• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian Teoritis, dan (2) Kajian Empiris.

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Pendidikan Karakter

Megawangi (Kesuma 2011) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan.

Secara etimologi , istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang antara berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak.

Secara terminologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umunya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karater adalah sifat kejiwaaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

(2)

budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti. Dengan demikian pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan (habit) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehri-hari.(Fitri 2012)

2.1.1.1 Hakikat Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks pemikiran Islam, karakter berkaitan dengan iman dan ikhsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikan dan diamalkan.

Lebih lanjut (Lickona 2013:84) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau tindakan moral. Moral knowing berkaitan dengan moral awereness, knowing moral values, persperctive taking, moral reasoning, decision making dan

(3)

self-knowledge. Moral feeling berkaitan dengan conscience, self-esteem, empathy, loving the good, self-control dan humility; sedangkan moral action merupakan perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Ketiga komponen tersebut perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter, agar peserta didik menyadari, memahami, merasakan dan dapat mempratikannya dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai kebajikan itu secara utuh dan menyeluruh (kaffah).

Dalam prespektif Islam, pendidikan karakter secara teoretik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia; seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW, yang memiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah (STAF) (Mulyasa 2011:5)

Menurut Kemendiknas (2010:7), karakter adalah nilai-nilai yang unik/baik yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karaker sangatlah beragam bentuknya, terdapat 18 nilai karakter bangsa diantaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

(4)

cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab .

Secara substansi, tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik).

Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain:

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan;

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan(dignity).

(5)

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi, dan mengembangkan nilai-nilai posistif pada anak sehingga menjadi pribadi yang unggul dan bermartabat (Fitri 2012:22)

2.1.1.3 Pendidikan Karakter Pada Peserta Didik

Pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui beberapa strategi dan pendekatan yang meliputi: (1) pengintergrasian nilai dan etika pada setiap mata pelajaran; (2) internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan orang tua); (3) pembiasaan dan latihan. Dengan komitmen dan dukungan berbagai pihak, institusi sekolah dapat mengimplementasikan kehiatan-kegiatan positif seperti salam, senyum, dan sapa (3S) setiap hari saat anak datang dan pulang sekolah; (4) pemberian contoh/teladan; (5) penciptaan suasana berkarakter di sekolah; (6) pembudayaan. Pembuyaan adalah tujuan institusional suatu lembaga yang ingin mengimplementasikan karakter di sekolah. Tanpa adanya pembudayaan, nilai dan etika yang diajarkan hanya akan menjadi pengetahuan kognitif semata (Fitri 2012:45)

Pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Pada dasarnya karakter peserta didik sudah terbentuk semenjak ia masih dalam rahim seorang ibu, dan pembentukan karakter tersebut hakekatnya sudah dipengaruhi oleh faktor genetik, sehingga watak dari peserta didik tersebut,

(6)

menurut para peneliti bahwa 20% karakter bapaknya, 20% karakter ibunya, dan 60% karakter tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang telah mendidiknya.

Dari 60% banguan karakter tersebut, salah satunya adalah pendidikan yang ikut serta membentuk dan mengembangkannya, sehingga masing-masing kepribadian dari peserta didik memiliki ciri khas yang berbeda pula, karana dilatar belakangi oleh faktor genetik, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu seorang guru memiliki peran yang cukup signifikan dalam rangka menjadikan para peserta didik cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual, sehingga hal tersebut akan menjadi bekal bagi peserta didik untuk menjalani kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

2.1.2 Kegiatan Pramuka

Praja Muda Karana; organisasi untuk pemuda yang mendidik para anggotanya dalam berbagai keterampilan, disiplin, kepercayaan pada diri sendiri, saling menolong, dsb anggota organisasi pramuka. Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

Pasal 4 tentang anggaran rumah tangga gerakan pramuka nomor 086 tahun 2005 tujuan dan tugas pokok gerakan pramuka ialah: Gerakan pramuka mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan bagi kaum muda di lingkungan luar sekolah yang melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah dengan tujuan:

(7)

a. Membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai keterampilan dan kecakapan serta memiliki ketahanan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri, sanggup dan mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

Pasal 6 menyatakan fungsi gerakan pramuka yaitu sebagai lembaga pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan sumber daya generasi muda, berlandaskan Sistem Among dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia. (Gerakan pramuka Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tahun 2005)

2.1.2.1 Pramuka Sebagai Bentuk Kegiatan Ekstrakulikuler di Sekolah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakulikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan untuk mengintrenalisasi nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian pada peserta didik. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,

(8)

kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai kepramukaan bagi siswa. Gerakan Pramuka adalah Organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Drama Pramuka.

Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalm 3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model Aktualisasi, dan Model Reguler. Model Blok merupakan kegiatan Wajib dalam bentuk perkemahaan yang dilaksakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum. Model Aktualisasi merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksakan dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian formal. Model Reguler merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang dilaksakan di Gugus depan (Sumber : http://www.jamarismelayu.com, diakses tanggal 27 desember 2016)

Didalam pendidikan karakter pramuka membedakan menjadi 4 pola pembinaan yaitu:

1. Siaga anggota pola pembinaan siaga berkisar umur 7 sampai 10 tahun. Biasanya anggota siaga barada pada Sekolah Dasar (SD) dari kelas 1 sampai kelas 4. Pola pembinaan siaga sendiri dengan mengedepankan mood dari si anak sendiri. Biasanya pola pembinaan dilakukan dengan permainan sehingga siswa dapat melakukan dengan senang. Dan di sela-sela pola pembinaan juga disisipkan pendidikan karakter.

(9)

2. Penggalang anggota pola pembinaan penggalang berkisar dari umur 11 sampai 15 tahun. Biasanya anggota penggalang berada pada Sekolah Dasar (SD) pada kelas 5dan 6, Serta berada pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pola pembinaan penggalang sendiri berdasarkan sifat siswanya sendiri seperti keingintahuan yang tinggi, semangat yang kuat,sangat aktif dan lain lain. Pendidikan karakter di dalam penggalang dimasukkan kedalam latihan kedisiplinan dan di dalam ilmu pengetahuan yang diberikan. Pramuka Penggalang digolongkan dalam 4 tingkatan, yaitu, Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, Penggalang Terap, dan Penggalang Garuda. Sama seperti Siaga, tingkatan tersebut bisa dicapai secara berturut-turut setelah seorang Pramuka Penggalang menyelesaikan pencapaian SKU.

3. Penegak anggota pola pembinaan penegak bekisar dari umur 16 sampai 20 tahun. Biasanya anggota penegak berada pada Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menegah Kejuruan (SMK). Para anggota penegak sendiri biasanya memiliki sifat ingin mencari jati diri, memiliki semangat yang kuat, kamauan yang kuat, agresif, sudah mengenal cinta dengan jenis kelamin lain. Pendidikan Karakter di dalam penegak diterapkan dalam kedisiplinan, kegiatan yang langsung terjun ke lapangan dan melaksanakan praktek tentang ilmu yang didapat selama menjadi anggota Pramuka.

4. Pandega anggota pola pembinaan pandega berkisar dari umur 21 sampai 25 tahun. Biasanya anggota pandega berada pada masa Perguruan Tinggi

(10)

atau Sekolah tinggi. pola pembinaan pandega sama dengan penegak dan pendidikan karakternya sama dengan penegak. Yang membedakan penegak dan pandega adalah system pengoorganisasian dan pola banyaknya kegiatan yang lasung terjun ke lapangan.

Dalam kepramukan itu dikenal metode kepramukaan. Metode Kepramukaan pada intinya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka. PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) dan MK (Metode Kepramukaan ) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Dalam setiap unsur metode kepramukaan merupakan bagian tersendiri yang mempunyai fungsi pendidikan tersendiri, dan seluruhnya bersamasama memperkuat untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan (Gerakan pramuka Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tahun 2005)

Metode kepramukaan adalah metode belajar interaktif progresif yang dilaksanakan melalui:

a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka. b. Belajar sambil melakukan.

c. Sistem beregu.

d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan

yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.

e. Kegiatan di alam terbuka.

(11)

g. Sistem tanda kecakapan.

h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri. i. Kiasan dasar.

2.1.2.2 Pramuka sebagai Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Gerakan Pramuka merupakan lembaga pendidikan yang berperan untuk melengkapi pendidikan formal kepada generasi muda. Gerakan pramuka juga bagian dari organisasi kepanduan dunia yang digagas oleh bapak pramuka sedunia yaitu Robert Stephenson Smyth Baden Powell “Gagasan Baden Powell adalah nilai-nilai universal diantarannya tentang kemanusiaan, persaudaraan, nasionalisme dan penyiapan masa depan generasi muda”. Gerakan Pramuka sebagai penyelanggara pendidikan kepanduan Indonesia yang merupakan bagian pendidikan nasional, bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual, sosial, intelektual dan fisiknya, agar mereka bisa:

a. Membentuk kepribadian dan akhlak mulia peserta didik

b. Menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara c. Meningkatkan keterampilan peserta didik, sehingga siap menjadi

anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh, serta menjadi calon pemimpin bangsa yang handal pada masa depan.

Upaya untuk menanamkan pendidikan karakter bangsa agar terus dilakukan terhadap peserta didik, sebab peserta didik merupakan aset bagi kelangsungan bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,

(12)

kedepannya generasi penerus mempunyai semangat dan jiwa nasionalisme sesuai cita-cita perjuangan bangsa. Sehingga kegiatan Pramuka sebagai wahana pembentukan pendidikan karakter sangat diperlukan dimana dalam kegiatan pramuka peserta didik di biasakan untuk disiplin dan selalu bertanggung jawab melalui kegiatan pramuka yang ada di sekolah peserta didik akan mampu mengendalikan sikap dan tindakannya dalam bersosialisasi pada masyarakat.

2.1.2.3 Nilai-nilai Karakter melalui kegiatan Pramuka

Dalam menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, dikepramukaan mempergunaakan 10 pilar yang menjadi kode kehormatan. Kode kehormatan mempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta menjadi standar tingkah laku pramuka di masyarakat. 10 pilar tersebut bernama Dasa Dharma dalam (PAD), yaitu:

a. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Cinta alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia. c. Patriot yang Sopan dan Kesatria

d. Patuh dan Suka Bermusyawarah e. Rela Menolong dan Tabah f. Rajin, Terampil, dan Gembira g. Hemat, Cermat dan Bersahaja h. Displin, Berani, dan Setia

i. Bertanggung jawab dan Dapat Dipercaya. j. Suci dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan

(13)

2.2 Kajian Empiris 2.2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi sebuah penelitian pembanding dengan penelitian yang sedang dikaji. Adapun bentuk-bentuk penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan penelitian dalam penelitian ini adalah yang telah dilakukan oleh (Hobal, 2015) mahasiswa dari Universitas AS PGRI Yogyakarta sebagai tugas akhir (skripsi) untuk mendapatkan gelar sarjana (S1), yang berjudul peranan kegiatan pramuka dalam membentuk karakter siswa SMP PGRI KASIHAN Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa, 1. Peranan kegiatan kepramukaan untuk membentuk karakter siswa, yaitu meningkatkan nilai religius, kedisiplinan, sikap mandiri, cinta tanah air, dan tanggung jawab, 2. Faktor pendukung pembentukan karakter melalui kegiatan kepramukaan adalah kerja sama pihak sekolah dengan guru dan pembina pramuka dalam memberikan contoh atau keteladanan yang baik kepada siswa, serta minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka disekolah. Sedangkan faktor penghambat diantaranya minimya dana untuk kegiatan pramuka dan sarana prasarana misalnya lapangan latihan.

Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh (Jihad, 2016) mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai tugas akhir (skripsi) untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) yang berjudul kegiatan ekstrakulikuler pramuka dalam pembentukan karakter siswa di MAN 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017. Dalam penelitian tersebut di temukan bahwa, 1. Materi dalam kegiatan baris-berbaris mengandung nilai karakter

(14)

disiplin, percaya diri, kepemimpinan dan tanggung jawab. 2 upacara mengandung nilai karakter semangat kebangsaan, cinta tanah air, disiplin. 3. Pertemuan mengandung nilai karakter mempercepat nilai persaudaraan dan memelihara persatuan dan kesatuan. 4. Perkemahan mengandung nilai karakter cinta tanah air, bersahabat dan peduli lingkungan. 5. Perjalanan lintas alam mengandung nilai karakter kepemimpinan, demokrasi, dan kemandirian serta percaya diri. 6. Permainan mengandung karakter peduli sosial, demokratis.

Terdapat persamaan dan juga perbedaan dalam penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang akan dilakukan adalaha penelitian ini sama-sama membahas tentang peran kegiatan pramuka dalam membentuk karakter siswa, faktor penunjang dan penghambat pembentukan karakter melalui kegiatan pramuka. Perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan adalah berkaitan dengan peranan kegiatan pramuka dalam membentuk karakter siswa yang akan digunakan saat penelitian dilakukan, sehingga hasil dari penelitian yang telah dilakukan juga berbeda-beda.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah PT Pusaka Tradisi Ibu secara langsung melalui teknik

orang lain akan menurunkan keyakinan dan usaha individu tersebut. Dampak modeling dalam efikasi diri sangat dipengaruhi oleh kemiripan.. antara idividu dengan model. Semakin

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan

Melihat potensi ini, pengembangan media pembelajaran dengan memanfaatkan telepon seluler adalah dengan membuat mobile learning yang ditujukan untuk semua telepon seluler

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon