• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA

Gusti Ayu Kade Emi Saptayanti

1

, I Made Citra Wibawa

2

, Ketut Pudjawan

3 12

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

,

3

Jurusan Teknologi Pendidikan,FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: emisaptayanti60@gmail.com

1

, dekwi_ petiga@yahoo.com

2

,

ketutpudjawan@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika antara

siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games

tournament dan model pembelajaran konvensional siswa kelas V di SD Gugus

Singasari Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan non equivalent post test

only control group design. Sampel sebanyak 2 kelas, yang terdiri atas 55 orang. Kelas

eksperimen dan kelas control ditentukan dengan tekhnik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metodeo bservasi dan tes. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial, dengan uji-t. Berdasarkan analisis data dengan uji-t, diperoleh nilai thitung sebesar

45,70 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 2,006 dengan taraf signifikansi 5%. Hasil

penelitian menunjukkan thitung > ttabel, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran teams games tournment dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dari rata-rata (X

) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 39,11 dan X kelompok kontrol adalah 26, 09. Hal ini berarti X eksperimen > X kontrol, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran teams games tournament berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: Hasil belajar matematika, teams games tournament.

Abstract

The aims of this study are to know the significant differences of the student’s learning outcomes on match between the students who were taught by using cooperative learning model teams games tournament and the students who were taught using conventional learning model of the five grade students in Cluster Singasari District of Pekutatan School Year 2015/2016. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent post-test only control group design. The Samples were two classes which consisted of 55 students. The Experimental class and control class were determined by random sampling technique. The data were collected using the methods of observation and tests. The data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics through t-test. Based on the analysis of data with t-test, obtained tarithmetic 45,70 and ttabel =2,006 at significant level is 5%. The results show

that tarithmetic > ttabel, so it can be interpreted that there are differences in mathematics

learning outcomes significantly between students who take to the lesson with teams games tournament learning model and students following the study with conventional learning model. Of the average

(

X

) is calculated, known (

X

) experimental class

(2)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

was 39,11 and the control class was 26,09.

This means that X

eksperimental >

X

control,

result showed that application cooperative learning model teams games tournament type learning outcomes on mathematics significantly of the five grade students in Cluster Singasari District of Pekutatan School Year 2015/2016.

Keywords: learning outcomes on mathematics, teams games tournament.

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu dalam dunia pendidikan merupakan masalah yang

sangat penting dalam upaya

pembaharuan dalam sistem pendidikan. Upaya yang dilakukan tercermin dari adanya perubahan-perubahan kurikulum dan juga diberikan pelatihan-pelatihan serta penataran bagi guru bidang studi. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat Fontana (dalam Ar.,Suherman.,dkk,2003) yang menyatakan bahwa proses perubahan tingkah laku individu relative tetap sebagai hasil dari pengalaman.

Pada pembelajaran matematika khususnya di sekolah dasar memerlukan kiat atau model pembelajaran tertentu yang dapat merangsang motivasi siswa untuk aktif belajar agar materi yang disajikan lebih mudah dipahami siswa. Ini berarti bahwa apabila suatu materi dalam mata pelajaran matematika diajarkan dengan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa, maka materi tersebut akan melekat lama dalam pikiran dan ingatan siswa.

Russeffendi (dalam Heruman 2008) menyatakan bahwa, “matematika merupakan bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif ilmu tentang pola keturunan, dan struktur yang terorganisir mulai dari unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil”. Berdasarkan pendapat tersebut, matematika lebih menekankan pada bagaimana proses yang terjadi dalam pemecahan suatu masalah. Selain itu

Matematika merupakan ilmu pasti yang sudah memiliki rumus tersendiri dalam memecahkan masalahnya.

Berdasarkan pengamatan di SDN 3 Medewi, mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat menakutkan bagi siswa. Siswa selalu cemas dan cenderung takut bila ada pelajaran matematika. Beban mereka secara psikologis terlihat sangat berat pada saat pembelajaran berlangsung. Ini dapat dilihat ketika guru sedang mengajar siswa mengantuk, acuh tak acuh terhadap pelajaran, sering keluar kelas dengan berbagai alasan, bahkan merasa senang jika guru tidak mengajar pada saat ada

pelajaran matematika. Model

pembelajaran konvensional yang menekankan pada penggunaan metode yang biasa dilakukan guru, yaitu memberikan materi melalui ceramah, latihan soal, dan memberikan tugas. Meski sudah menggunakan media atau alat peraga namun siswa masih saja pasif dalam proses pembelajaran. Guru harus mengubah dengan kegiatan pembelajaran aktif dan kreatif yang lebih menekankan pada kemampuan siswa dan tidak berpusat pada guru. Karakter pada siswa sekolah dasar yang memiliki tingkat kejenuhan tinggi pada proses

pembelajaran sehingga sangat

berdampak pada hasil belajarnya.

Sejalan dengan adanya

permasalahan di atas, guru hendaknya mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu hal yang menyenangkan dan menarik bagi anak di sekolah dasar adalah permainan. Tentunya permainan yang dirancang dalam proses pembelajaran merupakan permainan akademik yang dapat meningkatkan motivasi siswa aktif bekerja

sama dalam pembelajaran dan

meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satunya adalah dengan

(3)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pembelajaran kooperatif. Dari banyaknya

model pembelajaran, model

pembelajaran kooperatif, salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan karakteristik anak SD. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu tipe pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar serta membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan secara perorangan. Dengan demikian, salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat menguatkan ingatan siswa terhadap materi yang dipelajarinya, karena permainan akademik yang dialami siswa dalam tournament berfungsi sebagai tinjauan untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajarinya sebelum siswa mengikuti tes individual.

Berdasarkan data yang diperoleh dan mengacu pada permasalahan di atas, salah satu solusi yang dapat ditawarkan

adalah menggunakan model

pembelajaran teams games tournament.

TGT merupakan metode pembelajaran

dengan model permainan kepada siswa. Melalui permainan yang dilakukan secara kelompok, anak belajar cara bergaul dan peka terhadap kebutuhan orang lain. ”Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan dan reinforcement” (Shoimin 2014: 203). Dengan demikian pembelajaran akan terasa menyenangkan bagi siswa karena dibarengi dengan permainan. Model pembelajaran teams games tournament ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran teams games tournament salah satu tipe atau

model pembelajaran kooperatif yang mudah melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor

sebaya dan mengandung unsur

permainan. sehingga sesuai dengan karakteristik siswa SD. Model pembelajaran yang dapat mendorong

siswa menjadi lebih aktif. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih aktif dalam pelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu adanya usaha untuk mengatasi dari masalah-masalah yang terjadi pada pembelajaran khususnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran 2015/2016”. METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adalah “Non-equivalen Post

Test Only Control Group Design”.

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V di gugus Singasari Kecamatan Pekutatan yang terdiri dari 7 SD yakni SD Negeri 1 Medewi, SD Negeri 2 Medewji, SD Negeri 3 Medewi, SD Negeri 4 Medewi, SD Negeri 1 Pulukan, SD Negeri 2 Pulukan, SD Negeri 3 Pulukan tahun pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Cara penarikan sampel menggunakan sistem undian. Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masing-masing sekolah setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan ANAVA Satu jalur.

Berdasarkan uji ANAVA satu jalur diketahui bahwa kelas di gugus Singasari merupakan kelas yang setara. Dengan hasil Fhitung < Ftabel. Pada tahap ke dua, berdasarkan uji kesetaraan, maka sekolah yang lolos uji akan diundi secara acak dari sampel yang sudah lolos uji kesetaraan, untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Dari hasil undian diperoleh pasangan SDN 3 Medewi dengan SDN 2 Pulukan. Selanjutnya pada tahap ketiga, sekolah yang telah terpilih kembali diundi secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengundian menyatakan SDN 3 Medewi sebagai kelas eksperimen, sementara SDN 2 Pulukan sebagai kelas kontrol.

(4)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Penelitian ini menyelidiki pengaruh

satu variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel bebas (independen) adalah model pembelajaran teams games tournament sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Matematika (Y).

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif. Hasil belajar ini diukur dengan metode tes dengan instrumen berupa lembar soal esai sebanyak 10 butir soal. Penskorannya menggunakan rubrik penilaian. Setiap soal memiliki rentangan skor 0-5. Jadi skor tertinggi tiap soal adalah 50, sedangkan skor terendah tiap soal adalah 0.

Data yang diperoleh dari uji coba

instrumen dianalisis dengan

menggunakan uji validitas butir tes ,Arikunto (2005) menyatakan sebuah tes memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium artinya tes memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Uji reliabilitas tes, indeks daya beda (IDB), dan indeks kesukaran butir (IKB). Pada penelitian ini, analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Microsoft

Office Excel 2007 for Windows.

Adapun jumlah soal yang diuji coba berjumlah 15 butir tes berbentuk esai yang sebelumnya sudah di uji judges dan hasilnya 15 butir soal dikatakan relevan. Selanjutnya dilakukan uji coba instrument kepada 60 siswa kelas VI di Gugus Singasari yang terdiri dari SDN 3 Medewi, SDN 2 Medewi Dan SDN 2 Pulukan. Kemudian hasilnya dianalisis dengan dilakukan uji validitas butir dengan rumus korelasi product moment. Hasil rxyhitung dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil analisis, 11 butir soal yang diuji dinyatakan valid.

Tahapan kedua yakni 11 butir soal yang sudah valid diuji reliabilitas dengan

menggunakan Alpha Cronbach.

Berdasarkan pada perhitungan dengan

rumus tersebut, 10 soal diperoleh reliabilitas tes hasil belajar matematika = 0,47 dengan derajat reliabilitas tes tergolong sedang.

Analisis ketiga adalah indeks daya beda (IDB). Butir yang dianjurkan sebagai tes standar adalah butir yang memiliki IDB > 0,15. Berdasarkan pada perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh IDB sebesar 0,31, sehingga dapat dikatakan analisis 10 butir soal memenuhi persyaratan IDB yang telah ditetapkan.

Analisis terakhir adalah indeks kesukaran butir (IKB). Fernandes (dalam Koyan, 2011) menyatakan tes yang baik adalah tes yang memiliki taraf kesukaran antara 0,25-0,75. Hasil perhitungan dengan rumus IKB menunjukkan bahwa 10 soal diperoleh IKB sebesar 0,29, sehingga berada pada kriteria sukar dan dapat diterima sebagai tes hasil belajar Matematika yang digunakan pada post

test.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t. Statistik deskriptif yang dicari adalah

mean, median, modus dan standar

deviasi. Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Rumus uji-t yang digunakan adalah polled varians (n1 = n2 dan varians homogen dengan db = n1 + n2 – 2).

Sebelum melaksanakan pengujian hipotesis maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat hipotesis. Adapun uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dengan chi-kuadrat dan uji homogenitas varians dengan uji-F.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar matematika, data dianalisis dengan analisis deskriptif agar dapat diketahui Mean (M), median (Md), Modus (Mo), dan standar deviasi. Rangkuman hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil belajar matematika Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (M) 39,11 26,09

(5)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

Modus (Mo) 39,75 23,5 Varians 16,156 13,421 Standar Deviasi 4,01 3,66 Skor Minimum 32 21 Skor Maximum 47 33 Rentangan 15 12

Berdasarkan tabel 1, diketahui mean kelompok eksperimen lebih besar daripada mean kelompok kontrol. Kemudian data hasil belajar matematika dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Poligon Data Hasil Belajar matematika Siswa Kelompok Eksperimen

Mean (M), Median (Md), Modus

(Mo) digambarkan dalam kurva poligon di atas merupakan kurva juling negatif Mo>Md>M (39,75>39,38>39,11). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament cenderung tinggi. Jika nilai rata-rata dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi.

Distribusi frekuensi data hasil belajar matematika kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Poligon Data Hasil Belajar

matematika Kelompok

Kontrol

Mean (M), Median (Md), Modus

(Mo) digambarkan dalam grafik polygon di atas merupakan juling positif Mo<Md<M (23,5<24,86<26,09). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Jika nilai rata-rata dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sedang.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebaran data didapatkan harga

χ

2

hitung hasil post test kelompok eksperimen sebesar 2,11 dan

tabel

2

dengan derajat kebebasan (dk) = 3

pada taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hal ini berarti

χ

2hitung hasil post test kelompok eksperimen lebih kecil dari

tabel

2

(2,11 < 7,81). Sehingga data hasil post test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan

χ

2hitung hasil post-test kelompok kontrol adalah

0

2

4

6

8

33

36

39

42

45

48

F

re

k

u

en

si

Titik Tengah

0

2

4

6

8

10

20,522,524,526,528,530,532,5

F

re

k

u

en

si

Titik Tengah

Mo =23,5 Md= 39,38 Mo= 39,75 M= 39,11 Md =24,86 M =26,09

(6)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

4,16 dan 2

χ

tabel hasil post-test kelompok kontrol dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 9,49. Hal ini berarti

2

χ

hitung hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari

2

χ

tabel (4,16 < 9,49). Sehingga data hasil post

test kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan harga Fhitung sebesar 1,04 sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 26, dbpenyebut = 26, pada taraf signifikansi 5% adalah 1,92 Hal ini berarti

Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,04 < 1,92) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan.

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus

polled varians. Kriteria pengujian adalah

H0 ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Hasil perhitungn uji-t dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji-t

Data Kelompok N X s2 t hit ttab Hasil belajar IPS Eksperimen 27 39,11 16,156 45,70 2,006 Kontrol 27 26,09 13,421

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, didapatkan thitung sebesar 45,70. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2,006. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (45,70 > 2,006) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di gugus Singasari Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran 2015/2016.

PEMBAHASAN

Dari analisis data tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa temuan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut. Pertama, Model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament yang diterapkan pada kelompok eksperimen menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari analisis

data yaitu analisis deskriptif dan inferensial (uji-t). Secara deskriptif, hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar matematika siswa dan kemiringan grafik poligon. Berdasarkan analisis data, diketahui rata-rata (mean) hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament berbantuan media

audio adalah 39,11. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi. Skor hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling negatif karena nilai Mo > Md > M yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Hal ini berarti lebih banyak siswa mendapat skor tinggi dibandingkan dengan skor rendah.

Keadaan ini menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari

(7)

sebelumnya. Adanya peningkatan ini dikarenakan oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament sesuai dengan karakteristik anak SD. Model teams

games tournament dapat mengaktifkan

dan memotivasi siswa dalam proses dalam proses pembelajaran.. Peran guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament berbantuan, sebagai

fasilitator dan moderator yang memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematika

Rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol berdasarkan analisis data dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 26,09 Yang tergolong kategori sedang. Grafik poligon menunjukkan bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling positif karena nilai Mo<Md<M yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pembelajaran yang dilakukan masih

bersifat konvensional. Model

pembelajaran konvensional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) didominasi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik adalah penerima secara pasif yang hanya menerima pengetahuan dari pendidik dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai standar; (2) belajar secara individual; (3) pembelajaran sangat abstrak; (4) prilaku dibangun atas kebiasaan; (5) kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final; (6) pendidik adalah penentu jalannya proses pembelajaran; (7) prilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik; (8)

teacher centered; (9) pembelajaran bersifat mekanistik (Agung, 2012). Ciri-ciri tersebut tampak dalam pembelajaran di kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru. Guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.

Dalam proses pembelajaran guru lebih memerhatikan siswa pintar tanpa memberikan kesempatan pada siswa yang kognitifnya rendah untuk mengemukakan pendapatnya. Akibatnya aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat terbatas. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru sambil mencatat. Siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Seharusnya, apabila kegiatan pembelajaran dapat disetting lebih menarik sehingga siswa merasa senang dalam belajar dan merasa kurang untuk belajar, maka hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan lagi. Hal ini tentunya tidak mampu membangkitkan semua potensi yang dimiliki siswa secara optimal.

Model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes hasil belajar matematika siswa. Secara deskriptif hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar matematika siswa. Rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen adalah 39,11 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan skor hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol adalah 26,09 berada pada kategori sedang.

Perbedaan cara pembelajaran antara pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan pembelajaran

dengan model pembelajaran konvensional tentunya memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar matematika siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dalam pembelajarannya yang disertai dengan tournament akademik akan mampu melatih siswa untuk berani berbicara dan mengemukakan pendapatnya yang bertujuan membiasakan siswa serta memudahkan siswa untuk mengingat pelajaran yang telah diberikan.

(8)

Selain itu model ini memiliki tahapan yang membedakannya dengan model pembelajaran konvensional. Tahap pertama, menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran. Kemudian memotivasi siswa dengan pemberian pujian, memaparkan manfaat pembelajaran dan menjelaskan bahwa skor yang diperoleh pada games dan tournament, baik skor individu maupun kelompok adalah salah satu komponen penilaian yang penting, dan siswa merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sofyan & Ahmadi (2010) menyatakan bahwa pembelajaran pembelajaran yang menyenangkan merupakan suasana pembelajaran yang tidak membosankan, sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar.

Tahap kedua, menyajikan

informasi dan materi. Guru

menyampaikan informasi atau

materikepada siswa baik dengan teks

atau peragaan. Dalam proses

pembelajaran di kelas, guru memberikan latihan soal matematika kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil pekerjaanya di depan kelas. Hal ini untuk mengaitkan keterkaitan antar konsep yang telah diberikan, terbukti dalam proses pembelajaran di kelas siswa secara aktif menyampaikan hasil pekerjaannya. Depdiknas (dalam Susanto, 2013)

mengemukakan bahwa tujuan

pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah memahami konsep, keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan antar konsep atau logaritma, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Tahap ketiga, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus

untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Hal ini terlihat pada saat siswa dan kelompoknya mengalami kesulitan memahami dan memecahkan masalah dalam pembelajaran. Proses ini dapat memunculkan rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar kooperatif sangat menyenangkan. Hal ini terbukti dalam proses pembelajaran di kelas siswa secara aktif melakukan tanya jawab dan bertukar pikiran dengan teman kelompoknya. Suherman, dkk., (2003) juga menegaskan bahwa dengan menerapkan kelompok belajar siswa dapat mendiskusikan masalah yang dihadapi, saling tukar ide, dan memperdebatkan alternatif pemecahan masalah yang bisa digunakan.

Tahap keempat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mendalami materi yang diberikan. Dengan tahap ini, siswa menjadi lebih mudah memahami masalah dan menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam proses pembelajaran di kelas, hal ini terlihat pada saat siswa dan kelompoknya mengalami kesulitan memahami dan memecahkan masalah yang terdapat dalam latihan soal, guru senantiasa menjadi fasilitator dalam membimbing dan mengarahkan siswa. Bimbingan dan arahan yang diberikan guru memudahkan

siswa menemukan solusi atas

permasalahan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudiarta (2008) yang menyatakan bahwa guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran memiliki pengertian bahwa guru selalu membantu dan mengarahkan siswa dalam proses pemecahan masalah.

Tahap kelima, tournament dan evaluasi. Pada tahap ini siswa melakukan

tournament dan guru melakukan evaluasi

untuk mengetahui hasil belajar tentang materi yang dipelajari. Siswa melakukan

tournament bersama kelompok dan berlomba-lomba memperoleh skor atau poin untuk individu dan kelompoknya. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran, mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam berargumentasi dan

(9)

mengevaluasi kegiatan tournament untuk mengetahui hasil belajar tentang materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran di kelas terlihat siswa sangat antusias dalam mengikuti tournament, hal ini sesuai dengan pendapat Taniredja., dkk (2012), tentang kelebihan model pembelajaran

TGT yaitu (1) dalam kelas kooperatif

siswa memiliki kebebasan untuk

berinteraksi dan menggunaan

pendapatnya; (2) rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi; (3) perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil; (4) motivasi belajar siswa bertambah, pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan pembelaan Negara; (5) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru; (6) membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup.

Tahap keenam, memberikan penghargaan. Guru mengumumkan kelompok yang menang kemudian memberikan reward kepada kelompok pemenang. Hal ini sesuai dengan Sadirman (2002) menyatakan, melalui pemberian reward dapat merespon aktif kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu guru memberikan motivasi kepada kelompok lain agar lebih semangat dalam pembelajaran berikutnya. Hal ini sejalan dengan kelebihan kelebihan model teams

games tournament yaitu sebagai berikut,(1) dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunaan pendapatnya; (2) rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi; (3) perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil; (4) motivasi belajar siswa bertambah, pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan pembelaan Negara; (5) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru; (6) membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup. (Taniredja., dkk,2012).

Berbeda halnya dengan

pembelajaran konvensional yang dibelajarkan di sekolah kontrol cenderung berpusat pada guru. Sudjana dan Rivai Ahmad (2005) menganggap bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru mengurangi motivasi dan kreatifitas siswa.

Hal tersebut tampak dalam proses

pembelajaran, siswa hanya

mendengarkan penjelasan guru tanpa membaca buku atau mencari informasi lain. Selain itu meskipun siswa duduk secara kelompok namun tugas yang diberikan guru tidak melibatkan anggota kelompok. Siswa mengerjakan soal yang sama secara individu namun duduk dalam kelompok. Kebanyakan siswa terlihat kurang memerhatikan penjelasan guru dan merasa bosan. Pembelajarannya tidak mengandung unsur permainan. Keadaan tersebut cenderung membuat siswa menjadi pasif sehingga menimbulkan kebosanan, kurang menarik minat siswa dalam belajar, yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament yaitu Kt. Bagus Budiastawa Putra (2014) yang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pebelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IVdi Gugus VIII Kecamatan Kubu Tambahan”. Wyn.Yogi Wintari (2014) juga melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar IPS”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dengan pembelajaran konvesional.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran

konvensional. Hal ini terlihat dari skor kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament lebih banyak yang

(10)

M = 39,75 > 39,11). Sedangkan pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional lebih banyak yang mendapatkan skor di bawah rata-rata (Mo < M = 23,5 < 26,09).

Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui nilai thitung = 45,70 dan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5%= 2,006. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2015/2016. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament berpengaruh secara

signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa pada siswa kelas V SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2015/2016.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penemuan yang dilakukan ini adalah sebagai berikut. 1) Guru disarankan untuk mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dalam melakukan

pembelajaran matematika di kelas untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, karena model pembelajaran ini sangat menyenangkan bagi siswa, dan dapat menarik minat siswa untuk belajar lebih giat, mendapat kesempatan belajar yang sama, meminimalkan monopoli kelas dan menuntut keaktifansiswa (student

centered) serta kesiapan siswa. 2) Guru

tidak hanya menggunakan tes objektif dalam evaluasi pembelajaran karena tes objektif hanya menuntut satu jawaban tanpa menyertakan alasan terhadap jawabannya. 3) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada pembelajaran matematika maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar

memerhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA

Press.

Ar Suherman Erman., dkk. 2003. Strategi

Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Arikunto, Suharsini. 2005. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT

Bumi Aksara.

Heruman, 2008. Model Pembelajaran

Matematika di Sekolah Dasar.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Koyan, I. W. 2011. Statistik Dasar dan

Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.

Putra, Budiastawa. 2014. “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV di Gugus VIII Kecamatan Kubutambahan”.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 2, Nomor 1.

Sadirman.2002. Interaksi dan motivasi

Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudiarta, I.G.P. 2008. Membangun Kompetensi Berfikir Kritis Melalui Pendekatan Open Ended.

Singaraja:Undiksha

Sudjana, N. 2005. Metode dan Teknik

Pembelajaran Partisipatif.

Bandung: Falah Production. Suherman, E., dkk. 2003. Common Text

Book: Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer. Bandung:

JICA FPMIPA UPI.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta:Prenadamedia Group. Sofyan dan Ahmadi. 2010. Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta:Gramedia

(11)

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikurum 2013. Yogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Taniredja, Tukiran.,dkk. 2012.

Model-model Pembelajaran Inovatif.

Bandung: Alfabeta, CV.

Wintari, Yogi. 2014. “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar IPS”.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 2.

Gambar

Gambar  1.  Poligon  Data  Hasil  Belajar  matematika  Siswa  Kelompok  Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tes porositas yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah pori tertutup pada binder , terdapat pada komposisi molaritas 14M. 1,5 bisa menyebabkan kuat

a) Nama pekerjaan : pembuatan terumbu karang buatan (TKB) sebanyak 20 unit untuk rehabilitasi sumberdaya kelautan dan perikanan. b) Lokasi pekerjaan di kawasan

Hasil perhitungan uji-t pada taraf signifikan 0,05 diperoleh nilai t hitung 2,706 ˃ t tabel 2,028, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif

Berdasarkan analisis tersebut diatas, untuk menentukan komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara, maka ditetapkan nilai skoring yang

Laporan tesis yang berjudul : “Uji performansi gasifikasi biomassa pada proses sterilisasi berbahan bakar limbah media tanam jamur merang” ini disusun sebagai

Metode rasio linear yang dikembangkan Stumpf, nilai pantulan citra berhubungan eksponensial dengan nilai kedalaman aktual.Hubungan eksponensial ini dilinearkan

Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa aktivitas nitrifikasi dari kultur mikroba N-Sw mengalami pengham- batan pada perlakuan pH 5, diindikasikan dengan tidak terbentuknya nitrit

Disamping itu dengan kesadaran yang tinggi muncul rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan, karena mereka akan berasumsi bahwa pekerjaan yang diemban