KETENTUAN HUKUM TENTANG USAHA PATUNGAN
!
"!
#
$%$
&
'
(%$ & "
( ' ( " ! $%$
)
*
'! '
!
" +
&
"
( &
! !
& "
*
'! '
!
" +
&
"
( &
! !
& "
( ' ( ",
'* ' ! " + ,
-*
$%$
-
! " "% !
$ (
(%
& (%
&!+ $
/
0
! &
" +
& %" +
#
$
! ! !$
" +
# !( " 1'! "
#
&
" +
"!
2
0
! !
%$
&
" +
"!
2
0
! !
%$
& %" +
! 0 ! (
( & !" #
!'
(%$
!
!
"UU NO. 1 Tahun 1967 tentang PMA membenarkan perusahaan patungan nasional dan asing berdiri untuk waktu 30 tahun dan sesudahnya dapat diperpanjang. Pemerintah dapat pula memberikan tambahan perpanjangan waktu jika keberadaan perusahaan PMA yang bersangkutan masih dibutuhkan untuk membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sampai tahun 1994 Indonesia menerapkan kebijakan modal minimum bagi perusahaan penanaman modal asing (termasuk joint venture). Jumlah minimum modal bagi PMA ditetapkan sebesar USD 1.000.000,- (satu juta dolar AS).
PP No. 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing yang berlaku sampai saat ini, menghapuskan dalam Rangka Penanaman Modal Asing yang berlaku sampai saat ini, menghapuskan ketentuan kewajiban modal minimum bagi PMA. Namun tidak berarti bahwa tidak ada aturan tentang pemasukan modal.
Pasal 2 ayat (1) PP No. 20 Tahun 1994 memberikan hak kepada pemerintah (BKPM) untuk menetapkan jumlah modal yang sesuai dengan kelayakan ekonomi kegiatan usaha PMA yang bersangkutan.
Sampai tahun 1994 Pemerintah RI menetapkan komposisi pemilikan
saham yang wajib dimiliki oleh warga negara atau badan hukum Indonesia
dalam usaha joint venture adalah sebesar minimum 20 % saham. Dengan
kata lain perbandingan minimum pemilikan saham pada saat usaha joint
venture didirikan adalah 80 % asing : 20 % domestik.
venture didirikan adalah 80 % asing : 20 % domestik.
PP No. 20 Tahun 1994 merubah ketentuan komposisi pemilikan saham
tersebut. Pasal 6 ayat (1) PP No. 20 Tahun 1994 tersebut menetapkan
bahwa pemilikan saham peserta Indonesia pada saat pendirian usaha joint
venture minimal sebesar 5 % dari seluruh modal setor perusahaan pada
saat pendirian.
Sebelum tahun 1994, peraturan-peraturan penanaman modal menetapkan jangka waktu divestasi, misalnya 15 tahun setelah produksi komersial dimulai, 20 tahun setelah produksi komersialdimulai.
PP No. 20 Tahun 1994 tidak lagi menentukan jangka waktu divestasi saham asing. Masalah terkait dengan divestasi saham asing diserahkan kepada para pihak. Oleh karena itulah peran kontrak joint venture sangat penting dalam pihak. Oleh karena itulah peran kontrak joint venture sangat penting dalam mengatur hal-hal terkait dengan divestasi.
Kontrak joint venture melibatkan lebih dari satu pihak yang berjanji untuk mendirikan sebuah perusahaan. Dengan demikian akan muncul sejumlah hak dan kewajiban para pihak.
Kontrak joint venture harus jelas menguraikan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak selama pendirian perusahaan. Misalnya pihak mana yang mengurus perijinan, pengurusan lahan, dll. Dan yang lebih penting adalah mengenai beban biaya pengurusan kewajiban kepada siapa dibebankan.
mengenai beban biaya pengurusan kewajiban kepada siapa dibebankan.
Modal asing tidak harus berbentuk uang atau devisa,tetapi juga dapat berbentuk barang dan teknologi. Oleh karena itu sering disebutkan bahwa joint venture adalah salah satu cara pengalihan teknologi dan know how
Alih teknologi terkait erat dengan masalah joint venture. Dan untuk sebagian kontrak joint venture ada yang mengatur tentang proses alih teknologi yang dimiliki oleh peserta asing kepada peserta Indonesia (ic. Tenaga kerja Indonesia).
Indonesia).
Ada baiknya diatur tentang tata cara pengalihan teknologiatau know how yang dibawa oleh mitra asing kepada tenaga Indonesia dalam kontrak joint venture. Namun umumnya mitra asing kurang tertarik dengan klausula alih teknologi.
Alih teknologi secara nasional umum gagal terjadi di Indonesia, karena banyak faktor antara lain :
1. Pengusaha domestik lebih mengutamakan status daripada alih teknologi 2. Pengusaha domestik kurang mau berinvestasi dengan teknologi karena
biaya mahal dan resiko tinggi
3. Pengusaha domestik sering cukup puas dengan keuntungan yang sudah
ada meskipun mungkin nilai tambahnya kecil;
4. Pengusaha asing memang tidak bersedia mengalihkan teknologinya ; 5. Pengusaha domestik kurang memahami kontrak alih teknologi yang 5. Pengusaha domestik kurang memahami kontrak alih teknologi yang
sangat rumit ;
6. Secara nasional belum ada kemampuan yang memadai untuk verifikasi
teknologi
7. Ketentuan perpajakan yang kurang mendukung ;
8. Teknologi lokal sebagai teknologi penunjang belum cukup memadai ; 9. Kurangnya dukungan dari institusi perguruan tinggi dalam penyediaan
riset-riset teknologi yang siap pakai ;
Masalah kerahasiaan sering diatur dalam kontrak joint venture. Klausula-klausula tentang kerahasiaan mengatur tentang kewajiban para pihak untuk merahasiakan informasi-informasi yang dianggap penting baik pada saat pendirian perusahaan joint venture maupun sesudah berdirinya perusahaan tersebut.
Klausula seperti ini sangat dikehendaki oleh perserta asing, karena umumnya mereka membawa sejumlah informasi yang bernilai komersial pada saat pendirian perusahaan. Misalnya business plan yang mereka susun dengan pendirian perusahaan. Misalnya business plan yang mereka susun dengan mempergunakan tenaga konsultan bisnis, hasil studi kelayakan usaha, cara produksi, sistem manajemen, dll. Mereka mengingkan informasi seperti itu dirahasiakan dari pihak lain.
Jika perusahaan gagal dibentuk umumnya diatur bahwa mitra Indonesia tidak diperkenankan mempergunakan informasi yang mereka miliki, kecuali jika ada kompensasi tertentu bagi mitra asing.
Klausula ini sangat penting untuk mengamankan kontrak dari pemutusan secara sepihak. Jika ini tidak diatur secara lengkap bisa saja salah satu pihak secara diam-diam atau terang-terangan tidak melanjutkan kontrak atau memutuskan kontrak sehingga projek pendirian perusahaan akan terganggu.
Harus diatur secara tegas bagaimana cara pemutusan kontrak, dan apakah dimungkinkan pemutusan secara sepihak, dan apa konsekuensinya jika ada pihak yang memutuskan secara sepihak.
Dalam kontrak joint venture juga selalu diatur tentang pembubabaran perusahaan.
Klausula ini berisikan tentang tata cara pembubaran, likuidasi, dan konsekuensi hukumnya bagi para pihak, juga konsekuensi terhadap pihak ketiga, termasuk karyawan, yang harus dipenuhi oleh para pihak atau perusahaan joint venture yang terbentuk.
yang harus dipenuhi oleh para pihak atau perusahaan joint venture yang terbentuk.
Umumnya penyelesaian sengketa dalam perusahaan patungan menggunakan jasa lembaga arbitrase internasional. Tentang lembaga tersebut diserahkan kepada kesepakatan para pihak. Misalnya arbitrase yang ada di Inggris, Singapura dll.
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE)
Pendirian
! (
/ (%
(
3 % ( & 0 " ( ( 4! !"!. 4! !"! #
!& % $ /
3 (%$ +! ! $ $ ! % & 4"!
4! !"!
4! !"!
4! !"!
4! !"!
3 & ' " # " 5 !( & ($
" ( " ( & ! !
3 ' & & & "! "! . "! &!+ $
3 ! ( ( - & !+ + $ ( " " + !
" (% &!+ $ $ &!+ $ !
3 & $ + & ' ( " .& ' ( " 6 & "# ( .
& "# ( ( ( (% !+$ + $ ( "
" +
!+
!+
!+
!+
$
$
$
$
( "
( "
( "
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE)
Pendirian
! (
/ (%
(
3 ! $ ( (% & ' +
3 ! $ ( (% & 7 " + ." + ' % # !$ % $
& "
3 $ & " + # "% + + & '! ' ! ( "
" + ' %
' + ' + ' + ' + % % % % + ++ + % % % %
3 %"% ! $"! $ !" !" & & "! "! . "! &
& % %" & % %" & % %"
& % %" 3 %"%" + ! $"! $ !" !" & & "! "! . "! & 3 ( - & $ ( ! $"! $ !" !"
3 % " 7 7 ! $"! $ !" !" 3 & (. & ( ! $"! $ !" !"
& % %" & % %" & % %" & % %"
& %" + & %" +& %" + & %" +
3 ' ! $ ( (% ( ( ( + !- ""!"( - $ 7 + 7
3 !" "!5 & ( 5 $5 ! " ' ! #
-+ -+ -+ -+ !-""!"( -""!"(""!"( - -""!"(
-7 7
7 7
7 7
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE)
Pendirian
! (
/ (%
(
3 # !$ ( & 0 0! ( + & &!+ $ ! #
(!$ $ % %$ " + " (% &!+ $
3 & & (! !!0! $
(! (! (!
(! & & & & &!+ $
&!+ $ &!+ $ &!+ $
3 (%$.' (%$ 7 & "( "!
3 $!' ( +%$% '! ( 0 ! 4 % (
8 & "( "! 8 & "( "! 8 & "( "! 8 & "( "!
1 4 % (2
1 4 % (2
1 4 % (2
1 4 % (2
3 ' ! $ ( (% & ! ( 0!$ ( 0 !
7 & "( "!
3 ( " ! & # & !
! (
! (
! (
! (
1 (!- 2
11 (!- 2(!- 2
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE)
Pendirian
! (
/ (%
(
3 $ % (%( (! % !
3 ' (%$ (! % !
(! (!(!
(! % ! % ! % ! % !
3 ( " ' (%$ 4 - 0 %
3 ( " ' (%$ 4 - 0 %
3 $ !" & # & !
3 $!' ( 4 - 0 %
9 - 0 %
9 -9 - 0 % 0 %
9 - 0 %
3 &! !+ +%$% # (%
& 4"! & $"
& 0 0!
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE)
Pendirian
! (
/ (%
(
3 $ !" & # " ! " $ (
3 &! !+ 4 %
# " !
# " !
# " !
# " !
" $ (
" $ (
" $ (
" $ (
3 + " # !& % $ #
!$ (
+ " + "+ " + "
3 (% ' (%$ & 0 0!
$ $$
$ 7 $(%7 $(%7 $(%7 $(% & 0 0!
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE)
Pendirian
! (
/ (%
(
3 $ !" & $+!
& 0 0! " - " &!+ $
3 $ " $% "!
$+! $+! $+! $+!
0 0!
0 0!
0 0!
0 0!
3 ( (% "# (