• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
313
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG UNTUK SISWA KELAS V A SD

KANISIUS DEMANGAN BARU 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Adelberta Lelita Kabelen NIM: 161134160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat, berkat, karunia dan penyertaan˗Nya untuk saya.

2. Kedua orangtuaku tercinta, Ibu Maria Yustina dan Bapak Hermes Yuto yang tanpa lelah mendukung dan membimbing selalu melalui doa dan kasih sayang, serta materi agar dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.

3. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang. 4. Tante Maria Wonga dan om Frans Nurak yang selalu medukung dan

memberikan saya kasih sayang.

5. Keluarga Universitas Sanata Dharma yang telah memberiku kesempatan menjadi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar angktan 2016.

6. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. dan Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Para ahli yang telah bersedia melakukan validasi instrumen penelitian ini. 8. Bapak Y. Haryanta, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Demangan

Baru 1 yang telah memberikan banyak bantuan serta pengalaman yang sangat berharga.

9. Ibu E. Chandra Dewi P., S.Pd. selaku guru kelas V A yang selalu memberikan bantuan dan dukungan dalam penelitian serta pelaksanaannya.

10. Siswa dan siswi kelas V A yang sudah berkenan menjadi subjek penelitian dan kerja sama selama beberapa bulan ini.

11. Teman˗teman bimbingan Monicha, Annek, Dwi, Keizha, Angel, Dhesta, Octha, Nisky, Seniman, dan Suzan yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi.

(5)

v

12. Teman-teman PPL yaitu Dwi, Monicha, Annek, Mbak Anggi, Deka, Lorensa dan Magda yang juga selalu memberikan dukungan kepada saya dalam menyeselesaikan skripsi ini.

(6)

vi MOTTO

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang

lain. 1 Korintus 13: 4-5

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Mei 2020 Peneliti

Adelberta Lelita Kabelen

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama Mahasiswa : Adelberta Lelita Kabelen

Nomor Mahasiswa : 161134160

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN KETERAMPILAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG UNTUK SISWA KELAS V A SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 20 Mei 2020 Yang menyatakan

(9)

ix ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG UNTUK SISWA KELAS V A SD

KANISIUS DEMANGAN BARU 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)

Adelberta Lelita Kabelen Universitas Sanata Dharma

2020

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil wawancara kepada guru dan observasi peneliti terhadap siswa kelas V A SD Kanisisus Demangan Baru 1. Data yang peneliti dapatkan: keterampilan kreativitas siswa termasuk dalam kategori cukup, serta hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi bangun ruang belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 65. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan model PBL (Problem Based Learning).

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 yang berjumlah 26 siswa tahun ajaran 2019/2020. Objek penelitian adalah keterampilan kreativitas dan hasil belajar matematika materi bangun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keterampilan kreativitas siswa dan tes. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan kreativitas dan hasil belajar pada siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan model PBL (Problem Based Learning). Hal tersebut ditunjukkan pada peningkatan nilai rata–rata kondisi awal keterampilan kreativitas 58,2 dengan kriteria cukup kreatif meningkat menjadi 67 pada siklus I dengan kriteria kreatif, kemudian meningkat lagi menjadi 79.93 dengan kategori kreatif. Untuk rata–rata hasil belajar siswa pada awalnya adalah 60 dengan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 50%, menjadi 73.35 pada siklus I dengan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 73.07%, dan meningkat lagi menjadi 78 pada siklus II dengan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 80.76%.

Kata kunci: keterampilan kreativitas, hasil belajar, matematika, bangun ruang, model PBL (Problem Based Learning).

(10)

x ABSTRACT

IMPROVEMENT OF CREATIVITY SKILL AND LEARNING OUTCOMES OF BUILDING MATERIALS FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF KANISIUS DEMANGAN BARU 1 ELEMENTARY SCHOOL USING THE

PBL (PROBLEM BASED LEARNING) LERANING MODEL Adelberta Lelita Kabelen

Sanata Dharma University 2020

This research is motivated by the result of interviews with teachers and researcher's observation of students in class V A Kanisius Demangan Baru 1 elementary school. The data which the researcher got: students' creativity skills included in the category of quite creative, as well as student learning outcomes in mathematics subject matter bulding did not meet the KKM set by the school by 65. This study aims to help students in fifth grade of elementary school to improve creativity skill and learning outcome for the building material by applying the PBL learning model.

The type of this research was classroom action research. The subject of this research was the fifth grade students of Kanisius Demangan Baru 1 elementary school totaling 26 students in academic year 2019/2020. The object of this research were creativity skill and student learning outcomes. The techniques of the data collection were interview, observation, and written test. The techniques of research analysis were descriptive quantitative and qualitative.

The result of this research shows that there was increase in creativity skill and learning outcomes of fifth grade students of Kanisius Demangan Baru 1 elementary school using PBL learning model. It shown in the increase in the average value of the initial conditions of creativity skills that was 58.2 with the criteria of quite creative to cycle I increase by 67 with the criteria of being able to creative, and increase again to 79.93 with criteria of being able to creative in cycle II. For the average student learning outcomes in the initial conditions was 60 with the percentage of students achieving KKM of 50%, increase to 73.35 with the percentage of students achieving KKM of 73.07% in cycle I, and increase again to 78 with the percentage of students achieving KKM of 8076% in cycle II. Keywords: creativity skill, learning outcomes, problem based learning (PBL) model

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang atas rahmat, berkat, karunia, dan bimbingan˗Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“Peningkatan Keterampilan Kreativitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang untuk Siswa Kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 Menggunakan

Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini sangat melibatkan banyak bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati dan disertai dengan doa yang tulus, oleh karena peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada yaitu:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. dan Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan dosen pembing II yang telah memberikan dorongan, motivasi serta pengarahan dengan sabar.

5. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik (DPA) 8D angakatan 2016 PGSD USD yang telah membantu peneliti selama proses perkuliahan.

6. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan tanpa henti.

7. Teman-teman kelas D angkatan 2016 PGSD USD atas semangat dan dukungan selama proses perkuliahan.

(12)

xii

Terima kasih juga kepada pihak˗pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan yang telah mendukung dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan di tingkat SD.

Yogyakarta, 20 Mei 2020 Peneliti

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Manfaat Penelitian ... 7 G. Definisi Operasional... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9

1. Keterampilan Abad 21 ... 9

2. Keterampilan Kreativitas ... 12

3. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ... 15

(14)

xiv

5. Media Pembelajaran ... 22

6. Pendekatan Saintifik ... 23

7. Matematika ... 24

8. Materi Bangun Ruang Untuk Kelas V... 25

9. Hasil Belajar ... 27

10. Karakteristik Siswa Usia SD ... 30

B. Penelitian Yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 42

C. Desain Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

a. Non Tes ... 52 b. Tes ... 53 E. Instrumen Penelitian ... 53 1. Pedoman Wawancara ... 53 2. Pedoman Observasi ... 54 3. Studi Dokumentasi ... 55 4. Tes Evaluasi... 56

F. Teknik Pengujian Instrumen... 57

1. Validitas ... 57

2. Reliabilitas ... 62

G. Teknik Analisis Data ... 63

H. Indikator Keberhasilan ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Siklus ... 66

1. Keterampilan Kreativitas Siswa ... 66

2. Hasil Belajar Siswa... 68

(15)

xv

1. Siklus I ... 68

2. Siklus II ... 75

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 83

1. Analisis Data Keterampilan Kreativitas ... 83

2. Analisis Data Hasil Belajar ... 86

D. Pembahasan Penelitian ... 88

1. Model PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Keterampilan Kreativitas dan Hasil Belajar ... 88

2. Model PBL Memerlukan Media Pembelajaran ... 90

3. Model PBL Memerlukan Metode Pembelajaran ... 90

4. Model PBL Mendukung Pendekatan Saintifik ... 92

5. Model PBL Melatih Berpikir kritis, Kolaborasi, dan Komunikasi ... 92

E. Kelebihan dan Kekurangan ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 94 B. Keterbatasan Penelitian ... 95 C. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN ... 101

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Deskripsi Keterampilan Abad 21 ... 10

Tabel 2.2 Kesimpulan Indikator˗Indikator Kreativitas ... 14

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 54

Tabel 3.2 Indikator dan Deskriptor Keterampilan Kreativitas ... 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 56

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 56

Tabel 3.5 Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran ... 58

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Validasi Silabus Pembelajaran ... 58

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Validasi Rencana Perangkat Pembelajaran ... 59

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Lembar Kerja Peserta Didik ... 59

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Validasi Soal Evaluasi Siklus ... 59

Tabel 3.10 Hasil Validitas Soal Siklus I ... 61

Tabel 3.11 Hasil Validitas Soal Siklus II ... 61

Tabel 3.12 Kualifikasi Reliabilitas ... 62

Tabel 3.13 Reliability Statistics Soal Evaluasi I ... 64

Tabel 3.14 Reliability Statistics Soal Evaluasi II ... 64

Tabel 3.15 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Kreativitas dan Hasil Belajar . 65 Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Kreativitas Siswa ... 67

Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa ... ` 68

Tabel 4.3 Hasil Skor Rangkuman Keterampilan Kreativitas Siswa ... 83

(17)

xvii

Tabel 4.5 Rangkuman Capaian Keterampilan Kreativitas Siswa dan Hasil

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map ... 35

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart ... 40

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Keterampilan Kreativitas Siswa ... 85

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 102

Lampiran 2 a. RPP siklus I Pertemuan 1 ... 121

b. RPP siklus II Pertemuan 1 Lampiran 3 Lembar Pengamatan Siswa ... 185

Lampiran 4 Soal Evaluasi Siklus dan Kunci Jawaban ... 188

Lampiran 5 Perhitungan SPSS Hasil Validitas dan Reliabilitas Soal Siklus I dan II ... 194

Lampiran 6 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 198

Lampiran 7 Validasi Instrumen Penelitian ... 254

Lampiran 8 Sampel Pengamatan Keterampilan Kreativitas ... 263

Lampiran 9 Sampel Pekerjaan LKPD ... 276

Lampiran 10 Sampel Pekerjaan Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 283

Lampiran 11 Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa Tahun Ajaran 2018/2019 ... 287

Lampiran 12 Kondisi Awal Keterampilan Kreativitas ... 289

Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Peneltian ... 291

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang berisi alasan-alasan melakukan penelitian. Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada latar belakang masalah. Manfaat penelitian berisi tentang manfaat dari penelitian ini bagi sekolah, guru, siswa, dan peneliti. Definisi operasional berisi pengertian kata-kata kunci dalam penelitian. A. Latar Belakang

Keterampilan belajar yang dibutuhkan pada abad 21 adalah: kreatif (creativity), kemampuan berpikir kritis (critical thingking), kemampuan berkolaborasi (collaboration), dan kemampuan berkomunikasi (communication) (Fadel dalam Sani 2019: 52-53). Keempat keterampilan tersebut merupakan keterampilan utama abad 21 yang disingkat 4C. Ciri-ciri dari berpikir kritis ialah mengklasifikasi misalnya gagasan objek-objek, memprediksi (termasuk membenarkan prediksi), dan menyatakan kebenaran pertanyaan atau pernyataan (Alec, 2008: 16). Ciri-ciri dari komunikasi ialah kemampuan menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahan secara masuk akal, jelas, dan tersusun secara logis, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, dan kemampuan untuk mendapatkan solusi secara benar (Fachrurazi, 2011: 81). Ciri-ciri dari kolaborasi ialah menghargai kontribusi setiap anggota kelompok, setiap anggota kelompok mengambil giliran dan berbagi tugas, dan mendorong siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok (Hosnan, 2014: 56). Ciri-ciri dari kreativitas ialah mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya dan tidak terpengaruh orang lain; mampu mevariasi ide-ide yang diajukan/dikembangkan; mampu mengembangkan atau merinci gagasan (kemampuan elaborasi) (Diknas dalam Susanto, 2013: 103).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V A SD, peneliti mendapatkan informasi bahwa siswa mengalami kesulitan untuk

(21)

mengemukakan pendapat sendiri dengan berani, kebanyakan siswa mengikuti pendapat temannya saat sedang berdiskusi dan tidak memberikan pendapatnya sendiri dan pada saat mengerjakan soal uraian matematika banyak siswa yang tidak mencantumkan penyelesaiannya secara terperinci, permasalahan ini berkaitan dengan indikator keterampilan komunikasi, dan kreativitas. Peneliti juga mendapat informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran Matematika di kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 adalah 65. Maka dari itu, siswa kelas V A yang memiliki jumal 26 siswa diharapkan dapat memiliki nilai Matematika > 65 agar dapat tuntas. Tetapi dari hasil wawancara dengan guru SD kelas V A juga didapatkan fakta bahwa sebanyak 16 siswa yang masih sering tidak tuntas pada pembelajaran Matematika. Hal itu disebabkan karena masih banyak siswa belum teliti, belum mau untuk mencari cara agar dapat menyelesaikan permasalahan yang didapat, dan belum menjabarkan atau merinci hasil penyelesaiannya, permasalahan ini berkaitan dengan indikator dari keterampilan komunikasi, berpikir kritis dan kreativitas. Dari permasalahan–permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan siswa berkaitan dengan indikator kreativitas pada matematika yang menuntut siswa untuk dapat menjabarkan dan menyimpulkan hasil penyelesaian masalah. Padahal keterampilan kreativitas tersebut penting untuk dimiliki siswa pada abad 21 ini.

Kreativitas adalah proses mental yang memunculkan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada (Menurut Ahmad Yani 2018: 51). Indikator dari keterampilan kreativitas sendiri ialah: 1) mengajukan pertanyaan berbobot; 2) mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu; 3) mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya dan tidak terpengaruh orang lain; 4) mampu mevariasi ide-ide yang diajukan/dikembangkan; 5) mampu mengembangkan atau merinci gagasan (kemampuan elaborasi).

Dari hasil wawancara bersama guru, peneliti melakukan observasi di kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 ketika siswa membahas materi debit dengan menggunakan 7 desriptor (A-G dapat dilihat pada lampiran) dari

(22)

keterampilan kreativitas. Dari hasil observasi, peneliti menemukan bahwa terdapat 16 siswa yang cukup kreatif, 6 siswa yang kreatif, dan 4 siswa yang kurang kreatif. Dari 7 deskriptor keterampilan kreativitas, terdapat 4 deskriptor yang belum maksimal, yaitu deskriptor (B) siswa menyatakan pendapat secara spontan mengenai materi yang sedang dipelajari, (C) Siswa dapat menyatakan pendapat dengan percaya diri mengenai materi yang sedang dipelajari, (D) Siswa mampu mengungkapan gagasan yang berbeda dari orang lain beraitan dengan materi yang sedang dipelajari, (E) Siswa dapat mengungkapkan lebih dari satu pendapat untuk menyelesaikan permasalan mengenai materi yang sedang dipelajari. Dapat dilihat dari data tersebut bahwa permasalahan yang dimiliki siswa kelas VA berkaitan dengan indikator keterampilan kreativitas.

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada guru kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1. Pada wawancara kali ini, peneliti bertanya mengenai materi dari pembelajaran Matematika yang seringkali sulit untuk dikerjakan oleh siswa. Dari wawancara tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa siswa seringkali kesulitan mengerjakan soal uraian matematika, dan salah satu materi pembelajaran matematika yang memiliki banyak soal uraian ialah materi bangun ruang. Guru juga menyarankan kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada pembelajaran matematika materi bangun ruang di kelas V A SD Kanisius Demangan Baru.

Peneliti juga melakukan studi dokumentasi pada hasil belajar matematika materi bangun ruang pada tahun ajaran 2018/2019. Peneliti mendapatkan data bahwa rata-rata hasil belajar pada materi bangun ruang tersebut adalah 60 dengan persentase ketuntasan siswa ialah 50%. Data tersebut membuktikan bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang. Karena setengah dari jumlah siswa di kelas V tidak tuntas pada pelajaran matematika materi bangun ruang.

Dari data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa di kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 masih rendah. Padahal kreativitas itu penting, sebab keterampilan kreativitas

(23)

ditekankan pada kurikulum 2013 edisi revisi tentang 4C. Jadi, peneliti bersama dengan guru memutuskan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada kelas V A untuk meningkatkan keterampilan kreativitas dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL).

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik untuk diselediki oleh siswa (Suprijono, 2016: 202). Alasan menggunakan model PBL karena pada model PBL kegiatan dilakukan dengan menghadapkan siswa pada masalah, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah dan mengungkapkan berbagai macam solusinya yang mendorong siswa menjadi kreatif, dan untuk meningkatan keterampilan kreativitas sendiri perlu adanya kebiasaan dari siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang ada yaitu dengan mengidentifikasi masalah, mencermati masalah, mengembangkan atau merinci permasalahan, sehingga dengan penggunaan model PBL ini mampu untuk meningkatan keterampilan kreativitas siswa. Selain itu, pada langkah–langkah pembelajaran nya, yaitu pada tahap 3 yang berbunyi “membimbing penyelidikan inividu maupun kelompok” pada tahap ini mampu meningkatan indikator dari keterampilan kreativitas yaitu indikator mengajukan pertanyaan berbobot (1), mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu (2), dan mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tida terpengaruh dari orang lain (3) (indikator keterampilan kreativitas dari 1-5 dapat dilihat pada lampiran), tahap 4 yang berbunyi “mengembangkan dan menyajikan hasil” pada tahap ini mampu meningkatan indikator dari keterampilan kreativitas yaitu indikator mampu memvariasi ide yang diajukan/dikembangkan (4) dan mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (5) (indikator keterampilan kreativitas dari 1-5 dapat dilihat pada lampiran), dan pada tahap 5 yang berbunyi “ menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah” pada tahap ini mampu meningkatan indikator dari keterampilan kreativitas yaitu indikator mampu memvariasi ide

(24)

yang diajukan/dikembangkan (4) dan mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (5) (indikator keterampilan kreativitas dari 1-5 dapat dilihat pada lampiran). Jadi, dengan penggunaan model pembelajaran PBL ini diharapkan siswa dapat mengalami peningkatan pada keterampilan kreativitas. Problem based learning juga berkaitan dengan proses pembelajaran untuk melatih siswa menyelesaikan permasalahannya. Tujuan utamanya untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa yang telah dimiliki sebelumnya (Yani & Ruhimat, 2018: 72). Jadi, PBL membentuk siswa untuk belajar. Belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal (Baharudin&Wahyuni, 2015: 15 dan 23). Model PBL yang ke dalam faktor eksternal pada bagian faktor materi pembelajaran yang membantu siswa untuk senang belajar karena dilengkapi dengan penggunaan media.

Penelitan Tindakan Kelas ini didukung oleh penelitian yang sebelumnya dengan judul “Peningkatan Kreativitas Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas 3 SD “yang dilakukan oleh Manobe dan Wardani pada siswa SD kelas 3 yang berjumlah 27 siswa. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan kreativitas siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat mempengaruhi keterampilan kreativitas dan sekaligus hasil belajar siswa. Peneliti terinspirasi dan melakukan penelitian yang diberi judul “Peningkatkan Keterampilan Kretivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang untuk Siswa Kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 Menggunakan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)”. Rencana yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 2 siklus dengan target setiap siklus untuk keterampilan kreativitas dan untuk hasil belajar adalah 75.

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya keterampilan kreativitas pada materi bangun ruang pada siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi bangun ruang pada siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1.

3. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran siswa masih kurang menarik sehingga hasil pembelajaran siswa menjadi kurang memuaskan.

C. Batasan Masalah

1. Peneliti hanya meneliti siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 semester genap tahun ajaran 2019/2020.

2. Objek yang diteliti adalah keterampilan kreativitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran PBL (Problem Based Learning).

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah langkah–langkah peningkatan keterampilan kreativitas dan hasil belajar pada materi bangun ruang siswa kelas VA SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan keterampilan kreativitas siswa pada materi bangun ruang kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang kelas VA SD Kanisius Demangan Baru 1?

(26)

E. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan langkah–langkah peningkatan keterampilan kreativitas dan hasil belajar pada materi bangun ruang siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning).

2. Untuk meningkatkan keterampilan kreativitas pada materi bangun ruang siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning).

3. Untuk meningkatkan hasil belajar pada materi bangun ruang siswa kelas V A SD Kanisius Demangan Baru menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning).

F. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yang mampu meningkatkan keterampilan kreativitas dan juga hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan materi bangun ruang.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman dan pengetahuan yang berharga untuk kedepannya tentang model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta keterampilan siswa.

b) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan kreativitas dan juga hasil belajar siswa akan berkembang kearah yang yang lebih baik.

c) Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif lagi sehingga kualitas siswa dapat semakin meningkat.

(27)

d) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi debit pada pembelajaran matematika

sehingga mempermudah sekolah dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan.

G. Definisi Operasional

1. Keterampilan Kreativitas

Keterampilan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk memunculkan gagasan atau konsep baru maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan atau pencapaian siswa yang dapat diukur dari nilai yang didapat siswa melalui sebuah tes.

3. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik untuk diselediki oleh siswa, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa untuk belajar secara mandiri, mengembangkan keterampilan meneliti dan kemampuan memecahkan masalah, serta membentuk perilaku dan ketarampilan sosial.

4. Materi Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bangun ruang yang dibatasi oleh himpunan titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut.

(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Abad 21

Keterampilan adalah sebuah prosedur yang sederhana, sedangkan kemampuan adalah prosedur yang kompleks (Adun Rusyna, 2014: 137). Sedangkan abad 21 aadalah rentang tahun antara tahun 2000 hingga 2100. Jika disimpulkan, maka keterampilan abad 21 adalah pengetahuan prosedural yang harus dimiliki oleh setiap manusia pada abad 21 atau pada tahun 2000an. Menurut Trilling dan Fadel keterampilan abad 21 disebut juga keterampilan pengetahuan abad 21 yang memiliki beberapa elemen, yaitu life and carreer skills, learning and innovation skills dan information, media, and technolog skills (Mayasari, dkk, 2016: 49). Life and carreer skills adalah keterampilan individu untuk hidup dan berkarir, meliputi fleksibilitas dan adaptibilitas, inisiatif dan mengatur diri sendiri, interaksi sosial dan budaya, produktibilitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab. Fadel (dalam Sani 2019: 52-53) mengungkapkan bahwa keterampilan belajar inovasi atau learning and innovation skills yang dibutuhkan pada abad 21 adalah: keterampilan berpikir kritis (critical thingking skills), keterampilan berkomunikasi (communication skills), keterampilan berkolaboratif (collaborative skills), dan keterampilan kreativitas atau berpikir kreatif (creativity skills / creative thingking skills). Information, media, and technologi skills adalah keterampilan media dan teknologi, meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT (Daryanto & Karim, 2017: 13).

(29)

Tabel 2.1 Deskripsi Keterampilan Abad 21 (Fadel dalam Sani 2019: 52-53) Keterampilan abad 21

Keterampilan hidup dan karir

1) Fleksibel dan adaptabilitas 2) Inisiatif dan arahan diri

3) Keterampilan sosial dan silang budaya 4) Produktivitas dan akuntabilitas 5) Kepemimpinan dan tanggungjawab Keterampilan inovasi dan

belajar

1) Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah 2) Kreativitas dan inovasi

3) Komunikasi dan kolaborasi Keterampilan teknologi,

informasi, dan media

1) Literasi informasi 2) Literasi media

3) Literasi TIK (teknologi, informasi, dan komunikasi)

Teori di atas juga didukung oleh pendapat dari Yani dan Ruhimat (Yani &Ruhimat, 2018: 47) yang mengungkapkan bahwa keterampilan abad 21 meliputi keterampilan hidup dan karir; keterampilan inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan istilah 4 C (critical thingking, communication, collaboration, dan creativity).

a. Berpikir Kritis (Critical Thingking)

Berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi secara cerdas. Seseorang yang berpikir kritis mampu menjawab berbagai alasan dari suatu keadaan, situasi, atau peristiwa (Yani & Ruhimat, 2018: 47). Menurut Ennis (dalam Ahmad Susanto, 2013: 121) berpikir kritis adalah suatu cara berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau apa yang dilakukan. Ciri-ciri dari berpikir kritis ialah mengklasifikasi misalnya gagasan objek-objek, memprediksi (termasuk membenarkan prediksi), dan menyatakan kebenaran pertanyaan atau pernyataan (Fisher, 2008: 16).

b. Komunikasi (Communication)

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (Adun Rusyan, 2014: 122). Kompetensi komunikasi meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

(30)

sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan nonverbal berdasarkan patokan – patokan tertentu. Menurut Book (dalam Cangara, 2011: 20) komunikasi adalah suatu proses transaksi simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan: (1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; dan (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Ciri-ciri dari komunikasi ialah kemampuan menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahan secara masuk akal, jelas, dan tersusun secara logis, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, dan kemampuan untuk mendapatkan solusi secara benar (Fachrurazi, 2011: 81).

c. Kolaborasi (Collaboration)

Kolaborasi adalah bentuk interaksi sosial yaitu interaksi kerjasama yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami tugasnya masing – masing (Yani &Ruhimat, 2018: 48). Teori tersebut juga didukung oleh pendapat Greinstien (dalam Daryanto & Karim, 2017: 16) yang menyatakan bahwa ieterampilan kolaborasi adalah sebuah proses dalam belajar yang dilakuakan secara bersama-sama untuk mengimbangi perbedaan pandangan, pengetahuan, berperan dalam diskusi dengan memberikan saran, mendengarkan, dan mendukung satu sama lain. Ciri-ciri dari kolaborasi ialah menghargai kontribusi setiap anggota kelompok, setiap anggota kelompok mengambil giliran dan berbagi tugas, dan mendorong siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok (Hosnan, 2014: 56).

d. Kreativitas (Creativity)

Menurut Semiawan (dalam Ahmad Yani 2018: 51), ciri orang yang kreatif antara lain berani mengambil resiko, mampu mendefinisikan dan merumuskan masalah, berperan dalam mengatasi masalah, toleran terhadap masalah yang ambigu (membingungkan), dan menghargai sesama di lingkungan sekitar.

(31)

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan abad 21 adalah keterampilan yang diperlukan pada abad 21 ini. Keterampilan abad 21 salah satunya meliputi keterampilan belajar inovasi yang terdiri dari: keterampilan berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaboratif (collaborative), dan kreativitas (creativity) atau yang lebih dikenal dengan nama keterampilan 4C. Pada penelitian ini peneliti meneliti salah satu dari keterampilan 4C yaitu keterampilan kreativitas. Peneliti memilih keterampilan kreativitas berdasarkan dari data wawancara guru dan observasi yang peneliti dapat yaitu kesulitan˗kesulitan yang dialami siswa berkaitan dengan keterampilan kreativitas.

2. Keterampilan Kreativitas

a) Pengertian Keterampilan Kreativitas

Kreativitas adalah proses mental yang memunculkan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada (Yani & Ruhimat 2018: 51). Sedangkan menurut Susanto (2013: 109) kreativitas adalah kemampuan untuk mengungkapkan hubungan–hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang dikuasai sebelumnya, kreativitas dapat dimaknai dengan berpikir yang dapat menghubungkan atau melihat sesuatu dari sudut pandang baru. Ciri–ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non-apttitude). Ciri yang bersifat kognitif misalnya menunjukkan orisinilitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaboratif. Sedangkan ciri non-kognitif dari kreativitas meliputi kepribadian dan sikap kreatif (Munandar dalam Yani & Ruhimat, 2018: 52). Menurut Semiawan (dalam Ahmad Yani 2018: 51) ciri orang yang kreatif antara lain berani mengambil resiko, mampu mendefinisikan dan merumuskan masalah, berperan dalam mengatasi masalah, toleran terhadap masalah yang ambigu (membingungkan), dan menghargai sesama di lingkungan sekitar.

(32)

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk memunculkan gagasan atau konsep baru maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas tidak selalu menghasilkan barang melainkan dapat berupa pemikiran atau ide˗ide.

b) Indikator-indikator Keterampilan Kreativitas

NEA (National Education Association) (2012: 25) mengemukakan indikator – indikator keterampilan kreatif ialah:

1. Mampu mengunakan berbagai cara untuk menghasilkan ide misalnya melalui curah pendapat (diskusi).

2. Membuat ide-ide baru dan menambahkan ide.

3. Mengelaborasi, memperbaiki, menganalisa, dan mengevaluasi ide-ide orisinal untuk meningkatkan dan memaksimalkan usaha kreatif. Pendapat lainnya datang dari Diknas (dalam Susanto, 2013: 103) yang mengemukakan bahwa indikator – indikator keterampilan berpikir kreativitas ialah:

1. Mengajukan pertanyaan yang berbobot.

2. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu. 3. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak

terpengaruh orang lain.

4. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinal)

5. Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).

Sedangkan Torrence (dalam Sani, 2019: 10) mengemukakan bahwa indikator – indikator keterampilan kreativitas ialah:

1. Kelancaran (fluency) Mampu mengemukan ide

2. Keterampilan berpikir luwes (flexibility) Ide-ide yang dihasilkan tidak umum atau unik 3. Keterampilan berpikir orisinal (originality)

(33)

Variasi ide yang diajukan/dikembangkan 4. Keterampilan memerinci (elaboration)

Kerincian ide yang dikembangkan

Dari pendapat para ahli di atas tentang indikator-indikator dari keterampilan kreativitas, peneliti menyimpulkan indikator-indikator keterampilan kreativitas dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Kesimpulan Indikator-indikator Keterampilan Kreativitas NEA (National Education Association) (2010: 25) Menurut Diknas (dalam Susanto, 2013: 103) Torrence dalam Sani, 2019: 10 Kesimpulan indikator a. Mampu mengunakan berbagai cara untuk menghasilkan ide misalnya melalui curah pendapat (diskusi) 1. Mengajukan pertanyaan yang berbobot. 2. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak

malu-malu. 1) Kelancaran (fluency): Mampu mengemukan ide a) Mengajukan pertanyaan yang berbobot. b) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak

malu-malu. b. Membuat ide-ide baru dan menambahkan ide 3. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkanny a, tidak terpengaruh orang lain. 2) Keaslian (originality): de-ide yang dihasilkan tidak umum atau unik c) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkanny a, tidak terpengaruh orang lain. c. Mengelaborasi, memperbaiki, menganalisa dan mengevaluasi ide-ide orisinal untuk meningkatkan dan memaksimalkan usaha kreatif. 4. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang

lain (orisinal) 5. Mampu mengembangkan atau merinci suatu

gagasan (kemampuan

elaborasi).

3) Fleksibelitas Variasi ide yang diajukan/dikemba ngkan 4) Elaborasi Kerincian ide yang dikembangkan d) Mampu memvariasi ide yang diajukan /dikembangkan. e) Mampu mengembangkan atau merinci suatu

gagasan (kemampuan

(34)

Berdasarkan dari indikator ˗ indikator keterampilan kreativitas di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan kreativitas dapat ditingkatkan dengan cara siswa barpartisipasi langsung dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran yang salah ciri khasnya adalah menyelidiki suatu permasalahan atau bereksperimen ialah model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Maka dari itu, peneliti menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) karena akan sangat mendukung siswa untuk berpartisipasi langsung dalam menyelesaikan sebuah permasalahan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a) Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dalam model Problem based learning atau pembelajaran yang berbasis masalah fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep – konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut (Suprijono, 2016: 204). Menurut Suprijono (2016: 202) model PBL (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa agar mereka menyelidikinya. Problem based learning juga berkaitan dengan proses pembelajaran untuk melatih peserta didik menyelesaikan permasalahannya. Tujuan utamanya untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya (Yani & Ruhimat, 2018: 72).

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik untuk diselediki oleh siswa, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa untuk belajar secara mandiri, mengembangkan keterampilan meneliti dan kemampuan memecahkan

(35)

masalah, serta membentuk perilaku dan ketarampilan sosial. Model pembelajaran PBL memiliki langkah ˗ langkah kegiatan pembelajaran, manfaat, dan karakteristik.

b) Langkah – langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Langkah – langkah pada model Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima (5) fase utama yang dimulai dengan guru mengarahkan siswa ke sebuah situasi bermasalah, berpuncak pada presentasi, analisis hasil kerja dalam berbagai bentuk (Suprijono, 2016: 205).

a. Tahap 1, Orientasi Siswa Pada Masalah

Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan belajar dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. Guru mengajukan situasi bermasalah yang memiliki prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa mengidentifikasi permasalahan.

b. Tahap 2, Mengorganisasi Siswa

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan atau mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan permasalahannya. Dengan kata lain, guru membantu untuk memperjelas isi dari tugas yang telah diberikan kepada siswa. c. Tahap 3, Membimbing Penyelidikan Individu Maupun Kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan ekperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. d. Tahap 4, Mengembangkan dan Menyajikan Hasil

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model – model yang membantu mereka untuk dapat menyampaikan hasilnya kepada orang lain.

e. Tahap 5, Menganalisis dan Mengevaluasi Proses dan Hasil Pemecahan Masalah

(36)

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses – proses yang mereka gunakan.

c) Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Karakteristik model PBL menurut Arends (dalam Yani&Ruhimat, 2018: 72), antara lain:

i. Selalu mengajukan pertanyaan atau masalah yang bersifat autentik, jelas, mudah dipahami, sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan bermanfaat bagi siswa.

ii. Memiliki keterkaitan antar masalah yang dipecahkan dengan disiplin ilmu yang sedang dipelajarinya, aktual, dan siswa mampu untuk mengatasinya.

iii. Kegiatan penyelidikan bersifat kontekstual dan nyata sehingga dapat mengajukan hipotesis untuk mengatasi masalah.

iv. Menghasilkan produk dan dapat dipamerkan oleh siswa. v. Dikerjakan secara kolaboratif.

d) Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Manfaat utama PBL (Problem Based Learning) yang dikutip dari pendapat Kelly dkk (dalam dalam Yani&Ruhimat, 2018: 72) ialah:

1. Dapat menggabungkan banyak praktik pembelajaran yang sekarang dianggap inovatif dari berbagai pendekatan pembelajaran.

2. Mendorong motivasi instrinsik siswa. 3. Mempromosikan belajar aktif.

4. Mengoptimalkan pengajaran sebaya.

5. Memanfaatkan pengetahuan siswa yang ada.

6. Mengembangkan keterampilan bekerjasama (kolegial) kondusif untuk kurikulum yang berorientasi penelitian.

7. Mendukung penilaian evaluasi diri (self-assessment) dan penilaian sejawat.

(37)

e) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dalam pelaksanaannya, model PBL memiliki kelebihan sama seperti model pembelajaran yang lainnya. Berikut ini adalah kelebihan dari model pembelajaran PBL (Thobroni, 2016: 231).

a. Siswa di dorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari saat itu oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa pada saat kerja kelompok. e. Kesulitan belajar siswa secara idividu dapat diatasi melalui

kerja klompok dalam bentuk peer teaching.

Penggunaan model PBL juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari model PBL menurut Sanjaya (2009: 221) ialah: a. Adakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan siswa akan merasa malas untuk mencoba.

b. Keberhasilan pembelajaran melalui Problem Based Learning ini membutuhkan waktu cukup lama untuk persiapan.

c. Tanpa adanya pemahaman mengapa siswa harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka sulit bagi siswa untuk memiliki keinginan untuk belajar. Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning), siswa tidak hanya mempelajari teori tetapi juga dapat melakukan percobaan untuk menyelesaikan sebuah permasalahn. Penggunaan model pembelajaran PBL akan sangat terbantu jika terdapat metode

(38)

pembelajaran di dalamnya. Hal itu dikarenakan metode pembelajaran dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih optimal.

4. Metode Pembelajaran

Metode adalah cara untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.” Definisi tersebut menegaskan bahwa metode pembelajaran ialah 1) cara, 2) untuk menyampaikan, 3) materi pembelajaran, 4) sebagai upaya mencapai tujuan kurikulum (Hamalik, 2009: 26 ˗ 27). Definisi tersebut didukung oleh Pupuh Fathurrohman yang menyatakan bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Fathurrohman, 2014: 15). Kemudian, untuk lebih mengetahui dan memahami lebih jauh terkiat dengan metode, Abdul Majid menunjukkan jenis˗jenis metode pembelajaran yang sudah populer dan biasa digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara jenis-jenis metode tersebut seperti: 1) metode ceramah, 2) metode tanya jawab, 3) metode resitasi, 4) metode drill (latihan), 5) metode diskusi, 6) metode role playing dan lain-lain (Majid, 2016: 13). Wina Sanjaya (2009: 147) menyebutkan beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan guru, antara lain:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

2) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,

(39)

menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membantu suatu keputusan. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan secara bersama-sama. 4) Metode Simulasi

Simulsi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian penglaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya sosiodrama, psikodrama, dan role playing. Sedangkan menurut pendapat lain datang dari Sugihartono, dkk, (2013: 81-84) yang menyebutkan berbagai metode mengajar yang dapat dipilih guru dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi melalui bahasa lisan.

2) Metode Latihan

Metode latihan yang disebut juga dengan metode training, merupakan metode penyampaian materi melalui upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu.

3) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. 4) Metode Karyawisata

Metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung siswa ke objek di luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata.

(40)

5) Metode Demonstrasi

Metode demontrasi merupakan metode mengajar dengan cara memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaiatan dengan bahan pelajaran.

6) Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama merupakan metode mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.

7) Metode Bermain Peran

Metode bermain peran merupakan metode mengajar melaui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup atau benda mati.

8) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran melaui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah secara kelompok.

9) Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

10) Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan.

Dari pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa metode ialah cara yang dilakukan guru untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan beberapa metode, yaitu metode ceramah, diskusi, demonstrasi dan tanya jawab. Proses mengimplementasikan metode dalam sebuah proses pembelajaran

(41)

akan terbantu dengan adanya media pembelajaran yang bertugas sebagi suatu alat yang berfungsi untuk membangun rasa ingin tahu siswa.

5. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajara mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar (Arsyad, 2014: 10). Pendapat oleh Arsyad juga didukung oleh Karwati yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa (atau sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif (Karwati, 2014: 224). Senada dengan pendapat Arsyad dan Karwati, Sanaky juga berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sebuah sarana atau alat bantu yang digunakan sebagai perantara proses pembelajaran supaya dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran (Sanaky, 2013: 3 ˗ 4). Sanaky juga (2013: 44-45) mengklasifikasikan media menjadi 5 jenis. Pertama, media pembelajaran dengan bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual yang berupa bahan-bahan cetakan dan bacaan. Kedua, media pembelajaran menggunakan alat audio-visual, yaitu berupa (a) proyeksi meliputi proyektor, slide, film, dan LCD. (b) media non proyeksi meliputi papan tulis, poster, papan temple, kartun, komik, bagan, diagram, gambar, dan grafik. (c) benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, boneka, topeng, globe, dan museum sekolah. Ketiga, media yang menggunakan teknik atau masinal, seperti slide, film, stife, radio, serta komputer. Keempat, media berupa kumpulan benda-benda, seperti peninggalan sejarah, dokumnetasi sejarah, atau bahan-bahan yang mempunyai nilai sejarah. Kelima, media dengan menggunakan contoh-contoh kelakuan, antara lain perilaku mengajar.

Dari pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebuah sarana atau alat bantu yang digunakan

(42)

oleh guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran agar dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media berupa kubus˗kubus kecil, kubus transparan besar, balok transparan besar, dan juga beberapa benda yang ada dilingkungan sekitar yang berbentuk kubus dan balok. Penggunaan media pembelajaran dapat terbantu dengan menerapkan pendekatan saintifik yang memiliki 5 langkah dalam proses pembelajarannya. Salah satu mata pelajaran yang sering menggunakan media pembelajaran di dalamnya adalah mata pelajaran matematika. 6. Pendektan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah (Fadlillah, 2014:175). Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendektan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis dat, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014: 34). Tujuan dari pendekatan ini adalah siswa mampu memecahkan masalah yang akan dihadapi di kehidupan sehari-hari dengan baik (Sagala 2010: 69). Menurut Fadlillah (2014:176) pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communication).

Berasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mampu memecahkan masalah yang akan dihadapi di kehidupan sehari-hari dengan menerapkan lima langkah, yaitu mengamati (observing), menanya

(43)

(questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communication). Pendekatan saintifik diterapkan pada mata pelajaran Matematika materi bangun ruang.

7. Matematika

a) Pengertian Matematika

Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol yang terdapat aktivitas terhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari (Susanto, 2013: 185). Lerner (dalam Agustin, 2011: 47) menambahkan bahwa matematika selain sebagai bahasa simbolis, matematika juga merupakan bahasa universal yang memungkin manusia berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Sedangkan menurut Kline (dalam Runtukahu, 2014: 28) matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

b) Tujuan Matematika

Departemen Pendidikan Nasional (Susanto, 2013: 190) menyatakan bahwa ada lima tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut:

1) Pemahaman konsep matematika, ketertarikan antar konsep dan penerapan konsep matematika.

2) Melatih nalar, manipulasi matematika dalam generalisasi pembuktian atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Pemecahan masalah yang meliputi pemahaman masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Siswa mampu mengkomunikasikan dengan tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan dari keadaan dari suatu masalah.

(44)

5) Siswa mampu menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah disiplin ilmu yang berisi simbol˗simbol yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika sendiri memiliki banyak materi di dalamnya. Salah satu materi dalam pembelajaran matematika adalah materi bangun ruang.

8. Materi Bangun Ruang Kelas V SD

Bangun ruang adalah bangun yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaaan bangun tersebut (Suharjana, 2008: 5). Balok dan kubus merupakan salah satu contoh dari bangun ruang. 1) Volume Balok

Cara menentukan volume balok dengan kubus satuan, yaitu dengan memasukkan kubus-kubus satuan dalam ruang balok transparan.

Balok transparan di atas setelah diisi dengan kubus satuan dapat dilihat pada gambar di atas. Banyaknya kubus satuan yang mengisi balok transparan adalah 16 kubus satuan. Jadi volume balok sama dengan 16 kubus satuan. Cara menentukan volume balok dalam satuan kubus satuan, yaitu dengan menghitung banyaknya kubus satuan yang dapat menempati ruang balok tersebut. Perhatikan balok yang telah terisi kubus satuan berikut!

Volume balok di bawah ini adalah 30 kubus satuan. Panjangnya 5 kubus, lebar 3 kubus, dan tinggi 2 kubus.

(45)

Perhatikan beberapa balok berikut yang memuat kubus satuan!

Berdasarkan tabel 2.3 di atas, banyaknya kubus satuan dari balok adalah hasil perkalian dari panjang, lebar, dan tinggi.

2) Volume Kubus

Kubus adalah balok yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi sama. Kubus memiliki 6 sisi yang sama, sisi kubus berbentuk persegi. Volume kubus dapat ditentukan dari volume balok. Perhatikan balok di bawah ini!

Jika dipandang sebagai balok, maka gambar di atas diketahui panjang = 3 kubus satuan, lebar = 3 kubus satuan, tinggi = 3 kubus satuan.

(46)

Volume kubus dapat diperoleh dengan cara berikut. Volume kubus adalah hasil kali panjang sisi dengan panjang sisi dan dikali dengan panjang sisi lagi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Dari penjelasaan di atas, dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah bangun yang dibatasi oleh himpunan titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Bangun ruang sendiri memiliki banyak macam, salah satunya adalah bangun kubus dan bangun balok. Dengan mempelajari materi bangun ruang, siswa dapat meningkatkan pengetahuannya, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

9. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan wujud pencapaian siswa, sekaligus merupakan lambang keberhasilan pendidikan dalam membelajarkan siswa (Yusuf, A. Muri 2015: 181). Hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajara mengajar (Purwanto (2009: 46). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa selama melakukan kegiatan belajar (Pudyo Susanto (2018: 56). Kemampuan yang diperoleh itu menyangkut pengetahuan, pengertian, dan pekerjaan yang dilakukan oleh siswa.

(47)

Dari pendapat para ahli di atas, peneliti mengetahui bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai suatu kemapuan tertentu yang dapat diukur dari nilai yang diperoleh siswa melalui sebuah tes. Kemampuan tersebut bisa berupa keterampilan, pengetahuan, maupun sikap. Dengan adanya hasil belajar guru dapat mengetahui seberapa besar tingkat keberhasil siswa, sehingga nantinya guru dapat menjadikannya feedback atau tindaklanjurt untuk kedepannya.

b) Macam-macam Hasil Belajar

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Setiap mata pelajaran selalu mengandung tiga ranah tersebut.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, termasuk kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

2. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi, yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya menulis, memukul, melompat, dan sebagainya.

3. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ranah afekif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai pada peserta didik (Rosyid, 2018: 45). Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua bagian, yaitu sikap spiritual dan sikap sosial (Amirono & Daryanto dalam Rosyid, 2018: 45).

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga macam hasil belajar, yaitu ranah kognitif yang berkaitan dengan cara

(48)

berpikir siswa, ranah psikomotorik yang berkaitan dengan perilaku atau aktivitas siswa, dan ranah afektif yang berkaitan dengan sikap sosial dan spiritual siswa.

c) Faktor-faktor yang Mendukung Hasil Belajar

Wisliman (dalam Susanto, 2013: 12) mengungkapkan bahwa hasil belajar terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan fakor eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Fakor internal ini meliputi: kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan dalam suatu keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, keluarga yang keadaan ekonominya kurang baik, pertengkaran antara suami dan istri, serta kebiasaan sehari-hari orang tua yang berperilaku kurang baik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Gestalt (dalam Susanto, 2013: 12) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yaitu siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik rohani dan jasmani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan dan keluarga.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor hasil belajar yaitu faktor internal yang bersumber dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Faktor

(49)

yang mempengaruhi hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh proses perkembangan siswa. Hal itu dikarenakan, semakin tinggi tahap perkembangan siswa, maka akan semakin banyak pula faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

10. Karakteristik Siswa a) Gagasan Vygotsky

Teori Vygotky membicarakan mengenai teori kognisi sosiobudaya yang berfokus pada bagaimana budaya dan interaksi sosial mengarahkan perkembangan kognitif (Santrock, 2011: 29). Menurut Vygotsky, keberhasilan memperoleh perangkat-perangkat yang bersifat simbolik atau mental, perangkat-perangkat kognitif secara signifikan meningkatkan kemampuan berpikir anak.

1) Pikiran dan bahasa menjadi semakin interdependen dalam tahun-tahun pertama kehidupan.

2) Melalui percakapan informal dan sekolah formal, orang-orang dewasa menyampaikan kepada anak bagaimana kebudayaan mereka menafsirkan dan merespon dunia.

3) Tugas-tugas yang menantang akan mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimum.

4) Anak dapat mengerjakan tugas-tugas yang menantang bila dibimbing oleh seseorang yang lebih kompeten dan lebih maju daripada mereka.

5) Proses-proses mental yang kompleks bermula sebagai aktivitas-aktivitas sosial seiring perkembangan, anak-anak secara berangsur-angsur menginternalisasikan proses-proses yang mereka gunakan dalam konteks-konteks sosial dan mulai menggunakannya secara independen. Permainan memungkinkan anak berkembang secara kognitif (dalam Robert E. Slavin, 2011: 54-55).

Dari beberapa tahapan karakteristik anak yang telah diklasifikasikan oleh Vygotsky maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 masuk pada tahapan nomor 3

Gambar

Tabel 4.5 Rangkuman Capaian Keterampilan Kreativitas Siswa dan Hasil
Tabel 2.1 Deskripsi Keterampilan Abad 21  (Fadel dalam Sani 2019: 52-53)  Keterampilan abad 21
Tabel 2.2 Kesimpulan Indikator-indikator Keterampilan  Kreativitas  NEA (National  Education  Association) (2010:  25)  Menurut Diknas  (dalam Susanto, 2013: 103)  Torrence dalam Sani, 2019: 10  Kesimpulan indikator  a
Gambar 2.1 Literature Map Novellia, dkk (2018) “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Peningkatan Kemampuan Kreatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan