Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 1
Konsep Proporsi Rasio Emas pada Desain Kantor
BAPPEDA Jawa Barat
Tazkiya Savarani
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung
Email:
[email protected]
ABSTRAK
BAPPEDA Jawa Barat merupakan lembaga teknis daerah di bidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Barat melalui sekretaris daerah. Semakin cepatnya laju perkembangan di Indonesia, BAPPEDA Jawa Barat memiliki peran yang sangat penting dalam menyusun perencanaan daerah, khususnya Jawa Barat. Dibutuhkan kantor BAPPEDA Jawa Barat yang fungsional dan nyaman. Selain itu, bangunan kantor juga harus bisa merepresentasikan kredibilitas BAPPEDA Jawa Barat. Salah satu teknik merancang bangunan yang dapat digunakan ialah dengan menggunkan pola proporsi rasio emas. Rasio emas adalah perbandingan dua angka yang bernilai 1,618 atau yang mendekati angka tersebut. Karakteristik dari lembaga pemerintahan yang bersifat formal dan teratur digambarkan ke dalam penggunaan rasio emas dengan menggunakan pola golden rectangle dan bentuk geometris. Pada perancangan ini, digunakan pola rasio emas pada pembentukan rencana denah, fasad dan detail fasad bangunan.
Kata kunci: Kantor BAPPEDA, Jawa Barat, Rasio Emas
ABSTRACT
The BAPPEDA of West Java is an institution tasked with carrying out technical policies in the field of provincial regional development planning, coordinating, guiding, controlling, facilitating and implementing provincial government affairs in the area of regional development planning. The rapid pace of development in Indonesia, BAPPEDA West Java has a very important role in preparing a regional master plan in the fields of economy, education and others of its region. A BAPPEDA West Java office that is functional and comfortable is needed. In addition, the office building must also be able to represent the credibility of BAPPEDA West Java as an institution tasked with carrying out technical policies in the area of regional development planning in the province of West Java. One of the building design techniques that can be used to design representative and beautiful buildings is to use the golden ratio proportion. Golden ratio is a ratio of two numbers that make to 1,618 or close to that number. The characteristics of government institutions that are formal and regular are depicted in the use of the golden ratio using golden rectangle patterns and geometric shapes.. In this design, the golden ratio pattern is used in the formation of floor plans, facades and building facade details.
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 2
1. PENDAHULUAN
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jawa Barat merupakan lembaga teknis daerah di bidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Barat melalui sekretaris daerah. Semakin cepatnya laju perkembangan di Indonesia, BAPPEDA memiliki peran yang sangat penting dalam menyusun perencanaan daerah, khususnya Jawa Barat. Sehingga, dibutuhkan kantor BAPPEDA Jawa Barat yang fungsional dan nyaman. Selain itu, bangunan kantor juga harus dapat merepresentasikan BAPPEDA Jawa Barat sebagai lembaga yang bertugas menyelenggarakan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah provinsi Jawa Barat. Salah satu teknik merancang bangunan yang dapat digunakan ialah dengan menggunkan proporsi rasio emas. Rasio emas atau Golden ratio adalah bilangan irasional yang nilainya mendekati 1,618. Golden ratio biasanya disimbolkan dengan huruf Yunani φ [1]. Karakteristik dari lembaga pemerintahan yang bersifat formal dan teratur digambarkan ke dalam penggunaan rasio emas.
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Metode Pendekatan Perancangan
Metode pendekatan perancangan Kantor BAPPEDA Jawa Barat memiliki lima tahapan, yaitu tahap identifikasi, tahap persiapan, tahap pengajuan proposal, tahap evaluasi, dan tahap pengembangan konsep. Pada tahap identifikasi, didefinisikankan mengenai tujuan, lingkup proyek, dan penentuan permasalahan. Tahap persiapan mencakup pengumpulan data. Pada tahap pengajuan proposal dipaparkan mengenai cara pemecahan masalah secara sederhana pada konsep rancangan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Kemudian, pada tahap evaluasi didiskusian mengenai hasil dari pengajuan konsep rancanagan berserta alternatifnya. Tahap terakhir berupa pengembangan rancangan pada bangunan secara lebih lanjut [2]. 2.2 Identifikasi Lokasi
Lokasi rancangan terletak di Jalan Ir. H. Djuanda No. 287, Dago, Kota Bandung (Gambar 1), yang merupakan salah satu jalan primer dan dekat dengan bangunan pendidikan, kantor, dan area komersil. Lalu lintas pada jalan ini cukup padat, sehingga rawan macet terutama pada saat jam pulang kantor dan sekolah.
Gambar 1. Lokasi Kantor BAPPEDA Jawa Barat (Sumber: Google Earth, diakses tanggal 19 Agustus 2019, diolah)
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 3
Bangunan BAPPEDA Jawa Barat berdiri atas lahan seluas 9.100 m2. Berdasarkan data Dinas Tata Ruang Kota Bandung, peraturan yang berlaku pada tapak ialah KDB sebesar 40% sehingga luas lahan yang dapat dibangun adalah sebesar 3.640 m2, KLB 1,6, dan KDH sebesar 52% yaitu sebesar 4.732 m2 total luas tanah, dengan GSB 11 m di jalan kolektor, dan 4 m di jalan lingkungan.
Berdasarkan RDTR Kota Bandung tapak berada di sekitar bangunan komersial dan perumahan. Selain banguan komersil dan perumahan, terdapat juga bangunan sekolah. Di bagian sebelah utara, tapak berbatasan dengan kantor jasa. Pada bagian sebelah selatan, tapak berbatasan dengan ruas jalan Dago Asri, bagian barat tapak berbatasan dengan kawasan hunian. Sedangkan, pada bagian timur berbatasan dengan jalan Ir. H. Djuanda.
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Elaborasi Tema
Berdasarkan Richard A. Dunlap dalam buku The Golden Ratio and Fibonacci Numbers, rasio emas atau Golden Ratio merupakan sebuah angka irasional yang didefinisikan sebagai (1 + √5)/2. Rasio emas sering kali disebut dengan golden mean, the golden section, the golden cut, the divine proportion, The Fibonacci number, dan the mean of Phidias memiliki nilai 1,61803...[3]. Golden rectangle adalah sebuah garis yang dibagi menjadi dua bagian, sehingga rasio panjangnya sama dengan Rasio Emas. Bagian-bagian ini kemudian digunakan sebagai sisi-sisi persegi panjang yang menghasilkan golden rectangle [4], seperti yang digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pembentukan golden rectangle
Sumber:https://dukespace.lib.duke.edu/dspace/bitstream/handle/10161/14077/Tony%20Watson_Masters%20Projec t_Final%20Draft.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Rasio emas sering diidentifikasi sebagai sesuatu faktor estetika ideal, dan digunakan sebagai pedoman dalam arsitektur dan seni. Namun, berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Susan T. Davis dan John C. Jahnke, penggunaan rasio emas tidak terbukti sebagai faktor estetika ideal, melainkan penggunaan prinsip simetri menjadi faktor yang lebih berpengaruh [5].
Dalam dunia arsitektur modern, salah satu arsitek yang dikenal menggunakan rasio emas dalam rancangannya adalah Le Corbusier. Pada tahun 1946, Le Corbusier bersama para asistennya merancang sebuah istilah, yaitu Modulor yang menujukkan sistem pengukuran baru untuk bangunan perumahan dan arsitektur. Kata Modulor merupakan penggabungan kata “module” dan “or” (emas). Module berarti unit berulang yang dapat diatur bersama unit lain dengan cara berbeda. Modulor berarti modul khusus yang pengaturannya berdasarkan golden number atau golden section [6]. Salah satu rancangan Le Corbusier yang menggunakan konsep Modulor adalah Unite d’Habitation [7]. Konsep ini aplikasikan dalam menentukan proporsi bangunan, perancangan denah dan tampak dari bangunan.
Dalam rancangan kantor BAPPEDA Jawa Barat, digunakan penggabungan konsep antara rasio emas dan bentuk geometris yang dideskripsikan pada Gambar 3. Penggunaan rasio emas pada perancangan kantor BAPPEDA Jawa Barat tidak dimaksudkan sebagai acuan agar bangunan menjadi indah, melainkan menggambarkan sifat lembaga pemerintahan yang mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Penggabungkan
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 4
prinsip rasio emas sebagai tema utama dengan bentuk geometris sebagai konsep perancangan dilakukan untuk menciptakan kesan formal. Bentuk geometris yang digunakan pada rancangan Kantor BAPPEDA Jawa Barat adalah golden rectangle. Penggunaan rasio emas dengan pola golden rectangle pada rancangan diterapkan untuk menentukan bentuk dan proporsi bangunan.
Gambar 3. Elabolasi Tema dan Konsep Rancangan 3.2 Sirkulasi Tapak
Pada block plan bangunan pada Gambar 4 dapat dilihat terdapat dua massa bangunan, yaitu bangunan utama dan masjid. Bangunan utama berada di tengah tapak dan masjid berada di belakangnya. Jalur masuk utama ke dalam bangunan berada di Jalan Ir. H. Djuanda, begitu pula dengan jalur keluarnya. Sedangkan pada jalan Dago Asri terdapat jalur keluar-masuk kendaraan service dan motor.
Gambar 4. Elabolasi Tema dan Konsep Rancangan Keterangan a: Jalur masuk b: Jalur keluar c: Bangunan Utama d: Masjid e: Jalur keluar/masuk samping a b c d e
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 5 3.3 Konsep Gubahan Massa
Transformasi gubahan massa disesuaikan dengan analisis tapak serta dihubungkan dengan tema yang diambil yaitu rasio emas. Pada Gambar 5 berikut ini, dijelaskan mengenai transformasi bentuk gubahan massa yang awalnya berbentuk balok. Kemudian, bentuk bangunan disesuaikan kebutuhan ruang dengan menggunakan pola golden rectangle lalu, bangunan diselesainkan dengan menggunakan atap Julang Ngapak sebagai identitas dari Jawa Barat.
Gambar 5. Transformasi bentuk massa bangunan 3.4 Konsep Penerapan Tema
Kantor ini menggunakan tema rasio emas bersifat geometris dan teratur yang mencerminkan sebuah lembaga yang berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan menggunakan pola rasio emas pada pembentukan gubahan massa, maka pola tersebut juga dapat diaplikasikan dalam perancanan denah bangunan. Penggunaan pola rasio emas pada denah juga disesuaikan dengan kebutuhan ruang, maka ada beberapa bagian pola yang dijadikan sebagai substraksi bentuk dasar bangunan yang berbentuk balok seperti pada Gambar 6.
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 6
Pengolahan fasad bangunan pun disesuaikan dengan pola rasio emas. Pola ini digunakan untuk menentukan proporsi ketinggian bangunan sesuai dengan Gambar 7. Selain penerapan rasio emas ketinggian bangunan, rasio emas diterapkan ke dalam detail arsitektural lainnya, seperti jendela. Pada jendela dijadikan sebagai pola dari kusen seperti pada Gambar 8. Pada jendela juga terdapat papan GRC dengan motif batik Megamendung yang merupakan batik khas Cirebon. Papan GRC diletakkan di depan kaca jendela sebagai buffer dari sinar matahari.
Gambar 7. Pola rasio emas pada tampak bangunan
Gambar 8. Pola rasio emas pada jendela bangunan 3.5 Konsep Rancangan Struktur
Struktur bangunan ini menggunakan kolom baja komposit berukuran 35x35 cm dan balok baja komposit berukuran 50x25cm dengan sistem rangka. Pemilihan bahan struktur ini dikaitkan dengan kecepatan pemasangan dibandingkan dengan struktur beton. Atap bangunan ini berbentuk Julang Ngapak, atap
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 7
tradisional Jawa barat. Struktur atap menggunakan baja, karena sifatnya yang kuat, awet, dan pemasangan yang mudah. Berikut pada Gambar 9 penguraian isometri struktur yang digunakan pada perancangan kantor BAPPEDA Jawa Barat. Pondasi bangunan menggunakan Bored Pile.
Gambar 9. Isometri struktur BAPPEDA Jawa Barat
4. SIMPULAN
Karakteristik dari lembaga pemerintahan yang bersifat formal dan teratur digambarkan ke dalam penggunaan rasio emas dengan menggunakan pola golden rectangle dan bentuk geometris. Pada perancangan ini, rasio emas pada perancangan kantor BAPPEDA diterapkan dalam pembentukan rencana denah, fasad dan detail fasad bangunan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam penulisan dan pelaksanaan Tugas Akhir, khususnya kepada BAPPEDA Jawa Barat atas bantuannya dalam pengambilan data survey untuk melengkapi kebutuhan data untuk Tugas Akhir dan kepada dosen pembimbing atas arahannya sehingga dapat diselesaikannya Tugas Akhir ini.
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 8
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nugraha, Ahmad Ridwan T. 2013. The Golden Ratio. 19 Agustus, 2019.
http://majalah1000guru.net/2013/07/golden-ratio/
[2] Karia Design. 2016. Proses Desain Arsitektur. 22 Januari 2020.
https://karia-design.com/2016/04/22/proses-desain-arsitektur/
[3] Richard A. Dunlap. 1997. The Golden Ratio and Fibonacci Numbers. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
[4] Watson, Anthony Rayvon. 2017. The GoldenRelationships: An Exploration of Fibonacci Numbers and Phi. Duke University Biology Department.
[5] Davis, Susan T., and John C. Jahnke. "Unity and the Golden Section: Rules for Aesthetic Choice?" The American Journal of Psychology 104, no. 2 (1991): 257-77. 22 Januari 2020. [6] James Kirk Irwin. 2015. Ratio and the Divine Proportions: Le Corbusier and Rudolf Wittkower.
Polythecnic University of Valencia Congress.
[7] Andrew Kroll. 2010. AD Classics: Unite d' Habitation / Le Corbusier. 22 Januari 2020.