BAB II
TINJAUAN UMUM PT. PJB (PEMBAKITAN JAWA BALI)
UP MUARA KARANG
2.1 Gambaran Umum PT.PJB
PT pembangkitan jawa-bali (pjb) adalah anak perusaan PT PLN (persero) yang didirikan pada 3 oktober 1995 dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan pelayanan serta mampuh berkembang secara mandiri dengan menyelenggarakan usahan ketenaga listrikan berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.
PT PJB melaksanakan kegiatan usaha antara lain; sebagai penyediaan tenaga listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan andal, melaksanakan pembangunan dan pemasangan pembangkit, pemeliharaan dan pengoperasian pembangkit, serta usaha-usaha lain yang berkaitan dengan kegiatan perseroan dalam rangka memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki.
Dalam menjalankan bisnisnya, PT PJB menerapkan kaidah-kaidah internasional yang didasarkan pada tiga pilar strategis yaitu asset management sebagai core competence perusahaan (organization capital), sistem manajemen SDM (human capital), dan teknologi informasi sebagai business enabler (information capital readiness). Tiga pilar strategis itu dijabarkan dalam 10 sistem manajemen best practice yang antara lain: Manajemen Asset, Manajemen Risiko, Manajemen Mutu ISO 9000, Manajemen Lingkungan ISO 14000 dan K3 OHSAS 18000, Manajemen Good Corporate Governance (GCG), Manajemen
Teknologi Informasi, Knowledge Management, Manajemen SDM Berbasis Kompetensi, Manajemen Baldrige dan Manajemen House Keeping 5S.
Sejarah PT pembangkitan jawa-bali (PJB) berawal ketika perusahaan listrik dan gas dibentuk pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka. di tahun 1965 perusahaan listrik negara dipisah dan perusahaan gas negara pada tahun 1972 PLN menjadi perusahaan milik negara dengan status perusahaan umum.
Sepuluh tahun kemudian, tahun 1982, restrukturisasi dimulai di Jawa-Bali dengan pemisahan unit sesuai fungsinya, Unit PLN Distribusi dan Unit PLN Pembangkitan dan Penyaluran.
Pada tahun 1994, status PLN diubah menjadi Persero. Setahun kemudian, dilakukan restrukturisasi di dalam PT PLN (Persero) dengan membentuk dua anak perusahaan di bidang pembangkitan. Restrukturisasi tersebut bertujuan memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban. Pada tanggal 3 Oktober 1995, PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II, atau yang lebih dikenal dengan nama PLN PJB II berdiri. Tujuan utama dibentuknya anak perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan yang bermutu tinggi serta handal berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dan efisien.
Seiring dengan pengembangan strategi usaha, pada tahun 2000, PLN PJB II melakukan penyempurnaan organisasi dan mengubah nama menjadi PT Pembangkitan Jawa-Bali ( PT PJB ).
2.2 Sejarah Singkat UP Muara Karang
Unit pembangkit Muara Karang di operasikan pertama kali pada tahun 1979. Pada awalnya dikelola oleh PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat PLN (KITLUR JBB), yang dikenal sebagai sektor Muara Karang.
Akibat adanya rekonstruksi di tubuh PT. PLN (Persero) pada tahun 1995, maka lahir dua anak perusahaan pada tanggal 3 Oktober 1995, yaitu PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali I dan II, yang lazim disebut PT. PLN PJB I dan PT. PLN PJB II
Pada tahun 1997, sektor Muara Karang berubah namanya menjadi PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali II Unit Pembangkit Muara Karang ( PT. PJB II UP Muara Karang).
Pada tahun 1991, dengan berdasarkan SK Direksi No. 045.K/023/DIR/1998, maka dilakukan pemisahan struktur organisasi UP (Unit Pembangkit) dan UB (Unit Bisnis). Kemudian pada tahun 200, tepatnya pada tanggal 3 Oktober 2000 PT. PLN PJB UPII berubah nama menjadi PT. PJB (PT. Pembangkit Jawa Bali),PT. PLN PJB II UP Muara Karang ikut berubah pula menjadi PT. PJB UP Muara Karang.
2.3 Proses Pembangunan
Pembangunan proyek PT PJB UP Muara Karang dibagi dalam dua tahap, yaitu:
Tahap I, Unit 1, 2, dan 3 (3 x 100 MW). Tahap II, Unit 4 dan 5 (2 x 200 MW). Tahap I
Sesuai dengan rencana semula, pelaksanaan pembangunan PT PJB UP Muara Karang unit 1, 2, dan 3 dilaksanakan pada bulan:
Unit 1 : Maret 1977. Unit 2 : Juni 1977. Unit 3 : maret 1978.
Akan tetapi karena adanya hambatan yang terutama disebabkan oleh terbatasnya dana valuta asing, jadwal seperti rencana di atas perlu di tinjau kembali, sehingga jadwal penyelesaian pembangunan menjadi sebagai berikut: Unit 1 : April 1977.
Unit 2 : Juli 1977. Unit 3 : April 1978.
Sinkronisasi dengan jaringan (system kelistrikan) pertama kali adalah sebagai berikut:
Unit 1 : 20 Januari 1979. Unit 2 : 28 Februari 1979. Unit 3 : 28 Juni 1979.
Selanjutnya, karena adanya hambatan baik teknis maupun non-teknis PT PJB UP Muara Karang unit 1, 2, dan 3 mulai melayani jaringan, mulai tercatat sebagai berikut:
Unit 1 : Juli 1979. Unit 2 : November 1979. Unit 3 : Desember 1979.
Sinkronisasi dengan jaringan (system kelistrikan) pertama kali adalah sebagai berikut:
Unit 4 : 26 November 1981. Unit 5 : 7 Juni 1982.
2.4 Daya Terpasang
Unit pembangkit (UP) Muara Karang mampu memproduksi energi listrik sebesar 7900 GWh pertahun yang disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi (JTTT) 150 KV yang sebagian besar di utamakan untuk mensuplai kebutuhan listrik Ibu Kota Jakarta, terutama daerah VVIP, seperrti: Istana Presiden dan Gedung MPR/DPR, serta keperluan publik lainnya. Kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh PLTGU Muara Karang yang mempunyai daya terpasang 500 MW serta PLTU Muara Karang yang mempumnyai daya terpasang masing-masing 100 MW untuk unit 1, 2, dan 3 serta masing-masing 200 MW untuk unit 4, dan 5.
2.5 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik
Tenaga listrik dari UP Muara Karang disalurkan melalui kabel udara 150 KV ke gardu induk Angke, gardu induk Duri Kosambi dan melalui kabel bawah tanah 150 KV ke gardu indiuk Budi Kemuliaan yang diteruskan untuk pemakaian di Istana Presiden dan sekitarnya. Tempat penting yang mendapatkan aliran listrik dari PLTU Muara Karang adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Gedung MPR/DPR dan sekitarnya.
2.6 Sistem Penyediaan Bahan Bakar
Minyak Residu (MFO) sebagai bahan bakar utama PLTU Muara Karang, yang dipasok melalui kapal tanker yang berlabuh di pelabuhan minyak PLTU Muara Karang, sejauh ± 4 Km dari pantai, melalui saluran pipa dasar laut. Untuk memasok bahan bakar tersebut disediakan 3 buah tanki dengan kapasitas 2 x 19.000 KL, 1 x 23.000 KL,serta tanki HSD dengan kapasitas 2 x 250 KL, yang dipergunakan sebagai alat penunjang.
PLTU Muara Karang unit 1, 2, dan 3 beroperasi menggunakan siklus rankine sederhana (non-reheat) yang memiliki heat reat sebesar 2.170 KCAL/KWH, sedangkan unit 4 dan 5 beroperasi menggunakan siklus rankine reheat dengan heat reat sebesar 2.002 KCAL/KWH. Apabila PLTU berproduksi dengan beban harian harian ± 80 % akan menghabiskan bahan bakar minyak ± 2.533 ton/hari
Secara keseluruhan, untuk menghasilkan energi listrik sebesar 7.900 GWh pertahun, membutuhkan:
1. Bahan bakar gas sebanyak ± 52.300 MMSF. 2. Bahan bakar MFO sebanyak ± 480.400 Kl. 3. Bahan bakar HSD sebanyak ± 180.000 Kl.
2.7 Fasilitas Penyediaan Air Serta Pengolahaanya
Air penambah ketel untuk kebutuhan PLTU Muara Karang unit 1 sampai dengan 5, diperoleh dari proses desalinasi air laut dengan menggunakan
hasilnya ditampung dalam tangki-tangki make up, bersama-sama dengan hasil dari desalinasi yang berkapasitas 2 x 656 ton dan 2 x 760 ton.
Air dari make up tank ini diolah lagi dengan demin plant 1 yang mempunyai kapasitas 864 ton/hari dan ditampung dalam tanki demin plant dan tanki kondensat dengan kapasitas 2 x 380 ton dan 1 x 760 ton
Secara keseluruhan, untuk menghasilkan energi listrik sebesar 7.900 GWh per tahun, membutuhkan:
1. Air penambah boiler sebanyak 288.00 ton. 2. Air service sebanyak 108.000 ton.
3. Air laut sebagai pendingin kondensor yang mengalir secara terus-menerus.
2.8 Sistem Pendingin
Untuk keperluan air pendingin kondensor yang cukup dan bersih, maka saluran air masuk (kanal) dibuat menjorok ke laut sepanjang 2.100 meter, air itu di saring dengan saringan kasar (Bar Screen) dan saringan halus (Traveling
Screen) yang kemudian di pompakan kedalam kondensor, dimana sebelum
masuk kedalam kondensor air disaring kembali dengan Debris firlter.
Untuk memenuhi kebutuhan air pendingin saluran kondensor dipasangi tiga pompa untuk unit 1, 2, dan 3,ditambah satu buah untuk cadangn dengan kapasitas 33.000 ton/jam
2.9 Menejemen Lingkungan
Ramah lingkungan merupakan trend dunia usaha yang berkembang sekarang ini, sehingga setiap industri di tuntut untuk mengelola lingkungan
dengan baik berstandar Internasional, aman serta berdampak positif bagi lingkunan dan sekitarnya.
UP Muara Karang telah melaksanakan pengelolaan lingkungan,antara lain: 1. Mengoptimalkan pemakaian bahan bakar gas alam pada semua unit.
2. Pembersihan saluran air.
3. Mengoptimalkan operasional Dust Coolector untuk mengumpulkan partikel padat yang terbawa pada gas buang.
4. Melaksanakan program penghijauan pada lahan yang kosong, untuk menciptakan suasana lingkunan yang indah dan hijau.
Untuk mengetahui efektifitas pengelolaan lingkungan, telah di upayakan pemantauan lingkungan terhadap limbah cair dan limbah padat, kwalitas udara, kebisingan, kwalitas air limbah dan air laut secara rutin sesuai dengan ketentuan rencana pemantauan lingkungan.
Untuk mengendalikan polusi udara dan air, disekitar UP Muara Karang dilengkapi dengan alat pengendali emisi udara dan air, meliputi:
a. Cerobong yang cukup tinggi untuk semua unit, untuk mendapatkan distribusi gas buang secara luas.
b. Dilakukannya penetralan air, berguna untuk menetralisasi air buangan unit sebelum dibuang ke laut atau sungai.
c. Oil Sparator berfungsi sebagai pemisah antara minyak dengan air buangan yang berasal dari area bunker bahan bakar minyak.
d. dust Coollector/ Dust Handling berfungsi untuk menangkap debu hasil pembakaran yang akan dubuang melewati cerobong.
e. Saluran inlet dan outlet pendingin kondensor yang panjangnya mencapai 1 km untuk menurunkan temperatur bekas pendingin. Dampak positif pembangunan PLTU dan PLTGU bagi masyarakat disekitar UP Muara Karang adalah:
1) Ketersediaanya listrik untuk kehidupan sehari-hari. 2) Memacu perkembangan industri
3) Mendorong kegiatan ekonomi di sekitar Unit Pembangkit 4) Menyediakan lapangan kerja baru
2.10 Fungsi PT PJB UP Muara Karang dalam Sistem Kelistrikan
se Jawa-Bali
Dalam sutu sistem interkoneksi maka unit-unit pembangkit bekerja secara komplementer dalam rangka memenuhi tuntutan sistem beban yang pada dasarnya meliputi tiga hal, yaitu: kehandalan, keamanan dan ekonomis. Pusat listrik baik tenaga uap maupun air mengemban misi ekonomi, sehingga pusat listrik yang ada bertugas untuk menjaga stabilitas dan keandalan sistem se Jawa-Bali.
Pola operasi dari sistem tersebut adalah cyclic load operation yang melayani perubahan beban sistem, baik perubahan dalam periodik pendek, panjang, maupun perubahan darurat. Perubahan periodik adalah dalam rangka stabilitas. Sedangkan perubahan beban darurat adalah dalam rangka mengamankan sistem terhadap resiko coolapse atau black out.
Fungsi PT PJB UP Muara Karang dalam sistem kelistrikan se jawa-Bali, yaitu:
1. Sebagai tambahan daya sebesar 300 MW dari unit 1, 2, dan 3, serta 400 MW dari unit 4 dan 5 yang dapat memenyhi penyediaan kebutuhan listrik bagi daerah Jawa Barat dan Jakarta.
2. Sebagai pemikul beban besar.
3. Bagian dari interkoneksi dengan unit-unit lain se Jawa-Bali
2.11 Visi dan Misi Visi
Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia
Misi
Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelolah pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practice dan ramah lingkungan
Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi teknik dan managerial yang unggul serta berwawasan bisnis.
2.12 Struktur Organisasi
Sejak 20 februari 1999 keorganisasian UP Muara Karang berubah mengikuti perkembangan organisasi di PT. PL PJB yang dinamis sesuai situasi
dipisahkanya fungsi operasi dan pemeliharaan, sehingga UP Muara Karang menjadi organisasi yang ramping, bersih dan khususnya hanya berurusan dengan pengoperasian pembangkit untuk menghasilkan listyrik. Bagian pemeliharaan dilakukan oleh pihak pemeliharaan yang bukan merupakan bagian dari UP Muara Karang.
Gambar II.1 Struktur Organisasi PLTU Muara Karang (Leaflet PLTU Muara Karang)