• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Pendorong Kreativitas Program Pemasaran Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Penelitian PT. ABC President Jatim).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Pendorong Kreativitas Program Pemasaran Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Penelitian PT. ABC President Jatim)."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Penelitian PT. ABC President Jatim)

S K R I P S I

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh:

0312015026/FE/EM Mashudi Nurul Amin

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

(Studi Penelitian PT. ABC President Jatim)

S K R I P S I

Oleh:

0312015026/FE/EM Mashudi Nurul Amin

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

i

melimpahkan rahmaf serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “PENGARUH FAKTOR PENDORONG KREAKTIVITAS PROGRAM PEMASARAN TERHADAP KINERJA PEMASARAN”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui kesempatam ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, Ketua jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur serta Dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya.

(4)

ii hati demi sempurnanya proposal ini.

Surabaya, Mei 2009

(5)

iii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... Abstraksi ... Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

Bab II Kajian Pustaka ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Manajemen ... 13

2.2.1.1.Pengertian Manajemen ... 13

2.2.1.2.Pentingnya Manajemen ... 14

2.2.2. Karakteristik Individu ... 15

2.2.3. Motivasi ... 16

2.2.3.1.Pengertian Motivasi ... 16

(6)

iv

2.2.5. Kelompok Kerja ... 25

2.2.6. Kreaktivitas Program Pemasaran ... 26

2.2.7. Kinerja Pemasaran ... 28

2.2.8. Pengaruh Faktor Pendorong Kreaktivitas Pemasaran Terhafap Kinerja Pemasaran ... 30

2.2.9. Pengaruh Motivasi Individu Terhadap Kreativitas Program Pemasaran ... 30

2.2.10.Pengaruh Komitmen Sumber Daya Terhadap Kreatifitas Program Pemasaran ... 31

2.2.11.Pengaruh Perpaduan Kelompok Kerja Terhadap Kreativitas Program Pemasaran ... 33

2.2.12.Pengaruh Kreativitas Program Pemasaran Terhadap Kinerja Pemasaran ... 34

2.3. Kerangka Konseptual ... 36

2.4. Hipotesis ... 37

Bab III Metodologi Penelitian ... 38

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

3.3.1. Definisi Operasional ... 38

3.3.2. Pengukuran Variabel ... 41

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 41

(7)

v

3.3.1. Jenis Data ... 43

3.3.2. Sumber Data ... 43

3.3.3. Pengumpulan Data ... 43

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 44

3.4.1. Teknik Analisis Data ... 44

3.4.2. Pengujian Hipotesis ... 50

3.4.2.1.Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit ... 50

3.4.2.2.Evaluasi Normalitas ... 52

3.4.2.3.Evaluasi Outliers ... 53

3.4.2.4.Evaluasi Mullticollinearity dan Singularity ... 55

3.4.2.5.Uji Reliabilitas ... 55

3.4.2.6.Uji Validitas ... 56

3.4.2.7.Uji Variance Extracted ... 57

Bab IV Pembahasan ... 58

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 58

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 58

4.1.2. Struktur Organisasi ... 60

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden ... 64

4.2.2. Deskripsi Variabel Karakteristik Individu (X1 4.2.3. Deskripsi Variabel Motivasi Individu (X ) ... 66

(8)

vi

4.2.6. Deskripsi Variabel Kinerja Pemasaran (Y) ... 70

4.2.7. Deskripsi Variabel Kreativitas Program Pemasaran (Z) ... 71

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ... 72

4.3.1. Asumsi Model ... 72

4.3.1.1.Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ... 72

4.3.1.2.Evaluasi atas Outlier ... 73

4.3.1.3.Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 74

4.3.1.4.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76

4.3.2. Pengujian Model dengan One-Step Approach ... 79

4.3.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 81

4.4. Pembahasan ... 83

4.4.1. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Kreativitas Program Pemasaran ... 83

4.4.2. Pengaruh Motivasi Individu Terhadap Kreativitas Program Pemasaran ... 84

4.4.3. Pengaruh Komitmen Sumber Daya Terhadap Kreativitas Program Pemasaran ... 84

4.4.4. Pengaruh Perpaduan Kelompok Kerja Terhadap Kreativitas Program Pemasaran ... 85

(9)

vii

5.2. Saran ... 88

(10)

viii

Januari-Desember 2008 ... 4

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices ... 41

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Karakteristik Individu (X1) ... 66

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Motivasi Individu (X2) ... 67

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Komitmen Sumber Daya Manusia (X3) ... 68

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Respnden untuk Pertanyaan Variabel Perpaduan Kelompok Kerja (X4) ... 69

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kinerja Pemasaran (Y) ... 70

Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kreativitas Program Pemasaran (Z) ... 71

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Normalitas ... 73

Tabel 4.10.Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 74

(11)

ix

(12)

x

(13)

xi Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 3. Hasil Uji Outlier Multivariate Lampiran 4. Hasil Uji Validitas

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 6. Hasil Uji Construct Reliability & Variance Estracted Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis Kausal

(14)

xii

Mashudi Nurul Amin Abstraksi

Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat menuntut perusahaan memberikan pelayanan yang maksimal dan mengerti kebutuhan konsumen. Untuk menghasil nilai lebih (superior value) diperlukan pengembangan inovatif, untuk itu diperlukan strategi pemasaran, karena strategi pemasaran adalah alat fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing. Kreativitas merupakan komponen penting untuk menciptakan strategi yang unik serta menarik. Menghadapi persaingan pasar yang ketat, menerapkan kreativitas strategi pemasaran merupakan suatu keharusan. Obyek penelitian ini adalah PT. ABC President yang mengalami penurunan penjualan pada tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu, motivasi individu, komitmen sumber daya, dan perpaduan kelompok terhadap kreativitas program pemasaran. Serta untuk mengetahui kreativitas program pemasaran terhadap peningkatan kinerja pemasaran.

Variable yang digunakan antara lain karakteristik individu (x1), motivasi

individu (x2), komitmen sumber daya (x3), perpaduan kelompok kerja (x4),

kreativitas program pemasaran (z) dan kinerja pemasaran (Y). Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala interval dengan menggunakan semantic differential scale sebagai teknik pengukurannya. Seluruh karyawan PT. ABC President bagian penjualan yang berjumlah 135 orang, digunakan sebagai populasi, dengan jumlah sample sebanyak 110 orang. Model analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah structural equation model (sem).

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah, bahwa karakteristik individu, motivasi individu, komitmen sumber daya dan perpaduan kelompok kerja berpengaruh positif terhadap kreativitas program pemasaran, dan dapat terbukti kebenarannya. Dan kreativitas program pemasaran juga berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja pemasaran.

(15)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Memasuki era ekonomi global tingkat persaingan antar perusahaan semakin ketat, untuk menjadi yang terdepan, terbaik dan terbesar, perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan maksimal serta mengetahui keinginan konsumennya. Pandangan semacam ini tidak terlepas dari pemasaran perusahaan untuk selalu menetapkan serta mengimplementasikan strategi pemasaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan.

Persaingan yang semakain kompetitif serta konsumen yang semakin kritis dalam memilih produk, perusahaan dituntut untuk lebih inovatif dalam menghasilkan suatu produk. Tetapi untuk menghasilkan nilai lebih atau

superior value yang diperoleh melalui berbagai pengembangan inovatif.

Dengan demikian sasaran yang harus dicapai dalam mengembangkan strateginya, adalah menghasilkan superior value atau pelayanan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pesaing. (Mudiantoro dan Khamidah, 2005:61)

(16)

komponen penting untuk menciptakan perbedaan yang unik serta menghasilkan strategi bersaing yang memiliki keunggulan (Andrews, 1996 dalam Mustofa, 2004:128)

Berawal dari pendekatan tradisional untuk kreaktivitas, dengan fokus pada karakteristik seseorang untuk kreatif. Amabile et al. (1996) dalam Mustofa (2004:128) mengasumsikan lingkungan sosial dapat mempengaruhi tingkat dan frekuensi perilaku kreatif. Lebih lanjut dijelaskan kreaktivitas dalam inovasi produk sangat didominasi oleh penggunaan ide. Inovasi diartikan sebagai kesuksesan implementasi ide kreatif dalam organisasi. Kreaktivitas individu dan kelompok dalam inovasi sangat dipengaruhi oleh kondisi organisasi dan faktor-faktor lain yang berasal dari dalam maupun luar organisasi.

Kemudian Amibile (1988) dalam Mustofa (2004:128) menyebutkan teori kreaktivitas dan inovasi organisasi adalah meliputi: (1) motivasi organisasi dalam inovasi, yang berupa orientasi dasar organisasi untuk mendukung kreaktivitas dan inovasi, (2) sumberdaya, yang berkaitan dengan kecukupan waktu untuk menghasilkan kebaruan kerja, dan (3) parktek-praktek manajemen yang meliputi kebebasan atau otonomi dalam bekerja, tantangan pekerjaan, ketertarikan pada pekerjaan, pencapaian keseluruhan pembagian kelompok kerja yang sesuai dengan kahliannya.

(17)

perpaduan kelompok, ukuran, keragaman, peran, karakteristik tugas dan pendekatan pemecahan masalah yang digunakan kelompok, serta (2) karakteristik organisasi, yang meliputi budaya, sumberdaya, penghargaan, strategi, struktur dan fokus pada strategi.

(18)

Tabel 1.1.

Laporan Penjualan PT. ABC President Bulan Januari s/d Desember 2008

No. Bulan Unit Total

Dari data penjualan tersebut menunjukkan bahwa kinerja pemasaran dari PT. ABC President cenderung menurun dan tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini mengidentifikasikan kemungkinan penurunan tersebut dikarenakan kreaktivitas dari para karyawan yang menurun sehingga tingkat penjualan produk perusahaan pun ikut menurun. Menurunnya kreaktivitas karyawan juga mungkin disebabkan oleh menurunnya komitmen sumberdaya yang mengacu pada tingkat kecukupan perusahaan pada waktu dan pendanaan yang dialokasikan dalam rangka menemukan strategi pemasaran.

(19)

yang kurang mendukung. Lebih lanjut dikatakan walaupun pendanaan merupakan hal paling utama, namun manajer juga mengangkat isu waktu sebagai batasan sumberdaya, sehingga komitmen waktu dapat juga dilihat sebagai aspek lain dari komitmen sumberdaya. (Mustofa, 2004:132)

Dalam keberhasilan suatu produk akan bermuara pada kinerja pemasarannya. Dari sinilah suatu produk akan dipertimbangkan oleh konsumen. Meskipun mengalami tingkat penjualan yang berfluktuatif perusahaan itu sendiri masih harus tetap membuat produk yang inovatif dengan harapan supaya memiliki keunggulan produk sehingga dapat diterima oleh pasar dan memiliki kinerja pemasaran yang tinggi.

Startegi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang dipergunakan untuk melayani pasar sasaran. Strategi pemasaran memberi arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan cara yang akan ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai kinerjanya dengan memusatkan perhatian pada konsumen, pesaing dan tujuan perusahaan.

(20)

distribusi yang bertendensi pada pola-pola bisnis tradisional. Oleh karena itu diperlukan inisiatif taktik dalam melakukan promosi, pelabelan, pengepakan dan positioning produknya sehingga perusahaan tetap menciptakan loyalitas konsumen pada merek perusahaan. (Mustofa, 2004:129)

Amabile (1996) dalam Mustofa (2004:128) menjelaskan bahwa perilaku kreatif seseorang dipengaruhi oleh motivasi berkreativitas, kebebasan dan sumberdaya. Sedangkan tekanan bebas kerja dan hambatan organisasi kurang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kreaktivitas. Lebih lanjut dikatakan seseorang akan berperilaku kreatif jika mempunyai motivasi instrinsik tinggi tertarik, menikmati dan puas atau tantangan pekerjaannya.

Menurut Menon et. al. (1999) dalam Mustofa (2004:129) dalam menghadapi persaingan pasar yang ketat, pembedaan dalam menerapkan kreaktivitas strategi pemasaran menjadi suatu keharusan. Keunggulan dasar yang diperoleh perusahaan ketika mampu menerapkan kreaktifitas strategi adalah dapat meningkatkan kinerja pemasaran dan pembelajaran organisasi. Lebih lanjut dikatakan kreaktivitas strategi pemasaran akan berperan dalam proses pembuatan strategi pemasaran.

(21)

FAKTOR PENDORONG KREAKTIVITAS PROGRAM PEMASARAN TERHADAP KINERJA PEMASARAN PADA PT. ABC PRESIDENT”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka di peroleh suatu masalah sebagai berikut: 1. Apakah karakteristik individu berpengaruh terhadap kreaktivitas

program pemasaran ?

2. Apakah motivasi individu berpengaruh terhadap kreaktivitas program pemasaran ?

3. Apakah komitmen sumberdaya berpengaruh terhadap kreaktivitas program pemasaran ?

4. Apakah perpaduan kelompok kerja berpengaruh terhadap kreaktivitas program pemasaran ?

5. Apakah kreaktivitas program pemasaran berpengaruh terhadap meningkatkan kinerja pemasaran ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu terhadap kreaktivitas program pemasaran

(22)

3. Untuk mengetahui pengaruh komitmen sumberdaya terhadap kreaktivitas program pemasaran

4. Untuk mengetahui pengaruh perpaduan kelompok kerja terhadap kreaktivitas program pemasaran

5. Untuk mengetahui pengaruh kreaktivitas program pemasaran terhadap meningkatkan kinerja pemasaran

1.4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini di harapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil manfaat, antara lain :

1. Bagi perusahaan

Adanya penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran yang jelas faktor pendorong kreaktivitas program pemasaran dan kinerja pemasaran pada bagian manajemen di PT. ABC President.

2. Bagi penulis

Penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan wawasan dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam perusahaan dengan berpedoman pada teori yang di terima di bangku kuliah.

3. Bagi pihak lain

(23)

9 2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh :

1. Heri Mustofa dalam Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.3, No.2, September, 2004.

a) judul “Faktor Pendorong Kreaktivitas Program Pemasaran Dan Kinerja Pemasaran”.

b) Perumusan masalah : yang dikemukakan dalam peneitian ini adalah bagaimanakah pengaruh karakteristik individu, motivasi individu, komitmen sumberdaya, dan perpaduan kelompok kerja terhadap kreaktivitas program pemasaran untuk meningkatkan kinerja pemasaran.

c) Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Semakin baik karakteristik individu yang dimiliki manajer dalam mengembangkan rencana pemasaran maka semakin tinggi kreaktivitas program pemasaran dihasilkan.

H2 : Semakin tinggi motivasi individu yang dimiliki manajer dalam melakukan kegiatan pemasaran maka semakin tinggi kreaktivitas program pemasaran dihasilkan.

(24)

H4 : Semakin tinggi erat manajer melakukan perpaduan kelompok kerja dalam menjalankan program pemasaran maka semakin tinggi kreaktivitas program pemasaran yang dihasilkan.

H5 : Semakin tinggi kereaktivitas program pemasaran dilakukan maka semakin tinggi kinerja pemasaran yang dihasilkan. d) Hasil Penelitian:

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis pertama memperlihatkan bahwa semakin baik keragaman pengalaman, keragaman pendidikan, pengetahuan lingkungan pemasaran, penghargaan, kesanggupan mengambil resiko, dorongan dari dalam, kecukupan waktu, kecukupan pendanaan, ketepatan penempatan sumberdaya, dukungan kelompok kerja, kesatuan fungsi silang dan dukungan supervisi, maka inisiatif strategi, ide-ide ilmiah dan tingkat inovasi dalam menjalankan kreaktivitas program pemasaran akan semakin meningkat.

(25)

pelanggan dan pertumbuhan penjualan. Semakin baik inisiatif strategi, tingkat inovasi dan ide-ide ilmiah maka pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pelanggan dan laba perusahaan akan semakin meningkat.

2. Mudiantoro dan Nur Khamidah dalam Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol.12, No.1, Maret, 2005

a) Judul: Peningkatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Inovasi produk Dan Kreaktivitas Strategi pemasarab Dalam Meningkatkan Kinerja Pemasaran.

b) Perumusan Masalah: Permasalah yang dikemukakan dalam peneitian ini adalah bagaimanakah pengaruh faktor ingkungan terhadap inovasi produk dan kreativitas strategi pemasaran dalam rangka meningkatkan kinerja pemasaran khususnya pada perusahaan kerajinan keramik di industri kasongan, Yogyakarta. c) Hipotesis:

H1 : Faktor lingkungan mempengaruhi secara positif terhadap inovasi produk.

H2 : Faktor lingkungan mempengaruhi secara positif terhadap kreaktivitas.

H3 : Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kinerja pemasaran pada perusahaan.

(26)

H5 : Kreaktivitas strategi pemasaran mempenmgaruhi secara positif terhadap kinerja pemasaran pada perusahaan.

d) Hasil Penelitian:

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka implikasi teoritis yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi secara positif terhadap inovasi produk.

2. Penelitian ini membuktyikan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi secara positif terhadap kreaktivitas strategi pemasaran pada perusahaan.

3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi kinerja pemasaran pada perusahaan.

4. Penelitian ini membuktikan bahwa inovasi produk yang dihasilkan mempengaruhi secara positif terhadap kinerja pemasaran pada perusahaan.

(27)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Manajemen

2.2.1.1.Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata “to manage” yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi margin merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diingini. (Hasibuan, 1999:1)

Karena manajemen diartikan “mengatur” maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita (Hasibuan, 1999:1):

1. Apa yang diatur

Adalah semua unsur-unsur manajemen yang terdiri dari men, monery,

method, materials, machines and market disingkat dengan 6 M dan

semua aktivitas yang ditimbulkannya dalam proses manajemen itu. 2. kenapa harus diatur

agar 6 M itu lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal.

3. Siapa yang mengatur

(28)

4. Bagaimana mengaturnya

Yaitu melalui proses dari urutan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian =

planning, organizing, directing and cotroling).

5. Di mana harus diatur

Adalah dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena organisasi merupakan alat dan wadah (tempat) untuk mengatur 6 M dan semua aktivitas proses manajemen dalam mencapai tujuannya.

Tegasnya pengaturan hanya dapat dilakukan di dalam suatu organisasi (wadah/tempat), sebab dalam organisasi inilah tempat kerja sama, proses manajemen, pembagian kerja, delegation of authority, koordinasi, integrasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2.2.1.2.Pentingnya Manajemen

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas sedang kebutuhannya yang tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan, terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas d an tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini, maka terbentuklah kerja sama dan keterkaitan dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat terselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan dapat tercapai. (Hasibuan, 1999:4)

(29)

1. Pekerjaan berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya. 2. Perusahaan baru dapat berhasil baik, jika manajemen diterapkan

dengan baik.

3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.

4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan. 5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkannya

dengan memanfaatkan 6 M dalam proses manajemen tersebut. 6. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.

7. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur. 8. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.

9. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.

2.2.2. Karakteristik Individu

Menurut kamus Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. (Kamisa, 1997:281). Karakteristik perusahaan adalah ciri-ciri khusus yang ada pada suatu perusahaan.

(30)

baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan proses kreaktivitas secara umum. (Mustofa, 2004:130)

Pengetahuan konsep-konsep ini akan berfungsi sebagai dasar dalam penciptaan ide-ide baru. Dalam bidang pemasaran pengetahuan inti seseorang meliputi pengetahuan lingkungan pemasaran, keragaman pengalaman, dan latar belakang pendidikan yang dmiliki. Pengetahuan lingkungan pemsasaran dapat dijelaskan ketika menyusun rencana analisa situasi yang meliputi lingkungan operasi produk dan lingkungan makro.

Selain memberikan tambahan ide baru, pengetahuan lingkungan pemasaran juga memberikan peran penting dalam menghasilkan solusi-solusi terhadap permasalahan pemasaran. Pengetahuan lingkungan pemasaran akan menambah kemampuan manajer dalam menganalisa data yang ada untuk dijadikan bahan informasi yang berguna bagi penciptaan ide-ide baru dalam kreaktivitas pemasaran. (Mustofa, 2004:130)

2.2.3. Motivasi

2.2.3.1.Pengertian Motivasi

Motivasi menyangkut soal perilaku manusia dan merupakan elemen vital di dalam manajemen. Motivasi dapat diartikan sebagai mengusahakan supaya seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan semangat karena ia ingin melaksanakannya. (Terry, 2003:130)

(31)

energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri seseorang yang perlu dipenuhi agar seseorang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Sedangkan motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. (Ariffin, Amirullah dan Fauziah, 2003:58)

Motivasi atau “Motivation” berarti: pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan. Dapat juga dikatakan bahwa

motivation adalah: “Faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan

cara tertentu” (Martoyo, 1990:138). Menurut Drs The Liang dalam kamus administrasi memberikan perumusan “motivating” sebagai berikut:

“Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya, untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang atau karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut”.

(32)

2.2.3.2.Motivasi Individu

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang ”mampu, cakap dan terampil”, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya. (Hasibuan, 1999:92)

Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja kerja dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. (Hasibuan, 1999:92)

Amabile (1983) dalam Mustofa (2004:131) Faktor-faktor motivasi yang berperan dalam proses penciptan kreatif, yaitu meliputi motivasi intrinsik seseorang dalam mengembangkan program pemasaran.

(33)

Meskipun ide kreatif itu muncul dengan cepat, namun hnaya akan terjadi pada manajer yang telah banyak menghabiskan waktunya baik yang disadari maupun tidak untuk memecahkan masalah. Jika dibandingkan dengan manajer yang memiliki motivasi intrinsik rendah dalam melakukan program pemasaran, maka manajer yang mempunyai motivasi intrinsik yang tinggi dalam meluangkan waktu, usaha dan tugasnya akan lebih banyak menghasilkan ide-ide yang kreatif. (Mustofa, 2004:131)

Seseorang mengetahui resiko ketika melakukan tindakan tidak tentu. Dalam menyusun perencanaan pemasaran usulan perubahan program pemasaran dapat dilakukan. Walaupun usulan ide itu dapat diterima atau ditolak oleh manajemen. Keputusan-keputusan yang diambil harus sesuai dengan kondisi riil dilapangan. Dengan demikian perubahan kebutuhan semacam itu beresiko, jadi tidak mengherankan jika kesnggupan mengambil resiko merupakan kontributor utama bagi kreaktivitas karena akan memberikan motivasi untuk menghasilkan ide-ide baru. Selain itu kesanggupan mengambil resiko akan memberikan banyak pandangan bagi manajer dalam melakukan kreaktivitas pemasaran. (Mustofa, 2004:131)

(34)

penghargaan juga dapat meningkatkan dan mengembangkan kreaktivitas dalam melakukan program pemasaran. (Mustofa, 2004:131)

2.2.3.3.Teori – Teori Motivasi

Teori-teori yag menyangkut motivasidapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:62):

1. Teori Kebutuhan Maslow

Teori ini memandang bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang bertingkat-tingkat dari yang paling sederhana hingga yang paling tinggi berdasarkan kadar kepentingannya. Apabila seperangkat kebutuhan telah terpenuhi maka kebutuhan tersebut tidak lagi berfungsi sebagai motivator. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologi

Kebutuhan dasar untuk menunjang kehidupan manusia, yaitu: pangan, sanang, papan dan seks. Apabila kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya, maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.

b. Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan akan terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan dan materi.

c. Kebutuhan akan sosialisasi

(35)

d. Kebutuhan penghargaan

Kebutuhan merasa dirinya berharga dan dihargai oleh orang lain. e. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang dicita-citaknnya.

Orang-orang akan berusaha untuk memnuhi kebutuhan fisiologisnya, apabila kebutuhan ini telah terpenuhi, mereka akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya. Tingkat kebutuhan selanjutnya yang cenderung dipenuhi adalah kebutuhan rasa aman dan jaminan. Mereka berharap bahwa keesokan harinya dan hari-hari selanjutnya kebutuhan itu tetap terpenuhi (jaminan). Dalam kenyataannya, kebutuhan pada tingkat kedua sangat terkait dengan kebutuhan tingkat pertama. Semua kebutuhan pada tingkat pertama merupakan kebutuhan untuk kelangsungan hidup.

2. Teori Dua Faktor Herzberg

(36)

Yang dimaksud dengan dua faktor tentang motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg adalah faktor yang membuat orang merasa puas dan faktor yang membuat orang tidak puas. Dalam pandangan lain, dua faktor yang dimaksudkan dalam teori motivasi Herzberg adalah adanya dua rangkaian kondisi. Kondisi pertama dimana orang merasa sehat dan faktor yang memotivasi dan faktor ekstrinsik dan intrinsik, sesuai dengan bagaimana cara pandang orang yang membahasnya.

3. Teori Motivasi McClelland

McClelland sebenarnya ingin mengatakan, bahwa karyawan yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung termotivasi dengan situasi kerja yang penuh tantangan dan persaingan, sebaliknya orang yang mempunyai kebutuhan prestasi yang rendah cenderung berprestasi jelek dalam situasi kerja yang sama.

(37)

4. Teori Keadilan

Asumsi dasar dari teori keadilan menyatakan bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atas keadilan dari penghargaan yang diterimanya. Artinya, bawahan akan menbanding-bandingkan usaha mereka dan imbalan mereka dengan usaha dan imbalan yang diterima ornag lain dalam iklim kerja yang sama. Keadilan dalam pengertian disini diartikan sebagai perbandingan antara input pekerjaan individu (seperti usaha atau keterampilan dan balas jasa diri yang mereka kerjakan). Kunci utama motivasi individu dalam teori ini adalah adanya kepuasan memperoleh perlakukan yang sama.

(38)

2.2.4. Komitmen

2.2.4.1.Pengertian Komitmen

Steers (1985:66) berpendapat bahwa “komitmen merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya”. Komitmen sering didefinisikan sebagai suatu peningkatan antara individu dengan suatu institusi atau dapat juga dengan suatu kegiatan proyek atau secara lebih umum dengan suatu gagasan.

Dimensi komitmen sebagaimana dikutip dari pendapat Lincoln (1990) dan Bashaw et.al (1994) yaitu: “Meliputi: loyalitas (kesetiaan karyawan), kemauan karyawan dan kebanggaan karyawan pada organisasi. Ketiga hal ini akan dijadikan indikator dan komitmen karyawan pada organisasi”.

Merangkum dari pendapat Umiker (1999:42), ciri-ciri karyawan yang memiliki komitmen adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab

Yaitu pengidentifikasian atau penerimaan tanggungjawab, bekerja keras, memecahkan masalah, dan bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan.

2. Konsisten

(39)

yang konsisten sepanjang waktu, yang mempertinggi reputasi seseorang secara besar-besaran atas komitmen yang konsisten.

3. Proaktif

Komitmen menghendaki sebuah perspektif yang menyangkut usaha-usaha saat ini dan yang akan datang daripada reaksi dan penjelasan-penjelasan historis.

2.2.4.2.Komitmen Sumberdaya

Komitmen sumberdaya mengacu pada tingkat kecukupan perusahaan pada waktu dan pendanaan yang dialokasikan dalam rangka menemukan strategi pemasaran yang tepat. (Mustofa, 2004:131)

Sebagian manajer menganggap strategi perusahaan gagal karena pendanaan yang kurang dan adnaya pengalihan prioritas mendadak selama pengimplementasian. Namun manajer lain mengatakan permasalahan manajemen yang lebih tinggi secara verbal menunjukkan bahwa kegagalan strategi dan perencanaan diakibatkan karena adanya komitmen sumberdaya yang kurang mendukung. Lebih lanjut dikatakan walaupun pendanaan merupakan hal paling utama, namun manajer juga mengangkat isu waktu sebagai batasan sumberdaya, sehingga komitmen waktu dapat juga dilihat sebagai aspek lain dari komitmen sumberdaya. (Mustofa, 2004:132)

(40)

batasan penempatan praktek-praktek sumberdaya dalah ketika seseorang mampu menyelesaikan pekerjaannya serta persepsi sumberdaya akan berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang tentang nilai instrinsik yang dikerjakan.

Hasil lain dari penelitian kualitatif secara konsisten menyatakan pentingnya melakukan kegiatan sumberdaya baik nyata maupun tidak nyata (kepemimpinan waktu) untuk mendapatkan ketepatan strategi adlaah hal yang harus dikerjakan. Pendapat serupa juga diungkapkan dalam literatur pemasaran (Day, 1983 dalam Mustofa, 2004:132), dengan mengecualikan penelitian pada literatur perencanaan umum.

Menon et.al (1999) dalam Mustofa (2004) menyatakan tingkat sumber daya yang dikomitmenkan secara langsung akan mempengaruhi tingkat eksperimen strategi baru dan pencarian strategi lain yang non tradisional dan radikal. Namun , ketika jenis serta tingkatan sumber daya yang dialokasikan itu cocok dan mencukupi akan memberikan situasi kondusif bagi perusahaan yang mendukung keberhasilan anggota team strategi dalam menciptakan iklim pembelajaran dan kreativitas organisasi.

2.2.5. Kelompok Kerja

(41)

dari sistem sosial organisasi. Dalam hal ini dapat digambarkan, bahwa walaupun seorang manajer (individu) mempunyai ruang kantor sendiri, namun ia tetap merupakan bagian dari tim manajemen perusahaan. Demikian pula halnya dengan karyawan, mereka juga bagian dari kelompok yang ada dalam organisasi. Ia adalah anggota dari tim kerja, departemen, atau divisi tertentu. Dengan demikian, organisasi dapat dipandang sebagai satu kumpulan anggota. (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:79)

Kelompok (group), menurut Robbins (1996) dalam (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:79), mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantungan, yang saling berganbung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Sementara Gibson (1995) dalam (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:79) memandang kelompok dari empat perspektif. Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari anggota yang lain.

(42)

2.2.6. Kreaktivitas Program Pemasaran

Amabile (1999) dalam Mustofa (2004:134) mendefinisikan kreaktivitas sebagai kebaruan dalam produk dan ide-ide yang berguna. Sedangkan dalam penelitian ilmu sosial, pengertian kreaktivitas yang lazim digunakan adalah dengan memfokuskan arti baru pada sejumlah output dalam praktek-praktek konvensional pemasaran dimana produk-produk itu berada.

Istilah pemasaran dalam bahasa inggris dikenal dengan nama marketing. Asal kata pemasaran adalah pasar sama dengan market. Memasarkan barang tidak berarti hanya hanya menawarkan barang atau menjual barang tetapi lebih luas dari itu. Di dalamnya tercakup berbagai kegiatan seperti membeli, menual, dengan segala macam cara, menyangkut barang, menyimpan, mensortir dan sebagainya. (Alma, 2002:1). Pengertian lain dari pemasaran yang diungkapkan oleh Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, harga, promosi, dan distribusi terhadap gagasan, barang, jasa, organisasi, dan peristiwa – peristiwa untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang dapat memuaskan individu dan tujuan organisasi. (Tandjung, 2004:1).

(43)

kreaktivitas periklanan dan solusi-solusi pemecahan permasalahan bisnis setiap hari. (Ray dan Myers, 1986 dalam Mustofa, 2004:134)

Untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kreaktivitas program pemasaran, terdapat tiga pandangan yang saling melengkapi dari literatur ilmu sosial terhadap kreaktivitas. Pandangan tersebut mengacu pada karakteristik seseorang dalam menghasilkan kreaktivitas, proses yang digunakan, dan lingkungan dimana mereka bekerja. (Andrews et. al., 1996 dalam Mustofa, 2004:134)

Perusahaan selalu melakukan manajemen pada berbagai macam produknya kedalam kreaktivitas program pemasaran agar tetap bisa eksis. Manajer produksi selalu merespon pengembangan dan impelentasi program-program pemasaran untuk kesuksesan produk mereka. Program-program tersebut berisi inisiatif taktik yang berhubungan dengan promosi, pengepakan, pelabelan, positoning. Inisiatif taktik muncul melalui proses perencanaan pemasaran, baik secara formal maupun nonformal dari yang dikerjakan manajer produksi.

(44)

karena pengatahuan tentang lingkungan persaingan menyoroti kesempatan yang dapat ditonjolkan dan kelemahan yang harus diperhitungkan.

2.2.7. Kinerja Pemasaran

Kinerja adalah segala sistem yang berhubungan dengan aktifitas dan hasil yang diperoleh. Kinerja pemasaran merupakan konsep untuk mengukur prestasi perusahaan dalam pasar terhadap suatu produk, setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui prestasinya sebagai cermin dari keberhasilan usahanya dalam persaingan pasar.

Menurut Tika, Pambudu (2006:121) mendefinsikan “kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu”.

Tika, Pambudu (2006:121) juga menjelaskan bahwa: ”Fungsi pekerjaan atau kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil pekerjaan/prestasi kerja seseorang atau kelompok terdiri dari faktor intern dan ekstern. Pelaksanaan hasil pekerjaan/prestasi kerja tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi dalam jangka waktu tertentu”.

(45)

kemampuan perusahaan dalam mengefektifkan perusahaan, meningkatkan pangsa pasar serta profitabilitas.

Menurut Ferdinand (2000) dalam Mustofa (2004:135), mengatakan teori-teori pemasaran merupakan aktivitas manjemen pemasaran dalam aktivitas manajerial yang diarahkan untuk merencana, menganalisis, melaksanakan dan mengendalikan seluruh elemen-elemen strategi pemasaran yang lazim dikenal sebagai bauran pemasaran untuk menghasilkan kinerja usaha seperti meningkatnya volume penjualan.

Narver dan Slater (1990 dalam Mustofa, 2004:135) dalam studinya mengenai orientasi pasar mengungkapkan bahwa tujuan perusahaan mengembangkan strategi perusahaan adalah untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Untuk mencapai tingkat kemampulabaan yang wajar, perusahaan dan memusatkan perhatian manajemennya pada upaya mengenali pelanggannya, karena filosofi pemasaran menunjukkan bahwa laba dapat diciptakan melalui kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan. Selanjutnya dijelaskan orientasi pelanggan, biaya relatif dan pertumbuhan pasar.

(46)

penjualan tiap tahun, dan (3) kemampulabaan sebelum pajak yang diukur dengan membandingkan antara penghasilan bersih sebelum pajak dengan jumlah investasi yang ditanamkan.

Penentuan posisi dalam program pemasaran merupakan hasil kombinasi antara kegiatan pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan posisinya terhadap pesaing utama dalam usaha memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

2.2.8. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Kreaktivitas Program Pemasaran

Karakteristik individu merupakan suatu ciri khas yang melekat pada diri seseorang. Dalam kesuksesan sebuah program baru, pengenalan produk baru, atau rasa baru snagat bergantung pada individu atau satu kelompok yang memiliki ide brilian untuk diterapkan dan dikembangkan pada perencanaan strategi pemasaran. Dalam perencanaan strategi pemasaran, kreaktivitas merupakan komponen penting untuk menciptakan pembedaan yang unik serta menghasilkan startegi bersaing yang memiliki keunggulan. (Andrews et al, 1996 dalam Mustofa, 2004:129)

(47)

kreatif. Lebih lanjut dijelaskan kreaktivitas dalam inovasi produk sangat didominasi oleh pengguna ide. Inovasi diartikan sebagai kesuksesan implementasi ide kreatif dalam organisasi. Kreaktivitas individu dan kelompok dalam inovasi sangat dipengaruhi oleh kondisi organisasi dan faktor-faktor lain yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi.

2.2.9. Pengaruh Motivasi Individu Terhadap Kreaktivitas Program

Pemasaran

Amabile et al (1996) dalm Mustofa (2004:126) mengembangkan model konseptual persepsi lingkungan kerja yang mendukung perilaku kreatif. Dijelaskan perilaku kreatif seseorang dipengaruhi oleh motivasi berkreativitas, kebebasan dan sumberdaya. Lebih lanjut dikatakan seseorang akan berperilaku kreatif jika mmepunyai motivasi intrinsik tinggi tertarik menikmati dan puas atas tantangan pekerjaan.

Seorang karyawan di dalam melakukan pekerjaannya dengan baik karena dia memiliki motivasi kerja yang baik, baik dari dalam dirinya maupun dari luar. Bilamana seseorang karyawan tidak melakukan tugasnya dengan baik mungkin karyawan tersebut tidak memiliki motivasi untuk bekerja dengan baik. Dengan motivasi yang dimiliki oleh karywan tersebut akan dapat memunculkan suatu ide atau gagasan baru untuk dapat meningkatkan kinerja permasaran produk perusahaan.

(48)

kreativitas program pemasaran yang akan meningkatkan kinerja pemasaran.

2.2.10. Pengaruh Komitmen Sumber Daya Terhadap Kreaktivitas Program Pemasaran

Komitmen sumber daya mengacu pada tingkat kecukupan perusahaan pada waktu dan pendanaan yang dialokasikan dalam rangka menemukan strategi pemasaran yang tepat. (Menon, 1999 dalam Mustofa, 2004:131). Sebagian manajer menganggap strategi perusahaan gagal karena pendanaan yang kurang dan adanya pengalihan prioritas mendadak selama pengimplementasian. Namun manajer lain mengatakan permasalahan manajemen lebih tinggi secara verbal menunjukkan bahwa kegagalan strategi dan perencanaan diakibatkan karena adanya komitmen sumberdaya yang kurang mendukung. Lebih lanjut dikatakan walaupun pendanaan merupakan hal paling utama, namun manajer juga mengangkat isu waktu sebagai batasan sumberdaya, sehingga komitmen waktu dapat juga dilihat sebagai aspek lain dari komitmen sumberdaya.

(49)

Sementara itu Cohen dan Levinthal (1990), Damanpoor (1991), Delbecq dan Mills (1995), Farr dan Ford (1990), Kanter (1983), Payne (1990), Tushman dan Nelson (1990), Amabile et la (1996) dalam Mustofa (2004:132) menyatakan pengalokasian sumber daya akan berhubungan langsung dengan tingkatan-tingkatan kreaktivitas. Disamping itu, batasan penempatan praktek-praktek sumberdaya adalah ketika seseorang mampu menyelesaikan pekerjaannya serta persepsi sumberdaya akan berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang tentang nilai intrinsik yang dikerjakan.

Hasil lain dari penelitian secara konsisten mneyatakan pentingnya melakukan kegiatan sumberdaya baik nyata (person) maupun tidak nyata (kepemimpinan waktu) untuk mendapatkan ketepatan strategi adalah hal yang harus dikerjakan. Pendapat serupa juga diungkapkan dalam literatur pemasaran, dengan mengecualikan penelitian pada literatur perencanaan umum.(Mustofa, 2004:132)

(50)

memberikan situasi kondusif bagi perusahaan yang mendukung keberhasilan anggota team strategi dlam menciptakan pembelajaran dan kreaktivitas organisasi.

2.2.11. Pengaruh Perpaduan Kelompok Kerja Terhadap Kreaktivitas

Program Pemasaran

Beberapa studi mengungkapkan poin-poin penting mengenai peran manajer atau supervisi secara langsung dan memberikan penjelasan tujuan, keterbukaan interaksi dengan karyawan dan melakukan subordin, serta mendukung kelompok kerja untuk menciptakan ide. Dengan adanya kelompok kerja yang bekerja sama dalam sebuah tim diharapkan dapat meningkatakan kreaktivitas kerjanya yang akan meningkatkan pula kinerja pemasaran dari produk perusahaan.

Menurut McClelland karyawan yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung termotivasi dengan situasi kerja yang penuh tantangan dan persaingan, sebaliknya orang yang mempunyai kebutuhan prestasi yang rendah cenderung berprestasi jelek dalam situasi kerja yang sama. Dengan adanya kebutuhan untuk mencapai prestasi yang baik akan dapat memicu karyawan untuk bekerja sama dalam satu tim untuk dapat meraih prestasi yang membanggakan.

(51)

dapat dibentuk melalui mekanisme yang jelas, melakukan evaluasi, memperhatikan situasi serta menerapkan pengalaman yang dimiliki.

Studi terdahulu menyatakan, memotivasi kreaktivitas dapat dilakukan melalui dukungan kelompok kerja itu sendiri, keanekaragaman latar belakang anggota kelompok, keterbukaan untuk ide, konstruk keragaman tantangan untuk ide, keanekaragaman anggota kelompok serta keterbukaan untuk ide dalam kreaktivitas oleh masing-masing individu akan semakin memperbesar aneka ide yang keluar, dan memunculkan pemikiran-pemikiran yang kreatif. Konstruk tantangan untuk ide akan dapat meningkatkan motivasi instrinsik anggota kelompok kerja serta berpengaruh positif pada tantangan dalam bekerja serta fokus pada pekerjaannya. (Mustofa, 2004:133)

(52)

2.2.12. Pengaruh Kreaktivitas Program Pemasaran Terhadap Kinerja

Pemasaran

Menurut Menon (1999) dalam Mudiantoro dan Khamidah (2005:66) Kreaktivitas dalam merumuskan strategi pemasaran akan meningkatkan kinerja pemasaran. Fillis (2000) dalam Mudiantoro dan Khamidah (2005:66), mengatakan bahwa dalam mencapai suatu kreativitas, seseorang tidak akan takut dalam mengambil resiko, mampu mengendalikan situasi dan tidak takut akan kegagalan. Faktor yang menentukan kreaktivitas pemasaran antara lain adalah faktor motivasi yang didefinisikan sebagai motivator dasar dalam diri seseorang dalam melaksanakan tugas dan bersedia untuk mencurahkan waktu dan usaha yang lebih banyak, termasuk kesediannya menanggung resiko. (Mudiantoro dan Khamidah, 2005:66)

(53)
(54)
(55)

2.4 Hipotesis

Dari perumusan masalah, landasan teori serta kerangka pemikiran diatas dapat dibuat suatu hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Diduga karakteristik individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap kreaktivitas program pemasaran

2. Diduga motivasi individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap kreaktivitas program pemasaran

3. Diduga komitmen sumberdaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kreaktivitas program pemasaran

4. Diduga perpaduan kelompok kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kreaktivitas program pemasaran

(56)

42

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

1. Karakteristik Individu (X1

Adalah ciri khas yang dimiliki oleh seorang karyawan PT. ABC President ketika bekerja. Indikator pada vaiabel ini adalah:

)

a. Pengetahuan Lingkungan Pemasaran (X1.1

Yaitu tingkat pengetahuan yang dimiliki karyawan PT. ABC President tentang jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

)

b. Keragaman Pengalaman (X1.2

Yaitu berbagai jenis pengalaman yang pernah dilakukan oleh karyawan PT. ABC President sehingga dalam memberikan suatu pengetahuan kepada pihak bagian pemasaran.

)

c. Keragaman Pendidikan (X1.3

Yaitu berbagai jenis tingkatan pendidikan dan jurusan yang pernah dijalani oleh karyawan PT. ABC President.

)

2. Motivasi Individu (X2

Adalah motivasi atau dorongan personal yang terkait dengan proses perencanaan dalam melakukan program pemasaran PT. ABC President. Indikator pada variabel ini adalah:

(57)

a. Dorongan Dari Dalam (X2.1.

Yaitu dorongan yang timbul dari dalam diri karyawan PT. ABC President yang dapat memotivasi dirinya untuk meningkatkan kinerjanya.

)

b. Kesanggupan Mengambil Resiko (X2.2.

Yaitu kesanggupan seorang karyawan PT. ABC President untuk menanggung resiko sebagai akibat dari tindakan karyawan.

)

c. Penghargaan (X2.3.

Merupakan suatu bentuk kompensasi yang diberikan oleh PT. ABC President kepada karyawan.

)

3. Komitmen Sumberdaya (X3

Merupakan komitmen karyawan PT. ABC President yang diberikan oleh karyawan kepada PT. ABC President. Indikator pada variabel ini adalah:

)

a. Ketepatan Penempatan Sumberdaya (X3.1.

Merupakan ketepatan dalam menempatkan sumberdaya yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya.

)

b. Kecukupan Waktu (X3.2.

Merupakan tenggang waktu yang diberikan oleh PT. ABC President dalam pengelolaan sumberdaya yang ada.

)

c. Kecukupan Pendanaan (X3.3.

Merupakan kesesuaian antara dana yang di tentukan oleh perusahaan dengan yang diperlukan oleh PT. ABC President.

(58)

4. Perpaduan Kelompok Kerja (X4

Merupakan gabungan antar anggota kelompok kerja pada PT. ABC President. Indikator pada variabel ini adalah:

)

a. Dukungan Supervisi (X4.1

Merupakan dukungan yang diberikan oleh supervisi PT. ABC President dalam mendukung kegiatan operasional.

)

b. Dukungan Kelompok Kerja (X4.2

Merupakan dukungan dari kelompok kerja untuk menghasilkan ide yang kreatif.

)

c. Kesatuan Fungsi Silang (X4.3

Merupakan suatu penyatuan multi fungsi yang berbeda pada anggota dalam suatu kelompok kerja.

)

5. Kreativitas Program Pemasaran (Z)

Merupakan suatu inovasi baru produk perusahaan yang berguna dalam program pemasaran untuk meningkatkan penjualan PT. ABC President. Dinidkator dalam penelitian ini adalah (Mustofa, 2004:139):

a. Inisiatif Strategi (Z1

Merupakan suatu ide baru yang dapat dikembangkan dalam strategi program pemasaran.

)

b. Ide-Ide Ilmiah (Z2

Merupakan suatu ide-ide yang muncul dari karyawan yang digunakan untuk memajukan perusahaan PT. ABC President.

(59)

c. Tingkat Inovasi (Z3

Merupakan suatu tingkat pembaharuan dari produk yang sudah ada sebelumnya.

)

6. Kinerja Pemasaran (Y)

Merupakan suatu konsep untuk mengukur prestasi perusahaan PT. ABC President dalam pasar terhadap suatu produk. Indikator dalam variabel ini adalah (Mustofa, 2004:139):

a. Pertumbuhan Penjualan (Y1

Merupakan peningkatan hasil penjualan dari hasil penjualan sebelumnya.

)

b. Pertumbuhan Pelanggan (Y2

Merupakan peningkatan pelanggan yang berlangganan atau yang menggunakan produk perusahaan.

)

c. Laba Perusahaan (Y3

Merupakan hasil keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan setelah dikurangi berbagai pengeluaran yang diperlukan dalam suatu produksi.

)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan skala interval dan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantic Differential

Scale (Riduwan, 2002:18) merupakan metode pengukuran sikap dengan

(60)

kutub), seperti : panas-dingin; popular-tidak popular; baik-tidak baik dan sebagainya.

Dalam penelitian ini akan digunakan semantic differensial yang mempunyai skala 7 point dengan pola sebagai berikut:

Sangat tidak setuju

Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 7

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. ABC President bagian pejualan yang berjumlah sebanyak 135 orang karyawan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Teknik penelitian ini menggunakan teknik propobability sampling dengan metode simple

random sampling. Dimana propobability sampling yaitu teknik yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample sedangkan simple random sampling

(61)

Pedoman pengukuran sample menurut Ferdinand (2002 : 48) : a. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

d. Sedangkan jenis pengambilan sample didasari oleh analisis SEM bahwa besarnya sample yaitu 5-10 kali parameter yang diestimasi

Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 – 10 kali

jumlah parameter yang diestimasi (18 × 7 parameter = 108 responden), yang

dbulatkan menjadi 110 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada karywan PT. ABC President.

b. Data Sekunder

(62)

3.3.2. Sumber Data

1. Karyawan PT. ABC President bagian pemasaran, dalam hal ini jawaban para karyawan atas kuisioner yang telah disampaikan.

2. Perusahaan yaitu PT. ABC President.

3.3.3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut :

a. Metode Observasi

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.

b. Metode Wawancara

Yaitu mengumpulkan data atau bahan – bahan keterangan dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berwenang di PT. ABC President.

c. Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari arsip perusahaan yang berhubungan dengan penulisan usulan penelitian ini.

d. Metode Kuisioner

(63)

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis Data

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Model pengukuran faktor Motivasi Individu, Komitmen Sumberdaya, Perpaduan Kelompok Kerja, Kreativitas Program Pemasaran dan Kinerja Pemasaran menggunakan

Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor Motivasi Individu dilakukan sebagai berikut :

Persamaan Dimensi Faktor Motivasi individu:

X1.1 = λ1 Motivasi individu + er_1

X1.2 = λ2 Motivasi individu + er_2

X1.3 = λ3 Motivasi individu + er_3

(64)

Motivasi Individu

(X1.1)

(X1.2)

(X1.3)

er_1

er_2

er_3

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor Motivasi Individu

Keterangan :

X11 = pertanyaan tentang ... X12 = pertanyaan tentang ... X13 = pertanyaan tentang ... er_j = error term X1j

Demikian juga faktor lain seperti komitmen karyawan dan performansi kerja

1. Asumsi Model (Structural EquationModelling) a.Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1)Normalitas dapa diuji dengan melihat gambar histogram data atau dengan menggunakan metode statistic.

2)Menggunakan critical ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart error-nya dan Skweness value

(65)

Z-value. Dengan kriteria penilaian pada tingkat signifikansi 1 %, jika nilai Z score lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

b.Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada

tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square (χ) pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai χ adalah multivariate outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair,1998).

c.Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Deteksi Multicolinearity dan Singularity dilakukan dengan mengamati

Determinant Matrix Covariance. Dengan ketentuan apabila

determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi

multikolinearitas dan singularitas. d.Uji Validitas dan Reliabilitas

(66)

mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variabel/ construct aka diuji dengan melihat loading faktor dari

hubungan antara setiap obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan

Variance-extracted. Construct reliability dan Variance-extracted dihitung

dengan rumus berikut :

[Σ Standardize Loading]

Construct Reliability = 

2

[[Σ Standardize Loading]2 + Σεj]

Σ [Standardize Loading2]

Variance Extracted = 

[Σ [Standardize Loading2] + Σεj]

Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 - (Standardize

Loading)

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR

Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima

adalah ≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5 (Hair et.al., 1998).

Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan

melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weigths

terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

(67)

(Critical Ratio) atau p (probability) ang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti signifikan.

3. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Dalam model SEM, model pengukuran dan model structural parameter-parameternya dieliminasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara

measurement model dan structural model yang diestimasi bersama

(One Step Approach to SEM) yang digunakan apabila model diyakini

bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas yang sangat baik.

4. Evaluasi Model

Hair et.al., (1998) menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu

poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good fit”

(68)

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI,

CFI, AGFI, CMIN/ DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data

maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to

SEM.

Tabel 3.1.

Goodness of Fit Indices

GOODNE SS OF FIT

INDEX KETERANGAN

CUT-OFF VALUE

X2 Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data]. -

Chi-Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau

≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square

pada sample besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2

≥ 0,90 dalam regresi berganda].

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/D

F Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model. ≥ 0,95 CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.

≥ 0,94

(69)

3.4.2. Pengujian Hipotesis

3.4.2.1. Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit

1. X2

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah

Likelihood Ratio Chi-Square Statistic. Chi-Square ini bersifat sangat

sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik Chi-Square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang uji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi-Square-nya rendah. Semakin kecil nilai X

-Chi Square Statistic

2

semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang kecil dan tidak signifikan.

X2

2. RMSEA-The Root Mean Square Error Of Approximation

bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan

Chi-Square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100 dan 200.

Bila ukuran sampel ada di luar rentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji yang lain.

(70)

diharapkan bila model diestimasi dalam populasi nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan Degrgess Of Freedom.

3. GFI-Goodness of Fit Index

GFI adalah analog dari R2

4. AGFI-Adjusted Goodness of Fit Index

dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matrix kovarians sampel yang dijelaskan oleh matrix kovarians populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (Poor Fit) samapi dengan 1.0 (Perfect Fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah ‘better fit’.

AGFI = GFI/DF tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik (Good Overal Model Fit) sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (Adequate fit).

5. TLI-Tucker Lewis Index

(71)

model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan A Very Good Fit.

6. CMIN/DF sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat

fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik Chi-Square, X2 dibagi DF-nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X2

7. CFI-Comparative Fit Index

relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi.

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi

(A Very Good Fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95.

Keunggulan dari indeksi ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan

Relative Noncentrality Indeks (RNI).

3.4.2.2 Evaluasi Normalitas

(72)

adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistic. Nilai statistic untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut ini :

Nilai – z = N Skewness

6

Dimana nilai N adalah ukuran sampel.

Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari ± 2.58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01 (1%).

3.4.2.3 Evaluasi Outliers

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi – observasi yang lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel – variabel kombinasi (hair, et. al : 1995). Adapun outliers dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis multivariate outliers

(Hair, et. al. : 1995). a. Univariate Outliers

(73)

dengan cara mengkonservasikan nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut z-score, yang mempunyai nilai rata – rata nol dengan deviasi sebesar 1,00 (hair, et. al. : 1995).

Pengujian univariate outliers dilakukan per konstruk variabel dengan program SPSS 9.00, pada menu Descriptive Statistic

Summarise. Observasi data yang memiliki nilai z-score ≥ 3.0 akan

dikategorikan sebagai outliers. b. Multivariate Outliers

Evaluasi terhadap Multivariate outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling kombinasikan.

Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis Distence) untuk tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria

jarak mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak mahalanobis itu

dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat

kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian dan

apabila nilai jarak Mahalanobisnya lebih dari nilai χ2 table adalah

(74)

3.4.2.4. Evaluasi Mullticollinearity dan Singularity

Utuk melihat apakah pada data penelitian terhadap multikolineratitas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity)

dalam kombinasi – kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah dterminan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang kecil atau mendekati nol akan mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand, 2002 :108).

3.4.2.5 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing – masing indikator mengindikasikan sebuah konstruk / faktor laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal – hal yang spesifik saling membantu dalam menjelaskan sebuah fenomena uang umum.

Composite Reliability diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002

: 62)

[Σ Standardize Loading]

Construct Reliability = 

2

[[Σ Standardize Loading]2

1. Standar Loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap –

tiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer. + Σεj]

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 3.1 :  Contoh Model Pengukuran Faktor Motivasi Individu
Tabel 3.1.
Gambar 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variable-variable dari dampak negatif tayangan comedian, melakukan kajian aspek kognisi remaja, dengan adanya acara OVJ, melakukan

Adalah seorang sarjana S1 atau strata yang lebih tinggi dibidang Teknik Sipil dan berpengalaman dibidangnya selama minimal 5 (lima) tahun, dimana tugas dan tanggung

1) Mengetahui valueapa yang akan ditawarkan kepada pelanggan dan konsisten dalam penciptaan value tersebut. Sebisa mungkin, ciptakan value yang berbeda

Untuk itu perlu dirancang suatu disain pembelajaran kepada siswa sekolah dasar dan menengah yang bertujuan meningkatkan kesadaran peserta didik akan pentingnya konservasi

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan jajanan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap mengenai makanan jajanan pada siswa SD Negeri

Penyusunan RIP Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang 2014-2018 bertujuan memberikan arah dan pedoman bagi kegiatan pengabdian kepada masyarakat, pengembangan, dan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berjudul “ Analisis Penetapan Harga Lelang Barang Jaminan dalam Mengurangi Risiko Pembiayaan Menurut Perspektif Ekonomi Islam

Pentingnya kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan motivasi kerja karyawan dikemukakan oleh Mangkunegara (2008) mengatakan bahwa