• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI DESA TARAMAN SIDOHARJO SRAGEN TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI DESA TARAMAN SIDOHARJO SRAGEN TAHUN 2013"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH

DI DESA TARAMAN SIDOHARJO SRAGEN TAHUN 2013

Muhammad Sowwam, Subiyanto Prodi D3 Keperawatan Akper YAPPI Sragen

Abstraks

Latar Belakang:. Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Menurut Solihin Pudjiadi dkk (2002:8), status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (I Dewa Nyoman S, dkk, 2003:29). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah di Desa Taraman Sidoharjo Sragen

Metode : Menggunakan metode analitik korelasional

Teknik Pengumpulan Data: menggunakan KMS yang digunakan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu selama hamil dan berat badan bayi saat lahir.

Hasil: nilai uji hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah didapatkan p = 0,001( p < 0,05) dan nilai N = 0,668

Kesimpulan:. Ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah dan tingkat keeratan hubungan kuat,

Kata kunci : Balita, Higiene, Diare.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa itu ibu harus mempersiapkan diri sebaik- baiknya untuk menyambut kelahiran

bayinya. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu adalah gizi ibu (Depkes RI, 2000:4). Masa hamil adalah masa di mana seorang wanita memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak dari pada yang

(2)

di perlukan dalam keadaan biasa.

Sjahmien Moehji, 2003:15). Disamping untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri berbagai zat gizi itu juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam kandungannya, sebab defisiensi gizi selama kehamilan dapat memberikan efek yang merugikan ibu maupun anaknya (Courtney Moor Marie,1997:25).

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Bayi berat Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan

panjang badan 50 cm (Solihin Pudjiadi, 2003:11). Secara umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 3000 gr sampai 4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Jumiarni dkk (1995:73), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini diakatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Bayi berat Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan.

WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara maju terbesar antara 3 – 7 % dan di negara berkembang berkisar antara 13 – 38 %. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 % dari seluruh koheren hidup (Sjahmien Moehji, 2003:20). Penyebab yang secara langsung mempengaruhi BBLR antara lain usia kehamilan ibu yang erat kaitanya dengan berat bayi lahir rendah kehamilan di bawah umur 20 tahun merupakan kehamilan

(3)

beresiko tinggi 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan denagn kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999:13). Pada umur yang masih muda. Perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999:15). Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah.

Mengingat bahwa faktor umur memegang

peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.

Menurut Solihin Pudjiadi dkk (2002:8), status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (I Dewa Nyoman S, dkk, 2003:29).

Kebutuhan akan gizi tambahan sangat kentara pada usia trimester III kehamilan, artinya pada usia ini diperlukan makanan dengan nilai biologis yang tinggi dan memadai untuk mencukupi segala kebutuhan (Sitorus, 1999:140).

Menurut Samsudin dan Arjatmo Tjokronegoro (1986:27), kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil.

Higgins (1974) dalam Solihkin Pudjiadi (2002:8) telah menemukan asosiasi yang positif antar berat badan lahir bayi maupun berat badan ibu, jadi ukuran antropometri Ibu hamil sangat

(4)

mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya pertumbuhan janin, dan terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh ibu.

Puskesmas Sidoharjo merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kecamatan Sidoharjo. Menurut catatan persalinan di Puskesmas Sidoharjo Sragen tahun 2009 bayi yang dilahirkan BBLR sebanyak 3,83 %, dan pada tahun 2010 kelahirkan bayi BBLR sebesar 2,87 %, angka terbesar ditunjukkan pada Desa Urutsewu yaitu dari 123 kelahiran 8,13 % lahir dengan BBLR. Disamping itu ibu hamil pada tahun 2010 sebesar 25,94 %.

Sementara dari hasil laporan seksi gizi Dinas Kesehatan dan Sosial (DKS) kabupaten Sragen tahun 2009 menyebutkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil di Kabupaten Sragen sebesar 47,06 %.

Berdasarkan latar belakang di atas dan dari hasil pengamatan sementara masih ditemukan adanya status gizi kurang pada ibu hamil dan banyak kejadian anemia serta Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo Sragen, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut sejauhmana hubungan antara kenaikan berat badan ibu dengan berat bayi lahir dengan mengadakan penelitian berjudul

“Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir rendah di Puskesmas Sidoharjo Sragen Tahun 2013 ”.

2. Rumusan masalah

Masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah bahwa penulis ingin mengetahui:. “Adakah Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil dengan Bayi berat Lahir rendah di Puskesmas Sidoharjo Sragen Tahun 2013 ?”.

3. Tujuan Penelitian Tujuan umum :

Untuk mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah di Puskesmas Sidoharjo Sragen Tahun 2013.

(5)

Tujuan khusus :

1. Mengukur kenaikan berat badan ibu hamil di wilayah puskesmas Sidoharjo Sragen Tahun 2013.

2. Mengetahui kenaikan jumlah berat bayi lahir rendah di wilayah puskesmas Sidoharjo Sragen Tahun 2013

3. Mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan bayi saat lahir di wilayah puskesmas Sidoharjo Sragen Tahun 2013

4. Kajian Teori

a. Berat Bayi Lahir Rendah

BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram. (Abdul Bari Saifudin, 2002 : 376) BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr (Farrer, Hellen, 1999) BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 – 2500 gram (Sarwono Prawrohardjo, 2002)

Menurut harapan hidupnya BBLR ada 3 jenis yaitu : Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram, Bayi berat

lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000 – 1500 gram dan Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram (Sarwono, 2002 : 376)

Menurut masa gestasinya ada dua yaitu Prematuritas murni dan dismaturitas.

Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB – SMK). Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intruterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)

Etiologi Menurut (IBG, Manuaba, 1998 : 326) BBLR adalah :

1) Faktor ibu, meliputi : Gizi saat hamil yang kurang , Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun dan Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat dan Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).

2) Faktor kehamilan, meliputi : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, Perdarahan antepartum dan Komplikasi

(6)

hamil (pre-eklamsi atau eklamsi, ketuban pecah).

3) Faktor janin, meliputu : Cacat bawaan, Infeksi dalam rahim

(IBG, Manuaba, 1998 : 326)

Menurut Rustam Mochtar, (1998 : 449) akibat BBLR dapat dilihat pada saat :

1) Sebelum bayi lahir

Pada anamnese sering dijumpai adanya Riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum

2) Setelah bayi lahir

Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin, bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu, bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin dan bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.

Penanganan BBLR meliputi :

1) Mempertahankan suhu dengan ketat BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat

2) Bayi berat badan dibawah 2 kg 350 C 3) Bayi berat badan 2 kg – 2,5 kg 340 C 4) Suhu incubator diturunkan 10 C setiap

minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu sekitar 24-270 C

5) Mencegah infeksi dengan ketat

6) BBLR sangat retan akan infeksi.

Perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi

7) Pemberian O2

Pemberian O2 untuk bayi ini harus dikendalikan dengan seksama konsentrasi yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan pada retina bayi sehingga menimbulkan kebutaan. Bisa diberikan melalui kateter hidung.

8) Pengawasan nutrisi / ASI

Reflek menelan BBLR belum sempurna.

Oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Reflek hisap baik – ASI ½ jam setelah lahir. Reflek hisap lemah ASI khusus dengan sonde

(7)

b. Kenaikan Berat Badan (BB) Ibu Hamil

Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999:41). Pertambahan berat badan ibu merupakan pencerminan dari status gizi ibu hamil. Bertambahnya berat badan ibu sangat berarti sekali bagi kesehatan ibu dan janin. Pada ibu yang menderita kekurangan energi dan protein (status gizi kurang) maka akan menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi reterdasi perkembangan janin intra utera dan bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Samsudin dan Arjatmo Tjokronegoro, 1986:24).

Penambahan berat badan ibu semasa kehamilan menggambarkan laju pertumbuhan janin dalam kandungan.

Pada usia kehamilan trimester satu laju pertambahan berat badan ibu belum tampak nyata karena pertumbuhan janin belum pesat, tetapi memasuki usia kehamilan trimester dua laju pertumbuhan janin mulai pesat dan pertambahan berat

badan ibu juga mulai pesat (Sjahmien Moehji, 2003:19).

Menurut Solihin Pudjiadi (2003:9), seorang ibu yang sedang mengandung mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10 – 12 kg. Pada trimester pertama kenaikan itu hanya kurang dari satu kg, pada trimester kedua kurang lebih tiga kg, sedang pada trimester ketiga kira-kira enam kg. Pada trimester kedua kira-kira 50 %, dan pada trimester ketiga kira-kira 90 % daripada kenaikan itu merupakan kenaikan komponen janin, seperti pertumbuhan janin, placenta, dan bertambahnya cairan omnion.

Elizabeth Tara (2001:56) menyatakan bahwa, kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar 11 kg – 12,5 kg atau 20 % dari berat badan sebelum hamil, penambahan berat badan sekitar setengah kg pada trimester pertama dan setengah kg setiap minggu pada trimester berikutnya. Depkes RI (2000:7), menganjurkan kenaikan normal bagi ibu hamil sebesar tujuh sampai 12 Kg. Yang perlu diketahui bahwa bertambahnya berat karena hasil konsepsi yaitu janin, plasenta, dan cairan omnii. Selain itu alat-alat reproduksi ibu seperti rahim dan

(8)

payudara membesar, volume darah bertambah selain lemak tubuh yang meningkat. Semua ini diperlukan untuk persiapan pada saat melahirkan dan setelah melahirkan seperti memproduksi air susu ibu (ASI ).

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan

Komponen

Pertambahan berat badan (gram) pada Minggu Ke10 Ke20 Ke30 Ke40 Feetus

Plasenta Amnion Uterus Gland mamae Darah Ibu Lain-lain

5 20 30 135 34 100 326

300 170 250 585 180 600 1915

1500 430 600 810 360 1300 350

3300 650 800 900 405 1250 5195

Total 650 4000 8500 12500 Sumber : WHO Nutritional and Pregnancy, Tehnical Report. Series No. 302 tahun 1995 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi

bayi berat lahir rendah

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut :

1) Faktor Lingkungan Internal

Yaitu meliputi usia ibu, jarak kelahiran, paritas, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.

2) Faktor Lingkungan Eksternal

Yaitu meliputi kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi bayi berat lahir rendah antara lain sebagai berikut : a) Usia Ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan bayi berat lahir rendah. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, dua sampai empat kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999:13). Pada umur yang masih muda, perkembangan organ- organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin

(9)

muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi berat lahir rendah dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999:15). Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah.

Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan

kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.

b) Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999:16), bahwa risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran dua tahun.

Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi berat lahir rendah secara tidak langsung / eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.

(10)

b) Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian jenis analitik korelasi Dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di desa Taraman wilayah Puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu setelah melahirkan antara bulan September – Oktober 2013 di wilayah Puskesmas Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu setelah melahirkan antara bulan September – Oktober 2013 di Wilayah Puskesmas Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen dalam penelitian ini

menggunakan KMS yang digunakan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu selama hamil dan berat badan bayi.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 2 , karakteristik umur ibu hamil dan usia kehamilan ibu hasil penelitian terhadap 35 responden, rata-rata umur Ibu hamil adalah 20-25 tahun, umur Ibu hamil terendah adalah 20 tahun kemudian usia tertinggi adalah 35 tahun Berdasarkan umur kehamilan ibu hasil penelitian terhadap 35 responden, rata-rata umur kehamilan Ibu adalah 32-35 minggu, umur kehamilan Ibu terendah adalah 28 minggu dan umur kehamilan Ibu tertinggi adalah 40 minggu

Tabel 2. Karakteristik Responden

Karakteristik kategori jumlah %

Umur ibu hamil

a. 20-25 th b. 26-30 th c. 31-35 th

17 10 8

48,6 % 28,6 % 22,8 % Umur

kehamilan

a. 28-31 mg b. 32-35 mg c. 36-40 mg

7 14 14

20,0 % 40,0 % 40,0 %

JUMLAH 35

Sumber : Data Primer

(11)

b. Kenaikan berat badan ibu hamil Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian terhadap 35 responden, rata-rata kenaikan berat badan (BB) Ibu hamil adalah Kurang <10 kg, kenaikan berat badan terendah sebesar enam

setengah kg dan kenaikan berat badan tertinggi sebesar 13 kg. Sedangkan yang di jadikan sampel dalam penelitian ini adalah ibu setelah melahirkan pada bulan September – Oktober 2013.

Tabel 2. Kenaikan berat badan

Karakteristik kategori jumlah %

Kenaikan berat badan ibu selama hamil

a. Lebih > 12kg b. Cukup 10-12 kg c. Kurang<10kg

6 12 17

17,1%

34,3%

48,6%

jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer c. Berat bayi lahir

Dari hasil penelitian terhadap berat bayi pada saat dilahirkan, rata-rata berat bayi lahir dari ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo Sragen yang memiliki berat bayi saat lahir lebih (BBLB) 4 bayi

untuk. Berat bayi lahir cukup ( BBLC) 28 bayi dan yang dilahirkan dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) 3 bayi di wilayah Puskesmas Sidoharjo Sragen. Dari 35 responden yang diteliti, . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di atas

Tabel 3. Berat bayi lahir

Karakteristik Kategori Jumlah %

Berat bayi lahir a. BBLB b. BBLC c. BBLR

4 28 3

11,4%

80%

8,6%

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer

d. Hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah

Ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah dan tingkat keeratan

(12)

hubungan kuat, yang dibuktikan dengan p

= 0,001( p < 0,05) dan nilai N = 0,668.

Tabel 4. Hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah

p N

0,01 0,668

Sumber : Data Primer

2. Pembahasan

a. Kenaikan berat badan ibu hamil

Menurut Samsudin dan Tjokronegoro (1986:27) kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil. Untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi yang rendah atau dibawah 2500 gram,seorang ibu harus menjaga kondisi fisiknya dengan mencukupkan kebutuhan gizinya.Disamping itu harus berusaha menaikkan berat badan sedikitnya 11 kg (bertahap sesuai dengan usia kehamilan) (MC. Widjaya, 2003:8).Elizabeth Tarra (2001:56), dalam kesehatan kehamilan menyatakan kenaikanberat badan selama kehamilan 11 – 12,5 kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil. Penambahan berat badan sekitar 0,5

kg pada trimester I dan 0,5 kg setiap minggupada trimester berikutnya. Depkes RI, (2000:7) menganjurkan Ibu hamil harusmengalami kenaikan berat sebesar tujuh – 12 kg, jika kenaikan berat badan dibawah yangdianjurkan maka Ibu hamil dikatakan gizi kurang.

Hasil penelitian dari 35 responden menunjukkan kenaikan berat badan Ibu hamil trimester III yang kurang dari tujuh kg atau yang gizinya kurang adalah tiga orang (8,58%), dan Ibu yang kenaikan berat badannya diatas tujuh kg atau gizi baik adalah 32 orang (91,42%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi kesehatan atau gizi Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo Sragen baik

b. berat bayi lahir rendah (BBLR) Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan kurang dari dua setengah kg dan panjang badan kurang dari 50 cm (Solihin Pudjiadi, 2003:11). Gizi Ibu hamil menentukan berat lahir bayi yang akan dilahirkan, maka pemantauan gizi Ibu hamil sangatlah penting dilakukan.Sebab defisiensi gizi selama kehamilan dapat memberikan efek yang merugikan Ibu maupun anaknya (Courtney Moor Marie, 1997:25).

Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada

(13)

trimester terakhir kehamilan, maka kekurangan makanan dalam periode ini dapat menghambat pertumbuhannya, sehingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang badan yang kurang dari pada seharusnya (BBLR). Menurut Jumiarni, dkk (1995:73) berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari2500 gram, kelompok BBLR dapat diistilahkan dalam kelompok risiko tinggi, karenapada bayi berat lahir rendah menunjukkan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

Dari hasil penelitian bayi yang dilahirkan kurang dari 2500 gram atau BBLR sebanyak tiga orang (8,58%). Dan bayi yang berat lahirnya normal sebanyak 32 orang (91,42%). Prevalensi BBLR dari penelitian ini lebih tinggi dari prevalensi di Puskesmas Sidoharjo tahun lalu yaitu 2,47%. Selain itu prevalensi BBLR dari penelitian ini juga diatas dari perkiraan WHO untuk Indonesia pada tahun 1990 yaitu 14% dari seluruh koheren hidup (Syahmien Moehji, 2003:20).

Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir rendah penambahan berat badan ibu semasa

kehamilan menggambarkan laju pertumbuhan janin dalam kandungan.

Pertumbuhan cepat terjadi pada usia kehamilan trimester III kira-kira 90%

daripada kenaikan itu merupakan kenaikan komponen janin, seperti pertumbuhan janin, placenta dan bertambahnya cairan amnion (Solihin Pudjiadi, 2002:9).

c. Hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah

Ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah dan tingkat keeratan hubungan kuat, yang dibuktikan dengan p

= 0,001( p < 0,05) dan nilai N = 0,668.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagaimana berikut:

a. Ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah dan tingkat keeratan hubungan kuat, yang dibuktikan dengan p = 0,001( p <

0,05) dan nilai N = 0,668.

b. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu hamil dengan berat bayi

(14)

lahir rendah dan tingkat keeratan hubungan cukup kuat, yang dibuktikan dengan nilai p = 0,001 ( p < 0,05) dan nilai N = 0,570.

2. Saran

a. Bagi Puskesmas

1) Mengurangi angka prevalensi gizi kurang, pada ibu hamil agar tidak terjadi kelahiran bayi BBLR.

2) Memberikan bantuan makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil b. Bagi Ibu Hamil

1) Menjaga kesehatan kehamilan dan berusaha menaikan berat badan untuk menghindari resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

2) Mengkonsumsi makanan yang bergizi saat hamil, terutama makanan yang mengandung zat besi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari S. 2000. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: YBP-SP

Depkes RI. 2000. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas).

Jakarta:

Departemen Kesehatan 2002. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Bayi Ibu Hamil Dan Ibu

Menyusui (Pedoman Petugas Puskesmas). Jakarta: DKKS RI I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2002.

Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Jumiarni, dkk. 1985. Asuhan Perawatan Perinatal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGO

Samsudin dan Arjatmo Tjokronegoro. 1986.

Gizi Ibu dan Bayi: Peningkatan Mutu.

Sitorus, Ronald H. Dkk 1999. Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu dan Janin Selama Kehamilan . Bandung: CV.

Pionir Jaya Bandung.

Sjahmien Moehji. 2003. Ilmu Gizi II.

Penanggulangan Gizi Buruk.

Jakarta: Papas Sinar Sinanti Bhratara Solihin Pudjiadi. 2003. Ilmu Gizi Klinis

pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sugiyono. 2002a. Statistik untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta

2004b. Statistik untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta

(15)

Gambar

Tabel 2. Karakteristik Responden
Tabel 3. Berat bayi lahir
Tabel  4.  Hubungan  antara  kenaikan  berat  badan  ibu  hamil  dengan  berat  bayi  lahir  rendah

Referensi

Dokumen terkait

Std. Test distribution is Normal. Calculated from data. Dependent Variable: Unstandardized Residual.. Dependent Variable: LN_HargaSaham.. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efek hipoglikemik kecambah beras merah pada tikus diabetes yang diinduksi STZ-NA terhadap kadar glukosa darah, insulin, serta indeks

Penelitian ini membahas tentang analisis perilaku eksportir dalam memilih PT Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Sudirman Surakarta sebagai Partner Ekspor, untuk memperluas

Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika awal adalah kepekaan terhadap cara berpikir ilmiah dan membangun konsep yang ditunjukkan dengan

Bahan Alam Laut: Filum Echinodermata_Kelompok VIII Page 1 of 41 FMIPA (Herbal Farmasi_Estetika Indonesia).. BAB I

(1) Jenis Retribusi Jasa Umum dan Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (2), untuk Daerah Propinsi dan Daerah

Jika matahari tinggi maka radiasi yang jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi, sedangkan jika matahari rendah ma- ka radiasi akan disebarkan dalam area yang luas sehingga

Studi penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank ter- hadap Pertumbuhan Laba pada Peru- sahaan Sektor Perbankan,” Penelitian ini merupakan replikasi dari