• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MATA AIR SEGORO GUNUNG MENJADI AIR SIAP MINUM (portable water) DAN AIR KEMASAN DENGAN TEKNOLOGI FILTERISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN MATA AIR SEGORO GUNUNG MENJADI AIR SIAP MINUM (portable water) DAN AIR KEMASAN DENGAN TEKNOLOGI FILTERISASI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

A. JUDUL

PEMANFAATAN MATA AIR SEGORO GUNUNG MENJADI AIR SIAP MINUM

(portable water) DAN AIR KEMASAN DENGAN TEKNOLOGI FILTERISASI

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Segoro Gunung merupakan salah satu desa di kawasan lereng gunung Lawu. Desa yang masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Karanganyar ini memiliki berbagai sumber daya alam yang sangat potensial. Suhu udara yang sejuk membuat kawasan ini cocok dikembangkan sebagai perkebunan. Beberapa perkebunan yang terlihat berkembang dengan baik adalah perkebunan teh dan strawbery. Sumber daya alam lain yang juga melimpah adalah sumber daya air. Air yang tersimpan dalam bumi Segoro Gunung secara kuantitas terbilang melimpah, keberadaan mata air yang terus mengalir menjadikan persediaan air tak pernah surut. Air yang mengalir dari mata air dialirkan melalui pipa-pipa dan digunakan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi ataupun mencuci. Selain itu, kondisi air yang bersih dan jernih menjadikan air ini dilirik perusahaan-perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Mereka mengeksplorasi mata air-mata air yang ada kemudian memasarkan ke daerah perkotaan. Eksplorasi secara terus-menerus pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam masyarakat lokal, karena bukan tidak mungkin suatu saat masyarakat lokal harus membeli dari perusahan-perusahaan tersebut untuk menggunakan air tersebut.

Pengoptimalan sumber daya air untuk masyarakat lokal menjadi suatu wacana penting. Air yang terus melimpah dan masih alami karena alirannya tidak terlalu jauh dari sumber mata air harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Proses konsumsi air oleh masyarakat saat ini masih terpaku pada cara konvensional. Air yang terus mengalir dan dialirkan melalui pipa-pipa masih harus melalui proses pemasakan/pendidihan terlebih dahulu sebelum diminum. Padahal jika diperhatikan, resiko air tercemar sangat minim, karena langsung dari sumber mata air. Selain itu, proses pemasakan/pendidihan membutuhkan energi yang terbilang besar. Hal ini mengingat titik didih di daerah tersebut tinggi, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan bahan bakar yang lebih banyak untuk sekedar mendidihkan air.

(2)

Salah satu alternatif untuk mengatasi penggunaan energi yang berlebih dalam proses konsumsi air adalah menciptakan suatu sistem penjernihan air yang sederhana. Penjernihan air dapat dilakukan dengan membuat filter di beberapa titik yang menghubungkan pipa-pipa air dengan rumah penduduk. Dengan adanya sistem tersebut, air yang masih alami tadi dapat langsung dikonsumsi tanpa harus dimasak terlebih dahulu karena air sudah masuk dalam ketegori sesuai syarat menjadi air minum. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum bahwa syarat air minum itu harus bebas dari bahan-bahan anorganik dan organik. Dengan kata lain kualitas air minum harus bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya dan lain sebagainya. Filterisasi yang dilakukan minimal telah menyaring bahan-bahan organik berbahaya, sedangkan zat-zat kimia beracun diperkirakan hampir tidak ada karena air langsung dari sumber mata air. Namun demikian akan dilakukan penelitian lebih lanjut di laboratorium untuk mengetahuinya.

Setelah filterisasi berhasil dilakukan, hal lain yang dapat dioptimalkan adalah menjadikan sumber daya air bernilai komersil bagi penduduk setempat. Selain digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat lokal dapat memanfaatkan air yang melimpah tersebut untuk dikemas dan dijual. Rasa air yang segar karena langsung dari mata air tentunya menjadi nilai tambah tersendiri. Masyarakat luas terutama di perkotaan yang lebih sering menggunakan air ledeng atau air PDAM tentunya akan tertarik untuk mengkonsumsi air yang lebih alami dan sehat. Oleh karena itu, air yang sudah tersedia di alam dan siap digunakan tersebut harus benar-benar mampu dioptimalkan oleh masyarakat desa setempat. Pada akhirnya filterisasi yang ada tidak hanya menghemat energi tapi juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal dengan menjadikan air sebagai komoditi asli desa Segoro Gunung.

C. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dapat diangkat dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Apakah kualitas mata air Segoro Gunung masuk kriteria sebagai air minum?

2. Bagaimana mengolah mata air Segoro Gunung sehingga memenuhi standar kualitas air minum?

(3)

3. Bagaimana memberikan nilai tambah pada air yang melimpah di Segoro Gunung agar meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.?

D. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apakah kualitas mata air Segoro Gunung masuk kriteria air minum. 2. Mengolah mata air di Segoro Gunung sehingga memenuhi standar kualitas air minum. 3. Memberikan nilai tambah pada air yang melimpah di Segoro Gunung agar meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa artikel yang dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas mata air Segoro Gunung dan memberikan alternatif pengolahan mata air Segoro Gunung dengan teknologi filterisasi agar memenuhi standar kualitas air minum serta menghasilkan air kemasan dengan kualitas bermutu tinggi yang siap dipasarkan ke masyarakat luar Segoro Gunung.

F. KEGUNAAN

Melalui penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas mata air Segoro Gunung. 2. Masyarakat desa Segoro Gunung dapat menghemat energi dan biaya karena tidak

memerlukan proses pemasakan sebelum mengkonsumsi air.

3. Dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.

4. Peneliti dapat secara langsung merealisasikan pengadaan filterisasi air di desa Segoro Gunung.

G. TINJAUAN PUSTAKA

Air (H2O) merupakan sebagian unsur kimia yang berada dalam bentuk cair pada tekanan biasa dan pada suhu bilik. Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia.

(4)

Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian dan minuman untuk ternak. Selain itu, air juga sangat diperlukan dalam kegiatan industri dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup manusia. Air bersih dan air layak minum adalah dua hal yang tidak sama tetapi sering dipertukarkan. Tidak semua air bersih layak minum, tetapi air layak minum biasanya berasal dari air bersih. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air bersih perlu diolah dahulu agar menjadi air layak minum. Salah satu cara yang paling umum untuk mendapatkan air layak minum dari air bersih adalah dengan cara pemasakan yaitu air bersih direbus sampai matang (mendidih) dan biarkan mendidih (tetap jerang air di atas kompor yang menyala, jangan matikan kompor) selama 3-5 menit untuk memastikan kuman-kuman yang ada di air tersebut telah mati. Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2000 : 13). Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum sebagai berikut :

1. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum.

2. Air Atmosfer

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Air ini juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai

(5)

derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.

4. Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer. Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini pada kedalaman 15,0 m2 sebagai sumur air minum, air dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim. Air tanah dalam, terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal karena harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamannya sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-300 m2.

5. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam.

Kualitas air dapat dilihat dari sifat fisika, kimiawi dan biologis. Air yang mempunyai kualitas baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Parameter fisik a. Rasa

Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri / unsur lain yang masuk ke badan air.

b. Bau

Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi.

(6)

Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung.

d. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan – bahan organik dan anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air.

e. TDS atau jumlah zat padat terlarut (Total Dissolved Solids)

Bahan pada adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103o – 105o C, dalam portable water kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut. Kandungan total solids pada portable water biasanya berkisar antara 20 sampai dengan 1000 mg/l dan sebagai satu pedoman kekerasan dari air akan meningkatnya total solids, disamping itu pada semua bahan cair jumlah koloit yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran. Zat padat selalu terdapat dalam air dan kalau terlalu banyak tidak baik untuk air minum, banyaknya zat padat yang disyaratkan untuk air minum adalah kurang dari 500 mg/l. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan kualitas air minum dalam hal total solids ini yaitu bahwa air akan meberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa mual.

2. Parameter kimia

1) pH (derajat keasaman)

Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat

(7)

menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.

2) Kesadahan

Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.

3) Besi

Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l.

4) Aluminium

Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.

5) Zat organik

Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara, makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan.

6) Sulfat

Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel) selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.

(8)

7) Nitrat dan nitrit

Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobin dalam darah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.

8) Chlorida

Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air. 9) Zink atau Zn

Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. Penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.

3. Parameter biologis

1) Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali tidak boleh mengandung bakteri coli melebihi batas–batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml air . Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah :

• Bakteri typsum.

• Vibro colerae. • Bakteri dysentriae. • Entamoeba hystolotica.

• Bakteri enteritis (penyakit perut).

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu telah mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli. (Sutrisno, 1996).

(9)

COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air .

3) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan – bahan buangan didalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik.

Standar Kualitas Air di Perairan Umum

( Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 )

(10)

Sk ala TC U 15 o C Suhu udara

(11)

U mh os/ cm 2250 Mg /lt 0.001 0.001 0.002 0.005 Mg /lt 0.005 0.05 1 1 Mg 1 1

(12)

/lt Mg /lt 0.3 5 Mg /lt 0.5 1.5 1.5 Mg /lt 0.005 0.01 0.01 0.01 Mg /lt 500 Mg 0.005 0.05 0.05 1

(13)

/lt Mg /lt 0.1 0.5 2 Mg /lt 200 60 Mg /lt 10 10 Mg 1.0 1 0.06

(14)

/lt Mg /lt 0.05 Mg /lt 0.01 0.01 0.05 0.05 Mg /lt 5 5 0.02 2 Mg /lt 0.1 0.1 0.02 Mg /lt 400 400

(15)

Mg /lt 0.05 0.1 0.002 Mg /lt 1.0 1 0.02 0.1 Mg /lt - >=6 >3

(16)

Mg /lt - 0.5 Mg /lt - 1.5 – 2.5 Mg /lt 0.0007 0.017

(17)

Mg /lt 0.00001 Mg /lt 0.0003

(18)

Mg /lt 0.03 0.003 Mg /lt 0.10 Mg /lt 0.03 0.042 0.002 Mg /lt 0.5

(19)

Mg /lt 0.0003 Mg /lt 0.003 0.018

(20)

Mg /lt 0.00001 Mg /lt 0.004 0.056 Mg /lt 0.03 0.035

(21)

Mg /lt 0.01 Mg /lt 0.01

(22)

Mg /lt 10 Mg /lt - 0.001 0.004 Mg /lt - 0.002 0.001 Mg /lt - 0.05

(23)

Mg /lt

(24)

Mg /lt - Nihil Mg /lt - 0.5 0.2 Mg - 0.005

(25)

/lt Mg /lt - 0.21 Jml /10 0m l 3 10000 Bq/ L 0.1 0.1 0.1 0.1

(26)

Bq/ L

1.0 1.0 1.0 1.0

Keterangan :

Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu

Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan

(27)

Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan filtrasi air. Desinfeksi air minum dapat dilakukan dengan filtrasi membran. Metode sanitasi

yang lain seperti klorinasi tidak digunakan dalam proses pengolahan air minum, karena sisa klor dalam air dapat menimbulkan bau yang mengganggu pada saat dikonsumsi.

Penyaringan (filtrasi) dapat dibedakan menjadi dua yaitu filtrasi dengan pasir dan filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran besar (>3mikrometer),

mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil (0,08 mikrometer), ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul, nanofiltrasi dapat memisahkan mikromolekul an ion-ion bervalensi dua (misalnya Mg, Ca). Adapun ion-ion dapat dipisahkan dengan membran ”reverses osmosis”. Dengan demikian, penggunaan mikrofiltrasi dapat memisahkan bakteri, dan penggunaan ultrafiltrasi dapat memisahkan bakteri dan virus. Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan cara koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi pasir atau membran filtrasi (mikrofiltrasi). Bahan-bahan terlarut dapat dihilangkan dengan aerasi (misalnya Fe dan Mn), oksidasi (misalnya dengan ozonisasi atau radiasi UV), adsorpsi dengan karbon aktif atau membran filtrasi (reversed osmosis).

Proses pengolahan air minum pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis. Munculnya usaha air minum isi ulang merupakan fenomena yang tidak dapat dihilangkan. Dengan menjamurnya usaha tersebut, yang diperlukan adalah pengaturan berupa standar produk dan prosesnya. Dengan begitu bukan hanya pihak konsumen yang terlindungi tetapi juga usaha air minum isi ulang itu sendiri.

Untuk kualitas air minum terdapat persyaratan khusus yang harus dipenuhi antara lain,

Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/ tahun 2002.

Parameter Satuan  Kadar maksimum yang  diperbolehkan 

FISIKA

warna TCU 15

Temperature °C Suhu udara ± 3°C

Kekeruhan NTU 5

Rasa dan Bau - Tidak berasa dan tidak

berbau

KIMIA

Tembaga mg/l 2

(28)

Nitrit mg/l 3 Ammonia mg/l 1.5 Klorida mg/l 250 Tembaga mg/l 1 Kesadahan mg/l 500 Besi mg/l 0.3 Sulfat       mg/l 250 Total zat padat  terlarut    mg/l 1000 Seng       mg/l 3 Zat Organik  mg/l 5,377 PH  ‐ 6,5‐8,5 BIOLOGI 

E.Coli ataufecal coli         Jumlah per 100 ml sampel 0 Total Bakteri Coliform    Jumlah per 100 ml sampel 0

H. METODE PENELITIAN H.I Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Segoro Gunung, Kabupaten Karanganyar untuk pengambilan sampel dan pembuatan filter. Untuk pengujian kandungan air dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan.

H.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. Global Position System (GPS) 2. Botol Sampel

3. Seperangkat penguji kelayakan air 4. Filter air

Bahan yang digunakan :

1. Air dari mata air di Segoro Gunung 2. Bahan untuk menguji kelayakan air

H.3 Tahapan Pelaksanaan

1. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada mata air dengan ketinggian tempat yang berbeda untuk mewakili semua kualitas air di semua ketinggian. Dikarenakan posisi Segoro Gunung terletak di lereng yang memiliki ketinggian yang berbeda-beda.

(29)

Masing-masing sampel air tersebut diuji kualitas air minumnya di laboratorium. Kemudian setiap kadar zat-zat syarat kualitas air minum yang terkandung di dalam masing-masing sampel air tersebut dicatat.

Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancangan blok random lengkap Dimisalkan kita mengambil 3 mata air dengan titik yang berbeda-beda. Pengujian tidak cukup dilakukan dengan 1 bahan uji. Akan diuji apakah ketiga mata air tersebut mempunyai kadar yang sama untuk bisa menjadi air layak minum.

Mata air Bahan Uji

1 2 3 1 A1 A2 A3 2 B1 B2 B3 3 C1 C2 C3

3. Hipotesis

Jika sampel air memenuhi persyaratan kualitas air minum maka semua air dari mata air di Segoro Gunung sudah layak diminum.

4. Filterisasi air

Air dimasukkan ke dalam bak penampungan kemudian alat filterisasi dipasang pada bak penampungan. Filterisasi menggunakan metode reverse osmosis.

5. Pipa saluran air tersebut langsung dihubungkan ke tempat tinggal warga Segoro Gunung. 6. Air sudah siap diminum tanpa proses pemasakan terlebih dahulu. Air dari mata air

tersebut digunakan masyarakat setempat dan juga dikemas untuk dipasarkan ke masyarakat luas.

(30)

I. Jadwal Kegiatan Program

No Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III B u l a n I V I I I II I I V I I I II I I V I I I II I I V I II II I IV 1 Penentuan Desain Riset 2 Pengambilan sampel 3 Pengujian sample di laboratoriun 4 Pemasangan alat filter 5 Penyusunan laporan

L. Biaya Pelaksanaan Program M.

N o

Rincian  Harga Satuan Banyak Jumlah (Rp)

1.  Transportasi  - Survey - Pengujian @ Rp. 25.000  @ Rp. 10.000  3  20  750.000  200.000 

(31)

2.  Bahan Penguji  @ Rp. 500.000 3 1.500.000  3.  Konsumsi Surveyor  @ Rp. 15.000 25 375.000  4.  Buku Panduan  @ Rp. 25.000 3 75.000  5.  Alat Filter  @ Rp. 6.500.000 1 6.500.000  6.  Akses Internet  @ Rp. 5.000 20 100.000  7.  Pembuatan  Laporan  hasil akhir  - HVS - Print @ Rp. 35.000  @ Rp. 50.000  1  5  35.000  250.000  Total  9.785.000  L. DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.

Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Wulan, AIS. 2005. Kualitas Air Bersih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Di Desa

Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial.

Universitas Negeri Semarang.

http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdf

http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Laporan/kualitas.html http://www.airminumisiulang.com/page.php?ph_ai

Referensi

Dokumen terkait