• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE SIMULASI BERBANTUAN CERITA

BERGAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA

KELAS V SEMESTER II SD GUGUS V KECAMATAN SUKASADA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

A.A Mas Peradnyani

1

, Ni Kt Suarni

2

, Md Sulastri

3

1,

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK,

3

Jurusan PG-Paud, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: aagungmaz_qimado@yahoo.com

1

, ketut.suarni@pascaundiksha.ac.id

2

,

sulastri_made@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelompok siswa yang dibelajarkan metode pembelajaran simulasi berbantuan cerita bergambar pada kelas eksperimen dengan kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng yang berjumlah 199 orang. Sampel diambil dengan simple random Sampling teknik pengundian sehingga diperoleh dua kelas dengan jumlah 43 siswa . Data hasil belajar dikumpulkan menggunakan metode tes. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar dengan kelompok siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh thitung 3,459 > ttabel 2,019 dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh siswa yang belajar menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar yaitu 37,44 berada pada kategori sangat tinggi sedangkan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 33,84 berada pada kategori tinggi.

Kata-kata kunci: simulasi, cerita bergambar

Abstract

This research to determine to know the differences of in learning outcomes Citizenship Education student group that learned the method of simulation-aided by ilustrated story learning in experiment class with the group of students that learned in conventionally in the control class. This research is a quasi experimental research with the study design post-test only control group design. The population of this research was all students in the 5th grade force 5th elementary school SD in Sukasada district Buleleng regency, amounting to 199 people. Samples were taken with a simple random sampling is adraw tecnique to obtain two classes to get the number 43 of students. Learning outcomes data were collected by using test methods. Data were analyzed by using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics, namely t-test.The results showed there were differences in the result study of Civics significant between groups of students that learned

(2)

picture-aided simulation methods with a group of students that learned the conventional learning methods. This is demonstrated by 3,459 t count> t table 2.019 and supported by differences of average scores obtained by students who learn to use simulation-aided method illustrated stories that 37.44 is in a very high category, while the students who learn by using conventional learning models that are 33.84 is in the high category.

Keywords: simulation, illustrated story PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kwalitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Dalam dunia pendidikan kita sering mendengar ungkapan yang cukup sederhana yaitu "mendidik anak pada masa kini berarti menyiapkan orang dewasa di masa mendatang" Dimyati (2002:16). Pendidik harus bisa menyiapkan anak didik menjadi orang dewasa yang mandiri, mampu menggunakan dan mengembangkan sendiri kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) yang telah dimilikinya, dan mempunyai sikap yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Adanya undang-undang tersebut dapat diartikan sebagai peningkatan mutu pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian maupun tanggung jawab sebagai warga negara.

Marsigit (2008:37) menyatakan bahwa “ahli-ahli kependidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat bergantung kepada kualitas guru dan praktek pembelajarannya sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional”.

Peningkatan mutu pendidikan tersebut tercermin dari pencapaian ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran. Sering kali pembelajaran ditekankan pada metode ceramah sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal, oleh karena itu di era baru paradigma pendidikan ditekankan pada siswa sebagai pusat belajar (student

centre) yang pada akhirnya memunculkan

banyak metode belajar yang menekankan pada peran aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Masalah pendidikan di Indonesia berasal dari berbagai segmen, mulai dari para pengambil kebijakan di tataran puncak, sampai pada permasalahan diakar rumput yaitu peserta didik. Namun bila dilihat secara mikro permasalahan pendidikan yang terjadi saat ini berakar dari permasalahan dalam tingkat satuan pendidikan yang paling kecil yaitu sekolah. Sekolah belum bisa secara optimal melaksanakan tugasnya dan oleh karena itu, guru sebagai unsur paling penting dalam sebuah institusi sekolah harus menjalankan fungsi dan peranannya secara maksimal serta berkualitas.

Kwalitas pendidikan saat ini menggunakan hasil belajar peserta didik sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilannya. Hal tersebut menunjukkan berhasil tidaknya proses pendidikan dapat diamati berdasarkan tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Menurut Hendari Nawawi (dalam Indra M. Ghazali 2007:25), menjelaskan tentang hasil belajar yaitu:

(3)

„Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor, diperoleh dari hasil tes, mengenai materi pelajaran yang telah disajikan”. Sejalan dengan yang dikemukakan Mulyasa (2007:258), “Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan penilaian kelas yaitu penilaian dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.”

Menurut Wahab dalam Syaiful Muttaqin (2008:1) salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah “metode pembelajaran”, sehingga iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Depdiknas (2005:126) dalam buku terbitannya yang berjudul Kumpulan Metode Pembelajaran/ Pendampingan “Model pembelajaran adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pembelajaran”. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar. Roestiyansyah dalam Syaiful Basri Djamarah (2006:74), „Metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan‟. Selanjutnya Syaiful Basri Djamarah (2006:72) “Kedudukan metode pembelajaran adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pembelajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.”

Dari beberapa pengertian di atas bahwa metode pembelajaran adalah implementasi dari strategi pembelajaran, atau bisa dikatakan sebagai penjabaran teknis dari strategi pembelajaran melalui serangkaian aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar.

Munculnya berbagai metode pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada umumnya materi pelajaran yang mempunyai tingkat komplektisitas yang tinggi cenderung mempunyai nilai

hasil belajar yang rendah, oleh karena itu diperlukan strategi dan metode belajar yang tepat agar dapat mencapai hasil belajar optimal.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, dikembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif serta kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam proses pembelajaran PKn, guru belum semuanya melaksanakan pendekatan siswa aktif, dan peranan guru sebagai dinamisator belajar siswa belum diterapkan, namun guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam penyampaian materi pelajaran guru masih memberikan pembelajaran didominasi dengan penugasan dan latihan hanya semata-mata menyelesaikan bahan pelajaran untuk mengejar target kurikulum, selain itu guru masih menggunakan buku-buku sumber dan buku pelengkap sebagai sumber belajar, dan dalam penyampaian bahan ajar kepada siswa belum digunakan media belajar yang lain.

Untuk memberikan pemahaman terhadap materi dan nilai dalam PKn, Depdikbud (1996:50) menyatakan: “ada beberapa metode yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh guru di antaranya adalah: 1) Metode Ceramah, 2) Metode Tan ya Jawab, 3) Metode Diskusi, 4) Metode Ka ryawisata, 5) Metode Pemecahan Masalah, 6) Metode Pembinaan Nilai, 7) Metode Simulasi, 8) Metode inkuiri, 9) Metode Bermain Peran, 10, Metode Permainan, 11) Metode Tugas, 12) Metode Drill”.

Berdasarkan studi awal yang dilakukan pada guru Kelas V Sekolah Dasar Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, dalam mengajar guru belum mencobakan metode-metode yang direkomendasikan oleh Depdikbud di atas. Kegiatan proses pembelajaran siswa cenderung hanya mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh guru dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru

(4)

terbatas pada metode ceramah, tanya jawab, penugasan dan latihan yang menjenuhkan bagi siswa dan berdampak hasil belajar siswa kurang maksimal dengan nilai rata-rata siswa 65,89. Sedangkan di SD tersebut telah menetapkan KKM sebesar 7,0. Dari jumlah siswa 42 orang sebesar 55,39% dinyatakan tuntas belajar, sedangkan 44,61% dinyatakan belum tuntas belajar, karena itu sangat diperlukan suatu solusi untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn.

Uraian di atas menegaskan bahwa penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena kurangnya perhatian guru terhadap pentingnya metode simulasi berbantuan cerita bergambar dalam meningkatkan nilai pada mata pelajaran PKn. Berdasarkan pada keadaan tersebut hal yang perlu diperhatikan adalah perubahan metode belajar sehingga materi pelajaran yang terkesan rumit dan seringkali hanya melalui penjelasan dapat diubah dengan metode pembelajaran yang menekankan keterlibatan aktif siswa selama pembelajaran berlangsung.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah metode simulasi berbantuan cerita bergambar. Menurut Anitah (2007:39) menegaskan: “Metode simulasi berbantuan cerita bergambar adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura dalam proses belajar dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu”.

Adapun keunggulan dari metode pembelajaran ini menurut Anitah (2007:39) adalah sebagai berikut. 1) Menciptakan kegairahan siswa untuk belajar, 2) Mengembangkan daya cipta siswa, 3) Siswa dapat menguasai keterampilan atau konsep-konsep tertentu melalui simulasi, 4) Mengembangkan rasa percaya diri dan perasaan positif, 5) Melalui simulasi kegiatan pembelajaran dapat berlangsung walaupun tidal dalam situasi dan objek yang sebenarnya, 6) Melalui simulasi siswa dibantu memahami hal-hal yang abstrak melalui kegiatan nyata, walaupun dalam bentuk tiruan.

Uraian di atas menegaskan bahwa: metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.

Metode simulasi berbantuan cerita bergambar ini bertujuan untuk membangun pemahaman siswa yang menjadikan pencapaian hasil belajar siswa meningkat. Hal lain yang menjadi alasan memilih metode simulasi adalah sebagai berikut: 1) dalam metode pembelajaran simulasi, ranah yang diutamakan adalah ranah keterampilan dalam mempraktekkan teori yang dipelajari, sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn bukan hanya sebatas kemampuan dalam memahami konsep, sehingga dalam proses pembelajaran siswa harus dibiasakan untuk menghadapi kondisi yang akan dihadapi di dunia nyata yaitu masyarakat. Metode yang mampu menciptakan kondisi nyata ke dalam kondisi yang bukan sebenarnya adalah metode simulasi. Dengan metode ini siswa diharapkan dapat menghayati nilai-nilai perjuangan bangsa, 2) guru PKn pada umumnya sering menggunakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan penugasan, diharapkan dengan menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar, diharapkan terjadi variasi dalam kegiatan pembelajaran serta mencapai hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka sangat diperlukan suatu perbaikan kwalitas pembelajaran PKn untuk meningkatkan hasil belajar, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Simulasi Berbantuan Cerita Bergambar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Semester II SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 (Sebuah Penelitian Eksperimen PKn di Kelas V SD No.2 Panji dan SD No.3 Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng)”.

(5)

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan:” Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan metode simulasi berbantuan cerita bergambar dengan kelompok siswa yang dibelajaran metode simulasi berbantuan cerita bergambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada Siswa Kelas V Semester II Tahun pelajaran 2013/2014 SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng?”

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan metode simulasi berbantuan cerita bergambar dengan kelompok siswa yan dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada Siswa Kelas V Semester II Tahun pelajaran 2013/2014 SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng pada semester II tahun ajaran 2013/2014.

Populasi

adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Menurut Suharsimi dan Arikunto (2002:108) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Senada dengan itu, Agung (2011:45) menyatakan “populasi adalah keseluruhan subjek dalam suatu penelitian”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua subjek yang ingin diteliti dalam suatu penelitian.

Penelitian ini dilakukan di semua

SD Gugus V Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang bersekolah di SD Gugus V Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng yang berjumlah 9 (sembilan) sekolah dan Kelas V berjumlah 9 (sembilan) kelas.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng dengan

banyak siswa seluruhnya adalah 199 orang yang tersebar dalam 9 SD. Adapun SD yang termasuk dalam Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng adalah SDN 1 Panji, SDN 2 Panji, SDN 3 Panji, SDN 4 Panji, SDN 5 Panji, SDN 6 Panji, SDN 1 Sambangan, SDN 2 Sambangan, dan SDN 3 Sambangan. Sebelum menentukan sampel penelitian maka dilakukan uji kesetaraan populasi dengan menggunakan rumus ANAVA satu jalur. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan ANAVA satu jalur pada taraf signifikansi 5% dan 1% diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,04. Nilai FTabel dengan dbantar = 8 dan dbdalam = 190 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,00 dan taraf signifikansi 1% adalah 2,62. Dengan demikian, Fhitung lebih kecil daripada FTabel (1,69 < 2,46) untuk taraf signifikansi 5%. Begitu pula untuk taraf signifikansi 1% diperoleh hasil bahwa Fhitung lebih kecil daripada FTabel (0,04 < 2,62). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi kesimpulannya tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan siswa kelas V mata pelajaran PKn di SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, atau dengan kata lain kemampuan siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng adalah setara.

Berdasarkan hasil pengundian, yang menjadi sampel penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Panji dengan jumlah 18 orang dan siswa kelas V SDN 2 Panji dengan jumlah 25 orang. Dari dua kelas yang terpilih tersebut kemudian dirandom lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan pengundian yang telah dilakukan, maka siswa kelas V SDN 3 Panji terpilih sebagai kelas eksperimen atau diberikan perlakuan menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar siswa kelas V SDN 2 Panji terpilih sebagai kelas kontrol atau diberikan perlakuan menggunakan model konvensional.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes berupa objektif pilihan ganda. Alasan penggunaan tes objektif pilihan ganda pada penelitian ini karena tes objektif pilihan ganda memiliki beberapa keunggulan. Kelebihan atau keunggulan objektif pilihan ganda, yaitu : 1) mengurangi subjektifvitas

(6)

dalam pemberian skor, 2) menuntut kemampuan tertentu untuk membedakan pilihan yang tepat, 3) lebih cepat untuk mengkoreksi pekerjaan peserta didik, 4) bias mencangkup materi yang kompherensif dan 5) bisa menguji peserta didik dalam jumlah yang besar sekaligus (Koyan, 2011).

Tes hasil belajar tersebut kemudian diuji secara teoretik dan empirik. Secara teoretik angket tersebut diuji melalui uji pakar, selanjutnya untuk uji empirik dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Berdasarkan uji teoretik dan empirik, dari 50 butir pernyataan yang diujikan diperoleh 45 butir pernyataan valid dan reliabel.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui sebaran data yang terdapat pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang nantinya akan digunakan untuk mendukung hasil uji hipotesis. Sedangkan metode analisis statistik inferensisl yang digunakan adalah uji-t. Namun, sebelum melakukan uji-t harus melaksanakan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data

post-tes kelompok eksperimen, maka dapat

dideskripsikan, yaitu mean (M) = 37,44, median (Md) = 37,5, modus (Mo) = 43 varians (s2) =14,2 dan standar deviasi (s) = 3,77 Data hasil post-tes tersebut dapat disajikan dalam bentuk kurve poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurve poligon data hasil belajar kelompok eksperimen

Berdasarkan grafik poligon pada Gambar 1, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M), yaitu 43>37,5, >37,4. Dengan demikian, kurva tersebut adalah kurva juling negatif, yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Hal tersebut terlihat dari mean kelompok eksperimen yang termasuk dalam kategori tinggi didasarkan pada pedoman konversi skala lima dan juga terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata, yaitu sebanyak 14 siswa, sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor di bawah rata-rata, yaitu sebanyak 4 siswa.

Selanjutnya, hasil analisis data

post-tes kelompok kontrol, dapat dideskripsikan

sebagai berikut, yaitu mean (M) = 33,84 median (Md) = 33,5 modus (Mo) = 32, varians (s2) = 9,36 dan standar deviasi (s) = 3,06. Data hasil post-tes tersebut dapat disajikan dalam bentuk kurve poligon seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurve poligon data hasil belajar afektif kelompok kontrol

Berdasarkan grafik poligon pada Gambar 2, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo) yaitu 33,84>33,5>32. Dengan demikian, kurva tersebut adalah kurva juling positif, yang berarti sebagian besar skor kategori tinggi. Hal tersebut terlihat dari mean kelompok kontrol yang termasuk dalam kategori tinggi didasarkan pada pedoman konversi skala lima dan juga terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh skor rata-rata, yaitu sebanyak 15 siswa, sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata, yaitu sebanyak 10 siswa.

(7)

Selanjutkan dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis statistik inferensial yaitu uji-t. Namun, sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji Normalitas skor post-tes hasil belajar afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan rumus

chi-kuadrat. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan rumus chi-kuadrat untuk data post-test kelompok eksperimen, diperoleh

2hitung sebesar 3,333 dan

2tabel

dengan taraf signifikansi 5% dan db = 11 adalah 19,675. Hal ini berarti,

2hitung lebih

kecil dari

2tabel (

2hitung

2tabel ),

sehingga data post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat untuk data post-test kelompok kontrol, diperoleh

hitung

2

sebesar 5,24 dan

2tabel dengan

taraf signifikansi 5% dan db = 11 adalah

19,675. Hal ini berarti,

2hitung hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari

2tabel

(

2hitung

2tabel), sehingga data post-test

kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah itu dilanjutkan dengan uji homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan uji-F, diketahui Fhitung hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,52. Sedangkan Ftabell dengan dbpembilang = 17, dbpenyebut = 24, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,07. Hal ini berarti,

hitung

2

<

2tabel, dengan demikian varians

data hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria H0 tolak jika thitung > ttabel dan H0 terima jika thitung < ttabel. Ringkasan hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

Data Skor Kelompok n X S 1 t hitung ttabel (t.s. 5%) Hasil belajar ranah afektif PKn siswa Eksperimen 18 37,44 14,24 3,459 2,019 Kontrol 25 33,84 9,36

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 3,459. Sedangkan, ttabel dengan dk = 41 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,019. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan HA diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode simulasi berbantuan cerita bergambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional.

PEMBAHASAN

Hasil analisis terhadap skor tes hasil belajar PKn siswa ranah kognitif menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai kelompok eksperimen sebesar 37,44 sedangkan rata-rata skor kelompok

kontrol sebesar 33,84, serta hasil uji-t sebesar 3,459. Nilai uji-t tersebut menunjukkan bahwa hasil tes hasili belajar PKn pada siswa yang belajar dengan metode simulasi berbantuan cerita bergambar lebih baik daripada hasil tes hasil belajar PKn siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional . Dengan kata lain, ada pengaruh positif pembelajaran simulasi berbantuan cerita bergambar terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Ini berarti bahwa pembelajaran menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif terjadi karena diterapkannya metode simulasi

(8)

berbantuan cerita bergambar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor

pertama metode pembelajaran simulasi dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa terlibat untuk memerankan peran tertentu sesuai dengan peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi di masyarakat namun tetap disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Melalui kegiatan simulasi siswa juga dapat dengan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan karena topik atau cerita yang digunakan dalam simulasi terkait dengan materi pembelajaran.

Faktor kedua dalam kegiatan simulasi siswa dibantu memahami hal-hal yang abstrak melalui kegiatan nyata, walaupun dalam bentuk tiruan. Peniruan tersebut hanyalah bersifat pura-pura, namun dapat memperjelas materi pelajaran yang bersangkutan. Selain itu kegiatan simulasi ini dibantu dengan media cerita bergambar yang akan memberikan gambaran secara nyata materi yang akan disimulasikan agar simulasi terlaksana dengan lancar, maka kepada para siswa perlu diberikan petunjuk tentang bagaimana prosedur yang akan dilakukan dan bagaimana gambaran situasi yang diinginkan. Baik secara langsung maupun tidak langsung melalui simulasi kemampuan siswa yang berkaitan dengan bermain peran dapat dikembangkan. Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan intelektual, sosial dan motorik dalam bidang-bidang yang dipelajarinya serta mampu belajar melalui situasi tiruan dengan system umpan balik dan penyempurnaan yang berkelanjutan.

Faktor ketiga, dalam proses pembelajaran simulasi berbantuan cerita bergambar bersifat student-centered. Siswa diberikan kesempatan untuk mencari tahu sendiri jawaban atas permasalahan yang diberikan melaui tim belajar. Dalam proses pembelajaran menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar, guru hanya berperan sebagai fasilitator atau pembimbing dalam proses pembelajaran, yaitu menyediakan kondisi yang kondusif selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menyajikan

masalah-masalah yang menantang bagi siswa melalui kegiatan simulasi sesuai dengan materi. Tiap kelompok akan mendapat perannya masing-masing dan mensimulasikan di depan kelas, sedangkan kelompok lain mengamati kelompok yang sedang melakukan simulasi dan mencatat hal-hal yang dianggap penting, menimbulkan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman (Sa‟dijah, Cholis, 2006).

Lain halnya dengan penerapan model konvensional yang dilakukan secara terus menerus dan monoton sehingga siswa menjadi bosan. Pembagian kelompok secara heterogen juga cukup sulit untuk dilakukan kerena siswa cenderung berkelompok dengan teman dekatnya. Walaupun siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompoknya namun tidak semua siswa mau memberikan pendapatnya. Bahkan beberapa siswa dalam kelompoknya menggunakan kesempatan berdiskusi untuk mengobrol dengan temannya. Dalam satu kelompok kadang hanya satu siswa yang mengeluarkan pendapat dan siswa yang lain hanya menerima. Hal ini menyebabkan hanya ada satu atau dua siswa yang aktif dan mendominasi

kelompok.

Walaupun demikian, bukan berarti bahwa metode simulasi berbantuan cerita bergambar tidak memiliki hambatan dalam pelaksanaanya. Hambatan yang terlihat yaitu pertama, jumlah siswa yang ingin mendapatkan peran lebih banyak daripada jumlah tokoh yang akan diperankan sehingga siswa menjadi berebut dan siswa yang tidak mendapatkan peran kemudian dijadikan pengamat menjadi kecewa sehingga kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan guru harus melakukan undian agar siswa merasa adil dan alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan giliran pada setiap siswa untuk memerankan peran dalam kegiatan simulasi

Kedua, saat siswa digilir untuk simulasi masih ada siswa yang malu-malu

(9)

untuk ikut memerankan tokohnya. Oleh karena itu, guru harus membimbing dan memberikan motivasi kepada siswa tersebut sehingga siswa termotivasi dan mau berpartisipasi dalam kegiatan simulasi. Ketiga, ketika kegiatan simulasi berlangsung kadang-kadang alur kegiatan simulasi menyimpang dari cerita atau topik yang telah disampaikan sebelumnya sehingga guru harus menghentikan kegiatan simulasi. Untuk mengatasi hambatan ini guru memberikan kesempatan kepada pengamat untuk menyampaikan pendapatnya dan hasil pengamatannya kemudian membahas dan memberikan arahan kembali sehingga siswa dapat melanjutkan kegiatan simulasi. Hambatan tersebut berkurang pada setiap pertemuan dan mengalami perubahan pada pertemuan berikutnya dan mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.

PENUTUP

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) Nilai rata-rata tes hasil belajar PKn pada siswa setelah mengikuti metode simulasi berbantuan cerita bergambar adalah sebesar 37,44 dan berada pada kategori tinggi, (2) Nilai rata-rata tes hasil belajar PKn pada siswa setelah mengikuti model konvensional adalah sebesar 33,84 dan berada pada kategori rendah, (3) terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar dengan kelompok siswa yang menggunakan model konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan metode simulasi berbantuan cerita bergambar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata prestasi belajar kelompok siswa yang menggunakan model konvensional. Hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung = 3,459 dan ttabel = 2.019 (thitung > ttabel). Nilai uji-t tersebut menunjukkan bahwa hasil tes hasil belajar PKn pada siswa yang belajar dengan metode simulasi berbantuan cerita bergambar lebih baik daripada tes hasil belajar PKn siswa yang belajar menggunakan model konvensional. Hal ini

berarti metode simulasi berbantuan cerita bergambar memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar PKn pada siswa.

Saran ditujukan kepada beberapa pihak, yaitu: 1) disarankan bagi siswa yang masih menempuh pendidikan di sekolah dasar agar menjadikan kegiatan penelitian sebagai salah satu upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. 2) disarankan bagi guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang inovatif dan bervariasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3) disarankan bagi sekolah yang mengalami permasalahan mengenai hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengambil suatu kebijakan dengan mengimplementasikan metode pembelajaran simulasi berbantuan cerita bergambar. 4) Disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode pembelajaran simulasi berbantuan cerita bergambar dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan maupun mata pelajaran yang lain, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Anitah, Sri, W, dkk. (2007). Strategi

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Universitas Terbuka: Jakarta Depdikbud, 1996. Pedoman Guru

Memahami dan Menangani Siswa Dalam Belajar. Jakarta:

Depdikbud.

Depdiknas. 2005. Kurikulum dan hasil

belajar. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: Renika

Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Direktorat

(10)

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam

Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Marsiget, 2008, Peningkatan Mutu Proses

Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar, Bandung: Siger Tengah

Mulyasa. 2007. Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara

Indra M, Ghazali, 2007. Model-model

pembelajaran Inovatif. Universitas

Terbuka, Jakarta.

Sa‟dijah, Cholis. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS Malang:

Gambar

Gambar 1. Kurve poligon data hasil belajar  kelompok eksperimen
Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis usahatani bawang merah yang diberi mulsa jerami disertai pengairan 2 hari sekali dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan biaya produksi

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, denga alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan

Pemanfaatan teknologi hormon dengan konsentrasi dan dosis yang tepat dapat merangsang perubahan jenis kelamin, meningkatkan perkembangan gonad dan pertumbuhan

- Tujuan pelaksanaan EITI Daerah yaitu : Meningkatkan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam upaya transparansi penerimaan negara dari

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dalam penelitian ini, persepsi masyarakat terhadap dampak pengembangan migas dari kegiatan migas menunjukkan bahwa adanya kegiatan migas

dilakukan oleh para remaja yang berada di tempat wisata pantai Dalegan. Perilaku yang ditujukan kepada orang lain bukan perilakuyang

Dimana tindakan sosial merupakan proses aktor terlibat dalam pengambilan- pengambilan keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu

Terbentuk pengakuan dan penghargaan terhadap praktek-praktek cerdas dan karya-karya terbaik dalam program-program pembangunan yang berorientasi MDGs, yang akan menjadi insentif