• Tidak ada hasil yang ditemukan

AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM

(Suatu Penelitian di RT 1 Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo)

Clara Shinta Dilapanga

1)

, Herlina Jusuf

2)

, Lia Amalia

3)

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan

email : claracreaweal@gmail.com Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan

email : herlina_jusuf@yahoo.co.id Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan

email : Lia.amalia29@gmail.com

Abstrak

CLARA SHINTA DILAPANGA. 2015. Penurunan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Suntik Dengan Menggunakan Alat Pneumatic System. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Herlina Jusuf, Dra, M.Kes dan Pembimbing II Lia Amalia, S.KM.,M.Kes.

Masalah tingginya kadar besi (Fe) dalam air tanah menjadi masalah yang perlu diperhatikan mengingat masih banyak masyarakat menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sehingga perlu pengolahan air bersih yang dapat menurunkan kadar Fe dalam air. Rumusan Masalah adalah apakah ada penurunan kadar besi (Fe) pada air sumur suntik dengan menggunakan alat Pneumatic System berdasarkan lama waktu injeksi udara yang efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah menurunkan kadar Fe pada air sumur suntik yang ada di RT 1 Kelurahan wumialo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo dengan menggunakan alat Pneumatic System.

Metode penelitian yaitu Quasi Experiment dengan rancangan penelitian Separate Sample Pretest Posttest. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bak aerasi dari plastic, Air Pump dengan aerator size 5 W, dengan variasi lama waktu injeksi 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 40 menit dengan 3 kali pengulangan. Air hasil pengolahan dianalisis di laboratorium dengan hasil Penelitian menunjukkan bahwa lama waktu efektif yang mampu menurunkan kandungan Fe dibawah ambang batas menggunakan alat Pneumatic System adalah 10 menit, dengan prosentase penurunan 30,25%. Perlu adanya penambahan unit pengolahan seperti saringan pasir lambat untuk lebih memperbesar Prosentase (%) penurunan kandungan Fe dalam air baku.

Kata kunci :

Besi (Fe), Pneumatic System, Sumur Suntik

.

(2)

ABSTRACT CLARA SHINTA DILAPANGA。 2015。 ル ι Dθ

`昴

θ 鰐

`0/frO″ CO漸 θ ″ Fう

liz

Ⅳ磁 er a/均 θ

crlri。

4階 〃滋″後ψ P″

`“

″た Sパ

J`“

乃 θ′ Skripsl,Depament Of Public Health,F"ulty of Hcalth and Sport Sciences, Universitas Negeri Gorontalo.the p五 ncipal supervisor was Dr.Herlim Jusut hL M.Kes and co supervisor was Lia Amalit S.KM。 ,M.Kes.

Problem of hiま levelS Ofiron in groundwater becomes a senous concem toward the big amount of people who consume water of wells as as a source of clean water9 so it requires water rnanagement to decrease lron content in the water`

The research problellll was whether there is a decrease of iron content in water of lnJection well through uslng pneumatic system tool btted on length of time

ef晨

ctive a」

「 mJection or not.The rescarch alllned at decreasing lron content in the water of tteCtiOll well which is lied oll RT l oヾ ciまbOrh00d associationb in Wumialo village9 subdistrict ofKota Timuち Gorontalo through pncumatic system

tool.

The research was categorized to quasi experimental through separate sample pretest posttest desi3m.It was conducted by using plastic acration basin, air pllmp with aerator size 5 w,varlolls length ofittectiOll time for 10 minutes,20 minute島 30 minutes and 40 minutes with thrice repeti饉 on,Water pЮ cessing results were analyzed at laboratory which revealed length of erect市 e lnJection time in tel11ls of decreasing ron content under the threshold was 10 1rlinutes,and the percentage of decrease was 30,25%。 ■ requires addition of processing llll■

such as slow sand fllter to enlarge the percentage(%)Of irOn content in standard watere

Keywords: iron (Fe), pneumafic system, injection wpJl

(3)

PENDAHULUAN

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Depkes, 1990). Air mengandung berbagai zat terlarut dan tidak terlarut sehingga air sangat sulit ditemukan dalam keadaan murni.

Apabila berbagai kandungan zat tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia maka air dianggap bersih. Air bersih didapat dari berbagai macam sumber air.

Namun tidak semua air dapat memenuhi kebutuhan, karena banyak terjadi pencemaran yang disebabkan oleh manusia dan alam.

Krisis air bersih di Indonesia diperkirakan akan semakin parah seiring dengan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan ketersediaan air. Bahkan saat ini hanya 20 persen air bersih yang layak diminum dan baru 15 persen masyarakat yang mengakses air dari pengelolaan air, sisanya memenuhi kebutuhan air sendiri (Suara Pembaruan dalam Hartini, 2012).

Masyarakat masih banyak yang menggunakan air sumur sebagai sumber untuk penyediaan air bersih, terutama di Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Berdasarkan data yang diperoleh dari data Puskesmas Dulalowo (2013) yaitu dari 927 Kepala Keluarga yang ada di Kelurahan Wumialo, ada 403 (43,5%) Kepala Keluarga di Kelurahan Wumialo yang menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih. Air sumur gali menjadi sumber air utama bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.

Berdasarkan hasil survei langsung kualitas air sumur yang ada disekitar daerah tersebut, kualitas air yang digunakan dilihat dari parameter fisik tidak memenuhi syarat karena apabila air ditampung maka akan menghasilkan endapan pada bak penampung serta

memiliki bau yang khas seperti bau logam. Dari ciri-ciri tersebut, dapat disimpulkan bahwa air sumur yang digunakan oleh masyarakat memiliki kadar kandungan Fe yang tinggi.

Air sumur suntik memiliki kadar Fe lebih tinggi dibandingkan dengan air sumur gali karena air pada air sumur suntik melewati pipa sehingga air tanah terkontaminasi dengan zat besi dari pipa sedangkan pada sumur gali air langsung mengalami oksidasi sehingga kadar Fe pada air sumur gali menjadi berkurang.

Selain itu, struktur tanah juga mempengaruhi tingginya kadar Fe dalam air tanah. Di Kelurahan Wumialo, air yang memiliki kadar Fe tinggi berasal dari air sumur suntik/bor. Hal ini tentunya menjadi salah satu masalah kesehatan karena air tersebut digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan hasil uji laboratorium di Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, kadar logam besi (Fe) pada 3 sumur suntik milik warga yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo yaitu masing- masing sebesar 2,05 mg/l, 1 mg/l dan 2,6 mg/l. Dari hasil uji laboratorium tersebut dilihat bahwa dari ketiga sumur tersebut ada 2 sumur yang memiliki kandungan logam besi sudah melebihi standar baku mutu air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu 1 mg/l. Tingginya kandungan Fe dalam air tanah merupakan masalah yang memiliki dampak terhadap kesehatan masyarakat untuk itu perlu adanya upaya pegolahan air sebelum digunakan sebagai sumber air bersih.

Masalah tingginya zat besi didalam air minum lebih sering terjadi bila sumber air baku berasal dari air tanah (Said dalam Hartini, 2012).

Didalam air minum, Fe menimbulkan

warna (kuning), rasa, pengendapan pada

dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi

(4)

dan kekeruhan. Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin tapi dalam dosis besar besi dapat merusak dinding usus sehingga dapat menyebabkan kematian pada manusia (Said, 2010).

Ada beberapa cara untuk menurunkan kandungan Fe dalam air, akan tetapi didalam penelitian ini dipilih alat yang mudah dibuat, bahan-bahan yang mudah didapat, tidak membutuhkan tempat yang luas serta dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan keahlian khusus sehingga sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan berbagai kemudahannya, maka dalam penelitian ini dipergunakan alat Pneumatic System.

Pneumatic System atau sering disebut dengan proses aerasi yaitu menginjeksi udara ke dalam air baku sehingga terjadi kontak antara air dengan udara yang bertujuan untuk menaikkan kandungan oksigen. Proses aerasi dilakukan dengan cara memasukkan (injeksi) udara melalui dasar bak air yang akan diaerasi, sehingga terbentuk gelembung- gelembung udara yang memungkinkan terjadi kontak antara air dengan udara.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi lama waktu injeksi udara yang paling efektif untuk dapat menurunkan kadar Fe dalam air sehingga memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:416/MENKES/PER/IX/1990 tentang standar baku mutu kandungan Fe dalam air bersih sebesar 1 mg/l.

Masalah tingginya kadar besi (Fe) dalam air tanah menjadi masalah yang perlu diperhatikan mengingat masih banyak masyarakat yang menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sehingga perlu adanya pengolahan air bersih yang dapat menurunkan kadar Fe dalam air.

Penelitian tentang cara penurunan kadar besi (Fe) dalam air dengan menggunakan alat pneumatic system menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya dalam proses pengolahan air bersih.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan di Lapangan dan di Laboratorium. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di sumur suntik/bor yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo. Pengolahan air dengan menggunakan alat Pneumatic System dilakukan di RT 1 Kelurahan Wumialo sedangkan Analisis kandungan Fe dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada tanggal 9 Juli 2014.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experiment atau bersifat Eksperimen Semu. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kadar kandungan Fe dalam air sedangkan variable independent dalam penelitian ini adalah variasi waktu injeksi udara yaitu 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 40 menit. Populasi dalam penelitian ini adalah sumur suntik yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah yaitu sebanyak 21 sumur suntik sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 1 sumur yang dianggap memenuhi syarat dalam pengambilan sampel.

HASIL PENELITIAN

Hasil pemeriksaan air dengan

parameter kadar Fe telah dilakukan di

Laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Gorontalo menggunakan alat

Spektrometer dengan analisis Merck

(nama reagen Fe), dengan uji coba alat

Pneumatic System untuk menurunkan

kadar Fe dalam air didapatkan hasil

seperti pada tabel 1.

(5)

Tabel 1 Hasil Analisis Kandungan Fe dalam Air setelah Proses Aerasi

Pengulang an

Air Baku (mg/l)

Hasil Analisis Kandungan Fe berdasarkan Variasi Waktu Injeksi Udara (mg/l)

10 Menit 20 Menit 30 Menit 40 Menit

n % n % n % n %

I 1,24 0,84 32,25 0,8

0

35,48 0,8 4

32,25 0,9 4

24,19

II 1,22 0,81 33,60 0,3

2

73,77 0,8 3

31,96 1,0 4

14,75

III 1,12 0,85 24,10 1,5

0

133,92 1,3 0

116,07 1,5 0

133,92

Rata-Rata 1,19 0,83 30,25 0,8 7

26,89 0,9 9

16,80 1,1 6

2,52

Sumber : Data Primer, 2014

Hasil tabel 1 didapat rata-rata pengulangan I, II dan III, dari hasil rata- rata analisis kandungan Fe dalam air setelah proses aerasi menunjukkan bahwa pada waktu 10 menit injeksi udara kadar Fe mengalami penurunan tapi pada waktu 20 menit, 30 menit, sampai 40 menit injeksi udara menunjukkan kenaikan kadar Fe dalam air baku. Untuk lebih mempermudah dalam membaca dan mengetahui

besarnya penurunan kadar Fe setelah proses aerasi dapat dibuat dalam bentuk grafik yang dihubungkan rata-rata hasil analisis tabel 1 dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:416/MENKES/PER/IX/1990 tentang standar baku mutu kandungan Fe dalam air bersih sebesar 1 mg/l, seperti pada Gambar 1 :

Gambar 1 Grafik hubungan perubahan Fe dalam air terhadap perubahan waktu injeksi udara

Berdasarkan rata-rata hasil analisis tabel 1 selanjutnya dihitung seberapa besar kemampuan Pneumatic System untuk menurunkan kandungan

Fe dalam air baku dengan menunjukan persentase penurunan kandungan Fe untuk setiap variasi waktu injeksi udara.

100

30.25 26.89

16.8 0 2.52

20 40 60 80 100 120 140 160

0 10 20 30 40

Pe rs en tas e Pe nu ru nan K ad ar F e (% )

Waktu (Menit)

I

II

III

Rata-Rata

(6)

Tabel 2 Persentase (%) Penurunan Kandungan Fe dalam Air setelah Proses Aerasi dengan Variasi Lama Waktu Injeksi Udara

Waktu Injeksi Udara (Menit)

Rata-Rata Kandungan Fe

(mg/l)

Prosentase (%)

10 0,83 30,25

20 0,87 26.89

30 0,99 16,80

40 1,16 2,52

Sumber : Data Primer, 2014

Gambar 2 Grafik hubungan efisiensi pengolahan kandungan Fe dalam air terhadap perubahan waktu injeksi udara

Hasil tabel 2 dan Gambar 2 menunjukan bahwa pada waktu 10 menit injeksi udara memiliki persentase tertinggi dalam menurunkan kandungan Fe pada air yaitu 30,25% sedangkan pada waktu 20, 30 dan 40 menit mengalami penurunan persentase yaitu semakin lama injeksi udara persentase penurunan kandungan Fe semakin menurun dengan persentase waktu 20 menit (26,89%), 30 menit (16,80%) dan 40 menit (2,52%).

Kadar Fe dalam air sumur suntik yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo termasuk tinggi karena sudah melebihi kadar Fe yang telah dianjurkan yaitu sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.

416/KEPMENKES/IX/1990 untuk air

bersih sebesar 1 mg/l. Oleh karena itu sesuai dengan standar parameter kimia khususnya kandungan Fe, air tersebut tidak layak digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Akibatnya apabila air tersebut digunakan apalagi dikonsumsi, maka akan berdampak bagi kesehatan.

Zat Besi merupakan salah satu unsur logam yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Manusia memerlukan zat besi dalam jumlah yang relatif kecil atau termasuk dalam kategori mikronutrien.

Zat memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh yaitu berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Kebutuhan zat besi dalam tubuh bisa diperoleh melalui makanan dan minuman yang sering dikonsumsi oleh 30.25

26.89

16.8

0 2.52 5 10 15 20 25 30 35

10 20 30 40

Ef isi en si Al at (% )

Waktu (Menit)

Rata-Rata

(7)

manusia. Air merupakan salah satu sumber yang mengandung zat besi, selain zat besi air juga mengandung berbagai macam zat terlarut. Air sangat penting bagi tubuh manusia tapi air yang memiliki kandungan Fe tinggi dapat berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki dampak bagi kesehatan.

Air yang memiliki kandungan Fe tinggi tidak layak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga memiliki dampak terhadap estetika lingkungan. Air yang memiliki kadar Fe tinggi membuat dinding dan lantai WC/kamar mandi berwarna kuning dan susah untuk dibersihkan. Selain itu, peralatan dapur akan berkarat apabila sering dicuci dengan menggunakan air yang memiliki kadar Fe tinggi sehingga peralatan dapur tersebut sudah tidak layak lagi digunakan.

Tingginya kadar Fe pada air sumur yang ada di RT 1 Kelurahan Wumialo karena kondisi lingkungan sumur di RT 1 Kelurahan Wumialo merupakan daerah bekas rawa, hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya kadar Fe dalam air. Selain itu penggunaan pipa pada sumur suntik juga merupakan penyebab tingginya kadar Fe karena air tanah mengalami kontak dengan pipa besi selama air mengalir menuju permukaan. air tersebut tidak dapat digunakan sebelum ada perlakuan- perlakuan tertentu yang dapat menurunkan kadar Fe sehingga sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Aerasi merupakan salah satu proses dari transfer gas yang lebih dikhususkan pada transfer oksigen dari fase gas ke fase cair. Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen kedalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air. Aerasi dapat digunakan untuk menghilangkan

kandungan gas-gas terlarut, oksidasi kandungan Fe dan mangan dalam air, mereduksi kandungan ammonia dalam air melalui proses nitrifikasi dan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut agar air terasa lebih segar.

Penurunan kadar Fe melalui proses aerasi menggunakan alat Pneumatic System dengan variasi waktu 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 40 menit dengan 3 kali pengulangan seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.1.

Pengulangan I, kadar Fe mampu diturunkan dari 1,24 mg/l menjadi 0,80 mg/l (35,48%) dengan lama waktu injeksi udara 20 menit sedangkan pada waktu injeksi udara 30 dan 40 menit kadar Fe kembali meningkat.

Pengulangan II, kadar Fe mampu diturunkan dari 1,22 mg/l menjadi 0,32 mg/l (73,77%) dengan lama waktu injeksi udara 20 menit sedangkan pada waktu injeksi udara 30 dan 40 menit kadar Fe kembali meningkat seperti pada Pengulangan I. Pengulangan III, kadar Fe mampu diturunkan dari 1,12 mg/l menjadi 0,84 mg/l (24,10%) dengan lama waktu injeksi udara 10 menit sedangkan pada 10 menit selanjutnya kadar Fe pada air mengalami fluktuasi.

Pada penurunan kadar Fe

dengan menggunakan proses aerasi

melalui alat Pneumatic System yaitu

berdasarkan variasi waktu injeksi udara

kedalam air selama 10 menit, 20 menit,

30 menit dan 40 menit, waktu injeksi

udara yang paling efektif dalam

menurunkan kadar Fe yaitu 10 menit

dengan persentase penurunan mencapai

30,25%. Dilihat dari rata-rata hasil

penurunan kadar Fe pada setiap

penambahan waktu kadar Fe mengalami

penurunan pada 10 menit pertama

sedangkan pada 10 menit selanjutnya

semakin lama kadar Fe semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena

pada saat proses aerasi, injeksi udara ke

dalam air dengan menggunakan aerator

tidak stabil. Pada 10 menit pertama

(8)

proses aerasi, keran air pada bak penampungan dibuka untuk pengambilan sampel sehingga air dapat masuk ke dalam pipa aerator. Masuknya air kedalam pipa aerator membuat tekanan udara yang masuk ke dalam air tidak stabil sehingga membuat proses aerasi tidak maksimal.

Analisis kandungan Fe dalam air baku setelah proses aerasi menggunakan alat Pneumatic System dengan injeksi udara selama 10 menit, ternyata mampu menurunkan kandungan Fe hingga cukup baik untuk pemenuhan kebutuhan air bersih yaitu dapat menurunkan hingga 30,25% sehingga dapat memenuhi ambang batas yang diperbolehkan. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan Varian Satu Arah yang dapat dilihat pada tabel 4.3 (hal 38) diperoleh nilai probabilitas (sig) 0,692 > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada penurunan kandungan Fe pada air baku setelah proses aerasi. Terdapat perbedaan hasil analisis statistik dan hasil analisis secara langsung dilihat dari hasil uji kandungan Fe setelah proses aerasi.

Proses aerasi pada penelitian ini lebih cepat dibandingkan proses aerasi menurut Syaputra (2007), yang menyatakan bahwa waktu injeksi udara selama 20 menit merupakan waktu injeksi udara yang efektif dengan prosentase penurunan 44,8%. Perbedaan selisih waktu dan prosentase ini dimungkinkan karena perbedaan besarnya tekanan injeksi udara yang masuk kedalam air baku pada saat proses aerasi dengan menggunakan Pneumatic System.

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam wadah penampungan air yang tertutup juga mempengaruhi hasil yang dicapai karena tidak ada penambahan proses aerasi secara alami dari udara sekitar. Selain itu, proses aerasi injeksi udara dari dalam melalui pipa lewat dasar bak air baku juga

mempengaruhi hasil pengolahan air yang dicapai. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 (hal 36), pada lama waktu injeksi udara 10 menit menunjukkan adanya penurunan kadar Fe dalam air tapi pada 10 menit selanjutnya kadar Fe semakin meningkat.

Pada percobaan penurunan kadar Fe dalam air sumur didaerah pedesaan dengan menggunakan proses aerasi alami selama 7 hari, pada hari pertama mengalami peningkatan kadar Fe dalam air. Pada hari kedua dan ketiga mengalami penurunan kadar Fe yang sangat tajam, sedangkan pada hari keempat dan seterusnya kandungan Fe dalam air mengalami fluktuasi (Susanti, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa proses aerasi tidak hanya dapat menurunkan kadar Fe dalam air tetapi dalam keadaan tertentu, proses aerasi juga dapat membuat kadar Fe semakin meningkat.

Proses aerasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar Fe pada air tapi proses aerasi tidak dapat bekerja secara maksimal apabila besi yang ditemui berada dalam bentuk senyawa organik dan koloid, misalnya bersenyawa dengan zat organic atau asam humus (humic acid). Keadaan yang demikian sulit dihilangkan baik dengan cara aerasi, penambahan klorin, maupun dengan penambahan kalium permanganate (Rohmatun dkk, 2007)

Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen kedalam air sehingga kadar Fe dalam air akan menurun tetapi kadang proses aerasi tidak maksimal karena beberapa faktor yang mempengaruhi.

Keberhasilan proses aerasi tergantung

pada besarnya nilai suhu, kejenuhan

oksigen, karakteristik air dan turbulensi

air (Benefield dalam Abuzar S.S, Putra

Y.D dan Emargi R.E 2012). Adanya

keterbatasan pada penelitian ini

mengakibatkan faktor yang

(9)

mempengaruhi proses aerasi selama percobaan tidak diperhatikan.

Lamanya proses aerasi juga mempengaruhi turbiditas (kekeruhan) dari air. Besi yang terlarut dalam air sebagai ion Fe

2+

(ferro) akan mengalami oksidasi menjadi ion Fe

3+

(ferri) dan dengan segera akan mengendap membentuk senyawa Fe(OH)

3

sehingga air akan berwarna kekuning-kuningan.

Tingkat kekeruhan dari air meningkat selama proses aerasi karena adanya partikel-partikel lain yang mempengaruhi saat proses aerasi. Hal ini terjadi karena tidak adanya proses penyaringan sebelum proses aerasi.

Sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu adanya penambahan unit pengolahan air seperti Saringan Pasir Lambat (SPL).

Waktu injeksi udara selama 10 menit merupakan waktu injeksi yang efektif dibandingkan dengan variasi lama waktu injeksi udara yang lain karena mampu menurunkan kadar Fe sesuai ambang batas maksimum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/KEPMENKES/IX/1990 untuk air bersih sebesar 1 mg/l sehingga cukup baik untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat RT 1 Kelurahan Wumialo Kecamatan, Kota Selatan, Kota Gorontalo.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu yang paling efektif dalam menurunkan kadar Fe pada air sumur suntik berdasarkan lama waktu injeksi udara yaitu 10 menit dengan prosentase (%) penurunan 30,25%.

Adapun yang menjadi saran pada penelitian ini adalah Perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses aerasi berlangsung seperti nilai suhu, kejenuhan oksigen, karakteristik air dan turbulensi air. Pada penelitian selanjutnya perlu adanya penambahan unit pengolahan seperti saringan pasir

lambat untuk lebih memperbesar prosentase (%) penurunan kandungan Fe dalam air baku.

DAFTAR PUSTAKA

Abuzar, S.S dan Putra, Y.D dan Emargi, R.E. 2012. Koefisien Transfer Gas (K

La

) Pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (lima). Jurnal Tehnik Lingkungan UNAND 9 (2) : 155-163 (Edisi Juli 2012).

Hartini, E. 2012. Efektifitas Cascade Aerator dan Bubble Aerator dalam menurunkan kadar Mangan (Mn) dalam Air. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Online).

(http://journal.unnesa.ac.id, diakses 2 November 2013).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Rohmatun dan Roosmini, D dan Notodarmojo, S. 2007. Studi Penurunan Kandungan Besi Organik dalam Air Tanah dengan Oksidasi H

2

O

2

-UV.

Jurnal. ITB Sains dan Teknologi. Vol. 39A, No. 1 dan 2 , 2007, 58-67.

Said, N Idaman. 2010. Pencemaran air minum dan dampaknya terhadap kesehatan. Artikel (Online).

(http://docjax.com, diakses 12 Januari 2014.

Susanti, Deni. 2013 Efektivitas Aerasi secara Alami dalam Mengubah Fe

2+

menjadi Fe

3+

dalam Air Sumur. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univerrsitas Jember.

Syaputra, B. 2007. Penurunan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Secara Pneumatic System.

http://journal.unissula.ac.id/jps/a

rticle/view/48. Diakses 2

November 2013.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Pada Sudoku, kromosom adalah representasi suatu solusi dari puzzle yang berisi angka-angka yang akan diisikan pada kotak-kotak yang kosong sehingga panjang

On page connectordigunakan untuk menghubungkan suatu langkah dengan langkah lain dari flowchart dalam satu halaman, sedangkan off page connector digunakan untuk

Tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia sejatinya telah meluas dalam kehidupan masyarakat. Penjatuhan sanksi pidana penjara oleh hakim tindak pidana korupsi tidak

Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Kutoarjo belum melakukan pembinaan secara khusus bagi anak yang melakukan tindak pidana pencabulan dengan beberapa alasan

lesson study diantaranya adalah: (1) rekan kerja antarguru diberikan kesempatan secara nyata untuk dapat terlibat langsung menyaksikan dan mengamati proses pembelajaran di

wali itu saya kurang mengerti, baginya ada istilah membeli wali nikah. Jadi kesimpulannya wali nikah itu dapat dibeli. Padahal nikah yang sah itu dengan syarat

Daripada contoh ayat kesilapan ini, didapati bahawa akhir ayat 了 - le akan diabaikan apabila kata adverba 已 经 - yĭ jīng wujud dalam ayat tersebut. Keadaan ini