• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara/i, kami ucapkan terima kasih. Direktur Perundingan Bilateral,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara/i, kami ucapkan terima kasih. Direktur Perundingan Bilateral,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik

Nomor : 534/PPI.5/SD/11/2021 Jakarta, 3 November 2021 Lampiran : 1 (satu) berkas

Hal : Undangan Pertemuan Teknis Tindak Lanjut Pertemuan Pertama WGTI Indonesia-India Yth.

(Mohon Periksa Daftar Terlampir) di Jakarta

Merujuk perihal pada pokok surat, bersama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut.

1. Pertemuan pertama Working Group on Trade and Investment (WGTI) Indonesia-India telah dilaksanakan secara daring pada tanggal 5 Agustus 2021 untuk membahas isu-isu perdagangan dan investasi bilateral. Hasil pertemuan serta permintaan tindak lanjut pertemuan tersebut telah kami sampaikan kepada K/L terkait melalui surat No. 357/PPI.5/SD/08/2021 tanggal 12 Agustus 2021.

2. Dalam perkembangannya, beberapa isu yang telah dibahas pada pertemuan pertama WGTI kembali diangkat India dalam sejumlah pertemuan bilateral di tingkat menteri, antara lain pada kesempatan Pre-PITM Virtual G-33 pada tanggal 15 September 2021 dan di sela-sela G20 Trade Ministers’

Meeting pada 11 Oktober 2021.

3. Setelah kedua pertemuan bilateral tersebut, Menteri Perdagangan dan Industri India telah menyampaikan surat kepada Menteri Perdagangan RI pada tanggal 8 Oktober 2021 dan 23 Oktober 2021 untuk menekankan kembali urgensi penyelesaian isu-isu yang menjadi concern India sekaligus mengundang Mendag RI untuk berkunjung ke India untuk mendiskusikan solusi atas sejumlah isu perdagangan dan investasi bilateral.

4. Berkenaan dengan hal tersebut serta untuk mendapatkan update dan masukan perkembangan terbaru isu-isu perdagangan dan investasi bilateral Indonesia-India (matriks isu terlampir), bersama ini kami mengundang Saudara/i untuk dapat hadir dalam Pertemuan Teknis Tindak Lanjut Pertemuan Pertama WGTI Indonesia-India yang akan dilaksanakan secara hybrid pada:

Hari/Tanggal : Senin-Selasa, 8-9 November 2021

Tempat : Ibis Styles Hotel, Jl. Caman Raya 21, Jatibening, Bekasi Waktu : (mohon dapat melihat program terlampir)

Aplikasi : Zoom Cloud Meeting

Meeting ID/Passcode : https://bit.ly/tindaklanjutWGTI Meeting ID: 991 577 0245 Passcode: TL-WGTI

Mengingat kegiatan akan diselenggarakan sesuai protokol kesehatan COVID-19, kami membatasi kehadiran peserta secara fisik untuk 10 orang. Peserta yang hadir langsung di tempat kegiatan diharapkan membawa bukti hasil negatif Swab Antigen yang dilakukan dalam waktu 1x24 jam sebelum pertemuan (Catatan: biaya tes dibebankan kepada masing-masing K/L terkait) sedangkan untuk peserta lainnya dapat berpartisipasi secara daring melalui Zoom.

Konfirmasi kehadiran Saudara/i atau yang mewakili dapat disampaikan melalui narahubung Sdr. Guna Purbana (087770619260) atau melalui surel dengan alamat astengtim- bilateral@kemendag.go.id selambatnya pada tanggal 8 November 2021.

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara/i, kami ucapkan terima kasih.

Direktur Perundingan Bilateral,

Ni Made Ayu Marthini Tembusan

1. Direktur Jenderal PPI, Kementerian Perdagangan (sebagai laporan) 2. Sekretaris Ditjen PPI, Kementerian Perdagangan.

(2)

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik

Lampiran

Nomor : 534/PPI.5/SD/11/2021 Tanggal : 3 November 2021

DAFTAR UNDANGAN Kementerian Perdagangan

1. Kepala Biro Advokasi Perdagangan, Setjen 2. Direktur Perundingan ASEAN, Ditjen PPI 3. Direktur Perundingan Multilateral, Ditjen PPI

4. Direktur Perundingan Perdagangan Jasa, Ditjen PPI 5. Direktur Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri

6. Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Ditjen Perdagangan Luar Negeri 7. Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri

8. Direktur Pengamanan Perdagangan, Ditjen Perdagangan Luar Negeri 9. Kepala Pusat Kebijakan Kerja Sama Perdagangan Internasional, BPPP 10. Ketua Komite Anti Dumping Indonesia

11. Ketua Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

12. Asdep Kerja Sama Ekonomi Asia, Kedeputian Bdg. Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

13. Asdep Pengembangan Agribisnis Peternakan & Perikanan, Kedeputian Bdg. Koordinasi Pangan & Agribisnis Kementerian Luar Negeri

14. Direktur Asia Selatan dan Tengah, Ditjen Asia Pasifik dan Afrika

15. Direktur Hukum dan Perjanjian Ekonomi, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Keuangan

16. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga, Ditjen Bea dan Cukai 17. Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, BKF

Kementerian Pertanian

18. Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal 19. Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 20. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura

21. Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 22. Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan, Barantan 23. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Barantan Kementerian Perindustrian

24. Direktur Akses Industri Internasional, Ditjen KPAII Kementerian ESDM

25. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan

26. Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

27. Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Investasi/BKPM

28. Direktur Pameran dan Sarana Promosi, Kedeputian Bidang Promosi Penanaman Modal Badan Standardisasi Nasional (BSN)

29. Direktur Sistem Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian, Kedeputian Bidang PSPK Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

30. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Sekretariat Utama Perum Bulog

31. Direktur Pengadaan

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 32. Ketua Dewan Pengurus Nasional

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia 33. Ketua Komite India KADIN Indonesia

KBRI New Delhi 34. Atase Perdagangan ITPC Chennai

35. Kepala ITPC Chennai

(3)

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik

Lampiran

Nomor : 534/PPI.5/SD/11/2021 Tanggal : 3 November 2021

TENTATIVE PROGRAM

Pertemuan Teknis Tindak Lanjut Pertemuan Pertama WGTI Indonesia-India Hybrid Meeting, 8-9 November 2021

WAKTU KEGIATAN

Senin, 8 November 2021

15.00 - 17.00 Rapat Persiapan Panitia Selasa, 9 November 2021

09.30 - 10.00 Registrasi Peserta 10.00 - 10.10 Pembukaan

10.10 - 10.30 Paparan Isu-isu Perdagangan Bilateral Indonesia-India dan Hasil Pertemuan Pertama WGTI RI-India

10.30 - 11.45 Pembahasan Perkembangan Isu-isu Perdagangan Bilateral Indonesia- India

11.45 - 12.00 Penutup

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

(4)

As of November 3, 2021

Page 1 of 6

MATRIKS TINDAK LANJUT PERTEMUAN PERTAMA

WORKING GROUP ON TRADE AND INVESTMENT (WGTI) INDONESIA-INDIA

NO ISU HASIL PEMBAHASAN DALAM 1ST WGTI INDONESIA-INDIA TINDAK LANJUT

ISU INDONESIA 1. Hambatan ekspor plain

copier paper (Plain Copier Paper Quality Control Order 2020)

Indonesia meminta India dapat memfasilitasi remote assessment selama masa pandemi COVID-19 sebagai pengganti factory inspection yang dipersyaratkan dalam Quality Control Order 2020.

 India menyatakan bahwa kebijakan ini telah diberlakukan dan dinotifikasi ke WTO serta akan mempertimbangkan usulan Indonesia sekaligus menyampaikan alternatif solusi secepatnya.

Mohon update/masukan dari:

 Atdag KBRI New Delhi

 BSN

 DPM Kemendag

2. India’s Standards and Import Restriction in Automotive Sector (Wheel Rims, Safety Glass, Helmet)

Indonesia meminta India dapat memfasilitasi remote assessment selama masa pandemi COVID-19 sebagai pengganti factory inspection yang dipersyaratkan bagi produk otomotif (wheel rims, safety glass, helmet) sekaligus meminta klarifikasi atas perbandingan prosedur dan persyaratan standar India terbaru dengan standar International Centre for Automotive Technology (ICAT) yang sebelumnya diberlakukan.

 India menjelaskan pengakuan standar ICAT untuk safety glass masih berlaku hingga April 2022 dan wheel rims hingga September 2021, sedangkan untuk helmet telah berakhir pada bulan Juni 2021.

 India menegaskan tujuan penerapan aturan standar baru untuk melindungi konsumen India mengingat tingginya angka kecelakaan lalu lintas, namun akan mempertimbangkan usulan Indonesia terkait remote assessment serta menyampaikan alternatif solusi secepatnya.

Mohon update/masukan dari:

 Atdag KBRI New Delhi

 BSN

 DPM Kemendag

3. Market Access for Indonesia’s Tyre Products

Indonesia mengajukan keberatan atas pengenaan marking fee untuk Indian Standard (IS) Mark pada produk ban yang akan diekspor ke negara ketiga, perubahan kategori importasi produk ban, dan pemberlakuan pembatasan impor berdasarkan ukuran produk ban.

 India menyampaikan bahwa pengenaan marking fee tidak bersifat diskriminatif karena juga diberlakukan kepada produsen ban domestik. Perubahan kategori importasi ban dari “free” menjadi “restricted” dilakukan untuk menjaga kualitas ban di India dan bersifat transparan, baik dalam hal persyaratan maupun jangka waktu pembatasan. Terkait dugaan pembatasan importasi ban berdasarkan ukuran, India akan melakukan investigasi lebih lanjut.

Mohon update/masukan dari:

 Atdag KBRI New Delhi

 DPM Kemendag

(5)

As of November 3, 2021

Page 2 of 6

NO ISU HASIL PEMBAHASAN DALAM 1ST WGTI INDONESIA-INDIA TINDAK LANJUT

4. Market Access for Indonesia’s Agriculture Products

Indonesia meminta informasi perkembangan proses Pest Risk Analst (PRA) untuk produk sapu lidi yang telah dimulai sejak tahun 2019 serta meminta tanggapan India atas usulan rencana ekspor produk buah-buahan dan produk pertanian asal Indonesia lainnya.

 India menyampaikan bahwa proses PRA sapu lidi dan beberapa produk pertanian lainnya seperti mengkudu, labu dan melon telah diselesaikan.

 Kedua negara sepakat agar tim teknis Indonesia dan India dapat segera menjalin komunikasi untuk menindaklanjuti perkembangan akses pasar produk-produk tersebut.

Mohon update/masukan dari:

 Atdag KBRI New Delhi

 Barantan

5. Customs

Administration of Rules of Origin under Trade Agreements Rules (CAROTAR) 2020

Indonesia meminta tanggapan India atas keberatan ASEAN terkait pemberlakuan CAROTAR 2020 yang tidak sejalan dengan semangat fasilitasi perdagangan dalam AIFTA.

 India menegaskan bahwa kebijakan CAROTAR 2020 bertujuan untuk memfasilitasi pemanfaatan FTA dengan mengutamakan transparansi dan memastikan preferensi FTA sesuai dengan tujuannya.

 India dan ASEAN akan membahas lagi terkait hal dimaksud ke depannya.

Mohon update/masukan dari:

 DPA Kemendag

ISU INDIA 1. Market Access for

India’s Agricultural and Animal Products

India mengangkat isu-isu terkait ekspor daging kerbau, pelarangan impor jahe, akses pasar produk pertanian, impor beras dari India, dan status permohonan pendirian dairy plants. India juga menyampaikan concern baru terkait jaminan keamanan ekspor produk pangan dari kontaminasi virus COVID-19 dan meminta Indonesia dapat melanjutkan penerbitan RIPH atas sejumlah produk pertanian India yang sempat terhenti.

 Indonesia menjelaskan Indonesia telah memberi perlakuan khusus kepada India dengan diizinkan mengekspor daging kerbau meskipun belum mendapat status bebas PMK dari OIE sehingga pintu pemasukannya dibatasi, serta komitmen untuk merealisasikan kontrak impor sebanyak 80 ribu ton sesuai alokasi.

 Indonesia meminta otoritas karantina India dapat melaksanakan tindakan korektif atas berulangnya temuan kontaminan dalam ekspor jahe ke Indonesia agar larangan impor sementara dapat dicabut.

 Indonesia menyampaikan bahwa PRA untuk labu telah difinalisasi, sementara untuk paria, melon, dan delima masih dalam proses serta menunggu informasi teknis dari pihak India. Indonesia menyampaikan saat ini tidak melakukan impor beras karena produksi nasional telah mencukupi, namun importasi tetap terbuka

Mohon update/masukan dari:

 Dit. Impor Kemendag dan Asdep Pengembangan Agribisnis Peternakan & Perikanan Kemenko Perekonomian (penentuan alokasi impor daging kerbau asal India)

 Dit. Pengadaan Bulog (informasi perkembangan importasi sisa alokasi impor daging kerbau India).

 Kementan (Biro KLN, Barantan dan Setditjen PKH) (tindak lanjut concern India terkait ekspor jahe, finalisasi proses PRA produk pertanian India, dan izin pendirian dairy plants, termasuk menjajaki kemungkinan pembahasan isu-isu dimaksud secara mendalam pada pertemuan JWG on Agriculture RI-India berikutnya)

(6)

As of November 3, 2021

Page 3 of 6

NO ISU HASIL PEMBAHASAN DALAM 1ST WGTI INDONESIA-INDIA TINDAK LANJUT

untuk jenis beras khusus maupun beras pecah. Usulan penurunan tarif untuk produk beras dapat diangkat dalam perundingan dagang regional (Review AITIGA) maupun bilateral (PTA).

 Indonesia mencatat concern India atas keberlanjutan penerbitan RIPH produk pertanian dan izin pendirian dairy plants serta akan meneruskan ke otoritas terkait.

Hasil Pertemuan Bilateral Mendag RI-MoCI India (G20 Sorrento 2021):

 India kembali mengeluhkan penetapan alokasi yang jauh di bawah permintaan India serta terbatasnya pelabuhan untuk pintu masuk daging kerbau India yang sangat menghambat ekspor produk tersebut ke Indonesia. India meminta Indonesia untuk menghapus ketentuan alokasi impor tersebut mulai tahun depan.

India juga secara khusus meminta agar ekspor daging kerbau dapat masuk ke Indonesia melalui pelabuhan di Medan

 India juga menekankan bahwa produk pertanian merupakan salah satu komoditas ekspor utama India ke Indonesia (bernilai USD 1,5 miliar pada 2020-2021) dan mengharapkan proses penerbitan RIPH dapat kembali dilanjutkan karena tidak pernah melakukan tindakan serupa yang menghambat proses ekspor produk pertanian Indonesia ketika terjadi puncak kasus harian COVID di Indonesia.

 Setditjen Hortikultura Kementan (concern India terkait kelanjutan proses penerbitan RIPH atas sejumlah produk pertanian India yang sempat terhenti)

2. Export Duty/Levy on Palm Oil

India meminta agar Indonesia menghapuskan atau meninjau ulang penerapan bea keluar (export tax) dan pungutan ekspor (export levy) terhadap CPO. Kenaikan bea keluar dan pungutan ekspor CPO di Indonesia menjadi concern utama India mengingat India telah mengurangi tarif bea masuk untuk CPO sebesar 10% pada November 2020.

Industri pengimpor CPO di India menganggap bahwa kenaikan bea ekspor dan pungutan ekspor ini telah menegasikan penurunan tarif impor CPO di India dan mengurangi daya saing produk CPO asal Indonesia di India.

 Indonesia menyampaikan pengenaan kedua hal tersebut bertujuan untuk mendorong proses hilirisasi industri dan mendukung pengembangan industri yang berkelanjutan.

 Indonesia juga menyampaikan update aturan pungutan ekspor palm oil baru melalui penerbitan PMK 76/2021 yang besarannya relatif lebih rendah.

Hasil Pertemuan Bilateral Mendag RI-MoCI India (G20 Sorrento 2021):

 India menekankan kembali bahwa pengenaan bea keluar dan pungutan ekspor CPO ini telah mengakibatkan adanya kenaikan harga minyak kelapa sawit dan sangat berdampak pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat India.

Mohon update/masukan dari:

 Atdag KBRI New Delhi

 Kemenko Perekonomian

 PKPN BKF

 Dektan Kemendag

(7)

As of November 3, 2021

Page 4 of 6

NO ISU HASIL PEMBAHASAN DALAM 1ST WGTI INDONESIA-INDIA TINDAK LANJUT

 India meminta Indonesia untuk menghapus pemberlakuan kebijakan tersebut.

3. Auto Sector Issues India mengeluhkan kebijakan pembatasan impor yang diberlakukan sejak Agustus 2018 untuk produk mobil completely built up (CBU). India juga meminta akses pasar yang lebih baik untuk ekspor produk mobil penumpang ke Indonesia agar lebih kompetitif dengan produk dari negara pesaing (Jepang) serta meminta Indonesia menghapus pembatasan impor untuk kendaraan CBU dengan kode HS 8704.21.29, 8704.22.29, 8704.23.29, 8704.20.90 (pickup berbobot 1 ton, truk dengan 4, 6, dan 10 roda, dan tractor head (diesel)).

 Indonesia menegaskan tidak menerapkan pembatasan impor untuk mobil CBU asal India dan menjelaskan bahwa penurunan impor lebih disebabkan karena keputusan bisnis.

 Usulan penurunan tarif untuk impor mobil penumpang asal India dapat dirundingkan dalam perundingan Review AITIGA atau dalam perundingan Indonesia-India PTA yang tengah dijajaki.

Hasil Pertemuan Bilateral Mendag RI-MoCI India (G20 Sorrento 2021):

 India kembali mengeluhkan regulasi yang menghambat ekspor produk otomotif India ke Indonesia, yaitu rumitnya proses penerbitan rekomendasi impor, proses registrasi yang panjang, pajak tinggi untuk produk CBU, dan keterlambatan penerbitan perizinan di berbagai kementerian.

 Secara khusus, India menyesalkan penolakan otoritas kepabeanan Indonesia untuk mengenakan tarif preferensi AITIGA atas produk kendaraan Mahindra akibat keterlambatan verifikasi SKA (retroactive check) mengingat India selama ini tetap menghargai komitmen preferensi tarif dalam AITIGA atas produk-produk asal Indonesia meskipun terdapat keterlambatan verifikasi SKA akibat situasi pandemi.

India meminta Indonesia dapat menelaah kembali pengenaan tarif MFN atas produk impor kendaraan Mahindra tersebut.

Mohon update/masukan dari:

 Dit AII Kemenperin

 Dit. Impor Kemendag

 DPA Kemendag

 Dit. KIAL Kemenkeu

4. Pharma Sector Issues India mengharapkan Indonesia melakukan penyederhanaan aturan proses pendaftaran produk farmasi dan aturan investasi di sektor farmasi.

 Indonesia menyampaikan perkembangan terkait penerbitan sejumlah peraturan yang menyederhanakan proses registrasi obat-obatan dan mengusulkan agar isu-isu terkait sektor farmasi dan kesehatan ini dapat dibahas lebih mendalam pada forum JWG on Health.

 Indonesia juga menyampaikan apresiasi atas bantuan bahan baku obat dari India selama outbreak pandemi COVID-19 di Indonesia.

Mohon update/masukan dari:

 Biro KLN Kemenkes

 Biro Kerja Sama dan Humas BPOM

(8)

As of November 3, 2021

Page 5 of 6

NO ISU HASIL PEMBAHASAN DALAM 1ST WGTI INDONESIA-INDIA TINDAK LANJUT

5. Services Sector Issue India mengeluhkan sejumlah aturan yang diberlakukan kepada tenaga kerja asing (TKA) asal India, yaitu terkait izin kerja, izin tinggal, dan jaminan sosial ketenagakerjaan. India juga mengharapkan tanggapan Indonesia atas usulan kerja sama antara asosiasi profesi kedua negara, yaitu MRA antara The Institute of Chartered Accountants of India (ICAI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

 Indonesia menyampaikan bahwa sejumlah ketentuan di bidang keimigrasian dan ketenagakerjaan yang dianggap sebagai hambatan bagi India telah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan keterbukaan atas kemungkinan kerjasama di masa mendatang untuk isu imigrasi maupun ketenagakerjaan.

 Indonesia juga akan berkoordinasi dengan asosiasi profesi yang menjadi concern India serta menyampaikan tanggapan pada kesempatan pertama.

Mohon update/masukan dari:

 DPPJ Kemendag

 IAI

ISU BERSAMA 1. Exploratory Actions for

the Possibility of Indonesia-India PTA

 Indonesia meminta tanggapan India atas Counterdraft ToR TNC RI-India PTA dari Indonesia yang telah disampaikan pada 5 April 2021.

 India menyampaikan bahwa Counterdraft ToR tersebut sedang dibahas secara internal dan akan disampaikan pada kesempatan pertama.

Mohon update/masukan dari:

 Atdag KBRI New Delhi

 Puska KPI Kemendag

 K/L pembina sektor 2. Review ASEAN-India

TIGA (AITIGA)

 India telah menyampaikan tanggapan atas Scoping Paper Review AITIGA usulan ASEAN kepada Sekretariat ASEAN pada 28 Juni 2021.

 India mengharapkan ASEAN dapat memfinalisasi Scoping Paper tersebut sebelum pelaksanaan AEM Consultation Meeting pada bulan September 2021.

Mohon update/masukan dari:

 DPA Kemendag

ISU LAINNYA 1. Pelaksanaan CEO

Forum Indonesia-India

 India menyampaikan perlunya menjajaki pelaksanaan pertemuan CEO Forum Indonesia-India yang terakhir kali diselenggarakan pada 31 Mei 2018.

 Kedua negara sepakat untuk berkoordinasi dengan Kadin Indonesia dan Confederation of Indian Industry (CII) sebagai pihak penyelenggara untuk menjajaki pelaksanaan forum tersebut.

Mohon update/masukan dari:

 Dit. Pameran dan Sarana Promosi Kemeninves/BKPM

 Ketua Komite India KADIN Indonesia

2. Kerja Sama Imbal Dagang Business-to- Business

 Indonesia meminta tanggapan India atas usulan penjajakan kerja sama imbal dagang business-to-business yang telah disampaikan melalui surat KBRI New Delhi tanggal 1 Juli 2021.

 India menyampaikan telah menerima proposal tersebut dan akan menyampaikan tanggapan pada kesempatan pertama.

Mohon update/masukan dari:

 Atdag KBRI New Delhi

 Ditfas Kemendag

(9)

As of November 3, 2021

Page 6 of 6

NO ISU HASIL PEMBAHASAN DALAM 1ST WGTI INDONESIA-INDIA TINDAK LANJUT

3. Isu Trade Remedies  Isu ini baru diangkat oleh pihak India pada pertemuan bilateral antar Menteri di sela-sela G20 Ministerial Meeting Sorrento 2021.

 India mengeluhkan kebijakan trade remedy Indonesia yang dikenakan kepada beberapa produk tekstil asal India, yaitu anti dumping on Polyster Staple Fibre (PSF), Biaxially Oriented Polyethylene Terephthalate (BOPET), serta inisasi Safeguard Duty on Articles of Apparel and Clothing Accessories and Yarn.

 India terutama menyoroti BMTP untuk Yarn yang telah diperpanjang pengenaannya selama 200 hari hingga 8 November 2022.

 India meminta Indonesia untuk meninjau kembali pengenaan kebijakan anti dumping dan safeguard tersebut dengan menyinggung langkah Pemerintah India yang membatalkan pemberlakuan rekomendasi penerapan BMAD atas beberapa produk asal Indonesia (Viscose Spun Yarn, Flat Rolled Products of Stainless Steel, dan Plain Medium Density Fibre Board.)

Mohon update/masukan dari:

 DPP Kemendag

 KADI

 KPPI

4. Syarat Keanggotaan

OECD dalam

Pengadaan Proyek Pembangkit Energi

 Isu persyaratan keanggotaan OECD untuk pengadaan proyek pembangkit listrik PLN menjadi salah satu concern India dalam pertemuan ke-3 Biennial Trade Ministers’ Forum (BTMF) RI-India secara daring pada tanggal 29 Juni 2020.

 Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menjelaskan bahwa pengadaan power plant telah terbuka untuk seluruh negara yang memiliki hubungan diplomatis dengan Indonesia dan beberapa perusahaan India telah berpartisipasi dalam sejumlah pengadaan.

 Namun demikian, pihak India (Kedubes India di Jakarta dan Perwakilan CII di Indonesia) beberapa kali menanyakan inkonsistensi pernyataan Indonesia ini dengan kenyataan di lapangan di mana proses pengadaan power plant masih mensyaratkan keanggotaan OECD sehingga menghambat partisipasi peserta asal India.

 India meminta klarifikasi Indonesia atas kebijakan yang saat ini berlaku terkait hal ini.

Mohon update/masukan dari:

 Biro KLIK KESDM

Direktorat Perundingan Bilateral Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan 2021

Referensi

Dokumen terkait