Maroloan J. Baringbing. 2020. Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Depok: BPSDM KUMHAM Press
Maurer, Robert. 2004. One Small Step Can Change Your Life: The Kaizen Way. New York:
Workman Publishing
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Rato, D. (2010). Filsafat Hukum Mencari : Memahami dan Memahami Hukum. Yogyakarta:
Laksbang Pressindo
Santoso, M. Imam. (2004). Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi Dan Ketahanan Nasional. Jakarta: UI Press.
Soekanto, S. (1983). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum. Jakarta: UI Press.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Republik Indonesia. Undang-Undang tentang Keimigrasian. UU Nomor 6 Tahun 2011
Republik Indonesia. Peraturan Pelaksana Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
Republik Indonesia. Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2016
22
Republik Indonesia. Tata Cara Pemeriksaan Masuk ddan Keluar Wilayah Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017
Republik Indonesia. Standar Operasional Prosedur Border Control Management. Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-459.GR.01.02 Tahun 2011
JURNAL ILMIAH
Arifin, Ridwan dan Intan Nurkumalawati. 2020. Kebijakan Pemeriksaan Keimigrasian di Indonesia: Bentuk Pelayanan Publik dan Profesionalisme Petugas Imigrasi. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum. Volume 14 Nomor 2, Juli 2020: 243-262
Astuti, Rita Kusuma dan Wilonotomo. 2020. Implementasi Sistem Perlintasan Keimigrasian Melalui Autogate dan Konter di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Soekarno Hatta. Jurnal Teknovasi, Volume 07 Nomor 02, 20, 47-57
Syahrin, Muhammad Alvi. 2019. Polarisasi Penegakan Hukum Keimigrasian Kontemporer:
Aksiologi Normatif-Empiris. Majalah Hukum Nasional 49, no. 1, 59–89
Pradana, Baginda Eka. 2019. Implementasi Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI- 459.GR.01.02 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Border Control Management dalam Kerangka Pelaksanaan Pemeriksaan Keimigrasian pada TPI Tanjung Perak Tahun 2020.
TEMATICS, Volume 1 No. 1 2019
ARTIKEL DARI INTERNET
Angkasa Pura II. Bandara Internasioal Soekarno Hatta. Diakses dari
https://www.angkasapura2.co.id/id/business_relation/our_airport/16-bandara-internasional- soekarno-hatta
DHI. NCB Interpol Indonesia Gandeng Imigrasi untuk Pengawasan Buronan Internasional di Wilayah Perbatasan. Diakses dari http://www.interpol.go.id/id/berita/736-ncb-interpol-indonesia- gandeng-imigrasi-untuk-pengawasan-buronan-internasional-di-wilayah-perbatasan-