1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era ini, teknologi digital sudah semakin canggih yang menyebabkan terjadinya perubahan besar pada dunia. Manusia menjadi semakin mudah dalam melakukan akses terhadap informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital secara bebas hanya dalam satu genggaman (Setiawan, 2017). Akses informasi tersebut dapat diperoleh dari membaca buku, menonton acara televisi, atau yang paling mudah adalah mendapatkan dari media online yang kredibel.
Sebagai media informasi, jurnalis harus memproduksi konten berita yang sesuai fakta dari informasi dan data yang didapat. Sumber berita bisa didapatkan dengan melakukan wawancara narasumber, observasi, dan melakukan studi dokumen. Informasi tersebut kemudian diolah menjadi berita dan menjadi konsumsi publik, maka dari itu jurnalis harus berpegang teguh pada pasal 1 kode etik jurnalistik bahwa jurnalis menghasilkan berita yang akurat (Pramisti, 2016).
Jurnalisme digital tidak lepas dari platform digitalnya, yaitu media online. Foust (2005, p. 2) menjelaskan media online dapat memberi pembaca sebuah bentuk baru berita dan informasi di segala waktu dan segala tempat. Selain situs web tradisional, media online membuat konten berita untuk perangkat seluler seperti
2
smartphone melalui teknologi geolokasi (terdapat pada smartphone) sehingga
konten berita dapat disesuaikan dengan lokasi pengguna.
Foust (2005, p. 2) menjelaskan dengan adanya media online, memudahkan pembaca mendapatkan berita yang dibuat oleh jurnalis media online, dan jika semakin mudah diakses maka semakin banyak pula yang mengkonsumsinya, karena kemudahan mengakses inilah menjadi alasan peneliti untuk ingin berfokus pada platform media online. Karakteristik media online yang mudah diakses, menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari dalam mendapatkan informasi dari sebuah berita. Maka dari itu, sebuah berita harus berkualitas agar informasi yang dikonsumsi dapat bermanfaat.
Menurut Schatz & Schulz (1992), Poettker (200), dan Arnold (2009) dalam Urban & Schweiger (2013), ada enam dimensi kualitas dasar untuk menentukan apakah sebuah berita dapat dikatakan berkualitas atau tidak. Pertama, keberagaman (diversity), semua kelompok sosial harus mempunyai kesempatan dan peluang untuk berada dalam sebuah liputan jurnalistik atau berita. Kedua, relevansi (relevance), sebuah berita fokus pada isu-isu aktual, relevan, dan menyajikan aspek-aspek penting dari isu tersebut. Ketiga, akurasi (accuracy), sebuah berita memiliki informasi lengkap dan akurat sehingga audiens memahami permasalahannya dan akan membentuk opini untuk membuat keputusan. Keempat, mudah dipahami (comprehensibility), sebuah berita harus mudah dipahami oleh audiens agar informasi dapat tersampaikan. Kelima, imparsialitas (impartiality), sebuah berita harus bersifat netral dan seimbang dari semua fakta, tuntutan, dan posisi. Keenam, kepatuhan terhadap standar etika (ethics), sebuah berita harus
3 mematuhi etika-etika yang berlaku seperti menghormati hak, suku, ras, dan agama lain (Urban & Schweiger, 2013). Gambar 1.1 menjelaskan rangkuman enam dimensi kualitas dasar berita yang dijelaskan oleh Schatz & Schulz (1992), Poettker (200), dan Arnold (2009) dalam penelitian yang dilakukan Urban & Schweiger (2013).
Gambar 1.1 Bagan Rangkuman Dimensi Kualitas Dasar Berita
Sumber: Urban & Schweiger (2013)
Munculnya berbagai platform media sosial membuat media online harus tetap mengikuti tren sebuah platform dari media sosial. Saat ini platform yang sedang tren digunakan adalah TikTok. Platform media sosial TikTok adalah media sosial yang membuat penggunanya berkreasi untuk membuat berbagai konten video berdurasi pendek, yaitu 15 detik hingga 60 detik. Setiap pengguna TikTok dapat
4 membuat konten video dengan kreativitas mereka, mulai dari menyanyi, menari, membuat video informasi menarik, hingga memasak. TikTok memungkinkan penggunanya untuk berimajinasi dan menuangkan ekspresi. TikTok memiliki banyak special effects yang menarik dan mudah digunakan, sehingga penggunanya dapat dengan mudah membuat video hanya dengan sentuhan jari. Musik-musik yang ada di media sosial ini juga sangat beragam, bahkan penggunanya dapat membuat remix sendiri dan mempublikasikannya di TikTok. Umumnya konten yang dibuat di TikTok merupakan video-video hiburan yang ringan, dan bersifat humor (Arrofi, 2019).
Donny Eryastha, Head of Public Policy Indonesia, Malaysia, and Philippines TikTok mengatakan, rata-rata pengguna TikTok di Indonesia menonton 100 video TikTok per harinya dengan total 21 miliar viewers. Khususnya pengguna TikTok dengan kalangan umur milenial, umumnya dapat menonton 65 konten per harinya (Eryastha, 2019). Data tersebut menunjukkan bahwa media sosial TikTok meningkat penggunaannya di Indonesia. Bahkan, banyak perusahaan-perusahaan media di Indonesia yang menggunakan media sosial asal Cina ini untuk menjadi platform barunya untuk membuat berita. Pada gambar 1.2 merupakan penelitian yang dilakukan oleh Maverick (2020), bahwa 22% pengguna media sosial yang termasuk Generasi Z mengonsumsi beritanya melalui aplikasi TikTok.
5 Gambar 1.2 Penelitian Maverick penggunaan media sosial
untuk mendapatkan berita
Sumber: Maverick (2020)
Perusahaan media di Indonesia yang mulai merambah ke platform baru TikTok adalah Kompas.com dan Kumparan. Setiap harinya, Kompas.com (@Kompascom) dan Kumparan (@Kumparan) mampu mempublikasi satu hingga tiga konten berita ke TikTok. Berita yang dibuat juga beragam, mulai dari berita lempang (hard news) hingga feature (soft news). Hingga saat ini, Kompas.com telah membuat 253 video, dengan 120,9 ribu followers, dan 675 ribu likes dan Kumparan telah membuat 433 video, dengan 208,4 ribu followers, dan 2 juta likes (data 15 Februari 2021).
Di Indonesia, beberapa perusahaan media yang menggunakan platform TikTok untuk memposting berita di antaranya adalah Kompas.com (followers 120,9 ribu dan likes 675 ribu), Kumparan (followers 208,4 ribu dan likes 2 juta), Narasi
TV (followers 551,5 ribu dan likes 5,6 juta), Liputan6.com (followers 1 juta dan
6 304,9 ribu dan likes 2,7 juta), dan TV One (followers 149,7 ribu dan likes 1 juta) (data 15 Februari 2021).
Untuk membuat konten berita di platform media sosial TikTok, diperlukan sebuah perangkat smartphone atau gawai, agar dapat merekam video dan melakukan editing langsung dari aplikasi TikTok tersebut. Maka para jurnalis akan menerapkan Mobile and Social Media Journalism untuk membuat konten video beritanya.
Gambar 1.3 Penelitian Maverick tentang cara Generasi Z mencari berita di berbagai platform
Sumber: Maverick (2020)
Gambar 1.3 menjelaskan penelitian yang dilakukan Maverick mendapatkan hasil bahwa Generasi Z yang mencari berita di aplikasi seluler terus berkembang dalam platform media sosial. Aplikasi media sosial bersaing dengan sumber berita lain seperti aplikasi messenger, namun media sosial lebih banyak digunakan untuk mencari berita dibandingkan radio, surat kabar, dan majalah (Maverick, 2020).
Saat ini kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi berita sedang mengalami perubahan mendasar yaitu menggunakan perangkat seluler dan media sosial. Hanya dengan sentuhan jari, perangkat sosial atau smartphone dapat menjadi tempat untuk
7 mencari berita, karena sangat mudah dan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Dari data penelitian Maverick didapatkan bahwa penonton semakin banyak yang mengakses berita di perangkat seluler melalui media sosial, maka secara langsung juga akan berdampak pada bagaimana cara dan di mana jurnalis akan mempublikasikan konten beritanya. Melalui pendekatan digital-first, jurnalis modern saat ini dapat menggunakan smartphone atau perangkat seluler untuk memberikan informasi yang ada di lapangan melalui platform media sosial. Perangkat seluler dibutuhkan pada saat proses peliputan di lapangan untuk memudahkan dan mempercepat proses pengumpulan, produksi, dan publikasi konten ke berbagai platform (Adornato, 2017).
Adornato (2017) juga mengatakan bahwa Mobile and Social Media
Journalism mempersiapkan para jurnalis pemula untuk memanfaatkan smartphone
dan media sosial sebagai jurnalis profesional dengan tiga cara utama, mulai dari mengumpulkan berita, mendistribusikan konten, dan menciptakan keterlibatan audiens. Mereka akan mempelajari keterampilan dasar jurnalistik masa kini.
Penelitian ini akan berfokus pada akun TikTok Kompas.com untuk dijadikan subjek penelitian, karena Kompas.com adalah salah satu media yang menerapkan
Mobile and Social Media Journalism dilihat dari konten videonya. Kompas.com
menggunakan tools editing yang tersedia langsung di aplikasi TikTok. Dari penelitian yang dilakukan Maverick, Kompas.com adalah media yang paling banyak dipilih oleh Generasi Z untuk membaca beritanya. Sebanyak 67% Generasi Z yang merupakan pelajar mengakses berita di Kompas.com, dan sebanyak 47% Generasi Z yang sudah bekerja membaca berita di Kompas.com. Penelitian ini juga
8 menunjukkan bahwa Kumparan juga dipercayai oleh Generasi Z dengan menduduki peringkat ke-empat. Sebanyak 21% Generasi Z yang merupakan pelajar mengakses berita di Kumparan, dan sebanyak 35% Generasi Z yang sudah bekerja membaca berita di Kumparan (Maverick, 2020). Hal ini menjelaskan bahwa Generasi Z memercayai Kompas.com dan Kumparan sebagai media untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru.
Gambar 1.4 Penelitian Maverick tentang media yang dipercayai Generasi Z untuk mendapatkan berita
Sumber: Maverick (2020)
Kompas.com dan Kumparan menggunakan platform TikTok untuk
mempublikasikan konten beritanya karena di masa saat ini jejak digital tampil mengemuka. Maka Kompas.com dan Kumparan sebagai media yang mengikuti perkembangan tren digital, ikut merambah ke platform TikTok dan mempublikasikan kontennya di platform tersebut. Pada salah satu konten video TikTok Kompas.com yang menerapkan Mobile and Social Media Journalism,
Kompas.com membuat video mengenai penelitian di Brasil tentang hubungan
9 hasilnya profil antisosial (orang yang didiagnosa Antisosial Personality Disorder (ASPD)) cenderung tidak memakai masker.
Gambar 1.5 Salah satu konten video di TikTok Kompas.com yang menerapkan
Mobile and Social Media Journalism
Sumber: Akun TikTok @Kompascom.
Gambar 1.5 menjelaskan pada video di atas, jurnalis video Kompas.com membuat konten video berita lempang (hard news) ini dengan bantuan tools yang tersedia di aplikasi TikTok. Pada konten video ini jurnalis video Kompas.com menambahkan latar belakang suara yang tersedia di aplikasi TikTok. Pada video ini, jurnalis Kompas.com juga menambahkan teks tulisan menggunakan fitur Teks yang tersedia di aplikasi TikTok.
10 Gambar 1.6 Penelitian tentang Generasi Z yang membaca berita dengan gawai
Sumber: Maverick (2020)
Gambar 1.6 menjelaskan penelitian yang dilakukan Maverick pada Generasi Z di Jakarta menunjukkan sebanyak 62% Generasi Z membaca berita setiap hari dan sudah menjadi rutinitas kesehariannya, serta 89% Generasi Z membaca berita tersebut melalui smartphone (Maverick, 2020). Hasil angka persentase tersebut berarti sudah banyak Generasi Z yang menjadikan membaca berita di gawainya sebagai rutinitas sehari-hari dan memperkuat penelitian yang ingin meneliti pada Generasi Z yang mengonsumsi berita di media sosial TikTok.
Menurut penelitian yang dilakukan Forbes Magazines, lebih dari 60% pengguna TikTok secara global adalah Generasi Z yang lahir dari 1995 sampai 2010. Generasi Z adalah salah satu generasi yang paling beragam dengan tingkat pendidikan tinggi, digital native, kesadaran akan sosial dan budaya yang tinggi, dan lebih ekspresif (Forbes, 2020). Oleh karena itu, peneliti memilih spesifik usia Generasi-Z karena generasi inilah yang paling banyak mengakses aplikasi TikTok.
Virus corona atau Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Cina pada tahun 2019 yang kemudian meluas ke berbagai negara, virus ini kemudian ditetapkan oleh
11 WHO sebagai pandemi. Covid-19 pertama kali menyebar sampai ke Indonesia pada 02 Maret 2020 dan hingga saat ini sudah terdapat 1 juta lebih kasus pasien yang terkonfirmasi Covid-19. Adanya virus ini tentu mengubah kebiasaan masyarakat dengan melakukan physical distancing, memakai masker, dan mencuci tangan secara rutin agar terhindar dari Covid-19. Informasi terkait Covid-19 menjadi topik yang diminati oleh masyarakat dengan mengaksesnya melalui media sosial, televisi, radio, media online, dan sebagainya.
Gambar 1.7 Penelitian Nielsen Mengenai Konsumsi Berita Covid-19 di Indonesia
Sumber: Penelitian Nielsen
Gambar 1.7 pada penelitian Nielsen menunjukkan bahwa 80% orang mencari informasi atau berita mengenai Covid-19 melalui media sosial. Data tersebut menunjukkan bahwa media sosial salah satunya TikTok menjadi tempat bagi masyarakat Indonesia untuk memperoleh informasi terkini terkait Covid-19 dan menjadi alasan untuk meneliti topik Covid-19 di penelitian ini (Nielsen, 2020).
Setelah hampir satu tahun munculnya kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pada 13 Januari 2021 Indonesia telah melakukan vaksinasi tahap pertama. Presiden
12 Joko Widodo menjadi orang pertama yang divaksin Covid-19, hal tersebut menjadi momentum yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia karena pandemi akan segera berakhir jika masyarakat telah divaksin. Vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu topik berita yang sedang ramai diperbincangkan di media, salah satunya pada TikTok Kompas.com dan Kumparan.
Permasalahan penelitiannya adalah TikTok merupakan platform media sosial yang kontennya sebagian besar adalah video hiburan ringan berdurasi pendek, apakah dengan keterbatasan durasi dan karakteristik platform TikTok akan memenuhi lima dimensi kualitas berita? Dari penjelasan tersebut, maka penelitian ini akan berfokus pada bagaimana kualitas berita vaksinasi Covid-19 Kompas.com dan Kumparan di platform TikTok yang menggunakan penerapan Mobile and
Social Media Journalism dan akan meneliti pada khalayak yaitu Generasi Z.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berguna menjaga penelitian agar tetap fokus sesuai latar belakang permasalahan yang sudah dijabarkan pada poin 1.1 Latar Belakang. Maka, rumusan masalahnya adalah Bagaimana kualitas berita vaksinasi Covid-19
Kompas.com dan Kumparan di platform TikToknya yang menggunakan penerapan
Mobile & Social Media Journalism menurut khalayak dari Generasi Z?
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian bertujuan untuk menjabarkan pertanyaan yang lebih rinci dari rumusan masalah. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian ini di antaranya:
13 1. Bagaimana persepsi khalayak dari Generasi Z tentang kualitas berita
vaksinasi Covid-19 Kompas.com di platform TikTok?
2. Bagaimana persepsi khalayak dari Generasi Z tentang kualitas berita vaksinasi Covid-19 Kumparan di platform TikTok?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hasil yang diharapkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Maka dari itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana persepsi khalayak dari Generasi Z tentang kualitas berita vaksinasi Covid-19 Kompas.com di platform TikTok.
2. Mengetahui bagaimana persepsi khalayak dari Generasi Z tentang kualitas berita vaksinasi Covid-19 Kumparan di platform TikTok.
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan AkademisPenelitian ini akan berguna sebagai kajian ilmiah yang membahas Mobile
And Social Media Journalism khususnya pada platform media sosial baru yaitu
TikTok yang masih sangat sedikit dibahas dalam penelitian. Penelitian ini juga berguna dalam pengembangan ilmu jurnalisme digital yang saat ini sangat berkembang pesat.
14 Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman terkait konsep berita yang berkualitas pada sebuah media yang menerapkan mobile and
social media journalism bagi khalayak dari Generasi Z.
3. Kegunaan Sosial
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa adanya media online di Indonesia yang memproduksi berita di platform TikTok dengan dikemas secara singkat, ringan, dan menarik sesuai dengan karakteristik platform TikTok. Walaupun dikemas secara singkat dan ringan, namun tetap kredibel karena menggunakan sumber-sumber berita yang dapat dipercaya. Maka, masyarakat akan mendapatkan informasi yang berkualitas dengan konten berita yang ringan di aplikasi TikTok.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini adalah hanya meneliti dua media di Indonesia yang memproduksi konten berita di platform TikTok yaitu Kompas.com dan
Kumparan, dari banyaknya media di Indonesia yang membuat konten berita di
TikTok. Sehingga penelitian ini hanya dapat digunakan dan valid pada
Kompas.com dan Kumparan.
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang diwawancarai adalah khalayak dari Generasi Z di Tangerang yang berusia 21-24 tahun, sehingga hal ini menjadi keterbatasan penelitian karena subjek penelitian yang diteliti bukan sebagai wakil dari keseluruhan Generasi Z.