1
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN MANAJEMEN PROYEK PADA LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT (LSM)
Diah Andika Sari *1, Tjahjo Suprajogo2, Agus Yuniawan Isyanto3, Adiyati Fathu
Roshonah4
1Program Studi PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta 2Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Indonesia
3Universitas Galuh, Indonesia
*E-mail: diah.andika@umj.ac.id
ABSTRAK
Peran masyarakat didalam membantu pemerintah didalam pembangunan dan Pendidikan sudah tak bisa dipungkiri lagi. Keterbatasan SDM yang ada dalam hal kompetensi dan keterampilan manajerial menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. NAMA Foundation melalui NICE Foundation menjawab keterbatasan ini dengan memberikan pelatihan tentang manajemen proyek, yang diberikan kepada 10 lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang berlokasi di sekitar Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Subang Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi apakah program pelatihan untuk peningkatan kapasitas Lembaga didalam mengelola kegiatan/manajemen proyek yang diberikan kepada LSM tersebut berdampak positif kepada LSM. Hasil penelitian ini merupakan hasil evaluasi pelatihan pada level 1, dari empat level metode penelitian evaluasi Kirkpatrick, yang terdiri dari level 1: reaksi, level 2 belajar, level 3 perilaku, dan level 4 hasil. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa reaksi peserta pelatihan terhadap pelatihan manajemen proyek yang diselenggarakan oleh NAMA Foundation melalui NICE Foundation Indonesia ini sangat positif dan bermanfaat untuk mereka, sehingga mereka berharap akan kelangsungan program tersebut.
Kata Kunci: manajemen proyek, metode penelitian evaluasi Kirkpatrick, NAMA Foundation, NICE Foundation.
ABSTRACT
The role of the community in helping the government in development and education is inevitable. The limitations of existing human resources in terms of competence and managerial skills are things that need attention. NAMA Foundation through NICE Foundation addresses this limitation by providing Training on project management, which is provided to 10 LSM institutions located around Jakarta, Bogor, Bekasi and Subang, West Java. The purpose of this study is to evaluate whether the training program is increase the capacity of the Institution in managing project activities / management provided to LSMs has a positive impact on LSMs. The results of this study are the results of training evaluation at level 1, out of the four levels of Kirkpatrick evaluation research methods, which consist of level 1: reaction, level 2 learning, level 3 behavior, and level 4 results. From the results of this study it was found that the reaction of the trainees to the project management training which organized by NAMA Foundation through NICE Foundation Indonesia was very positive, and usefull, so they hope the continuity of the program for them.
Keywords: Project Management, Kirkpatrick Evaluation Research Methods, NAMA Foundation, NICE Foundation Indonesia
2
A. PENDAHULUAN
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam kehidupan bernegara merupakan suatu fenomena yang terjadi tidak hanya di Indonesia, namun juga di berbagai belahan dunia (Arinanto, 2011). LSM yang efektif adalah LSM yang memiliki kebermanfaat dan mampu memandirikan masyarakat (Mosaica 2012). LSM sangat tergantung kepada kapasitas seluruh sumber daya organisasi yang dimiliki untuk memaksimalkan dampak sosial dari keberadaan mereka.
Manajemen pengembangan
program sangat menentukan
keberlangsungan program mereka. Banyak organisasi di sektor independen, terutama kelompok-kelompok kecil atau lembaga yang baru berdiri, sulit untuk membangun kapasitas organisasi
mereka didalam mendukung
pengembangan dan menyebarkan program. NAMA FOUNDATION melalui
NICE FOUNDATION Indonesia, berusaha
untuk membantu para organisasi sektor ketiga didalam memanaje organisasinya. Salah satunya adalah melalui pelatihan Manajemen Proyek “Prime”. Pelatihan Manajemen Proyek “Prime” yang diberikan oleh NAMA FOUNDATION, melalui Nice Foundation Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para LSM yang berada di Indonesia secara gratis, khususnya bagi LSM didaerah sekitar Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), tanpa menutupi peluang bagi daerah-daerah lain yang sekiranya membutuhkan dan bisa memenuhi persyaratan dan kuota yang ada.
Beberapa tantangan manajemen SDM pada LSM adalah ketidakcocokan antara kualifikasi karyawan dengan posisi yang dipegangnya, turn over
karyawan yang tinggi dan kurangnya orientasi dan sistem pembinaan untuk karyawan baru (Rehema, 2014). Pelatihan merupakan salah satu strategi pengembangan SDM menurut Jon (1982) dan Sarwono (1993) selain Pendidikan, pembinaan, rekrutmen, dan perubahan system.
B. METODE
Metode Evaluasi pelatihan ini
merupakan hasil evaluasi level 1, dari metode empat level Kirkpatrick (2008), yang meliputi Level 1 (Reaksi), Level 2 (Belajar), Level 3 (Perilaku), dan Level 4 (Dampak). Sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana reaksi peserta terhadap pelaksanaan program pelatihan yang diberikan. Peserta berjumlah 12 orang yang terdiri dari 10 lembaga LSM di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Subang (Jawa Barat). Peserta LSM ini pada umumnya LSM yang bergerak dibidang pendidikan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Profil Peserta Program Pelatihan 1. Jenis Kelamin Peserta Pelatihan
Tabel 1. Perbandingan Peserta Pelatihan
Prime Menurut Jenis Kelamin
Dari 12 peserta pelatihan, terdapat jumlah yang berimbang antara peserta pria dan peserta wanita, dimana terdapat 6 orang peserta wanita (50%), dan 6 orang peserta pria (50%).
3
2. Data peserta berdasarkan Usia
Tabel 2. Sebaran peserta berdasarkan Usia.
Dari tabel terlihat bahwa 92% peserta berusia antara 20-40 tahun (usia produktif), sehingga bisa dikatakan peserta pelatihan ini adalah peserta yang sesuai dengan usia sasaran pelatihan untuk manager proyek.
3. Data peserta berdasarkan jenis pekerjaan
Tabel 3. Jenis pekerjaan Peserta Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa pekerjaan peserta 83% nya adalah karyawan, yaitu karyawan pada LSM tersebut.
4. Data peserta berdasarkan asal instansi
Tabel 4. Asal instansi psserta 92% peserta berasal dari Lembaga sosial ekonomi. Hanya 2 orang (8%) berasal dari Lembaga Pendidikan (guru dan dosen), tapi guru dan dosen disini pun mereka berada pada posisi struktural sehingga kerap melakukan pekerjaan yang bersifat proyek. Shingga bisa disimpulkan bahwa para peserta pelatihan ini adalah Lembaga yang membutuhkan pelatihan tentang manajemen proyek.
5. Data peserta berdasarkan lokasi asal tinggal
Tabel 6. Lokasi tempat tinggal peserta. 83% peserta berasal dari Jabodetabek, Ada 2 orang yang berasal dari luar daerah, yaitu Subang (Jawa Barat).
4
6. Sumber Memperoleh Informasi Pelatihan
Tabel 6. Sumber Perolehan Informasi Pelatihan Prime
Seluruh peserta memperoleh informasi adanya pelatihan manajemen Proyek yang diselanggarakan oleh Nice Foundation ini dari rekan/atasan. Bearti informasi dari mulut ke mulut atau jaringan pribadi mdia sosial sangat efektif.
b. Evaluasi Program Pelatihan Prime Evaluasi pelatihan ini merupakan hasil evaluasi level 1, yaitu tahap Reaksi, berupa tanggapan peserta terhadap proses kegiatan pelatihan yang diberikan. Tahap reaksi ini pada dasarnya merupakan evaluasi terhadap kepuasan peserta terhadap kegiatan pelatihan yang diikuti. Reaksi peserta tersebut dapat menentukan tingkat
ketercapaian tujuan dari
penyelenggaraan pelatihan yang dianggap berhasil apabila peserta pelatihan merasa puas terhadap seluruh unsur yang terlibat dalam proses penyelenggaraan pelatihan.
Keberhasilan proses pelatihan tidak terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan. Peserta pelatihan dapat belajar dengan lebih baik apabila mereka memberi reaksi positif terhadap lingkungan belajar. Ada dua jenis instrumen reaksi untuk mengevaluasi pada level 1 (reaksi), yaitu Reaksi
Peserta Terhadap Penyelenggaraan Pelatihan dan Reaksi Peserta Terhadap Narasumber. Berikut dipaparkan Evaluasi Level 1:
1) Reaksi Peserta Terhadap
Penyelenggaraan Pelatihan. Tujuan
dari evaluasi terhadap
penyelenggaraan pelatihan ini adalah untuk mengetahui kepuasan peserta pelatihan terhadap keberhasilan proses kegiatan pembelajaran yang tidak terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi terkait dengan (a) kepesertaan, (b) kepanitiaan, (c) akomodasi, (d) materi, (e) konsumsi, dan (f) sarana diklat. Hal tersebut dapat dijelaskan secara rinci seperti berikut:
2) Pelatihan dengan Topik Sejenis. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menggali apakah sebelum mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh NICE Foundation para peserta pernah mengikuti pelatihan dengan topik sejenis. Jika belum pernah berarti level pengetahuan yang akan memperoleh stimulasi akan lebih dalam, adapun jika sudah pernah mengikuti maka berarti level pemahaman yang akan memperoleh stimulasi lebih mendalam.
Tabel 7. Keikutsertaan pada pelatihan sejenis
Jawaban mengenai apakah peserta pernah menghadiri pelatihan dengan topik sejenis menunjukkan bahwa
5
ternyata 33% dari peserta pernah atau sedang mengikuti pelatihan yang sejenis sebelum mengikuti pelatihan Prime yang diselenggarakan oleh NICE Foundation. 3) Perbandingan Pelatihan Sebelumnya
dengan Pelatihan Prime
Tabel 8. Perbandingan Pelatihan Sebelumnya dengan Pelatihan Prime
Hampir semua dari 33% dari peserta yang sudah pernah atau sedang mengikuti pelatihan yang sejenis menilai bahwa materi pelatihan Prime yang saat ini mereka ikuti lebih luas dan lebih lengkap dibandingkan pelatihan sebelumnya.
4) Fungsi Pelatihan dalam Memenuhi Kebutuhan Organisasi
Tabel 9. Fungsi Pelatihan dalam Memenuhi Kebutuhan Organisasi
Dari Tabel diatas terlihat bahwa 83% dari peserta sangat setuju kalau pelatihan ini sangat berfungsi untuk
organisasi mereka. Selebihnya (17%) menyatakan setuju. Dengan kata lain seluruh peserta bersepakat bahwa Pelatihan Prime bermanfaat dalam bagi
pengembangan organisasi
(kelembagaan).
5) Kesesuaian Pelatihan dengan Ekspektasi Peserta
Tabel 10. Kesesuaian Pelatihan dengan Ekspektasi Peserta
Dari Tabel di atas bisa dikatakan bahwa semua peserta sangat setuju kalau pelatihan ini sesuai dengan ekspektasi mereka dengan variasi sebanyak 50% menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. 6) Penilaian Terhadap Tempat Pelatihan
Tabel 11. Penilaian Peserta Terhadap Tempat Pelatihan Prime
Hampir semua peserta atau 92% menilai bahwa tempat pelatihan bagus sampai sangat bagus dan 8% menyatakan cukup bagus.
6
7) Penilaian tentang Makanan
Tabel 12. Penilaian Terhadap Makanan Begitu juga dengan makanan yang disajikan oleh penyelenggara, Hampir semua peserta merasa puas dengan sajian makanan yang diberkan.
8) Penilaian tentang Perlengkapan Pelatihan
Tabel 13. Penilaian Peserta tentang Perlengkapan Pelatihan Prime
Untuk perlengkapan pelatihan 83% dari peserta menilai bagus sampai sangat bagus. Sehinngga bisa dikatakan hampir semua peserta puas dengan perlengkapan pelatihan Manajemen Proyek “Prime” yang diselenggarakan oleh Nice Foundation.
8) Penilaian Terhadap Layanan Panitia
Tabel 14. Penilaian Terhadap Layanan Panitia
92% peserta menilai layan panitia sudah bagus sampai sangat bagus. Dan 8% menyatakan cukup bagus. Sehingga bisa disimpulkan bahwa para peserta sangat puas dengan layanan yang diberikan oleh panitia pelatihan Manajemen Proyek “Prime” yang diselennggarakan oleh Nice Foundation.
9) Hal yang Perlu Diperbaiki Dalam Pelatihan Prime
Tabel 15. Hal Yang Perlu Diperbaiki Dalam Pelatihan Prime
25% peserta menganggap tidak ada hal yang perlu diperbaiki atau dengan kata laian peserta menilai penyelenggaraan pelatihan Manajemen Proyek Prime sudah cukup baik. Adapun beberapa hal yang menjadi masukan dari peserta Pelatihan Prime antara lain terkait Materi Manajemen Pelatihan berupa modul. Modul diharapkan diberikan kepada peserta baik print out maupun soft copynya, selain itu modul lebih dibuat sederhana bentuknya.
7
Begitu juga dengan fasilitas alat tulis yang diperlukan. Beberapa peserta memberi masukan terkait tempat pelatihan yang diharapkan tidak terlalu berisik, karena pada saat pelatihan bersebelahan dengan ruang sebelah yang juga sedang melakukan pelatihan sehingga agak tercampur suaranya. 10) Subjek Pelatihan yang Sangat
Memenuhi Harapan
Tabel 16. Subjek Pelatihan yang SangatMemenuhi Harapan
Berkaitan dengan subjek pelatihan 58% dari peserta menganggap semua subjek sangat memenuhi harapan mereka. Sisanya memilih beberapa subjek yang paling memenuhi harapan mereka, seperti project concept, tool
analysis, monitoring, evaluasi, dan controlling
11) Harapan yang Tidak Terpenuhi dari Subjek
Pelatihan
Tabel 17. Harapan yang Tidak Terpenuhi dari Subjek Pelatihan
Karena 58% dari mereka berpendapat sudah hampir semua harapan mereka terpenuhi, tidak heran jika 75% berpendapat tidak ada hal lagi yang belum terpenuhi dari harapan mereka.
12) Kelayakan Pelatihan Ini untuk Direkomendasikan
Tabel 18. Kelayakan Pelatihan Ini untuk Direkomendasikan
Semua peserta menilai pelatihan ini sesuai dengan harapan mereka, sehingga semua peserta menilai pelatihan ini sangat direkomendasikan kepada orang lain
b) Reaksi Peserta Terhadap Pelatih
Tujuannya adalah untuk
mengetahui kepuasan peserta pelatihan terhadap proses pelatihan yang dikaji dari beberapa aspek pelatih, yaitu kinerja pelatih, cara pelatih menyampaikan materi, sikap pelatih dalam memfasilitasi setiap aktivitas peserta, dan nilai untuk pelatih.
1) Kinerja Pelatih (Trainer)
Tabel 19. Penilaian Peserta terhadap Kinerja Pelatih (Trainer) Prime
8
Hampir semua peserta menilai kinerja trainer sudah maksimal (83%) dan sangat maksimal (17%). Sehingga bisa dikatakan semua peserta menilai trainer Prime sangat maksimal didalam memeberikan pelatihan.
2) Cara Trainer Menyampaian Materi
Tabel 20. Penilaian Peserta terhadap Cara Trainer Prime Menyampaian
Materi
Hampir semua peserta menilai penampilan trainer sudah maksimal dan sangat maksimal, sehingga 85% dari mereka menganggap cara trainer menyampaikan materi mudah untuk dipahami dengan variasi jawaban sangat mudah (8%) dan mudah dipahami (75%). Adapun 17% yang lain menyatakan bahwa penyampaian materi sulit difahami. Walaupun persentase kekurangpuasan terhadap pemahaman para peserta, tapi hal ini penting diperhatikan oleh para Trainer Prime dan menjadi tantangan untuk lebih meningkatkan performa sebagai pelatih, serta menggali alternatif metode dan strategi baru untuk meningkatkan pemahaman peserta terhadap materi yang disajikan, untuk pelatihan berikutnya.
3) Cara Trainer Memfasilitasi Peserta
Tabel 21. Penilaian Peserta terhadap Cara Trainer Prime Memfasilitasi
Peserta
Dari Tabel diatas terlihat bahwa menurut para peserta para trainer sudah menunjukkan performa komunikasi yang baik/komunikatif dengan variasi jawaban cukup komunikatif (67%) dan sangat komunikatif (33%).
4) Penilaian Umum terhadap Trainer
Tabel 22. Penilaian Umum terhadap Trainer
Bisa dikatakan hampir seluruh peserta menilai trainer sudah bagus sampai sangat bagus. Sehingga hal ini dapat dijadikan pegangan bagi Nice Foundation bahwa pelatih yang mereka miliki mempunyai kompetensi yang bagus dalam memberikan pelatihan “Manajemen Proyek – Prime”
9
D. SIMPULAN
Dari bahasan diatas dapat disimpulkan bahwa program pelatihan Managemen Proyek “Prime” yang dilaksanakan oleh NAMA FOUNDATION melalui NICE Foundation Indonesia mendapatkan reaksi yang positif dari para peserta LSM, baik dari sisi penyelenggaraannya, maupun para trainernya. Kebermanfaatan pelatihan ini membuat para peserta pelatihan Prime sangat merekomendasikan keberlangsungan program pelatihan ini. E. UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada NAMA
FOUNDATION, NICE FOUNDATION INDONESIA, juga para peserta LSM yang sudah memberikan kontribusi didalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hamid ; Mimin, Rukmini (editor). (2004). Kritik dan otokritik LSM:
Membongkar kejujuran dan
keterbukan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia. Piramedia,
Jakarta.
Arinanto, Satya. (2011). Perkembangan
LSM dan Penguatan Negara.
https://inspirasitabloid.com. Bodgan dan Taylor. (1984). Pengantar
Metode Penelitian Kualitatif. Usaha
Nasional Surabaya
Ibrahim, R., dan et al. (2009). Masalah
dan Tantangan LSM Indonesia: Bagaimana Memperkuat LSM dan Meningkatkan Pelayanan Publik
(Report to DSF). DSF.
Kirkpatrick, Donald L., Kirkpatrick, James D., (2008), Evaluating
Pelatihan Programs: The Four Levels, Third Edition,
Berrett-Koehler Publisher Inc., San Fransisco, USA
McCarthy, P., dan Kirana, C. (2006). The
Long and Still Winding Road: A Study of Donor Support to Civil Society in Indonesia (Studi yang
dikomisikan oleh DSF). Indonesia: DSF.
Patton, Michael Quinn. 2002. Qualitative
Research and Evaluation Methods.
USA : Sage Publication Inc.
STATT. (2012, November). NGO Sector
Review Findings Report. STATT.
Diambil dari
http://dfat.gov.au/about- us/publications/Documents/indo-