• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BENTUK KOMPOSISI QUARTET IN D MAYOR BAGIAN KE TIGA KARYA WOLFGANG AMADEUS MOZART.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BENTUK KOMPOSISI QUARTET IN D MAYOR BAGIAN KE TIGA KARYA WOLFGANG AMADEUS MOZART."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

BANGUN PAMBUDI NIM 10208244024

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

“jangan pernah kau menyerahkan dirimu pada dirimu sendiri, serahkan lah pada Allah Swt”

-Bangun Pambudi

(6)

Kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan perhatian, dorongan, membiayai dan mendoakan selama penulis melaksanakan studi hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

(7)
(8)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Fokus Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 9

1. Analisis... 9

2. Komposisi ... 10

3. Unsur-Unsur Musik... 10

4. Bentuk Musik ... 13

5. Bentuk Lagu Tiga Bagian ... 14

6. Struktur Musik ... 15

7. Sonata ... 17

8. Rondo Forms ... 18

B. Penilitian Yang Relevan ... 21

BAB III Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian ... 23

B. Obyek Penelitian ... 23

C. Tahap Penelitian... 23

(9)

2. Wawancara ... 25

3. Dokumentasi ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Triangulasi ... 26

G. Analisis Data ... 28

1. Reduksi Data ... 28

2. Penyajian Data ... 28

3. Penyimpulan ... 29

BAB IV Pembahasan A. Analisis Per Bagian ... 30

1. Bagian A ... 30

2. Bagian B... 32

3. Bagian A ... 33

4. Bagian C... 35

5. Bagian A ... 37

6. Bagian B’ ... 39

7. Bagian A ... 41

B. Kerangka Komposisi Quartet in D Mayor Bagian Ke Tiga ... 42

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN

(10)

Gambar 2 : Bagian B ... 42

Gambar 3 : Bagian A ... 43

Gambar 4 : Bagian C ... 46

Gambar 5 : Bagian A ... 47

Gambar 6 : Bagian B’ ... 49

(11)

BANGUN PAMBUDI NIM: 10208244024

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan bentuk dan struktur Quartet In D Mayor karya Wolfgang Amadeus Mozart bagian ke tiga. Penilitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung, wawancara. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan. Keabsahan data diperoleh dengan teknik triangulasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa lagu Quartet in D Mayor bagian ke tiga karya W. A. Mozart merupakan bentuk rondo yang diidentifikasikan sebagai rondo tiga bagian (Third Form Rondo) dengan struktur A – B – A – C – A – B’ – A. Hasil ini diperoleh dari analisis tekstual full score, file audio dan video dari komposisi Quartet in D Mayor bagian ke tiga serta diperkuat dengan hasil wawancara dan proses konsultasi dengan pihak expert dalam penelitian ini.

Kata kunci: analisis, bentuk, struktur, Quartet in D Mayor, Mozart

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Musik pada dasarnya ditimbulkan oleh aktivitas individu maupun kelompok yang menghasilkan bunyi. Jika melihat esensinya, karya seni musik berfungsi sebagai suatu sarana untuk berekspresi, berapresiasi dan mengapresiasi, baik mengungkapkan rasa senang, sedih, maupun hanya sebagai hiburan.

Sebagai seorang individu, dalam melakukan aktivitas bermusik bagi seorang komponis, pemain musik, dan juga pendengar maupun penikmat musik, kegiatan bermusik bisa menjadi sebuah halangan dalam suatu kegiatan berapresiasi seorang individu, apabila musik yang dihasilkan cenderung berat untuk diterima.

Bunyi ataupun suara berat dari suatu karya seni musik tersebut, tercipta karena sebuah aturan yang sangat mengikat dalam menciptakan sebuah karya seni musik. Misal, sebuah aturan membatasi tentang berapa banyak dibutuhkan pemain musik agar bisa menghasilkan bunyi yang indah.

Hal ini tidak berbeda dengan latar belakang lahirnya sebuah zaman baru, yang mengalami masa transisi akibat upaya menentang sebuah aturan yang mengikat seseorang dalam berekspresi yang kemudian dikenal dengan nama zaman Klasik. Zaman Klasik lahir atas dasar keinginan untuk menentang sebuah aturan pada zaman Barok yang cenderung membatasi pemikiran

(13)

seseorang dalam menciptakan sebuah karya. Komponis zaman Barok cenderung terikat dengan gaya Kontrapung yang selalu mempengaruhi dalam menciptakan sebuah karya. Perlawanan tersebut berawal dari timbulnya sebuah gaya baru yang bermunculan yaitu gaya Galan (Perancis) dan gaya Sensitif (Inggris).

Gaya Galan adalah suatu teknik komposisi yang ingin menjauh dari teknik kontrapung dengan mengutamakan kebebasan dalam menciptakan karya. Kebebasan tersebut misal kebebasan akan berapa banyak jumlah suara yang diinginkan. Selanjutnya, pengertian gaya Sensitif pada dasarnya bermula dari upaya menentang gaya Barok yang terlalu patetis, kaku, dan terlalu emosional. Namun dengan upaya penentangan ini, karya yang diciptakan malah semakin lebih berkembang. Perkembangan tersebut dilihat dari rasa suka dan duka yang dapat diwujudkan dengan dinamika Cressendo.

Hal tersebut membuat musik klasik dapat dengan mudah dimengerti. Setelah keberhasilan dalam menentang aturan-aturan tersebut, zaman Klasik telah banyak melahirkan komponis-komponis ternama di dunia salah satu diantaranya adalah Mozart.

(14)

karya-karya besarnya. Mozart juga banyak menciptakan berbagai macam bentuk musik. misal, Concerto dan Sonata.

Tanpa adanya campur tangan seorang komponis yang menciptakan suatu karya seni musik, musik tidak akan dapat kita dengarkan apa lagi kita nikmati. Komponis-komponis seperti Mozartlah yang menciptakan karya seni musik sehingga dapat kita dengarkan. Tugas dari seorang komponis lagu ialah sebagai penggubah lagu. Dikarenakan dari tugas ataupun pekerjaan seorang individu sebagai komponis, seorang komponis harus memiliki pengetahuan lebih tentang musik baik secara teori maupun praktis.

Dalam penciptaan suatu karya komposisi seorang komponis harus menentukan unsur-unsur pembentuk musik dan juga instrument yang akan digunakan. Ada beberapa unsur-unsur pembentuk musik yang nantinya digunakan oleh seorang komponis dalam membuat suatu karya komposisi agar dapat diperdengarkan maupun dimainkan oleh seorang individu. Unsur-unsur tersebut meliputi melodi, irama, harmoni, dan tanda ekspresi sehingga menjadi suatu bentuk yang disebut musik. Sebelum seorang komponis menciptakan karya komposisi musik, seorang komponis harus memilih intrumen-instrumen yang akan dia gunakan untuk mengeluarkan suara dari karya komposisi musiknya.

(15)

kayu yaitu flute, yang memiliki range nada dari C4 hingga C7 dan masih banyak lagi instrumen yang dapat dijadikan sumber bunyi oleh seorang komponis. Setelah menentukan 2 hal di atas yaitu instrumen dan unsur-unsur musik itu barulah seorang komponis dapat membuat sebuah karya komposisi. Komposisi memiliki arti yaitu susunan atau tata susun, Kemudian komposisi di dalam ranah musik memiliki pengertian yaitu suatu gubahan baik instrumental maupun vokal. Menurut Prier (2014:92) Komposisi adalah suatu karya musik yang diciptakan oleh seorang komponis dan dicatat dengan pasti melalui not, sedemikian hingga dapat dibunyikan juga orang lain atau kehadiran komponis. Dalam proses komposisi, komponis harus menentukan unsur-unsur musik yang akan digunakan dalam karya komposisinya. Dari memilih nada hingga menggunakan dinamik untuk memperindah komposisi musiknya.

Karya-karya besar Mozart yang cukup terkenal dalam bentuk sonata salah satunya dikenal dengan judul Quartet in D Mayor. Quartet in D Mayor terdiri dari 3 bagian yaitu bagian pertama allegro, bagian kedua adagio, dan bagian ketiga Rondeaou atau Rondo (allegretto) Quartet ini dimainkan oleh 4 orang dengan instrumen yang berbeda yaitu flute, violin, viola, dan violincello. Awal mula cerita karya ini terlahir adalah ketika Mozart

mendapat sebuah pesanan komposisi untuk musik chamber pada bulan desember tahun 1777.

(16)

penyokong dana dari ayah Mozart saat itu. Dia bernama Ferdinand De Jean, seorang pemain flute yang bekerja di ”Dutch East India Company”. Karya tersebut harus selesai dalam 2 bulan, namun Saat itu Mozart berada di pelabuhan industri Mannheim, Jerman.

Pada bulan Februari 1778 De Jean hanya menerima separuh dari karya yang dia pesan dari mozart. Karena karya yang belum selesai tersebut baru selesai setengahnya, Mozart pun juga hanya menerima setengah dari upahnya. Setelah kejadian itu, Mozart segera melanjutkan pesanan karya quartet flute dari de jean tersebut. Mozart memulai komposisi bagian pertama dengan tempo allegro yang riang dan penuh kegembiraan. Bagian kedua adagio ditulis dalam relative minor dari D mayor.

Di bagian ke dua ini, Mozart lebih memperlihatkan kejeniusannya mengolah nada dan melodi dalam permainan flute. Dengan iringan permainan pizzicato dari violin, viola, dan cello, membuat suasana semakin dramatis dan menyedihkan dalam tangga nada minor di bagian ke dua. Kemudian di bagian ke tiga yaitu rondo kembali dihadirkan suasana yang lebih riang dari bagian pertama dan menjadi akhir dari karya tersebut (Henken, 2015). Format musik seperti Quartet in D Mayor ini sering disebut dengan musik kamar atau chamber musik.

(17)

diperdengarkan di tempat-tempat yang lebih umum, seperti concert hall dan tempat–tempat terbuka lainnya. Adapun jenis-jenis dari berbagai musik kamar ialah duet, trio, quartet, quintet, dll (Homer, 2013).

Melihat bentuknya, karya Quartet in D Mayor ini dirasa unik karena karya ini dimainkan oleh 4 instrumen yang berasal dari keluarga yang berbeda (Woodwind dan String). Di dalam karya ini instrumen flute menggantikan peran violin 1 yang biasanya dalam quartet string menggunakan violin sebagai instrumen pokoknya, tetapi di dalam karya ini peran violin diambil alih oleh flute. Instrumen flute dapat berperan penting di dalamnya walaupun memiliki register berbeda dengan string.

Bagi mahasiswa yang mengambil atau menempuh kuliah praktik instrument mayor flute di Universitas Negeri Yogyakarta, karya ini sangat menarik dan wajib dimainkan, karena selain teknik-teknik dan bentuk musik dari karya komposisi Quartet in D Mayor yang menarik, mahasiswa flute di Universitas Negeri Yogyakarta jarang sekali berlatih dengan bahan yang dimainkan secara ansambel di kampus, kecuali ketika kuliah orkestra ataupun symphonic band yang ada di kampus. Mahasiswa PIM flute mayor 5 atau 6

dianjurkan memainkan karya tersebut. selain untuk berlatih teknik flute, memainkan karya ini akan membantu melatih kualitas permainan flute secara lebih mendalam, serta melatih kita bermain dalam ansambel kecil yang lebih sulit dari pada ansambel besar.

(18)

berbentuk Sonata ini khususnya bagian 3, karena Sonata bagian 3 ini, merupakan bagian yang paling rumit untuk dimainkan dan mempunyai bentuk dan struktur musik yang dirasa penulis menarik untuk dibahas.

B. Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penulisan ini adalah Bagaimana bentuk komposisi Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini yaitu mendiskripsikan bentuk komposisi Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart, yang dimainkan

oleh instrument flute, violin, viola, dan violincello.

D. Manfaat Penulisan

Hasil dari penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain adalah:

1. Secara Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman permainan flute bagi mahasiswa jurusan seni musik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, dalam memainkan maupun menganalisa komposisi Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart.

(19)
(20)

1. Analisis

Menurut Moeliono (1990:43), analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagianya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Komarudin (2001:53) berpendapat bahwa analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan terpadu. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1988:19) dijelaskan bahwa analisis adalah memeriksa sesuatu masalah untuk menemukan semua unsur-unsur yang bersangkutan.

Menurut Poerwadarminta (2001:43) menganalisis suatu bentuk karya musik memerlukan ide yang sangat bervariasi, karena dalam karya-karya musik terdapat suatu susunan nada yang saling terkait satu sama lain, sehingga dapat diuraikan dengan teliti dan seksama melalui proses membagi nada-nada tesebut dimulai dari keseluruhan hingga pada bagian-bagian terkecil agar dapat memperoleh hasil atau pemahaman secara keseluruhan dengan tepat.

Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan dari Tambahjong (1922:11) yang menyatakan bahwa “analisis adalah suatu disiplin ilmiah antara ilmu jiwa, ilmu hitung, dan filsafat untuk menguraikan musik melalui rangkaian jalinan nada, irama, dan harmoni dengan membahas unsur gejala sadar dan tidak sadar pada kesatuan komposisi."

(21)

Dari berbagai kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, analisis karya musik adalah suatu proses penelaahan atau identifikasi dari suatu karya komposisi musik menjadi elemen-elemen kecil dan unsur-unsur musik dari suatu karya sehingga dapat diketahui bentuk maupun strukturnya.

2. Komposisi

Komposisi adalah bentuk tertulis karya musik (Ensiklopedi Musik, 1997:85). Sedangkan menurut Prier (2014:92) “komposisi musik adalah Suatu karya yang diciptakan oleh seorang komponis dan dicatat dengan pasti melalui not, sedemikian hingga dapat dibunyikan juga oleh orang lain/kehadiran komponis.” Dari sumber diatas dapat disimpulkan bahwa komposisi adalah suatu karya musik yang diciptakan oleh seorang komposer dalam bentuk tekstual sehingga dapat diperdengarkan kembali.

3. Unsur-Unsur Musik

(22)

Kemudian di bawah ini akan dijelaskan unsur-unsur musik secara lebih mendalam.

a. Melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan atau ide (Jamalus, 1996:16). Dalam penelitian ini, melodi memiliki pengertian nada-nada pokok tema lagu tersebut diluar nada-nada iringan.

b. Irama adalah pola ritme tertentu yang dinyatakan dengan nama, seperti Wals, mars, bosanova dan lain-lain (Banoe 2003:198), sedangkan menurut Jamalus (1988:8) irama adalah urutan yang menjadi rangkaian unsur dasar dalam musik.

c. Harmoni merupakan perihal keselarasan bunyi. Secara teknis meliputi susunan, peranan dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya atau dengan bentuk keseluruhannya (Syafiq, 2003: 133).

d. Tanda-tanda ekspresi musik

(23)

1) Tempo

Menurut prier (2014:214-215), tempo ialah berapa hitungan per menit yang dikehendaki oleh sang komponis dengan angka Metronom Malzel (M.M). Menurut Apel (1972:836), Tempo

merupakan tanda yang digunakan untuk menentukan kecepatan dalam suatu komposisi dibeberapa bagian dalam sebuah karya. Berkisar dari sangat lambat hingga sangat cepat, ditandai dengan tanda seperti largo, adagio, andante, moderato, allegro, presto, pertissimo.

2) Dinamik

Tanda dinamik merupakan tanda yang digunakan untuk menentukan atau membedakan keras-lembutnya dalam membawakan karya musik. Dinamika termasuk unsur paling penting dalam pembawaan musik. Namun cara bagaimana dinamika digunakan tergantung dari jenis musik atau dari masa penciptaan nya. dalam bahasa itali sering digunakan istilah untuk menyebut gradasi dinamika seperti: pianissimo (pp), mezzopiano (mp), piano (p), forte (f), fortissimo (ff). Perubahan

(24)

4. Bentuk Musik

Menurut Prier (2011:2) Bentuk musik adalah suatu gagasan / ide yang nampak dalam pengolahan / susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni dan dinamika). Prier juga mengatakan bahwa :

“ide ini mempersatukan nada-nada musik serta terutama bagin-bagian komposisi yang dibunyikan satu per satu sebagai kerangka. Bentuk musik dapat dilihat juga secara praktis : sebagai ‘wadah’ yang ‘di isi’ oleh seorang komponis dan diolah sedemikian hingga menjadi musik yang hidup”.

Menurut Banoe (2013:151) bentuk musik merupakan susunan kerangka lagu yang ditentukan menurut bagian-bagian kalimatnya.

Menyimpulkan dari keterangan diatas, bentuk musik adalah suatu susunan unsur-unsur musik yang kemudian membentuk sebuah gagasan, nada-nada dan melodi menjadi suatu kesatuan kerangka pembentuk musik sehingga sebuah lagu atau musik memiliki karakteristik yang menonjolkan style (gaya) ataupun karakter musik seorang komponis.

(25)

a. Bentuk lagu satu bagian adalah bentuk lagu yang terdiri atas satu bagian berupa kalimat yang utuh/bait saja, tetapi memenuhi satu kesatuan yang lengkap.

b. Bentuk lagu dua bagian: dengan dua kalimat yang berlainan.

c. Bentuk lagu tiga bagian: dengan tiga kalimat yang belainan. (a,b,c nya sejajar dengan angka 3)

Selain bentuk musik sederhana diatas bentuk musik yang terdapat bentuk musik atau lagu yang umum lainnya. Stein (2011:69) mengatakan bahwa tipe bentuk-bentuk lagu pada umumnya adalah sebagai berikut yaitu:

(1) Satu Bagian, (2) Dua bagian yang sederhana, (3) Dua bagian yang dikembangkan, (4) Tiga bagian embrionis, (5) Tiga bagian, (6) Tiga bagian yang diperluas, (7) Lima bagian, (8) Bentuk bebas atau bentuk kelompok.

5. Bentuk Lagu Tiga bagian

(26)

Menurut Stein (2011:88) Bentuk-bentuk yang memiliki ciri pernyataan, keberangkatan, dan pernyataan kembali (statement-departure-restatemen) disebut ternary, dan ciri dari pola ternary adalah

elemen restatement atau pernyataan kembali. Namun ada beberapa bentuk restatement yang bukan merupakan pernytaan ulang dari peryataan sebelumnya, tetapi malah penggunaan kembali figure, motif, atau tema, apakah dalam urutan langsung atau dalam beberapa susunan yang didirikan.

Menurut Stein (2011:88) dari semua pola yang digunakan dalam musik sejak tahun 1700. Terdapat lebih banyak contoh bentuk ternary daripada bentuk bentuk lainnya. berikut adalah yang termasuk dalam pola-pola ternari:

(1) Periode tiga bagian (2) Bentuk lagu tiga bagian yang sederhana (3) Bentuk lagu tiga bagian (4) Bentuk lagu tiga bagian yang diperluas (5) bentuk lagu lima bagian (6) Bentuk lagu dan trio (7) Bentuk rondo pertama (8) Bentuk rondo ke dua (9) Bentuk rondo ke tiga (10) Sonatine (11) Sonata-allegro form

6. Struktur Musik

(27)

a. Figur adalah unit kontruksi terkecil dalam musik. Setidaknya terdiri dari satu ritme yang berkarakter dan satu interval yang berkarakter, sebuah figur dapat terdiri dari minimal dua nada dan maksimum duabelas nada (Stein, 2011:2)

b. Motif ialah unsur lagu yang terdiri dari sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan ide (Prier, 2011:3). Yang dimaksud adalah sejumlah nada (2 nada – 2 birama) yang kemudian digabung menjadi satu. Pada pengertian lebih mudah motif adalah penggabungan dari beberapa figur sehingga terbentuklah motif. Pada penjelasan lainnya menurut Stein (2011:3) istilah motif pada keadaan tertentu digunakan sebagai asinonim dari figure; sebaliknya, suatu pembedaan tegas kadang-kadang diterapkan di antara figure sebagai suatu unit pola atau pengiring (seperti pada etude atau karya-karya Barok) dan motif sebagai partikel tematik.

c. Semi-frase Stein (2011:23) mengatakan bahwa semiphrase merupakan bagian kecil dari sebuah phrase.

(28)

e. Periode ialah sejumlah ruang birama (biasanya 8 atau 16 birama) yang merupakan kesatuan nampak dan, terdiri dari frase antecedens (kalimat tanya) dan frase consequens (kalimat jawab) (Prier, 2011:2) Menurut Stein (2011:46) frase anteseden bersifat interogatif dan secara umum diakhiri oleh kadens non-final; dalam musik tonal biasanya disebut kadens setengah. Sedangkan frase konsekuen bersifat responsive dan,r kecuali pada sedikit eksepsi, diakhiri oleh sebuah kadens yang lebih konklusif dari pada akhir antiseden. Dalam musik tonal dan modal kadens pada akhir frase konsekuen paling sering ialah jenis autentik.

7. Sonata

Kata Sonata berasal dari kata Italia Sonare (Sounare), yang artinya menyembunyikan atau memainkan. Sama halnya dengan kata Kantata (Cantata) yang berasal dari kata Cantare, yang artinya menyanyikan. Sonata adalah tipe khusus karya Instrumental yang biasanya terdiri dari

tiga atau empat gerakan. (Stein, 2011:141).

(29)

bentuk umum paling sering digunakan dari sonata klasik ialah sebagai berikut yaitu :

a. Eksposisi (movement/subbagian ke-1), ialah bagian pertama dalam bentuk sonata dimana diperkenalkan tema-tema yang kemudian diolah dalam bagian development

b. Development (movement/subbagian ke-2) ialah “pengembangan” dari tema; dengan modulasi-modulasi ke tangga nada yang jauh dengan mengkonfrontasikan kedua tema. “subbagian development cukup berbeda dengan eksposisi dan rekapitulasi di situ tema dipamerkan secara statis; sedangkan development dikuasai oleh pengolahan tema secara dinamis

c. Rekapitulasi (movement/subbagian ke-3) merupakan pengulangan dari eksposisi kemudian kembali ke tonika (dalam eksposisi). Fungsi rekapitulasi adalah ganda: pertama eksposisi diulang sesudah

development (dengan ketegangan-ketegangan yang kuat) untuk mendatangkan kembali suatu ketenangan; kedua agar terbentuk pola A-B-A yang menciptakan suatu pembulatan yang diperkuat dengan kembalinya tonika tidak hanya dalam tema I, tetapi juga dalam tema II yang kini disesuaikan dengan tonalitas tema I.

8. Rondo Forms

(30)

diterapkan pada musik. Istilah tersebut terkait dengan bentuk-bentuk yang mempunyai suatu refrain yang selalu kembali (recurrent). (Stein, 2011:112)

Sedangkan meurut Prier (1996:64) Rondo berarti “lagu berputar”: maksudnya “refren”. Maka Rondo mirip dengan bentuk lagu refren – solis, seperti lazim dipakai dalam lagu pantun dsb. Hanyalah perlu dicatat bahwa Rondo adalah bentuk musik instrumental.

Prier juga mengatakan bahwa, Rondo dikuasai oleh prinsip: kembali kepada lagu semula setelah mengalami lagu yang berlainan. Rondo dimulai dengan sebuah “refren” (yang disebut A). Refren A dapat terdiri dari satu periode saja atau dua periode. Biasanya Rondo dimulai dengan refren tersebut. Termasuk ciri khas Rondo bahwa refren setidak-tidaknya muncul tiga kali (bila ia hanya muncul dua kali, maka bentuk nya adalah A – B – A atau bentuk lagu tiga bagian dan bukan rondo)

Menurut Stein (2011:112) Rondo sebagai sebuah bentuk seharusnya tidak dibingungkan dengan pemahaman tentang rondo sebagai tipe karakter. Sebagai bentuk, istilah rondo diterapkan pada pola yang menampilkan sebuah tema yang senantiasa hadir bergantian setelah satu, dua, tiga atau (perkecualian) lebih digresi, dan bisa dalam tempo yang lambat atau cepat. Walaupun demikian sebagai suatu gerakan yang berjudul rondo, atau sebagaimana digambarkan rondo sebagai sebuah gerakan yang berjudul rondo , atau sebagaimana digambarkan rondo sebagai sebuah karakter maupun bentuk, biasanya memiliki suasana yang hidup dan lincah, indikasi tempo biasanya allegro atau sejenis.

(31)

a. Bentuk Rondo pertama : A – B – A b. Bentuk Rondo kedua : A – B – A – C – A

c. Bentuk Rondo ketiga : A – B – A – C – A – B – A

Sedangkan menurt Prier (1996:64) diantara bagian-bagian A dalam rondo terdapat sisipan-sisispan. Maka terdapat dua tipe rondo yaitu:

a. Rondo Perancis / Rondo rantai

Dalam bahasa jerman “kettenrondo” yaitu suatu rantai terdiri dari refren dan sisipan secara bergantian. Secara teoritis jumlah mata rantai tak terhingga, namun dalam kenyataan ada batasannya untuk menghindari timbul rasa bosan. Rondo perancis atau rantai biasanya berupa suatu komposisi tersendiri, dalam tempo lambat maupun tempo cepat. Namun ia dapat muncul sebagai bagian dari suita. Bentuk dari rondo perancis atau rantai memiliki bentuk yaitu; (1) Rondo dua sisipan: A – B – A – C – A, (2) Rondo tiga sisipan: A – B – A – C – A – D – A . namun ada juga rondo perancis sampai tingkat (sisipan) enam, misalnya “faschingsschwank” karya schuman dengan bentuk: A – B – A – C – A – D – A – E – A – F – A – G –A. b. Rondo klasik / Rondo busur

(32)

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai acuan dalam penelitian mengenai analisis bentuk komposisi Quartet in D Mayor bagian ke tiga karya Wolfgang Amadeus Mozart, peneliti

menggunakan penelitian mengenai analisis bentuk dan struktur musik yang sebelumnya pernah dilakukan sebagai tugas akhir Penelitian tersebut antara lain :

1. Bentuk dan Struktur Fantasia For Piano And Orchestra Theme From The Indonesia Pusaka Karya Joko Supriyitno (skripsi tahun 2015) Oleh Anggy Nurullah Hotmauli Sitompul. Hasil dari penelitian ini adalah lagu Fantasia For Piano And Orchestra Theme From The Indonesia Pusaka Karya Joko Supriyitno memiliki 254 ruang birama dengan bagian lagu Introduksi (birama 1 – 25 ) - Bagian A (birama 26 – 41) – Bagian A’ (birama 42 – 60) - Episode 1 (birama 61 – 90) – Transisi (birama 91 – 98) – Episode 2 (birama 99 – 112) – Kadensa (birama 113 – 149) – Episode 3 (birama 150 – 189) – Retransisi (bieama 190 – 207) –Postlude (birama 208 – 254). Terdapat 3 seksi dalam episode 1 yang ditandai dengan perubahan tanda mula. Motif pada introduksi dan seksi 1 sering dimunculkan di beberapa bagian. Di dalam karya ini terdapat beberapa modulasi yaitu F Mayor – Bes Mayor – G Mayor – Bes Mayor – F Mayor – D Mayor – F Mayor. Karya ini jga menggunakan kadens seperti autentik, deceptive, dan half.

(33)

Hantyoko Arba Mucharom. Hasil dari penelitian ini adalah Clarinet Concerto With Keroncong And Orchestra Accompainment Karya Singgih Sanjaya memiliki 3 subbagian yaitu A – B – A‘. Terdapat tiga tema pada subbagian A (eksposisi). Dalam konserto musiik barat, subbagian B merupakan bagian pengembangan (development). Namun subbagian B pada konserto ini menyimpang dari aturan karena subbagian ini bukan merupakan pengembangan. Tema yang muncul adalah tema baru dan tidak ada kaitannya dengan tema-tema sebelumnya. Bagian rekapitulasi merupakan imitasi dari bagian eksposisi dengan sedikit pengembangan. Keroncong dalam karya ini hanya berfungsi sebagai pola iringan. Salah satu struktur keroncong yang ada dalam konserto ini adalah gaya voorspel yang ada pada akhir bagian cadenza. Lagu ini bersifat semi improvisasi, karena pola permainan rhythm section tidak tertulis secara lengkap dalam partitur.

Hasil dari penelitian tersebut dapat membantu peneliti dalam menganalisis bentuk komposisi Quartet in D Mayor bagian ke tiga karya Wolfgang Amadeus Mozart karena kedua penelitian tersebut sama-sama

(34)

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif . Menurut Bogdan dan Lincoln (dalam Moleong, 2001:6), data penelitian kualitatif yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata-kata, gambar, file audio dan video.

B. Obyek penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah partisi dan full score dari komposisi Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart. Selain

itu penulis juga menggunakan file audio, video pementasan dari karya komposisi Quartet in D Mayor bagian ketiga, dan juga buku penunjang analisis bentuk musik, yang digunakan untuk membantu dalam proses menganalisa karya tersebut sehingga ditemukan hasil yang valid.

C. Tahap Penelitian

Menurut Sujarweni (2014:34) penelitian kualitatif dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Tahap pra-lapangan

Sebelum melakukan penelitian tentang bentuk komposisi Quartet in D mayor bagian ke tiga karya Wolfgang Amadeus Mozart, penulis

mempersiapkan beberapa hal yaitu menyusun daftar pertanyaan yang

(35)

akan diajukan kepada expert saat wawancara berlangsung, penulis menyiapkan alat tulis, alat rekam, dan fullsore dari komposisi Quartet in D mayor bagian ke tiga karya Wolfgang Amadeus Mozart.

2. Tahap lapangan

Pada tahapan ini penulis melakukan wawancara dengan 3 narasumber sebagi expert yaitu : Radhitya Mukti Prabasumirat, S.Sn., M.Sn, beliau adalah seorang pemain dan pengajar flute profesional yang berpengalaman dalam membawakan dan mendalami teknik permainan maupun karakteristik karya-karya musik klasik khususnya karya dari Mozart, kemudian penulis juga mewawancarai Ovan Bagus Jatmika, M.Sn. dan bapak Fuadi S.Sn., M.A selaku konsultan bentuk dan struktur karya komposi Quartet in D mayor bagian ke tiga karya Wolfgang. 3. Tahap pasca kegiatan lapangan

Pada tahap pasca kegiatan lapangan penulis melakukan analisis berdasarkan wawancara dan data-data yang telah didapat dari penelitian, untuk dijadikan acuan dalam menyusun laporan penelitian tentang karya komposisi Quartet in D mayor bagian ke tiga karya Wolfgang Amadeus Mozart.

D. Teknik Pengumpulan Data

(36)

dipercaya. Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data yang relevan, akurat.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu :

1. Observasi langsung

Teknik pengambilan data yang dilakukan penulis yaitu dengan metode observasi. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk mendapat data mengenai bentuk komposisi Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart. Observasi langsung tersebut meliputi mendengarkan, menganalisa dan pencatatan terhadap atau yang berhubungan dengan objek penelitian, kemudian merangkumnya berdasarkan sumber data. 2. Wawancara

Wawancara ditujukan untuk memperoleh data secara maksimal. Wawancara ditujukan kepada pihak yang dianggap ahli dalam hal komposisi dan analisa struktur lagu Quartet in D Mayor bagian ketiga Karya Wolgang Amadeus Mozart. Menurut Esterberg (Sugiyono 2005:72), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab.

3. Dokumentasi

(37)

karya Wolfgang Amadeus Mozart. Sugiyono (2005: 82) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data-data yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi adalah sebagai berikut :

a. Full Score lagu Quartet in D Mayor bagian ketiga.

b. File audio dan video lagu Quartet in D Mayor bagian ketiga.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sendiri. Menurut Sugiyono (2005: 59), penulis yang menjadi instrumen penelitian harus divalidasi guna melihat seberapa jauh kesiapannya untuk melakukan penelitian tersebut. Validasi dilakukan dengan cara evaluasi diri tentang pemahaman teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian yang dilakukan.

F. TRIANGULASI

Uji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi teknik. Menurut Sugiyono (2005: 127) teknik triangulasi adalah teknik yang digunakan untuk mengecek kredibilitas data yang dilakukan dengan teknik pengecekan data yang berbeda-beda kepada sumber data yang sama.

(38)

diperiksa kebenarannya dengan cara menanyakan langsung kepada ahli/expert. Selain itu, sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kebenaran data yang berupa partitur dan membandingkannya dengan dokumentasi yang berupa file audio ataupun video, yang menampilkan permainan dari komposisi Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart. Dari hasil wawancara dan membandingkan dengan dokumentasi tersebut, dapat diketahui bahwa data yang berupa partitur merupakan partitur yang sesuai untuk digunakan oleh peneliti sebagai objek penilitian.

Selain hal tersebut, peneliti juga melakukan pengecekan hasil analisis data terhadap kajian dalam teori dan hasil wawancara terhadap expert atau ahli. Hasil tersebut adalah mengenai konfirmasi hasil analisis bentuk Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart terhadap teori

yang digunakan oleh peneliti serta data berupa hasil wawancara dengan informan terkait dengan temuan yang didapat penulis setelah melakukan analisis tersebut.

Wawancara Observasi

Dokumen

Gambar 1.

(39)

G. Analisis Data

Bogdan (dalam Sugiyono, 2005:89) menjelaskan tentang pengertian analisis data sebagai proses mencari dan menyusun data secara sistematis. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penyimpulan (conclusion drawing/verification).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data penelitian yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data beraneka ragam. Data tersebut berupa partitur, rekaman audio dan video, dan hasil wawancara. Peneliti perlu melakukan pemilihan data-data yang dianggap pokok sehingga data yang diperoleh dapat mendukung penelitian ini.

Sesuai dengan fokus masalah penelitian, peneliti hanya menggunakan full score lagu beserta file audio dan video dari permainan Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart.

2. Penyajian Data (Data Display)

(40)

ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart. Data yang sudah direduksi, disajikan untuk kemudian dilakukan pengkajian. Proses pengkajian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 2 : Bagan analisis

3. Penyimpulan (Conclusing Drawing/Verification)

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah data tersaji secara sistematis dan terperinci adalah menarik kesimpulan dan verifikasi data tersebut. Peneliti mendeskripsikan hasil analisis agar mudah dipahami untuk kemudian disimpulkan. Kesimpulan penelitian yang diperoleh tadi kemudian dikaji dengan menggunakan teori yang ada.

[image:40.595.153.512.615.664.2]

Proses pengkajian yang dilakukan peneliti adalah dengan membandingkan antara hasil analisis bentuk Quartet in D Mayor bagian ketiga karya Wolfgang Amadeus Mozart dengan teori tentang bentuk dan struktur. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3 : Proses pengkajian hasil analisis

Teori Hasil Analisis

Lagu

Kesimpulan Analisis

Bentuk Analisis

(41)

30 A. Analisis Per Bagian

Komposisi Quartet in D Mayor bagian ke tiga terdiri atas 251 birama, berikut uraiannya:

1. Bagian A (Birama 1- 40).

Terdapat tema utama pada birama 1-8 yang dimainkan oleh flute. Tema tersebut diulang pada birama 9-16 dimainkan oleh flute dan violin secara bersamaan dengan dinamik forte. Birama 17-32 merupakan variasi dari tema utama yang melodinya dimainkan oleh violin, selanjutnya terdapat beberapa frase di dalam bagian A yang diakhiri dengan Kadens

Autentik (V-I) seperti pada birama 1 sampai 8. Pada bab 2 telah

dijelaskan bahwa perpindahan frase dapat ditandai atau diidentifikasi dengan munculnya kadens autentik.

Kadens Autentik dapat kita lihat kemunculannya pada frase pertama

(42)
[image:42.595.89.509.92.692.2]

Gambar 1: Bagian A

V I

V I

Transisi Variasi Tema

Variasi Tema

1

9

18

27

(43)

2. Bagian B (Birama 41-81)

Pada bagian B, karya ini mengalami modulasi ke tangga nada A Mayor. Modulasi ini ditandai dengan dimulainya permainan violin yang memainkan Dominant D Mayor. Pada birama 78-81 merupakan transisi

[image:43.595.129.499.328.739.2]

yang juga digunakan sebagai jembatan kembali menuju bagian A seperti gambar di bawah ini:

Bagian B

36

45

54

(44)
[image:44.595.127.481.563.681.2]

Gambar 2: Bagian B

3. Bagian A (Birama 82-108).

Bagian A ini, merupakan pengulangan motif yang ditandai dengan kembalinya Akord dari G Mayor bermodulasi ke D Mayor. Akan tetapi bagian A disini lebih pendek daripada bagian A sebelumnya. Tema utama sepanjang 8 birama diulang dan dimainkan dengan dinamik forte, dilanjutkan variasi tema yang dimainkan oleh violin sepanjang 8 birama dengan dinamik piano. Selanjutnya, pada birama 106- 108 merupakan sebuah transisi yang digunakan sebagai jembatan untuk menuju bagian C, seperti gambar di bawah ini:

V

(45)
[image:45.595.126.482.87.437.2]

Gambar 3: Pengulangan Bagian A

4. Bagian C (109- 159)

Bagian C merupakan bagian yang berbeda dari bagian sebelum dan sesudahnya. Bagian C ini diidentifikasikan sebagai development atau pengembangan dari tema, motif, frase, hingga akord. Hal ini dapat kita lihat dari permainan ke 4 instrumen mengalami modulasi ke tangga nada G Mayor.

Frase tanya di birama 109-112 dalam periode pertama bagian C melodi utamanya dimainkan oleh flute, begitu juga pada frase jawab

I

Transisi

Variasi yang dimainkan OlehViolin

89

96

(46)

yaitu birama 113-116 yang melodi utamanya diambil alih oleh viola. Pada kalimat berikutnya yaitu birama 117, mengambil tema dari 2 birama awal pada tema C (109-110) yang melodinya mengalami diminuisi, namun terdapat variasi melodi pada birama 118 hingga birama 124.

Pada birama 125-132 merupakan pengulangan tema awal bagian C yang melodi utamanya dimainkan oleh viola dan flute. Frase Tanya dimainkan oleh viola dan frase jawab dimainkan flute. Pada tema selanjutnya, komposisi karya ini mengalami modulasi kembali ke tonika yaitu pada tangga nada D mayor. Pada birama 133-139 mengambil motif dari birama 25-28 yang dimainkan violin, namun terdapat sedikit modifikasi dalam bentuk variasi melodi yaitu pada birama 138-139 yang digunakan untuk masuk ke tema berikutnya.

(47)

Melodi Yang Dimainkan Oleh Viola

Frase Tanya Yang Dimainkan Oleh Viola

Variasi Tema C Yang Mengalami diminuisi di awal kalimat

Melodi Yang Dimainkan Oleh Flute

109

112

(48)
[image:48.595.106.518.89.539.2]

Gambar 4: Bagian C

5. Bagian A (160-187).

Pada bagian A ini, merupakan pengulangan motif dari Bagian A pertama. Tema utama sepanjang 8 birama juga diulang kembali dengan dimainkan menggunakan dinamik forte. Pengulangan variasi tema juga kembali terjadi seperti tema sebelumnya yaitu pada birama 176-183. Di

Variasi yang dimainkan oleh flute

Transisi

129

136

144

(49)
[image:49.595.109.515.149.674.2]

dalam bagian A ini juga terdapat transisi yang digunakan sebagai jembatan untuk menuju bagian B, seperti gambar berikut:

Gambar 5: Pengulangan Bagian A Tema Utama

Pengulangan Tema Utama

Variasi Yang Dimainkan Oleh Violin

Transisi

160

185 168

(50)

6. Bagian B’ (188-230).

Pada bagian B’ tangga nada tidak mengalami perubahan yaitu

tetap pada tangga nada D Mayor. Birama 188-195 merupakan variasi tema yang dimainkan oleh Violin. Pada birama 196-203 variasi tema kembali muncul. Variasi tersebut dimainkan flute, violin, dan viola secara bersamaan dengan dinamik forte. flute memainkan nada 1 oktaf di atas

Violin. Pada birama selanjutnya yaitu birama 204-207, variasi tema

dimainkan oleh violin yang disusul oleh flute pada birama 208-211. Pada birama 210–211 flute menutup frase dengan teknik Trill yang bertujuan untuk mempertegas perpindahan frase antara frase sebelumnya dengan frase selanjutnya. Birama 212-220 merupakan variasi tema yang melodinya dominan dimainkan oleh Flute. Pada birama 217-218 transisi dipertegas dengan permainan flute yang memainkan satu oktaf tangga nada D Mayor, diteruskan 2 birama berikutnya dengan memainkan teknik Trill. Pada tema ini juga terdapat transisi yang terdiri dari 3 birama yaitu pada birama 225-230 yang digunakan sebagai jembatan untuk menuju bagian A selanjutnya.

Bagian B

Melodi Yang Dimainkan Oleh Violin

(51)
[image:51.595.111.509.72.690.2]

Gambar 6: Pengulangan Bagian B’ Variasi Tema Yang Dimaikan Flute

Variasi Tema

Transisi

194

203

211

(52)

7. Bagian A (231-251).

Pada Bagian A terdiri dari 3 kumpulan frase yang diakhiri oleh

Kadens Autentik (V-I). Di dalam bagian A ini, tema utama kembali

[image:52.595.114.512.300.688.2]

diulang pada 8 birama selanjutnya dengan dinamik forte. Birama 245-251 diidentifikasi sebagai Epilog, dimana Epilog disini merupakan sebuah bagian yang bertujuan untuk mengakiri atau menutup suatu komposisi.

Gambar 7: Pengulangan bagian A yang merupakan sebuah akhir dari Rondo

Epilog

Bagian A Tema Utama

231

235

(53)

B. Kerangka Komposisi Quartet in D Mayor Bagian Ke Tiga

No Birama Keterangan

1 2 3 4 5 1-8 9-16 17-24 25-32 33-40

Bagian A (Birama 1-40)

Munculnya tema utama dimana flute memainkan melodi

pokok, sedangkan violin dan viola memainkan iringan.

Pengulangan tema utama yang dimainkan oleh flute dan violin

dengan dinamik forte, viola menggantikan peran violin sebagai

pengiring, munculnya permainan dari cello yang melengkapi

iringan dari instrumen viola.

Muncul tema baru yang dimainkan violin dan flute bergantian.

Melodi yang dimainkan violin (17-20) diidentifikasi sebagai

frase antisedant, sedangkan flute (21-24) sebagai frase

konsekuen

Pengulangan dari periode sebelumnya (17-24). Frase pertama

(25-28) masih sama seperti sebelumnya, frase kedua (29-32)

melodi pokok dimainkan oleh flute dan violin (tutti) dengan

variasi melodi pada setiap instrument, seperti: violin pada

birama 32, viola dan cello pada birama 30-32,

Pada periode ini instrumen flute berperan memainkan melodi

pokok, sedangkan instrumen string berperan sebagai pengiring.

Periode ini juga diidentifiksi sebagai transisi menuju tema B

6 7 8 41-48 49-56 57-64

Bagian B (Birama 41-81)

Violin dan flute memainkan melodi pokok bergantian, violin

bertugas memainkan kalimat tanya dan flute memainkan

kalimat jawab. Viola dan cello berperan sebagai pengiring.

Merupakan pengulangan tema awal B dengan pengembangan

motiv yang dimainkan bergantian seperti sebelumnya. Violin

dan viola memainkan tema utama dengan sedikit variasi motiv

di kedua instrumen, kemudian digantikan oleh flute pada

birama 52-56, begitu pula dengan seksi string yang berperan

sebagai pengiring.

Periode ini merupakan variasi pada tema B dimana frase tanya

(54)

9

10

65-77

78-81

dari instrumen string yang bergantian memainkan melodi

utama.

Merupakan variasi ke 2 dari tema B. Ditandai dengan

munculnya motiv baru yang membentuk frase pada birama

65-67 (tanya) yang dimainkan oleh violin dan birama 68-70

(jawab) yang dimainkan oleh flute. Birama 71-77 merupakan

variasi motiv dan melodi yang berperan mengantarkan pada

transisi di birama selanjutnya.

Merupakan transisi yang digunakan sebagai jembatan untuk

kembali ke tema A. Tema dari transisi ini dimainkan secara

bergantian oleh instrumen violin pada birama 78-79 dan flute

pada birama 80-81, sedangkan viola dan cello berperan sebagai

pengiring.

11

12

82-105

106-108

Bagian A (Birama 82-108)

Pengulangan tema A sebelumnya dengan permainan

instrumen, motiv, frase, melodi, peiode, dan dinamik yang

sama seperti bagian A awal.

3 birama ini adalah transisi yang dimainkan oleh violin, viola,

dan violincello sebagai jembatan menuju bagian C.

13 14 15 16 109-116 117-124 125-132 133-139

Bagian C (Birama 109-159)

Tema pada awal bagian C, frase pertama dimainkan oleh flute

(109-112) dan frase berikutnya dimainkan oleh viola

(113-116),sedangkan instrumen lain berperan sebagai iringan.

Periode ini merupakan pengembangan dari motiv atau figur

yang telah mengalami diminuisi dari tema sebelumnya. Melodi

pokok dimainkan oleh flute sepanjang periode, sedangkan

instrumen lain menjadi pengiring

Muncul variasi tema yang melodi pokok nya dimainkan oleh

viola dan flute secara bergantian. Frase tanya dimainkan oleh

viola kemudian frase jawab dimainkan oleh flute, sedangkan

violin dan cello memegang peran iringan

Pada periode ini muncul modulasi kembali ke tangga nada D

(55)

17

18

140-150

151-159

motif dari 25-28, sedangkan viola dan cello memegang peran

iringan dan flute istirahat tujuh birama. Terdapat transisi

menuju tema selanjutnya pada birama 139.

Periode ini merupakan variasi dari periode sebelumnya, tetapi

mengalami modulasi ke tanga nada B minor. Melodi utama

dimainkan flute sedangkan instrumen string berperan sebagai

pengiring.

Munculnya variasi ini berfungsi sebagai transisi menuju ke

tema selanjutnya yang dimainkan seperti cadenza oleh flute

dan violin secara bersamaan.

19 20 21 22 160-167 168-175 176-183 184-187

Bagian A (Birama 160-187)

Pengulangan dari tema A dengan dinamik piano

Pengulangan dari tema A dengan dinamik forte

Pengulangan tema A yang melodi pada frase pertama

dimainkan oleh violin, frase ke dua dimainkan bersamaan oleh

flute dan violin.

Merupakan transisi yang dimainkan bergantian oleh flute dan

viola. 23 24 25 26 188-195 196-203 204-211 212-220

Bagian B’ (Birama 188-230)

Merupakan variasi yang dimulai oleh permainan

violin(188-185), kemudian dimainkan bersama-sama oleh flute dan violin

(186-195).

Muncul tema dimana flute, violin, dan viola memainkan frase

tanya bersamaan (196-199), disusul dengan frase jawab yang

dimainkan flute (200-203)

Muncul variasi tema yang dimainkan oleh violin (204-207),

kemudian disusul oleh flute (208-2011) yang ditutup dengan

teknik trill untuk mempertegas akhir dari frase pada birama

tersebut.

Variasi tema masih berlanjut pada instrumen flute (212-215)

dan dilanjutkan dengan variasi motiv dari instrumen violin

(216-218). Flute muncul kembali dengan variasi motiv

(56)

27

28

221-224

225-230

dipertegas dengan teknik trill dari instrumen flute

Merupakan variasi tema yang berperan mengantarkan pada

transisi di birama selanjutnya. Tema utama dimainkan flute,

sedangkan instrumen gesek menjadi pengiring.

Sebuah transisi yang dimainkan bergiliran oleh flute, violin,

viola, dan violincello.

29

30

31

231-238

239-245

246-251

Bagian A (birama 231-251)

Pengulangan dari tema A dengan dinamik piano

Pengulangan dari tema A dengan dinamik forte

Diidentifikasi sebagai Epilog yang merupakan tanda

berakhirnya suatu karya komposisi. Flute memainkan melodi

utama sedangkan instrumen gesek berperan sebagai pengiring

(246-249), kemudian pada dua birama terakhir semua

instrumen bermain bersamaan (tutti) pada birama 250-251

yang mempertegas akhir karya komposisi Quartet In D Mayor

(57)

A. Kesimpulan

Pada hasil analisis lagu Quartet In D Mayor bagian ke tiga karya Wolfgang

Amadeaus Mozart dapat disimpulkan bahwa: karya ini berbentuk Rondo. Untuk

lebih detil nya, karya ini di identifikasi sebagai bentuk Rondo tiga bagian atau

Third from Rondo dengan struktur A-B-A-C-A-B’-A, dan termasuk dalam bentuk

lagu tiga bagian yang disebut ternary, dalam format Quartet dengan

instrumentasi Flute, Violin, Viola, dan cello. Bentuk Rondo seperti ini sering juga

disebut Rondo Sonata yang bentuknya menyerupai bentuk dari sonata tiga

bagian.

B. Saran

Bagi penulis selanjutnya yang hendak melakukan analisis terhadap bentuk dan struktur suatu karya komposisi musik, untuk mengetahui suatu bentuk dan struktur suatu komposisi diharapkan untuk mencari sumber atau literatur yang lebih baik dari yang digunakan dalam karya tulis ini.

Ada baiknya ketika peneliti-peneliti selanjutnya hendak melakukan analisis terhadap suatu karya musik, untuk tidak hanya membahas bentuk dan struktur tetapi juga membahas atau menganalisis suatu karya dari sisi interpretasi atau mungkin ornamen dan simbol-simbol dalam teks partitur

suatu karya musik.

(58)

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Henken, Jhon. 2010. “Flute Quartet in D Major, K. 285 Wolfgang Amadeus Mozart”. Diakses dari www.laphill.com pada 22 Oktober 2014.

Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Komaruddin. 2001. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Moeliono, Anton M. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Poerwadarminta, W.J. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prier, KE. 2011. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. ________. 2014. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Stein, Leon. 2011. Struktur Dan Gaya (diterjemahkan oleh Andre Indrawan). Yogyakarta: UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung.: ALFABETA. Sujarweni, 2014 Wiratna. Metodologi Penelitian. PT. Pustaka Baru: Yogyakarta. Syafiq, Muhammad. 2003. Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita Karya

Nusa.

Tambajong, Japi. 1992. Ensiklopedia Musik. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

Tim Penyusun. 1988. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Delta Pamungkas.

(59)
(60)

Wawancara I

Wawancara dilakukan tanggal 8 juni 2016 dengan Radhitya Mukti Prabasumirat S.Sn., M.Sn selaku pemain flute profesional yang bepengalaman dalam membawakan karya-karya musik klasik.

B : assallamuallaikum mas didit, selamat malam. D : wallaikumsallam.

B : iya, maaf mas ini saya mengganggu waktu nya sebentar D : njih njih njiiih…

B : ini mas saya mau minta tolong, saya mau wawancara untuk kepentingan Tugas Akhir saya. Jadi saya lagi menulis skripsi, judulnya analisis bentuk quartet in D mayor bagian ke 3, itu karyanya Mozart mas. Nah ini saya mau Tanya Tanya ke njenengan nah ini saya mau Tanya ke njenengan sebelum saya memulai menganalisis karya nya unuk pertimbangan saya analisis juga mas.

D : iya.. njih njihh, gimana-gimana?

B : gini mas saya mau Tanya mas, apakah frase dalam lagu ini bias ditentukan pake nafas gitu…

D : owh maksudnya pake nafas

B : iya mas soal nya ini kan quartet flute, maksud nya ada flute nya to mas, nah ini saya mau Tanya ke njenengan sebagai seorang pemain flute, apakah frase dalam karya, eee… maksudnya dalam karya ini apakah dalam satu frase dapat ditentukan dari nafas nya, soalnya kan saya main flute juga..

D : maksud nya mas bangun apakah setiap kalimat dapat ditentukan dalam satu nafas gitu maksudnya?

B : iya

D : iya to? B : iya

D : saya mau Tanya ke mas bangun dulu, frase pertama menurt mas bangun itu yang mana?, itu ee.. dari birama berapa ke birama berapa? Dan tolong di nyanyikan melodinya, eh dilafalkan.

(61)

D : hahaha

B : tak nyanyi yo mas… taa ta ta ta tarararara ti ta ta ta ta tatataaaa tatata ta tata tata….. gitu

D : hahahaha…..

B : nah itu birama satu sampai delapan gitu mas apakah itu bisa saya bagi dari nafas nya kayak gitu mas.

D : kalau saya, menurut saya di karya ini di bagian tiga karya Mozart quartet ini, buat saya sendiri, saya dapat memainkan semua frase dengan satu nafas soalnya karena temponya cepat dan ke dua sukat nya cuman 2/4 jadi saya bisa memain kan semua kalimat atau per frase dengan satu nafas, terutama frase pertama tadi.

B : iya.. eee.. soalnya cuman pendek juga ya mas? Soalnya tempo nya cepet trus 2/4 juga ya mas.

D : gitu.. mas bangun. B : iya gitu aja...

D : gitu aja? Walah jajal dadi narasumber pisan mosok yo takon e ngono tok..

B : hahahha… nggaak mas, eh tapi kalo di birama birama berikutnya, frase frase yang lain sama seperti itu atau beda beda mas? Tadi kan kalo yang tadi saya nyanyikan kan 1 frase birama satu sampai delapan satu nafas. Nah atau kalau yang lain atau juga seperti itu?

D : yo belum tentu suatu lagu itu satu kalimat delapan birama. B : itu berdasarkan nafasnya ya mas.

D : maksud nya gimana…

B : maksud nya dari satu nafas delapan birama.

D : maaf saya sebener nya nggak mudeng pertanyaan mas bangun tapi saya akan menjawab nya.

B : hahahahahaha…..

D : jadi di dalam lagu qurtet in apa? B : d mayor.

D : iya itu.. ee jadi gini… sesuai pertanyaan pertama tadi di frase pertama tadi memang 1 frase terdiri dari birama satu sampai delapan, 1 frase 1 nafas. Tapi belum tentu juga frase di dalam bagian 3 karya ini beberapa 1 frase delapan frase.

(62)

isin jeh nek dolan nggon e njenengan mas.. D : isin piye to mas?

B : ha wong njenengan ki pemain flute professional je mas D : Hass opoh.? Aku tuh cuman pelawak e mas…. Hahaha…

B : hahaha nggih nggih… matur nuwun nggih mas sudah mau saya repot i….. D : iya sama sama…

B : pareng nggih mas…

D : nggih… semoga skripsi nya lancer dan sukses B : amin mas.

(63)

Wawancara dilakukan tanggal 26 mei 2016 dengan dilakukan dengan Fuadi S.Sn., M.A selaku narasumber.

B : selamat siang pak fuad F : selamat siang.

B : maaf mengganggu pak ini saya mau minta tolong bapak untuk diwawancara untuk skripsi saya

F : owh iya lho yang dulu kan sudah?

B : ini lagi pak soal nya yang sekarang skripsi. F : owh gitu.. berarti sekarang ganti skripsi? B : iya pak

F : waduh tapi saya agak lupa soal nya udah lama kan dulu udah berapa bulan yang lalu. B : ya nggak papa pak.

F kalo gitu saya harus baca lagi.

B : kalo sekarang saya wawancara tidak apa apa kan ? F : ya udah nggak papa.

B : kalau yang kemarin itu berarti udah lupa ya pak?

F :iya ini kan part nya udah lama to..soal nya udah berapa bulan yang lalu. B : iya je pak hehhe..

F : sebenarnya untuk bentuk rondo itukan kalo kamu baca sebenarnya sudah dijelaskan di buku nya romo prier, itu sudah sangat jelas di buku itu.. itu adalah lagu yang muncul kembali setelah adanya sisipan sisipan yang ada, jadi tema nya itu, tema, sisipan, tema lagi, sisipan tema lagi, seperti lagu yang berputar ya, rondo ya…

B : iya pak.

F : nah cuman disini ada.. beberapa instrument quartet, bisa jadi untuk melodi utamanya nanti berpindah pindah, antara biola, iya to kemudian ada flute, ada biola alto terus cello ya? B : iya

(64)

format nya quartet Ternyata nggak, terus saya piker ini string nya ngiringin flute nya. Terus saya piker ini dulu bentuk nya cuman kaya sonata form biasa yang ekspodsisi, development, terus rekapitulasi. Itu yah ternyata salah juga.

F : ya ini jadi kan memang judul nya sonata tapi khusus yang bentuk sonata nya biasanya cuman di bagian allegro atau bagian satunya nya. Misalnya bentuk lagu tiga bagian, bagial satunya allegro, nahitu yang mempunyai bentuk sonata, yang bagian dua, yang bagian lambat itu beda lagi bentuk nya, mungkin bentuk lagu dua atau tiga bagian. Nah yang bentuk ke tigaatau bagia yank e tiga itukan cepat lagi, jadi bagian satu nya cepat, bagian dua nya lambat, tiga cepat lagi.

B : iya..

F : nah bagian tiga nya tuh biasanya rondo, ya bentuk nya rondo. Bukan bentuk sonata lagi. Walaupun itu tiga bagian itu judulnya sonatauntuk flute atau biola,sonata untuk piano. Tapi yang bentuknya sonata cuman bagian allegro nya saja.

B : mhh.. jadi kalau apa.. judul sonata itu belum tentu bentuknya sonata

F : jadi ee.. semua bagian tidak.. apa bentuknya bukan sonata semua. Simphoni juga sama. Simphoni itu atau concerto, missal conerto untuk biola itu, cepat lambat cepat, nah yang bentuknya sonata itu, walaupun itu concerto ya concerto biola, yang bentuknya sonata ya yang bagian allegronya. Untuk bagian dua nya mungkin ee.. apa, terus bagian tiganya rondo, ya nah bentuk rondo nya itu ya tadi, sesuai tema yang berputar tadi. Sesuai bentuk rondo nya. Jadi ini.. missal untuk perbagian tema kemudian tema kemudian sisispan kemudian tema lagi, ini harus di kasih nomor birama, dari awal sampai selesai, kemudian di potong - potong lagi. Tidak langsung jadi memang harus.. harus butuh menyempatkan waktu tersendiri untuk menganalisis itu

B : pak terus ini saya mau Tanya pak apakah bentuk sonata seperti ini.. F : sonata atau rondo? Ini bentuk rondo.

B : iya .. ini saya mau Tanya tentang sonata dulu diluar bahasan rondo dulu. Apakah semua sonata di semua jaman itu bentuk nya seperti ini atau tidak?

F : bentuk sonata?

B : iya yang seperti bapak tadi bilang bagian sonata itu bagian satu allegro bagian dua itu lambat, terus yang bagian tiga nya rondo?, itu atau di semua jaman seperti itu?

F : iya e… jadi untuk bentuk sonata itu kadang kadang ada yang tiga bagian, ada yang empat bagian juga, itu pasti tiap jaman bberkembang terus, jadi sonata nya Mozart jaman klasik itu, nanti akan berbeda dengan sonata nya Beethoven yang sudah akhir akhir. Itu mungkin sudah banyak perkembangan nya, sudah banyak berubah dari istilah nya pakem sonata klasik nya itu.

(65)

B : pak terus ini saya mau Tanya… seumpamanya ..di,, ini pakkalau di rondo itu apakah penutup di setiap tema itu selalu menggunaka kadens autentik pak?

F : mmmhh… untuk menutup setiap tema? B : iya …terutama di karya ini pak.

F : nah ini kan agak ee maaf ya udah lama hehe B : hahaha… iya..

F : nanti saya lihat dulu, khusus yang pertanyaan itu apa, ee nanti kita simpan dulu, nanti saya baca lagi, gitu…

B : owhh… yayaya.. owh iya ini ada satu lagi pertanyaan pak, kenaa melodi utama dan variasi dalam karya ini dimainkan secara bergiliran. Itu kenapa seperti itu

F : ber.. ?

B : bergiliran. Iya.. F : bergiliran?

B : iya.. kenapa melodinya nggak cuman di flute aja? F : owh maksudnya pindah pindah instrument? B : iya .. kenapa pindah pindah ? nggak di flute aja?

F : itukan eee… memang keinginan dari composer nya memang seperti itu. Mungkin ingin eee kalau temanya dimainkan dengan warna suara flute terus akan membosankan. Beda kalau dimainkan bersama dengan string. biola.. atau biola alto. nantikan nuansa nya akan berbeda. Mungkin untuk memperindah suasananya atau memperindah atau menambah variasi dari suansana yang bisa ditimbulkan dari karakter instrument itu. Ya bisa jadi. Karena kan ee.. analisis kan juga arah nya kesana juga. Jadi mempengaruhi ke orkestrasi nya, mempengaruhi ke arransemen nya, ke komposisi nya. Itu nanti Tema tema yang ada bisa di pindah

instrumentasi nya gitu.

B : terus ee kayak nya… emm mungkin untuk pertanyaan yang lebih detail lagi hari ini belum bisa ya pak ya?

F : kayak nya.. iya ini saya belum baca lagi, nanti kita janjian lagi ketemu kapan,,nanti kita nahas lagi.

B : owh iya pak terimakasih ya pak fuad terimakasih. F : sukses ya…

(66)

Wawancara dilakukan tanggal 7 juni 2016 dengan Fuadi S.Sn., M.A selaku konsultan analisis dan narasumber.

B : selamat siang pak fuad

F : iya selamat siang, gimana bangun, apa kabar? B : baik pak.. hehe.. bapak sendiri bagaimana? F : iya alhamdullillah baik.

B : ok pak saya langsung saja ya pak.. untuk melanjut kan wawancara kemarin. Owh iya pak ini analisis saya yang dulu. Kemarin kan bapak menanyaka analisis saya yang waktu masih TABS.

F : owh jadi yang dulu nggak usah di pakai. Yang susulan dari analisis sebelumnya itu nggak usah di pakai, yang dulu di bawa kamu saja.

B : owh iya pak..

F : ya.. saya sudah baca lagi analisis kamu ya sudah cukup lengkap jadi yang dulu nggak usah di pakai

B : kalau gitu ini yang analisis sekarang pak.

F : ya jadi ditambahin saja disitu keterangan nya bahwa disitu adalah rondo nya itu berbentuk rondo sonata. Jadi kerangka atau strukturya itu sudah mirip dengan sonata klasik. Tema 1 nya itu yang A B nya itu tema 2 di dominant nya ya, nah C nya itu development atau pengembangan nya, nantikan ada rekapitulasinya nanti kan kembali ke A lagi, iya to? nah terus di B’ nya kalau tadi komposisinya di dominant tapi kalau yang tetap di tonikanya. Jadi ini sudah mirip dengan eksposisi, development, dan rekapitulasi.

B : tapi ini ya pak ya kala dulu saya dulu bikin bentuknya seperti… sonata 3 bagian sebenernya nggak masalah ya pak? Atau, Owh itu kalau judulnya ya?

F : sonata, sebuah komposisi sonata 3 itu, bentuk nya tidak semua per bagian nya berbentuk sonata. yang bentuknya sonata biasa nya cuman allegro nya. Nah nanti di bagian 2 nya bisa berbentuk lagu dua bagian atau berapa, lalu yang ke tiga bentuknya Rondo. B : iya kalau di jaman klasik seperti itu ya pak ya.

F : iya.. bentuk sonata itu, tidak semua sonata itu semua bagian nya bentuknya sonata. jadi sebuah karya komposisi misal judulnya sonata biola dalam D mayor cuman bagian allegro nya saja yang berbentuk sonata, yang lain tidak atau yang lain nya bukan berbentuk

sonata. Jadi ini nanti tinggal ditambahkan aja, merupakan bentuk rondo sonata yang formnya atau strukturnya mirip dengan bentuk sonata atau sonata form.karena sudah menyerupai dengan bentuk sonata. Bisa membedakan ya?

(67)

rondo. B : Bener.

F : nah sementara disini, rondo yang untuk quartet ini kan strukturnya A – B – A – C – A – B’ – A, yaitu dalam bukunya romo prier disebutkanitu merupaka bentuk rondo sonata, itu strukturnya mirip dengan sonata klasik, A – B – A nya merupakan eksposisi, C nya itu merupakan development, A – B’ – A merupakan rekapitulasi. Nah ini keterangan nya sudah cukup detail, cukup lengkap juga.

B : nah ini anu pak, saya mau Tanya, kira kira apakah penutup di setiap tema menggunakan kadens autentik.

F : ee saya kira tidak harus dengan autentik kadens ya. kalau ditutup atau kalimat penutupnya dengan misal plagal atau apa itu kan berarti bentuk yang menyimpang. Kalau bentuk umum atau bentuk baku itu kan V ke I,

B : iya…

F : tapi kalau diakhiri dengan I ke IV atau I ke V itukan masi menggambang dan termasuk dalam kategori periode menyimpang. Jadi tidak harus dengan kadens autentik

B : di jaman klasik juga seperti itu pak?

F : saya kira ya mungkin ada juga cuman tapi kita harus cari dulu komposernya. B : owh jadi tergantung komposernya juga ya pak?, walau di jaman klasik. F : mm ini bangun mau neliti analisis bentuk lagu nya atau teknik permainan nya

B : ini analisis bentuk dan struktur pak tapi nanti ada juga beberapa pertanyaan tentang style, tapi menurut pembimbing saya bapak untung menyarankan mencari narasumber dari praktisi atau umum.

F : berarti ini bukan membahas teknik permainan ya?, soal nya kan dulu itu kamu mau recital itu kan?

B : owh nggak pak ini skripsi.

F : owh gitu berarti ini kamu harus nambah lagi baca baca buku jangan cuman dari romo prier tapi dari yang lain juga.

B : iya pak.. terima kasih.

F : sama itu ya dipelajari lagi ya yang lebih detail tentang struktur.

B : pak mungkin ini sudah cukup pak untuk wawancaranya terimakasih ya pak atas kesediaan bapak menjadi narasumber saya.

F : ya sama sama. Semoga yang kali ini kamu bisa lebih lancar. Sukses ya… B : ya pak amin… mari pak saya duluan.

(68)

Wawancara dilakukan tanggal 24 juni 2016 dengan Ovan Bagus Jatmika M.Sn selaku konsultan analisis dan narasumber.

B : hallo mas.

O : hallo… py wingi angel ora golek i kost ku?

B : ora mas … hehe owh iya iki ono jajan sitik mas… hehe O : owh ya nuwun…

B : sorry ya mas kemarin aku ngirim analisis ku lewat gmail error jadi tak selipin bawah pintu kost mu.

O : yo ra popo… santai… iki wes tak woco wingi yoan.. B : iya mas.

O : yoo… dadi karya Quartet In D Mayor yo… B : tapi sing tak analisis bagian 3 nya

O : gerakan 3? B : iya

O : sering kali bentuk e rondo nah kebetulan ning karya iki rondo 3 istilah e. A – B – A – C – A – B – A ki third rondo form. Disebut juga.. kan rondo ki ono telu to..

B : iyo

O : first rondo, second rondo, karo third rondo. Rondo pertama kan A – B – A, Rondo ke dua A – B – A – C – A, rondo ke tiga iku A – B – A – C – A – B – A.

B : sing iki rondo 3? O : he’em

B : aku ki wingi moco ning buku ne prier ono rondo prancis karo opo sijine. O : nek kui anu.. saran ku ojo nganggo prier yo.

B : owh gitu ya?

O : mending nganggo Leon Stein. B : owh leon stein?

O : nek saran ku ngganggo leon stein ae.. nek leon stein ki kategorine langsung jelas. Yen 3 bagian iku ono… sek… (buka buku) nah 11 item iki lho. Iku mlebu bab rondo form, sing no songo iki… ya?, rondo 3, A –B – A – C – A – B – A. NAH RONDO 3 iki masuk dalam rumpun bentuk 3 bagian, three part form song, bentuk lagu 3 bagian.

(69)

B : bolpen mas.

O : yowes ra popo. Tak coret-coret ra popo? B : nggak popo mas. Di coret coret wae.

O : iki nek lagu 3 bagian, iku mesti ono bagian A, B, A. A ne iki iso persis, iso modifikasi. Biasa ne A’ (A aksen). Nah iki sering disebut bagian statement ya. Pernyataan awal. B : he’eh

O : ning kene ki development pengembangan, terus iki restatement atau pernyataan ulang bagian awal. Jadi ciri ciri lagu 3 bagian tuh selalu ada restatement setelah development. B : ini sama kayak sing eksposisi, development sama rekapitulasi, podo nggak?

O : serupa, tapi detail e wes lain. Cuman secara umum perlakuan e mirip. B : perlakuan e mirip tapi beda.

O : he’em… nek rondo 3 kan A – B – A – C – A – B – A, kan se olah-olah iki kan kita anggap A (A –B – A), iki seolah olah kita anggap B (C). ngene to..

B : oooooooooowwwhhh… he’e-he’e…

O : nah sing… sing penting tekok lagu 3 bagian iku adalah sebisa mungkin kita njabar ne pengembangan e ki ning endi teko bagian C. dadi gak mung ngomong ne bagian C ki teko birama sekian tekan birama sekian. Sing penting teko bagian C ki opo?, nah kui cobak di ..

B : di gali eneh ngono yo mas?

O : he’em… essensi ne kui ning kono. B : mmmmmm…

O : iki juga disebut rondo sonata kan. Karena iki bentuk e mirip mirip sonata, seolah olah iki eksposisi (A-B-A), seolah olah iki development (C), seolah olah iki rekapitulasi (A-B-A) kan ngono?

B : iya..

O : makanya sering juga disebut rondo sonata, atau rondo 3. Kui masukan sing pertama, jadi sing paling penting ki malah bagian C ne iki, kudu dijabarkan lebih jauh, nah terus…., nek iki muncul A’…. bedo ne A sing iki karo A’ iki ning endi??, iku sing kudu opo..??? sing kudu di jelas ne..

B : mmm yoyoyo…

(70)

dijabar ne ngene, katakanlah bagian A main ning c mayor, bagian B main ning g mayor, nek ngene iki kita kan iso ndelok ning partitur, tapi sing penting logika ne ngene.., kenapa kok iki ning g mayor?.. kok gak ning f mayor opo ning d mayor, nah iku luwih essential untuk dikupas ki ning kono, nah iku sing ke dua.

B : Hmmm….

O : nah terus masukan sing ke tiga, saran ku walaupun iki nggak harus, nek ono analisis seko lagu lagu string quartet e ngene iki di reduksi ning bentuk piano.

B : lho itu karena apa mas?

O : Hmm? Pertimbangan e lebih mudah diamati, lebih menghemat halaman, terus nek kita arep nggaris-garis ngene ki nggak lewat-lewat, nek ameh mengggal-menggal ngene ki nggak nganu, iki kan terlalu lewat, maksud e iki terlalu rapet. Soale nek kita rujuk apa pun akan jarang sekali kita menemui analisis ngene iki, paling model piano ngene iki. Walaupun kan iki karya string quartet kan,

B : tapi deknen ditulis ning piano.

O : ho’ooo … harus direduksi. Kita luwih gampang ndelok e, nek iki kita ameh urai ning anu kan

Gambar

Gambar 1 : Bagian A ................................................................................
Gambar 3 : Proses pengkajian hasil analisis
Gambar 1: Bagian A
gambar di bawah ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait