• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat. Fraksinasi dilakukan dengan mengocok larutan ekstrak etanol daun alpukat ditambah pelarut dengan perbandingan 1:1 yang kemudian terbentuk dua fase yang berbeda warna.

Penelitian ini menggunakan fraksinasi cair-cair, yaitu menggunakan ekstrak etanol daun alpukat dan pelarut heksan serta etil asetat. Hasil yang diperoleh pada Tabel 1 dengan menggunakan pelarut etil asetat dan heksan menunjukkan bahwa kandungan daun alpukat dengan dua pelarut mengandung flavonoid dan tanin. Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun

alpukat

Jenis pelarut Metabolit sekunder

Heksan Flavonoid, Tanin

Etil asetat Flavonoid, Tanin

Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Golongan flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan akan tetap berada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang akan berubah warna bila ditambah basa atau amonia, sehingga mudah dideteksi pada kromatografi atau dalam larutan (Harborne 1987). Flavonoid mempunyai sejumlah gugus hidroksil atau gula yang cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dan lain-lain. Sebaliknya aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon, dan flavonol cenderung lebih mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform (Markham 1988).

Flavonoid berfungsi sebagai vasodilatasi, menghambat reseptor adrenergik (Koffi et al. 2009), hipoglikemik (Chandrika et al. 2006), dan bekerja sebagai stimulan pada jantung dalam dosis kecil, diuretik dan antioksidan pada lemak apabila flavon terhidrolisis (Sirait 2007; Ebrahimzadeh et al. 2008).

Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air (Harborne 1987). Berdasarkan stuktur molekulnya, tanin

(2)

dibedakan menjadi tanin terkondensasi dan terhidrolisis. Tanin terhidrolisis dapat memetabolisis senyawa lebih lanjut seperti pirogalol yang beracun bagi ruminansia. Tanin terkondensasi dapat membantu mengontrol parasit dalam gastrointestinal dan mampu mengikat protein serta molekul lain pada pH mendekati normal (Min et al. 2003). Tanin memperlihatkan aktivitas antivirus, antibakterial, dan antitumor. Tanin juga dilaporkan mampu menghambat replikasi HIV secara selektif dan sebagai diuretik (Aiyelaagbe et al. 2009).

Menurut Jouad et al. (2001) dan Zeggwagh et al. (2007), pemberian flavonoid menunjukan peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus yang dapat meningkatkan eliminasi elektrolit melalui urinasi. Peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus bersamaan dengan peningkatan diuresis. Peningkatan pengeluaran urin timbul secara sekunder akibat inhibisi reabsorpsi natrium tubulus karena natrium yang tersisa bekerja secara osmotik untuk menurunkan reabsorpsi air (Guyton et al. 2007).

Laju filtrasi ditentukan oleh daya hidrostatik membran glomerulus dan koefisien filtrasi kapiler glomerulus. Koefisien filtrasi kapiler glomerulus merupakan hasil konduktivitas hidrolik dan area permukaan kapiler tubulus. Peningkatan koefisien filtrasi akan meningkatkan GFR dan penurunan koefisien filtrasi akan menurunkan GFR. Perubahan tekanan hidrostatik glomerulus merupakan alat pengatur GFR secara fisiologis. Tekanan hidrostatik glomerulus ditentukan oleh tiga variabel, yaitu tekanan arteri, tahanan arteriol aferen, dan tahanan arteriol eferen (Guyton et al. 2007). Flavonoid yang berfungsi sebagai vasodilatator bekerja pada tahanan arteriol aferen yang akan meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR. Diduga aktivitas diuretik pada fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat karena adanya flavonoid dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat.

Aktivitas Diuretik

Pengujian aktivitas diuretik dilakukan dengan menggunakan metode Lipschitz (1943) dalam Adha (2009) yaitu tikus dipuasakan selama lebih kurang 18 jam sebelum perlakuan. Setiap kelompok perlakuan tikus diberikan loading dose berupa air hangat sebanyak 50 ml/kg bb secara peroral. Penelitian ini menggunakan enam kelompok perlakuan, yaitu aquades sebagai kontrol normal,

(3)

furosemid 1.8 mg/kg bb sebagai kontrol positif, fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb, serta fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb sebagai bahan yang akan diteliti. Setiap kelompok terdiri dari lima tikus. Pemberian bahan coba pada kelompok perlakuan dilakukan secara peroral menggunakan sonde lambung termasuk saat pemberian loading dose. Selain volume urin, variabel yang di ukur adalah pH dan warna.

Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam

Jam ke- Volume urin (ml) Aquadest (A) Furosemid (B) EA dosis 100mg/kg bb (C) EA dosis 300mg/kg bb (D) Heksan dosis 100mg/kg bb (E) Heksan dosis 300mg/kg bb (F) 1 0.56±0.74a 1.04±0.71ab 5.94±0.97c 6.52±1.46c 3.32±2.75b 6.66±3.24c 2 4.44±1.13a 5.14±1.40a 9.40±0.78a 10.36±1.23a 7.48±1.75a 10.68±1.19a 3 7.04±0.20a 8.46±0.59a 12.26±1.04a 13.74±0.88a 9.50±0.95a 15.56±1.64b 4 7.88±0.73a 9.50±1.13ab 14.42±0.64bc 16.02±0.72c 10.50±1.14ab 18.66±0.70c 5 8.12±0.21a 10.08±0.39ab 15.70±0.82bc 17.36±0.48bc 11.64±0.99bc 20.48±0.71c 6 8.26±0.17a 10.60±0.38ab 17.14±0.54cd 18.46±0.58bcd 12.38±0.68abc 22.14±0.84d 24 9.48±0.44a 12.10±0.28ab 20.36±1.33c 20.52±1.45a 13.82±0.21ab 24.70±1.60bc Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan

dari pengeluaran urin pada tiap perlakuan (P<0.05).

Hasil analisis aktivitas diuretik selama 24 jam ditunjukkan pada Tabel 2. Aktivitas diuretik pada jam ke-1 menunjukkan kelompok C, D dan F terjadi perbedaan yang nyata terhadap perlakuan A. Ketiga kelompok ini memiliki onset untuk mempengaruhi pengeluaran urin (diuretik) pada jam pertama. Kelompok F menunjukkan perbedaaan yang nyata terhadap semua kelompok termasuk kelompok A sebagai kontrol normal perlakuan pada jam ke-3 (p<0.05). Hal ini memperlihatkan bahwa dengan pemberian heksan 300 mg/kg bb mampu meningkatkan aktivitas diuretik.

Aktivitas diuretik kemungkinan dipengaruhi oleh rangsangan traktus urinarius, dan dihubungkan dengan aktivasi mekanisme neurohormon, mediator perangsang pada glomerulus, dan sifat asam pada gerakan pyelo-uretral. Efek tersebut disebabkan karena jumlah elektrolit, yang terdapat dalam tanaman, menekan epitel ginjal (Galati et al. 2002). Menurut Gowda et al. (2009), peningkatan konsentrasi elektrolit saat urinasi berarti meningkatkan pengeluaran urin. Perlakuan pada kelompok A, B, dan E baru menunjukkan peningkatan pada jam ke-2.

(4)

Furo obat pemb dan meng ascenden et al. 20 tertinggi p bekerja da jam. Berd hanya sam nyata untu masih me saling ber jam ke-24 berkurang etanol frak cairan hip beban air 0 5 10 15 20 25 volume  (ml) osemid digu banding dal gekskresikan ansa Henle 07). Tabel pada jam k alam 0.5 sa dasarkan ha mpai jam ke uk setiap pe enunjukkan rinteraksi an 4 sudah me gnya cairan

ksi etil aset potonik yan (Ganong 20 Gam 1 unakan seba lam respon n Na+ deng (Nalwaya e 2 menunj ke-2. Menu ampai 2 jam asil analisis e-2, hal ini d

erlakuan (P perbedaan ntar setiap p engalami pe

yang telah tat daun alp ng diminum 002). mbar 4 Akti 2 3 wa agai diureti famakologi gan mengha et al. 2009) jukkan fur urut Siswan m setelah p pada Tabe dapat diliha P>0.05). Jam yang nyat perlakuan. A enurunan ju difiltrasi a pukat sudah m akan terj vitas diuret 4 5 aktu (jam) ik pada pra i. Obat ini m ambat Na+, ), serta men osemid me ndono et al emberian o el 2 aktivita at dengan ad m ke-3 sam ta terhadap Aktivitas ur umlah urin. atau dengan h menurun. adi pada 1 tik selama 6 6 aktek klinik meningkatk , K+, dan C nurunkan uri engalami a l. (1995), f oral, dengan as urinasi op danya perbe mpai jam ke kelompok rinasi dari j Hal ini dis n kata lain e Diuresis y 5 menit se 6 jam awal. k sebagai st kan produks Cl- pada se inasi K+ (L aktivitas diu furosemid m n masa kerj ptimal dari edaan yang e-24 volume A tetapi m jam ke-3 sa sebabkan k efek dari ek yang timbul etelah masu aquadest ( furosemid  EA 100 (C) EA 300 (D) Heksan 100 Heksan 300 andar i urin gmen ahlou uretik mulai a 6-8 tikus tidak e urin masih ampai karena kstrak l oleh uknya A) (B) 0 (E) 0 (F)

(5)

Etil AAsetat 100mg/ (C) Berd adanya pe perlakuan kontrol po menunjuk diuretik te dosis pad pada tikus Se Tikus yan mg/kg bb, secara ber kuning pu Wa dihasilkan hemoglob EA 100 Etil /kg bb dasarkan G eningkatan karena A ositif menu kkan kenaik ertinggi terd a suatu fra s sehat. lain volume ng diberi aq , heksan 10 rturut-turut ucat. G arna urin n tergantung in). Urin y Aquades (A l Asetat 300m (D) ambar 4 da volume ur sebagai kon unjukkan p kan volume dapat pada h aksi mempe e urin, vari quades, furo 00 mg/kg bb adalah cokl Gambar 5 W normal ad g konsentra yang tidak A) mg/kg bb H apat dilihat rin. Perlaku ntrol norma eningkatan e urin seja heksan 300 engaruhi pe iabel lain ya osemid, etil b, dan heks lat tua, kuni

Warna urin p dalah kuni si pigmen u berwarna c Furosemid Heksan 100mg (E) bahwa seti uan pada A al. Furosem yang sign ajar dengan mg/kg bb. M eningkatan ang diukur l asetat 100 an 300 mg/ ing, kuning

pada tiap per

ing-kekunin urokrom (za cenderung s (B) g/kg bb iap perlakua A lebih ren mid yang dig

nifikan. Kee n kontrol p Menurut Ra volume uri adalah war 0 mg/kg bb /kg bb mem g, kuning pu rlakuan. ngan. Setia at empedu h sangat cair Heksan 300m (F) an menunju ndah dari s gunakan se empat perla positif. Akt athi et al. (2 in dan elek rna dan pH b, etil aseta miliki warna ucat, kuning ap warna hasil pemec (Schrier 2 mg/kg bb ukkan semua ebagai akuan tivitas 2006), ktrolit urin. at 300 a urin g, dan yang cahan 2007).

(6)

Banyaknya volume urin yang dikeluarkan (diuresis) akan mempengaruhi warna urin yang terbentuk yaitu semakin banyak urin yang diekskresikan dalam satu waktu akan menghasilkan warna urin yang semakin jernih.

Ginjal yang berfungsi mengatur keseimbangan asam-basa berperan penting dalam mengoreksi abnormalitas konsentrasi H+ cairan ekstrasel dengan mengekskresikan asam atau basa pada kecepatan yang bervariasi. Ginjal mengatur asam-basa bersama dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh dengan cara mengatur pengaturan dapar cairan tubuh (Guyton et al. 2007).

Pegaturan asam-basa oleh ginjal dengan cara mengeksresikan urin yang asam atau basa. Apabila sejumlah HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam

tubulus dan bila HCO3- dieksresikan kedala urin, maka akan menghilangan basa

dari darah. Sebaliknya, bila sejumlah H+ dieksresikan kedalam urin, maka akan menghilangan asam dari darah (Guyton et al. 2007). Urin tikus mempunyai pH normal antara 7.3 sampai 8 (Nor et al. 2009).

Tabel 3 pH urin awal perlakuan

Perlakuan pH Aquades 7 Furosemid 6 Etil asetat 100 mg/kg bb 6.8 Etil asetat 300 mg/kg bb 6.6 Heksan 100 mg/kg bb 7 Heksan 300 mg/kg bb 6.8

Tabel 3 menunjukkan ukuran pH dari semua perlakuan. Tingkat keasaman pada masing-masing perlakuan seperti aquades sebesar 7; furosemid 6; etil asetat 100 mg/kg bb sebesar 6.8; etil asetat 300 mg/kg bb sebesar 6.6; heksan 100 mg/kg bb sebesar 7; dan heksan 300 mg/kg bb sebesar 6.8. Berdasarkan data tersebut setiap perlakuan mempunyai pH yang hampir sama. Rendahnya pH urin yang dihasilkan dapat disebabkan peningkatan ekskresi asam, lemahnya bufer urin, atau keduanya (Maalouf et al. 2007).

Pemberian diuretikum akan meningkatkan aliran cairan disepanjang tubulus distal dan tubulus koligentes. Keadaan ini menimbulkan peningkatan reabsorpsi Na+ dari bagian nefron ini. Reabsorbsi Na+ yang berpasangan dengan sekresi H+ pada pompa Na-K ATPase menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ juga

(7)

menimbulkan peningkatan sekresi H+ serta reabsorbsi bikarbonat. Perubahan ini menyebabkan terjadinya alkalosis (Guyton et al. 2007).

Daun alpukat selain memiliki flavonoid yang mempengaruhi aktivitas diuretik juga memliki kandungan kalium (Adha 2009). Penumpukan kalium yang berlebih dalam darah merangsang kerja Na-K ATPase untuk menurunkan sekresi H+ dan reabsorsi HCO3- yang cenderung menyebabkan asidosis (Guyton et al.

2007).

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari masing-masing variabel dapat diketahui bahwa dengan adanya peningkatan volume urin akan menghasilkan warna urin yang semakin jernih dan pH yang cenderung basa. Namun, dengan adanya kalium yang terdapat pada daun alpukat menyebabkan terjadi perubahan pada pompa Na-K ATPase yang menimbulkan pH menjadi asam.

Gambar

Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam
Tabel 3 pH urin awal perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2.0211.Nilai uji t statistik bernilai t hitung &gt; t tabel (3.492 &gt; 2.0211) maka Ha diterima dan Ho ditolak.Jadi dapat

Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimana Praktik Jasa Periklanan Di Pustaka Al-Umm; (2) Bagaimana Praktik Jasa Periklanan Di Pustaka Al-Umm Tinjauan

Keunikan masyarakat Nias Selatan bukan semata-mata lingkungan alamnya, tetapi lebih dari itu adalah warisan budaya yang dimilikinya dalam bentuk rumah tradisional yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama bulan November 2017 – bulan Januari 2018 dapat disimpulkan bahwa perairan Sungai Way Kiri sangat sesuai untuk dilakukan budidaya

(3) Hasil analisis perilaku pasar bawang merah Kacamatan Wanasaba yaitu: keterpaduan pasar secara vertikal, terdapat hubungan harga yang berarti antara kedua desa

3.9 Menerapkan pengisian surat setoran pajak (SSP) PPh Badan 4.9 Melakukan pengisian surat setoran pajak (SSP) PPh badan Tingkat Dimensi kognitif adalah menerapkan (C3), dan

Dengan mengamati gambar beberapa gerakan bertumpu dengan tangan, siswa dapat menjelaskan variasi gerak bertumpu dengan tangan dalam aktivitas senam lantai dengan benar..