IMPLEMENTASI SMK3
di KRT-LPNK
1
Oleh:
Dr. Ir. Anny Sulaswatty, M.Eng Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Riset dan Teknologi
Hotel Bumikarsa, 28 April 2011
a. UU No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; b. Perpres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen;
c. Perpres No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
d. Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
1962 1973 1986-2001 2002 2002-2009 2009-Sekarang Kemente rian Urusan Riset Nasional Menteri Negara Riset Menteri Negara Riset dan Teknolog i Kemente rian Riset dan Teknolog i Kemente rian Negara Riset dan Teknolog i Kemente rian Riset dan Teknolog i
TUGAS KRT:
Menyelenggarakan urusan di bidang riset dan teknologi dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
FUNGSI KRT:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang riset dan teknologi;
b. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset dan teknologi;
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian Riset dan Teknologi;
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Riset dan Teknologi.
(Pasal 536-537 Perpres No. 24 Tahun 2010)
Menteri
Negara
Riset
dan
Teknologi
mengkoordinasikan LPND:
1. LIPI;
2. LAPAN;
3. BPPT;
4. BATAN;
5. BAPETEN;
6. BAKOSURTANAL;
7. BSN.
(Perpres No. 103 Tahun 2001)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
KomitmenKomitmen dandan KebijakanKebijakan Perencanaan Perencanaan SMK3 SMK3 Penerapan Penerapan SMK3 SMK3 PengukuranPengukuran dandan Evaluasi Evaluasi Peningkatan Peningkatan Berkelanjuta n PeninjauanPeninjauan
UlangUlang&& PeningkatanPeningkatan oleh manajemen oleh manajemen PeninjauanPeninjauan
UlangUlang &&
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN
• K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak
• Kecelakaan kerja yang terjadi masih tinggi
• Pelaksanaan pengawasan masih bersifat parsial dan belum menyentuh aspek
manajemen
• Relatif rendahnya komitmen pimpinan dalam
hal K3
• Kualitas SDM berkorelasi dengan kesadaran
K3 Belum Jadi Prioritas
• Masalah K3 masih belum menjadi prioritas
program
• Tidak ada yang mengangkat masalah K3
menjadi issu nasional baik secara politis maupun sosial
• Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah dilihat dari pendekatan moral
Setiap
tenaga
kerja
berhak
mendapat
perlindungan
atas
keselamatannya
dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional
UU No. 1 Tahun 1970
Pemerintah bisa memaksakan penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (SMK3) karena sudah diatur dalam
Undang-Undang.
Pasal 27 (2) UUD1945
Undang-undang Ketenagakerjaan (UU No. 13/2003)
Pasal 86 Pasal 87
• UU No.1/1970
• Per. Menaker No. 05/Men/1996 • Kep.Menaker No. Kep.19/Men/1996
PP Penerapan SMK3
Sanksi pelanggaran
PERATURAN PENDUKUNG SMK3 di KRT
• UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sipteknas;
• PP No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi KI dan Hasil Litbang oleh Perguruan Tinggi
&Lemlitbang;
• PP No. 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Kegiatan Litbang bagi Perguruan Tinggi Asing, Lemlitbang Asing, Badan Usaha Asing&Orang Asing;
• PP No. 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian
Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk Kegiatan Perekayasaan, Inovasi&Difusi Teknologi;
• PP No. 48 Tahun 2009 tentang Perizinan
PERATURAN PENDUKUNG SMK3 di LPNK
• BAPETEN UU No. 10 Tahun 1997: “pembinaan dan
penyuluhan dalam rangka pengawasan penggunaan segala bentuk pemanfaatan sumber zat radioaktif dan radiasi
pengion”.
• BATAN Kep. Ka BATAN No.167/KA/XI/2008 tentang Prioritas Program Standardisasi BATAN.
“Seluruh unit kerja di BATAN pada tahun 2012 harus sudah disertifikasi SMK3 sesuai SB 006-OHSAS 18001:2008”.
• BSN:
• Keppres No. 78 Tahun 2001 (KAN);
• PP No. 10 Tahun 2002 (Standardisasi Nasional); • RUU Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
• BAKOSURTANAL RUU Informasi Geospasial
AKTIVITAS PENDUKUNG SMK3 di KRT-LPNK
BATAN:
• Sertifikasi SMK3
• HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment & Determining Control)
BAPETEN:
e. Aktif menjadi anggota Organisasi Keselamatan Nuklir Asia/ Asian Nuclear Safety Network (ANSN);
f. Pengawasan dan pengendalian bahan nuklir; bimbingan dan penyuluhan menyangkut keselamatan dan kesehatan.
BSN:
h. Akreditasi pranata litbang; i. Penerapan SNI Wajib.
LIPI:
k. Validitas hasil pengujian laboratorium; l. Kalibrasi instrumen dan metrologi.
BPPT:
n. Audit teknologi;
BAB I KETENTUAN UMUM (2 Pasal) BAB II PERIZINAN (13 Pasal)
BAB III PELAPORAN (2 Pasal)
BAB IV KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN (2 Pasal)
BAB V PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN (2 Pasal) BAB VI TIM TEKNIS (2 Pasal)
BAB VII KEADAAN MEMAKSA (1 Pasal)
BAB VIII SANKSI ADMINISTRATIF (5 Pasal) BAB IX KETENTUAN PERALIHAN (1 Pasal) BAB X PENUTUP (1 Pasal)
total 31 Pasal
Sistimatika PP No. 48/2009
Fokus Pengaturan
Memberikan batasan kegiatan litbangrap beresiko tinggi dan berbahaya
Memastikan agar kegiatan litbangrap beresiko tinggi dan berbahaya tidak menimbulkan bahaya bagi keselamatan manusia, kelestarian fungsi
lingk hidup, kerukunan bermasyarakat,
keselamatan bangsa, dan berpotensi merugikan negara
Litbangrap Berisiko Tinggi dan Berbahaya
Kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau
penerapan iptek yang berisiko tinggi dan
berbahaya, yang selanjutnya disebut Kegiatan
Litbangrap Berisiko Tinggi dan Berbahaya,
adalah kegiatan penelitian, pengembangan
dan/atau penerapan iptek yang karena sifat
dan/atau
konsentrasinya,
baik
secara
langsung maupun tidak langsung dapat
membehayakan,
mencemarkan
dan/atau
Implementasi ?
1. Kegiatan Litbangrap Iptek yang Berisiko Tinggi dan Berbahaya
hanya dapat dilakukan atas dasar izin tertulis dari Pemerintah - Pasal 3 ayat (1).
2. Pemberian izin dilakukan berdasarkan penilaian terhadap
persyaratan, subyek dan obyek Kegiatan Litbangrap Iptek yang Berisiko Tinggi dan Berbahaya - Pasal 3 ayat (3).
3. Menristek dapat memberikan izin dalam hal : a. kegiatan melibatkan 2 lembaga atau lebih;
b. kegiatan tidak ditangani instansi pemerintah yang berwenang. (Pasal 4)
4. Obyek perizinan dan tingkat resiko kegiatan litbangrap iptek yang berisiko tinggi dan berbahaya disusun dalam Daftar Bidang
Penelitian Berisiko Tinggi dan Berbahaya - Pasal 5 ayat (1).
Jangka Waktu dan Perpanjangan Izin
Izin Kegiatan Litbangrap Iptek BTB diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak izin dikeluarkan, dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali secara berturut-turut untuk masing-masing jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Mekanisme Perizinan BTB
PENGAWASAN KEGIATAN LITBANGRAP INSTANSI / BERWENANG KNRTDaftar Bidang Penelitian Berisiko Tinggi
&
Standard Nas Ketentuan Internasional
Persyaratan Perizinan
-Peraturan Perundang undangan
KEGIATAN LITBANGRAP BERISIKO TINGGI DAN
BERBAHAYA
Instansi yang Berwenang
/ /
Gubernur Bupati Walikota
Masyarakat KNRT KNR T INSENTIF quality assurance reward
- proposal kegiatan - persyaratan
pengajuan keg
KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN
1. Pemegang izin hanya dapat melakukan kegiatannya sesuai dengan izin Kegiatan Litbangrap Iptek BTB yang diberikan.
2. Pemegang izin dilarang memindah tangankan izin yang diberikan kepada pihak lainnya.
3. Pemegang izin bertanggung jawab terhadap risiko dan bahaya yang terjadi dalam
melaksanakan Kegiatan Litbangrap Iptek BTB. 4. Izin Kegiatan Litbangrap Iptek BTB menjadi
kadaluwarsa apabila dalam jangka waktu
RENCANA TINDAK LANJUT
Pembahasan Rancangan Permennegristek
tentang:
2.Kedudukan, tugas pokok dan fungsi,
susunan keanggotaan, dan tata kerja Tim
Teknis; dan
TUGAS TIM TEKNIS
Membantu Menristek dalam pemberian izin
Kegiatan Litbangrap Iptek BTB, penyusunan
daftar bidang penelitian BTB, verifikasi
laporan,
dan/atau
pengawasan
dan
pengendalian
pelaksanaan
Kegiatan
Litbangrap Iptek BTB. (melibatkan 19
Instansi Pemerintah)
“Instansi Pemerintah yang Berwenang”
a. penelitian dan pengembangan kesehatan oleh
kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang kesehatan;
b. penelitian dan pengembangan pertanian oleh
kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang pertanian;
c. penelitian dan pengembangan kehutanan oleh
kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang kehutanan;
d. penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan
oleh kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.