PENGARUH PEMANGKASAN PADA TANAMAN KAKA0 DAN APLIKASI
PUPUK, JENIS AGENSIA HAYATI TERHADAP PROSENTASE
SERANGAN KEPINDING PENGISAP BUAH KAKAO (HELOPELTIS SP)
MADE SUKARATA
POPT Madya Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK
Prinsip pengendalian hama yang dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah teknik pengendalian yang dititik beratkan pada pendekatan ekologi, yaitu menangani masalah OPT dengan mengutamakan manipulasi komponen-komponen ekosistem yang berarti merubah lingkungan hidup OPT agar pertumbuhan dan perkembangan populasi OPT akan menjadi tetap rendah dan tidak menimbulkan kerusakan, maupun kerugian secara ekonomi.
Sementara informasi tentang Pemanfaatan Agensia Hayati untuk mengendalikan hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp) belum banyak diketahui oleh Petani. Penelitian Pemanfaatan Agensia Hayati dilaksanakan di Subak Abian Amerta Asih, Dusun Selemadeg Kelod, Desa Selemadeg, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2016. Pada Lokasi atau kebun alumni SL-PHT Kakao, tahun 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) Perlakuan yang dicoba terdiri dari dua faktor yang disusun dengan pola faktorial yaitu faktor Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk), dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati (A), terhadap Prosentase Serangan Helopeltis sp.
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa Perlakuan Kombinasi, dan Pemangkasan berpengaruh sangat nyata (p < 0,01), terhadap variabel yang diamati, namun Perlakuan/Aplikasi pupuk, Agensia Hayati, berpengaruh tidak nyata (p ≤0,05), apabila dibandingkan dengan sesama perlakuan Agensia Hayati. Sedangkan Interaksi atara faktor yang dicobakan tidak ada atau (P x A) berpengaruh tidak nyata (p ≤ 0,05).
Kata Kunci : Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp), Pemangkasan Tanaman Kakao, Pemupukan dan Agensia hayati
PENDAHULUAN Latar Belakang
Serangan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) menjadi salah satu ancaman bagi setiap usaha peningkatan produksi tanaman Perkebunan. Saat ini OPT telah berkembang menjadi semakin kompleks yang mana memerlukan konsepsi, strategi dan penanganan khusus dalam pengendaliannya. Oleh karena itu perlindungan tanaman mempunyai peranan penting tidak hanya untuk mengamankan produksi dari serangan OPT, tetapi juga menyelamatkan investasi yang dikeluarkan petani dalam proses produksi.
Dari tahun ketahun, produktivitas tanaman kakao di Bali dipridiksi cendrung menurun. Penurunan produktivitas tersebut menyebabkan produksi kakao Bali secara
umum juga menurun. Menurunnya produksi tersebut dipicu oleh beberapa faktor seperti: adanya anomali iklim, tanaman tua dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) kakao yang dominan yang menyerang adalah hama Helopeltis sp, penggerek buah kakao (PBK), busuk buah. Hal ini juga secara langsung dapat menurunkan kuantitas dan kualitas biji kakao. Kondisi tersebut secara keseluruhan berpengaruh terhadap posisi tawar, daya saing dan harga biji kakao asal Indonesia (Supartha, 2008). Untuk itu, diperlukan upaya penanganan yang sungguh-sungguh terhadap pemicu penurunan produktivitas tanaman tersebut sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat ditekan sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis.
Sejauh ini sudah ada upaya antisifasi masalah tersebut dengan aplikasi teknologi pengendalian secara terpadu dengan mengkombinasikan komponen pengendalian yang compatible seperti: karantina (peraturan), dengan menanam bibit unggul, secara kultur teknis, mekanis, fisis, hayati dan kimiawi (sebagai alternatif terakhir).
Khusus mengenai teknologi pengendalian secara kimiawi, cendrung menjadi pilihan masyarakat karena; hasilnya cepat dapat diketahui dan dipandang lebih efektif. Namun dampak negatif yang ditimbulkannya seperti: resurgensi, resistensi, terbunuhnya serangga bukan sasaran, pencemaran lingkungan dan keracunan pada pemakainya masih banyak diabaikan. Memperhatikan sedemikian besar dampak negatif yang dapat ditimbulkan dengan penggunaan pestisida kimiawi yang tidak bijaksana itu, maka upaya mengurangi penggunaannya selayaknya terus menerus diupayakan. Salah satu upaya yang saat ini dilakukan adalah dengan memanfaatkan agensia hayati yang relatif ramah lingkungan.
Potensi agensia hayati sebagai komponen pengendalian OPT. sangat memberi harapan dalam penerapan dan pengembangannya di masa depan. Pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati merupakan upaya yang dilaksanakan dalam rangka menyediakan sarana pengendali OPT alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati dimaksud, maka dipandang perlu dilakukan pengelolaan agar agensia hayati yang akan dikembangkan betul-betul sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan perkebunan. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh Agensia Pengendali Hayati (APH) yang spesifik lokal dan dapat menekan serangan hama/penyakit secara signifikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan kajianatau penelitianuntuk mengetahui Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao, dan Aplikasi Pemupukan, Agensia Hayati Terhadap Prosentase Serangan Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp)
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemangkasan tanaman Kakao, dan aplikasi pemupukan dan agensia hayati terhadap prosentase serangan Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp).
Pengendalian OPT
Pengendalian OPT secara Operasional mencangkup pengendalian prefentif dan responsif (Kumpulan modul Diklat POPT Ahli Ditjenbun-STPP Bogor, 2009). Upaya prefentif adalah upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi dan pengalaman status OPT waktu sebelumnya. Upaya ini mencangkup penentuan pola tanam, penentuan penggunaan bibit tahan OPT tertentu, pemeliharaan tanaman yang intensif seperti pelaksanaan pemangkasan, pemupukan, yang tepat dan benar, serta panen, pascapanen, penggunaan microorganisme antagonis, dan teknik budidaya lainnya untuk menciptakan budidaya tanaman sehat.
Menurut Oka (1995) ada tiga kriteria yang digunakan untuk menilai tanaman itu sehat yaitu (1) sehat secara fisiologis yaitu semua proses fisiologis dan proses biokimia yang terjadi di dalam tanaman berjalan secara normal, (2) sehat secara morfologi yaitu apabila diamati tanaman tersebut kelihatan normal, daun-daun sempurna berwarna hijau, kalau tanaman bunga-bunga-bunganya kelihatan sempurna, dengan pertumbuhan cabang-cabang yang tampak bagus, (3) sehat secara ekologi yaitu lingkungan sekitar tempat tanaman itu tumbuh dapat mendukung berlangsungnya proses-proses fisiologi dan biokimia tanaman baik lingkungan mikro maupun lingkungan makro, sehingga pertumbuhan tanaman berjalan secara optimal dengan produksi maksimum sesuai dengan tujuan budidaya tanaman.
Untuk melaksanakan tindakan operasional tersebut diperlukan informasi ekologis terutama tentang perkembangan populasi/serangan OPT dan musuh alaminya, perkembangan tanaman inang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT. Informasi tersebut artinya merupakan
PENGARUH PEMANGKASAN PADA TANAMAN KAKA0 DAN APLIKASI
PUPUK, JENIS AGENSIA HAYATI TERHADAP PROSENTASE
SERANGAN KEPINDING PENGISAP BUAH KAKAO (HELOPELTIS SP)
MADE SUKARATA
POPT Madya Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK
Prinsip pengendalian hama yang dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah teknik pengendalian yang dititik beratkan pada pendekatan ekologi, yaitu menangani masalah OPT dengan mengutamakan manipulasi komponen-komponen ekosistem yang berarti merubah lingkungan hidup OPT agar pertumbuhan dan perkembangan populasi OPT akan menjadi tetap rendah dan tidak menimbulkan kerusakan, maupun kerugian secara ekonomi.
Sementara informasi tentang Pemanfaatan Agensia Hayati untuk mengendalikan hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp) belum banyak diketahui oleh Petani. Penelitian Pemanfaatan Agensia Hayati dilaksanakan di Subak Abian Amerta Asih, Dusun Selemadeg Kelod, Desa Selemadeg, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2016. Pada Lokasi atau kebun alumni SL-PHT Kakao, tahun 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) Perlakuan yang dicoba terdiri dari dua faktor yang disusun dengan pola faktorial yaitu faktor Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk), dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati (A), terhadap Prosentase Serangan Helopeltis sp.
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa Perlakuan Kombinasi, dan Pemangkasan berpengaruh sangat nyata (p < 0,01), terhadap variabel yang diamati, namun Perlakuan/Aplikasi pupuk, Agensia Hayati, berpengaruh tidak nyata (p ≤0,05), apabila dibandingkan dengan sesama perlakuan Agensia Hayati. Sedangkan Interaksi atara faktor yang dicobakan tidak ada atau (P x A) berpengaruh tidak nyata (p ≤ 0,05).
Kata Kunci : Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp), Pemangkasan Tanaman Kakao, Pemupukan dan Agensia hayati
PENDAHULUAN Latar Belakang
Serangan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) menjadi salah satu ancaman bagi setiap usaha peningkatan produksi tanaman Perkebunan. Saat ini OPT telah berkembang menjadi semakin kompleks yang mana memerlukan konsepsi, strategi dan penanganan khusus dalam pengendaliannya. Oleh karena itu perlindungan tanaman mempunyai peranan penting tidak hanya untuk mengamankan produksi dari serangan OPT, tetapi juga menyelamatkan investasi yang dikeluarkan petani dalam proses produksi.
Dari tahun ketahun, produktivitas tanaman kakao di Bali dipridiksi cendrung menurun. Penurunan produktivitas tersebut menyebabkan produksi kakao Bali secara
umum juga menurun. Menurunnya produksi tersebut dipicu oleh beberapa faktor seperti: adanya anomali iklim, tanaman tua dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) kakao yang dominan yang menyerang adalah hama Helopeltis sp, penggerek buah kakao (PBK), busuk buah. Hal ini juga secara langsung dapat menurunkan kuantitas dan kualitas biji kakao. Kondisi tersebut secara keseluruhan berpengaruh terhadap posisi tawar, daya saing dan harga biji kakao asal Indonesia (Supartha, 2008). Untuk itu, diperlukan upaya penanganan yang sungguh-sungguh terhadap pemicu penurunan produktivitas tanaman tersebut sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat ditekan sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis.
Sejauh ini sudah ada upaya antisifasi masalah tersebut dengan aplikasi teknologi pengendalian secara terpadu dengan mengkombinasikan komponen pengendalian yang compatible seperti: karantina (peraturan), dengan menanam bibit unggul, secara kultur teknis, mekanis, fisis, hayati dan kimiawi (sebagai alternatif terakhir).
Khusus mengenai teknologi pengendalian secara kimiawi, cendrung menjadi pilihan masyarakat karena; hasilnya cepat dapat diketahui dan dipandang lebih efektif. Namun dampak negatif yang ditimbulkannya seperti: resurgensi, resistensi, terbunuhnya serangga bukan sasaran, pencemaran lingkungan dan keracunan pada pemakainya masih banyak diabaikan. Memperhatikan sedemikian besar dampak negatif yang dapat ditimbulkan dengan penggunaan pestisida kimiawi yang tidak bijaksana itu, maka upaya mengurangi penggunaannya selayaknya terus menerus diupayakan. Salah satu upaya yang saat ini dilakukan adalah dengan memanfaatkan agensia hayati yang relatif ramah lingkungan.
Potensi agensia hayati sebagai komponen pengendalian OPT. sangat memberi harapan dalam penerapan dan pengembangannya di masa depan. Pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati merupakan upaya yang dilaksanakan dalam rangka menyediakan sarana pengendali OPT alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati dimaksud, maka dipandang perlu dilakukan pengelolaan agar agensia hayati yang akan dikembangkan betul-betul sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan perkebunan. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh Agensia Pengendali Hayati (APH) yang spesifik lokal dan dapat menekan serangan hama/penyakit secara signifikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan kajianatau penelitianuntuk mengetahui Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao, dan Aplikasi Pemupukan, Agensia Hayati Terhadap Prosentase Serangan Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp)
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemangkasan tanaman Kakao, dan aplikasi pemupukan dan agensia hayati terhadap prosentase serangan Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp).
Pengendalian OPT
Pengendalian OPT secara Operasional mencangkup pengendalian prefentif dan responsif (Kumpulan modul Diklat POPT Ahli Ditjenbun-STPP Bogor, 2009). Upaya prefentif adalah upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi dan pengalaman status OPT waktu sebelumnya. Upaya ini mencangkup penentuan pola tanam, penentuan penggunaan bibit tahan OPT tertentu, pemeliharaan tanaman yang intensif seperti pelaksanaan pemangkasan, pemupukan, yang tepat dan benar, serta panen, pascapanen, penggunaan microorganisme antagonis, dan teknik budidaya lainnya untuk menciptakan budidaya tanaman sehat.
Menurut Oka (1995) ada tiga kriteria yang digunakan untuk menilai tanaman itu sehat yaitu (1) sehat secara fisiologis yaitu semua proses fisiologis dan proses biokimia yang terjadi di dalam tanaman berjalan secara normal, (2) sehat secara morfologi yaitu apabila diamati tanaman tersebut kelihatan normal, daun-daun sempurna berwarna hijau, kalau tanaman bunga-bunga-bunganya kelihatan sempurna, dengan pertumbuhan cabang-cabang yang tampak bagus, (3) sehat secara ekologi yaitu lingkungan sekitar tempat tanaman itu tumbuh dapat mendukung berlangsungnya proses-proses fisiologi dan biokimia tanaman baik lingkungan mikro maupun lingkungan makro, sehingga pertumbuhan tanaman berjalan secara optimal dengan produksi maksimum sesuai dengan tujuan budidaya tanaman.
Untuk melaksanakan tindakan operasional tersebut diperlukan informasi ekologis terutama tentang perkembangan populasi/serangan OPT dan musuh alaminya, perkembangan tanaman inang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT. Informasi tersebut artinya merupakan
pemahaman terhadap Agroekosistem, yang akan dikelola dengan melakukan analisis terhadap data historis ekologis atau analisis ekosistem. Hasil analisis ekosistem tersebut dapat disusun dalam suatu model prediksi keadaan serangan OPT atau model peramalan OPT yang selanjutnya hasil aplikasi model peramalan berupa informasi peramalan OPT pada suatu daerah atau lokasi, dapat dijadikan infut dalam merencanakan agroekosistem atau merencanakan usaha tani pada lingkup kelompok tani.
Pengendalian hama secara terpadu
Prinsip pengendalian hama yang diterapkan saat ini adalah mengendalikan hama agar tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Pengendalian hama tersebut dititik beratkan pada pendekatan ekologi, yaitu menangani masalah hama dengan mengutamakan manipulasi komponen-komponen ekosistem yang berarti merubah lingkungan hidup hama agar pertumbuhan dan perkembangan populasi hama akan menjadi tetap rendah dan tidak menimbulkan kerusakan, maupun kerugian secara ekonomi. Prinsip pengendalian hama ini dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp)
Hama kepinding pengisap buah kakao (Helopeltis sp) (Ordo : Hemiptera) adalah salah satu penyebab rendahnya produksi kakao di indonesia saat ini. Serangan hama tersebut dapat menurunkan produksi sampai 30-75 %, serangan Helopeltis sp juga merupakan penyebab turunnya mutu biji kakao.
Akurasi tindakan pengendalian yang dilakukan terhadap hama Helopeltis sp sangat tergantung dari ketepatan informasi yang diperoleh dari rekaman situasi ekosistem kakao setempat. Untuk mendapatkan informasi yang tepat diperlukan pemantauan berkala atas kondisi agroekosistem tanaman tersebut baik berkenaan dengan kondisi fisik (cuaca, suhu, kelembaban, curah hujan, intensitas sinar) maupun kondisi biologis (keadaan tanaman, kondisi buah, jenis hama, populasi hama, jenis musuh alami, jenis patogen penyebab penyakit, gulma dan hubungan fungsional antara fenologi tanaman, hama dan musuh alami di lapang). Berdasarkan gambaran tersebut dapat dipahami tentang tindakan yang harus dilakukan sebagai bentuk keputusan atas kesehatan tanaman atau keselamatan produksi tanaman di lapang.
Untuk keperluan penanganan hama tersebut secara efektif dan efisien diperlukan pengetahuan dasar tentang biologi dan ekologi hama tersebut. Berdasarkan pengetahuan dasar tersebut dapat diketahui mata rantai terlemah dari siklus hidup hama tersebut.
Gambar 1. Gejala Serangan dan Metamorfosa Hama Helopeltissp.
Nimpa Imago
Peranan Pengendalian Hayati
Sesuai dengan konsepsi dasar PHT pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan
memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah ambang aras ekonomik. Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida kimia, pengendalian hayati memiliki Telur
tiga keuntungan utama yaitu : Permanen, Aman, dan Ekonomis.
Semua serangga hama mempunyai musuh alami di lapang. Helopeltis sp adalah jenis serangga hama yang menyerang kakao juga mempunyai berbagai jenis musuh alami baik dari golongan predator, parasitoid maupun patogen yang ikut mengontrol dinamika populasinya di lapang. Beberapa hasil penelitian sebelumnya ditemukan ada sejumlah predator dan parasitoid yang mengontrol populasi Helopeltis sp pada tanaman kakao baik telur, larva, nimpa, maupun imagonya di lapang. Tindakan pemangkasan tanaman misalnya selain dapat memperbaiki sirkulasi udara juga dapat mengurangi kelembaban udara di sekitar kebun sehingga memberi lingkungan yang kurang baik bagi perkembangan hama
Helopeltis sp dan pertumbuhan penyakit busuk
buah (Phytophthtora palmivora) terutama pada musim hujan.
Potensi agensia hayati sebagai komponen pengendalian OPT. sangat memberi harapan dalam penerapan dan pengembangannya di masa depan. Pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati merupaka upaya yang dilaksanakan dalam rangka menyediakan sarana pengendali OPT alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati dimaksud, maka dipandang perlu dilakukan pengelolaan agar agensia hayati yang akan dikembangkan betul-betul sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan perkebunan. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui pengaruh pemangkasan tanaman kakao, dan aplikasi pupuk, agensia pengendali hayati (APH) terhadap prosentase serangan hama Helopeltis sp, serta dapat menekan serangan secara signifikan.
Untuk tujuan tersebut diatas, maka dilakukan kajian atau penelitian Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao, dan Aplikasi Pupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase Serangan Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp).
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Perlakuan yang dicoba terdiri dari dua faktor yang disusun dengan pola faktorial yaitu : Faktor pertama adalah Pemangkasan Tanaman Kakao yang terdiri dari :
1. Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk)
2. Tanpa Pemangkasan Tanaman Kakao (Tp) Faktor kedua adalah Pemupukan Tanaman dan Aplikasi Agensia Hayati yang terdiri dari: 1. Pemupukan dan Aplikasi biourin (A1)
2. Pemupukan dan Aplikasi Spicaria sp (A2)
3. Pemupukan dan Aplikasi Beauveria
bassiana strain Jember (A3)
4. Pemupukan dan Aplikasi Beauveria
bassiana strain Bali (A4)
Dengan demikian terdapat 8 perlakuan kombinasi yaitu Pk A1 Pk A2 Pk A3 Pk A4 Tp A1 Tp A2 Tp A3 Tp A4
Masing-masing perlakuan kombinasi di ulang 6 kali sehingga terdapat 48 petak perlakuan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Subak Abian Amerta Asih, pada kebun alumni SL-PHT Kakao tahun 2015, Desa Selemadeg, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Kebun Kakao seluas 1,50 Ha dengan 1.200 pohon tanaman kakao yang sudah berproduksi, Pupuk Kandang 6.000 kg,
Beauveria bassiana strain Bali 5 kg, Beauveria bassiana strain Jember 5 kg, Spicaria sp 5 kg,
dan Biourin 10 liter, Gunting Pangkas, Cangkul, Ember, Hand sprayer, tali rapia. Agensia Hayati, dan biourin diproleh dari Sub Laboratorium Hayati Timpag, Dinas Perkebunan Provinsi Bali, sedangkan Pupuk Kandang dan yang lainnya swadaya petani.
pemahaman terhadap Agroekosistem, yang akan dikelola dengan melakukan analisis terhadap data historis ekologis atau analisis ekosistem. Hasil analisis ekosistem tersebut dapat disusun dalam suatu model prediksi keadaan serangan OPT atau model peramalan OPT yang selanjutnya hasil aplikasi model peramalan berupa informasi peramalan OPT pada suatu daerah atau lokasi, dapat dijadikan infut dalam merencanakan agroekosistem atau merencanakan usaha tani pada lingkup kelompok tani.
Pengendalian hama secara terpadu
Prinsip pengendalian hama yang diterapkan saat ini adalah mengendalikan hama agar tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Pengendalian hama tersebut dititik beratkan pada pendekatan ekologi, yaitu menangani masalah hama dengan mengutamakan manipulasi komponen-komponen ekosistem yang berarti merubah lingkungan hidup hama agar pertumbuhan dan perkembangan populasi hama akan menjadi tetap rendah dan tidak menimbulkan kerusakan, maupun kerugian secara ekonomi. Prinsip pengendalian hama ini dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp)
Hama kepinding pengisap buah kakao (Helopeltis sp) (Ordo : Hemiptera) adalah salah satu penyebab rendahnya produksi kakao di indonesia saat ini. Serangan hama tersebut dapat menurunkan produksi sampai 30-75 %, serangan Helopeltis sp juga merupakan penyebab turunnya mutu biji kakao.
Akurasi tindakan pengendalian yang dilakukan terhadap hama Helopeltis sp sangat tergantung dari ketepatan informasi yang diperoleh dari rekaman situasi ekosistem kakao setempat. Untuk mendapatkan informasi yang tepat diperlukan pemantauan berkala atas kondisi agroekosistem tanaman tersebut baik berkenaan dengan kondisi fisik (cuaca, suhu, kelembaban, curah hujan, intensitas sinar) maupun kondisi biologis (keadaan tanaman, kondisi buah, jenis hama, populasi hama, jenis musuh alami, jenis patogen penyebab penyakit, gulma dan hubungan fungsional antara fenologi tanaman, hama dan musuh alami di lapang). Berdasarkan gambaran tersebut dapat dipahami tentang tindakan yang harus dilakukan sebagai bentuk keputusan atas kesehatan tanaman atau keselamatan produksi tanaman di lapang.
Untuk keperluan penanganan hama tersebut secara efektif dan efisien diperlukan pengetahuan dasar tentang biologi dan ekologi hama tersebut. Berdasarkan pengetahuan dasar tersebut dapat diketahui mata rantai terlemah dari siklus hidup hama tersebut.
Gambar 1. Gejala Serangan dan Metamorfosa Hama Helopeltissp.
Nimpa Imago
Peranan Pengendalian Hayati
Sesuai dengan konsepsi dasar PHT pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan
memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah ambang aras ekonomik. Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida kimia, pengendalian hayati memiliki Telur
tiga keuntungan utama yaitu : Permanen, Aman, dan Ekonomis.
Semua serangga hama mempunyai musuh alami di lapang. Helopeltis sp adalah jenis serangga hama yang menyerang kakao juga mempunyai berbagai jenis musuh alami baik dari golongan predator, parasitoid maupun patogen yang ikut mengontrol dinamika populasinya di lapang. Beberapa hasil penelitian sebelumnya ditemukan ada sejumlah predator dan parasitoid yang mengontrol populasi Helopeltis sp pada tanaman kakao baik telur, larva, nimpa, maupun imagonya di lapang. Tindakan pemangkasan tanaman misalnya selain dapat memperbaiki sirkulasi udara juga dapat mengurangi kelembaban udara di sekitar kebun sehingga memberi lingkungan yang kurang baik bagi perkembangan hama
Helopeltis sp dan pertumbuhan penyakit busuk
buah (Phytophthtora palmivora) terutama pada musim hujan.
Potensi agensia hayati sebagai komponen pengendalian OPT. sangat memberi harapan dalam penerapan dan pengembangannya di masa depan. Pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati merupaka upaya yang dilaksanakan dalam rangka menyediakan sarana pengendali OPT alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati dimaksud, maka dipandang perlu dilakukan pengelolaan agar agensia hayati yang akan dikembangkan betul-betul sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan perkebunan. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui pengaruh pemangkasan tanaman kakao, dan aplikasi pupuk, agensia pengendali hayati (APH) terhadap prosentase serangan hama Helopeltis sp, serta dapat menekan serangan secara signifikan.
Untuk tujuan tersebut diatas, maka dilakukan kajian atau penelitian Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao, dan Aplikasi Pupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase Serangan Hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp).
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Perlakuan yang dicoba terdiri dari dua faktor yang disusun dengan pola faktorial yaitu : Faktor pertama adalah Pemangkasan Tanaman Kakao yang terdiri dari :
1. Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk)
2. Tanpa Pemangkasan Tanaman Kakao (Tp) Faktor kedua adalah Pemupukan Tanaman dan Aplikasi Agensia Hayati yang terdiri dari: 1. Pemupukan dan Aplikasi biourin (A1)
2. Pemupukan dan Aplikasi Spicaria sp (A2)
3. Pemupukan dan Aplikasi Beauveria
bassiana strain Jember (A3)
4. Pemupukan dan Aplikasi Beauveria
bassiana strain Bali (A4)
Dengan demikian terdapat 8 perlakuan kombinasi yaitu Pk A1 Pk A2 Pk A3 Pk A4 Tp A1 Tp A2 Tp A3 Tp A4
Masing-masing perlakuan kombinasi di ulang 6 kali sehingga terdapat 48 petak perlakuan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Subak Abian Amerta Asih, pada kebun alumni SL-PHT Kakao tahun 2015, Desa Selemadeg, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Kebun Kakao seluas 1,50 Ha dengan 1.200 pohon tanaman kakao yang sudah berproduksi, Pupuk Kandang 6.000 kg,
Beauveria bassiana strain Bali 5 kg, Beauveria bassiana strain Jember 5 kg, Spicaria sp 5 kg,
dan Biourin 10 liter, Gunting Pangkas, Cangkul, Ember, Hand sprayer, tali rapia. Agensia Hayati, dan biourin diproleh dari Sub Laboratorium Hayati Timpag, Dinas Perkebunan Provinsi Bali, sedangkan Pupuk Kandang dan yang lainnya swadaya petani.
Pelaksanaan Penelitian Ploting Areal perlakuan
Kebun kakao dibagi menjadi 8 petak, dan dibagi 6 lagi masing-masing petak sehingga menjadi 48 petak perlakuan, dengan pembatas tali rapia, per petak terdapat 25 pohon tanaman kakao, untuk perlakuan Pemangkasan dan Tanpa Pemangkasan dilakukan secara sistematis yaitu petak pertama dipangkas, petak kedua tanpa dipangkas, ketiga dipangkas, keempat tanpa dipangkas dan seterusnya.
Pemangkasan dan Aplikasi Pupuk, Agensia Hayati
Pemangkasan dilaksanakan dengan pemangkasan ringan karena tanaman sedang berbuah, dan mewiwil, sedangakan pada perlakuan Tanpa pemangkasan tidak dilaksanakan pemangkasan dan mewiwil. Kegiatan mewiwil dan pemangkasan ringan dilaksanakan saat pengamatan 2 minggu sekali. Pemupukan tanaman diberikan sekali di awal yaitu 5 kg per tanaman kakao. Untuk Aplikasi
Beauveria bassiana (Bali + Jember), Spicria sp
dengan 3 kali aplikasi (2 minggu sekali), dengan dosis 200 g/10 l air. (satu tangki), dan Biourin, dengan 3 kali aplikasi 2 minggu sekali dengan dosis 1 liter per 10 liter air.
Pengamatan
Pengamatan pada Penelitian ini dilakukan terhadap parameter prosentase buah terserang Helopeltis sp yaitu di awal sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Buah yang diamati adalah mulai pentil ukuran 5 cm sampai dengan buah sedang 14 cm.
Rumus Prosentase serangan
(X) ...𝑥𝑥 =Jumlah buah yang diamatiJumlah buah terserang x 100 % Analisis Data
Data dianalisis secara statistika dengan menggunakan analisis varian. Jika uji F menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diamati, maka untuk membandingkan nilai rata-rata antar perlakuan digunakan uji beda rata-rata DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis statistika, menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel Prosentase serangan Helopeltis sp yang dimati. Faktor Pemangkasan juga berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel yang diamati. Namun perlakuan Aplikasi Agensia Hayati (A) berpengruh tidak nyata (ns) (p < 0,05) terhadap variabel yang diamti jika dibadingkan dengan Agensia yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula interaksi antara Pemangkasan (P) dengan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati (A) atau (P x A) apabila dibandingkan antara Pemangkasan Tanaman Kakao dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati dengan Tanpa Pemangsan Tanaman Kakao dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati, berpengaruh tidak nyata (ns) atau ( p < 0,05) terhadap parameter yang diamati.
Pengaruh faktor pertama terhadap prosentase serangan Helopeltis sp
Berdasarkan hasil analisis statistika, menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk), berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel prosentase serangan hama Helopeltis sp, dapat menekan serangan Helopeltis sp sampai dengan 5,97% lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tanpa Pemangkasan (Tp)
Prosentase buah terserang (buah yang diamati) ukurun 5 – 14 cm pada perlakuan Pemangkasan Tanaman Kakao rata-rata sebesar 11,79 % dan padaTapa Pemangkasan Tanaman Kakao rata-rata 17,46 % atau terjadi penurunan 5,97%. Sedangakan pada faktor interaksi antara Pemangkasan dan Aplikasi pupuk dan Agensia Hayati, hasil analisis statistika menunjukkan berpengaruh tidak nyata (ns) terhadap variabel prosentase serangan Helopeltis sp, apabila dibandingkan dengan interaksi Tanpa Pemangkasan dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati. Kedua faktor interaksi ini dapat menekan prosentase serangan hama Helopeltis sp, tetapi dalam uji statistik menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata (p < 0,05). Hasil pengamatan perlakuan kombinasi
Pemangkasan dan Aplikasi Agensia Hayati berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel prosentase serangan Helopeltis sp. Namun interaksi berpengaruh tidak nyata (p < 0,05) terhadap variabel prosentase serangan hama Helopeltis sp apabila dibandingkan dengan Perlakuan Pemangkasan dan Aplikasi pupuk dan Agensia Hayati setelah perlakuan. Kedua faktor sama-sama dapat menekan serangan hama Helopeltis sp(sangat signifikan). Pengaruh Faktor Kedua Aplikasi
Agensia Hayati (A) terhadap prosentase serangan Helopeltis sp
Perlakuan pemupukan yang dibarengi aplikasi Agensia Hayati (A) seperti : BB starin Bali dan Jember, Spicaria sp, dan biourin, apabila dibandingkan satu dengan yang lainya berpengaruh tidak nyata (ns) (p < 0,05) terhadap variabel Prosentase serangan
Helopeltis sp, namun semuanya dapat menekan
serangan Helopeltis sp (Tabel 1, 2)
Tabel 1 Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao, dan aplikasi pupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase serangan Helopeltis sp
Dftar Sidik Ragam
SK DB JK KT F.hit Sig F tabel 0,05 0,01
Ulangan 2 1.3125 0.65625 0.407963 Ns 3.74 6.51 Kombinasi 7 191.2917 28.18452 17.52115 ** 2.77 4.28 P 1 192.6667 192.6667 119.7729 ** 4.60 8.86 A 3 4.375 1.458333 0.906585 Ns 3.34 5.56 P x A 3 0.25 0.083333 0.051805 Ns 3.34 5.56 Acak 14 22.52 1.608631 Total 23 221.13 KK (%) = 8,67 Keterangan :
Ns = berpengaruh tidak nyata (p < 0,05) *= berpengaruh nyata (p < 0,05)
**= berpengaruh sangat nyata (p < 0,01)
Tabel 2 Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao,dan aplikasipupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase serangan Helopeltis sp
Perlakuan Persentase Buah Terserang (%) Faktor Pertama Pk Tp 11,79 b 17,46 a Kaktor kedua A1 A2 A3 A4
Persentase Buah Terserang (%) 11,25 a
10,75 a 11,31 a 10,36 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%
Pembahasan
Hasil analisis statistika pada perlakuan yang dicobakan yang terdiri dari dua faktor yang disusun dengan pola faktorial seperti
halnya paktor pertama Pemangkasan tanaman kakao (Pemangkasan tanaman kakao /Pk dan Tanpa Pemangkasan tanaman kakao/Tp) serta faktor kedua pemupukan dan Aplikasi Agensia
Pelaksanaan Penelitian Ploting Areal perlakuan
Kebun kakao dibagi menjadi 8 petak, dan dibagi 6 lagi masing-masing petak sehingga menjadi 48 petak perlakuan, dengan pembatas tali rapia, per petak terdapat 25 pohon tanaman kakao, untuk perlakuan Pemangkasan dan Tanpa Pemangkasan dilakukan secara sistematis yaitu petak pertama dipangkas, petak kedua tanpa dipangkas, ketiga dipangkas, keempat tanpa dipangkas dan seterusnya.
Pemangkasan dan Aplikasi Pupuk, Agensia Hayati
Pemangkasan dilaksanakan dengan pemangkasan ringan karena tanaman sedang berbuah, dan mewiwil, sedangakan pada perlakuan Tanpa pemangkasan tidak dilaksanakan pemangkasan dan mewiwil. Kegiatan mewiwil dan pemangkasan ringan dilaksanakan saat pengamatan 2 minggu sekali. Pemupukan tanaman diberikan sekali di awal yaitu 5 kg per tanaman kakao. Untuk Aplikasi
Beauveria bassiana (Bali + Jember), Spicria sp
dengan 3 kali aplikasi (2 minggu sekali), dengan dosis 200 g/10 l air. (satu tangki), dan Biourin, dengan 3 kali aplikasi 2 minggu sekali dengan dosis 1 liter per 10 liter air.
Pengamatan
Pengamatan pada Penelitian ini dilakukan terhadap parameter prosentase buah terserang Helopeltis sp yaitu di awal sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Buah yang diamati adalah mulai pentil ukuran 5 cm sampai dengan buah sedang 14 cm.
Rumus Prosentase serangan
(X) ...𝑥𝑥 =Jumlah buah yang diamatiJumlah buah terserang x 100 % Analisis Data
Data dianalisis secara statistika dengan menggunakan analisis varian. Jika uji F menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diamati, maka untuk membandingkan nilai rata-rata antar perlakuan digunakan uji beda rata-rata DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis statistika, menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel Prosentase serangan Helopeltis sp yang dimati. Faktor Pemangkasan juga berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel yang diamati. Namun perlakuan Aplikasi Agensia Hayati (A) berpengruh tidak nyata (ns) (p < 0,05) terhadap variabel yang diamti jika dibadingkan dengan Agensia yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula interaksi antara Pemangkasan (P) dengan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati (A) atau (P x A) apabila dibandingkan antara Pemangkasan Tanaman Kakao dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati dengan Tanpa Pemangsan Tanaman Kakao dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati, berpengaruh tidak nyata (ns) atau ( p < 0,05) terhadap parameter yang diamati.
Pengaruh faktor pertama terhadap prosentase serangan Helopeltis sp
Berdasarkan hasil analisis statistika, menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk), berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel prosentase serangan hama Helopeltis sp, dapat menekan serangan Helopeltis sp sampai dengan 5,97% lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tanpa Pemangkasan (Tp)
Prosentase buah terserang (buah yang diamati) ukurun 5 – 14 cm pada perlakuan Pemangkasan Tanaman Kakao rata-rata sebesar 11,79 % dan padaTapa Pemangkasan Tanaman Kakao rata-rata 17,46 % atau terjadi penurunan 5,97%. Sedangakan pada faktor interaksi antara Pemangkasan dan Aplikasi pupuk dan Agensia Hayati, hasil analisis statistika menunjukkan berpengaruh tidak nyata (ns) terhadap variabel prosentase serangan Helopeltis sp, apabila dibandingkan dengan interaksi Tanpa Pemangkasan dan Aplikasi pupuk, Agensia Hayati. Kedua faktor interaksi ini dapat menekan prosentase serangan hama Helopeltis sp, tetapi dalam uji statistik menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata (p < 0,05). Hasil pengamatan perlakuan kombinasi
Pemangkasan dan Aplikasi Agensia Hayati berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel prosentase serangan Helopeltis sp. Namun interaksi berpengaruh tidak nyata (p < 0,05) terhadap variabel prosentase serangan hama Helopeltis sp apabila dibandingkan dengan Perlakuan Pemangkasan dan Aplikasi pupuk dan Agensia Hayati setelah perlakuan. Kedua faktor sama-sama dapat menekan serangan hama Helopeltis sp(sangat signifikan). Pengaruh Faktor Kedua Aplikasi
Agensia Hayati (A) terhadap prosentase serangan Helopeltis sp
Perlakuan pemupukan yang dibarengi aplikasi Agensia Hayati (A) seperti : BB starin Bali dan Jember, Spicaria sp, dan biourin, apabila dibandingkan satu dengan yang lainya berpengaruh tidak nyata (ns) (p < 0,05) terhadap variabel Prosentase serangan
Helopeltis sp, namun semuanya dapat menekan
serangan Helopeltis sp (Tabel 1, 2)
Tabel 1 Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao, dan aplikasi pupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase serangan Helopeltis sp
Dftar Sidik Ragam
SK DB JK KT F.hit Sig F tabel 0,05 0,01
Ulangan 2 1.3125 0.65625 0.407963 Ns 3.74 6.51 Kombinasi 7 191.2917 28.18452 17.52115 ** 2.77 4.28 P 1 192.6667 192.6667 119.7729 ** 4.60 8.86 A 3 4.375 1.458333 0.906585 Ns 3.34 5.56 P x A 3 0.25 0.083333 0.051805 Ns 3.34 5.56 Acak 14 22.52 1.608631 Total 23 221.13 KK (%) = 8,67 Keterangan :
Ns = berpengaruh tidak nyata (p < 0,05) *= berpengaruh nyata (p < 0,05)
**= berpengaruh sangat nyata (p < 0,01)
Tabel 2 Pengaruh Pemangkasan Tanaman Kakao,dan aplikasipupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase serangan Helopeltis sp
Perlakuan Persentase Buah Terserang (%) Faktor Pertama Pk Tp 11,79 b 17,46 a Kaktor kedua A1 A2 A3 A4
Persentase Buah Terserang (%) 11,25 a
10,75 a 11,31 a 10,36 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%
Pembahasan
Hasil analisis statistika pada perlakuan yang dicobakan yang terdiri dari dua faktor yang disusun dengan pola faktorial seperti
halnya paktor pertama Pemangkasan tanaman kakao (Pemangkasan tanaman kakao /Pk dan Tanpa Pemangkasan tanaman kakao/Tp) serta faktor kedua pemupukan dan Aplikasi Agensia
Hayati (Biourin/A1, Spicaria/A2, BB strain
Jember/A3, dan BB Strain Bali/A4) terhadap
Prosentase serangan hama Helopeltis sp menunjukkan sebagai berikut :
Tindakan pemangkasan tanaman selain dapat memperbaiki sirkulasi udara juga dapat mengurangi kelembaban udara di sekitar kebun sehingga memberi lingkungan yang kurang baik bagi perkembangan hama Helopeltis sp
Perlakuan Kombinasi, perlakuan Pemangkasan berpengaruh sangat nyata (p < 0,01), pada variabel yang diamati (Prosentase serangan Helopeltis sp)
Perlakuan atau Aplikasi Pupuk dan Agensia Hayati menunjukkan berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05) terhadap variabel yang diamati apabila dibandingkan dengan perlakuan atau aplikasi sesama Agensia Hayati.
Interaksi kedua faktor yang di cobakan yaitu Pemangkasan (P) dan Aplikasi Agensia Hayati (A) atau ( P X A ) berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05)
Tetapi apabila kita lihat grafik/ histogram hasil Pengamatan Prosentase serangan Helopeltis sp sebelum dan setelah perlakuan semua faktor perlakuan berpengaruh terhadap prosentase serangan Helopeltis sp Gambar 2. Histogram Prosentase serangan Helopeltis sp, awal atau sebelum dan setelah
perlakuan :
Memperhatikan tampilan histogram di atas dapat diuraikan sebagai berikut semua perlakuan yang dicobakan dengan pola faktorial baik Pemangkasan dan Aplikasi pupuk dan Agensia Hayati dapat menekan Prosentase Serangan Helopeltis sp. Pada Perlakuan Kombinasi terhadap 2 faktor yang dicobakan dengan pola faktorial bahwa nampaknya faktor Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk) yang dikombinasikan dengan aplikasi pupuk dan Agensia Hayati (A) dapat menekan lebih tinggi apabila dibanding dengan Tanpa Pemangkasan dan aplikasi pupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase serangan Helopeltis sp.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan Hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Tindakan pemangkasan tanaman selain dapat memperbaiki sirkulasi udara juga dapat mengurangi kelembaban udara di sekitar kebun sehingga memberi lingkungan yang kurang baik bagi perkembangan hama Helopeltis sp
0 5 10 15 20 25 30 35
PkA1 PkA2 PkA3 PkA4 TpA1 TpA2 TpA3 TpA4
Pr os en tas e se ran gan H elo pe lt is sp Perlakuan Kombinasi
Terhadap Prosentase Serangan Helopeltis sp
% serangan sbl perlakuan % serangan stl perlakuan
2) Helopeltis sp juga mempunyai musuh alami yang sudah ada di alam seperti predator, parasitoid, dan patogen
3) Semua perlakuan dapat menekan Prosentase Serangan hama Helopeltis sp apabila hasil pengamatan awal dibandingkan dengan hasil pengamatan setelah perlakuan.
4) Hasil Analisis statistika menyatakan : Perlakuan Kombinasi, perlakuan Pemangkasan berpengaruh sangat nyata (p < 0,01), pada variabel yang diamati (Prosentase serangan Helopeltis sp), dan 5) Perlakuan atau Aplikasi Pupuk dan
Agensia Hayati berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05) terhadap variabel yang diamati apabila dibandingkan dengan perlakuan atau aplikasi sesama Agensia Hayati.
6) Interaksi kedua faktor yang di cobakan yaitu Pemangkasan (P) dan Aplikasi Agensia Hayati (A) atau ( P X A ) berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05)
Saran
Berdasarkanhasil pengamatan dan analisis statistika serta simpulan di atas dapat kami sarankan sebagai berikut :
1) Untuk menekan prosentase serangan hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp), yaitu dengan perlakuan kombinasi Pemangkasan Tanaman Kakao, dan Aplikasi pupuk, serta Agensia Hayati. 2) Dapat dilaksanakan penelitian yang sama
di daerah atau lokasi yang berbeda untuk mendapat pembanding dari hasil penelitian kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Pedoman Umum Pengamatan
OPT tanaman Perkebunan. Jakarta :
Direktorat Perlindungan Perkebunan. Anonim, 2009. Kumpulan modul Diklat POPT
Ahli Ditjenbun-STPP Bogor, 2009
Anonim, 2014. Statistik Perkebunan Tabanan . Tabanan : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tabanan.
Alit, S. I G N. 2006. Mengenal Penyakit
Tanaman Kakao. Denpasar : Jurusan Hama
Penyakit Tumbuhan Fak.Pertanian Universitas Udayana.
Gomez, K.A., Gomez, A.A. 1995. Prosedur
Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Diterjemahkan oleh Syamsuddin, E., Baharsyah, J.S. Jakarta: Universitas Indonesia. 698 hal.
Oka, I N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu
dan Implementasinya di Indonesia.
Yoyakarta : Gajah Mada University Press Supartha, I W.2001. Peranan Musuh Alami
sebagai Pengendali Alami Populasi Hama pada Ekosistem Perkebunan. Materi Pelatihan SLPHT-Perkebunan Kopi Rakyat di FLH Dinas Perkebunan Propinsi Bali di Desa Blantih, Kintamani Bangli Tanggal 15 Agustus 2001.
Sulistyowati E, Y.D Junianto, E. Mufrihati & A. Wahab. 2002. Keefektifan Jamur
Paecilomyces furnosoroseus untuk Mengendalikan Penggerek Buah KakaoConopomorpha cramerella. Pelita Perkebunan 18(3):120-128
Supartha, 2006. Teknologi Pengendalian
Penggerek Buah Kakao Untuk Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Produksi Kakao Bali. Denpasar : Disbun
Bali dan HPT Faperta UNUD.
Supartha, I W. 2008. Pengendalian Hama
Penggerek dan Penyakit Busuk Buah Kakao Secara Integrasi. I M. Mastika dan I W.
Susila (Editor). ISBN 978-979-18979-0-7. Penerbit: Dinas Perkebunan Provinsi Bali. 86 hal
Supartha, I W., Susila, I W., Mastika, I M., Suniti N.W. 2009. Pengelolaan Terpadu Hama Penggerek Buah Kakao,
Conopomorpha cramerella (Snellen) (Lepidoptera:Gracillaridae) di Bali. Usul Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2009. Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Hayati (Biourin/A1, Spicaria/A2, BB strain
Jember/A3, dan BB Strain Bali/A4) terhadap
Prosentase serangan hama Helopeltis sp menunjukkan sebagai berikut :
Tindakan pemangkasan tanaman selain dapat memperbaiki sirkulasi udara juga dapat mengurangi kelembaban udara di sekitar kebun sehingga memberi lingkungan yang kurang baik bagi perkembangan hama Helopeltis sp
Perlakuan Kombinasi, perlakuan Pemangkasan berpengaruh sangat nyata (p < 0,01), pada variabel yang diamati (Prosentase serangan Helopeltis sp)
Perlakuan atau Aplikasi Pupuk dan Agensia Hayati menunjukkan berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05) terhadap variabel yang diamati apabila dibandingkan dengan perlakuan atau aplikasi sesama Agensia Hayati.
Interaksi kedua faktor yang di cobakan yaitu Pemangkasan (P) dan Aplikasi Agensia Hayati (A) atau ( P X A ) berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05)
Tetapi apabila kita lihat grafik/ histogram hasil Pengamatan Prosentase serangan Helopeltis sp sebelum dan setelah perlakuan semua faktor perlakuan berpengaruh terhadap prosentase serangan Helopeltis sp Gambar 2. Histogram Prosentase serangan Helopeltis sp, awal atau sebelum dan setelah
perlakuan :
Memperhatikan tampilan histogram di atas dapat diuraikan sebagai berikut semua perlakuan yang dicobakan dengan pola faktorial baik Pemangkasan dan Aplikasi pupuk dan Agensia Hayati dapat menekan Prosentase Serangan Helopeltis sp. Pada Perlakuan Kombinasi terhadap 2 faktor yang dicobakan dengan pola faktorial bahwa nampaknya faktor Pemangkasan Tanaman Kakao (Pk) yang dikombinasikan dengan aplikasi pupuk dan Agensia Hayati (A) dapat menekan lebih tinggi apabila dibanding dengan Tanpa Pemangkasan dan aplikasi pupuk, Agensia Hayati terhadap Prosentase serangan Helopeltis sp.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan Hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Tindakan pemangkasan tanaman selain dapat memperbaiki sirkulasi udara juga dapat mengurangi kelembaban udara di sekitar kebun sehingga memberi lingkungan yang kurang baik bagi perkembangan hama Helopeltis sp
0 5 10 15 20 25 30 35
PkA1 PkA2 PkA3 PkA4 TpA1 TpA2 TpA3 TpA4
Pr os en tas e se ran gan H elo pe lt is sp Perlakuan Kombinasi
Terhadap Prosentase Serangan Helopeltis sp
% serangan sbl perlakuan % serangan stl perlakuan
2) Helopeltis sp juga mempunyai musuh alami yang sudah ada di alam seperti predator, parasitoid, dan patogen
3) Semua perlakuan dapat menekan Prosentase Serangan hama Helopeltis sp apabila hasil pengamatan awal dibandingkan dengan hasil pengamatan setelah perlakuan.
4) Hasil Analisis statistika menyatakan : Perlakuan Kombinasi, perlakuan Pemangkasan berpengaruh sangat nyata (p < 0,01), pada variabel yang diamati (Prosentase serangan Helopeltis sp), dan 5) Perlakuan atau Aplikasi Pupuk dan
Agensia Hayati berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05) terhadap variabel yang diamati apabila dibandingkan dengan perlakuan atau aplikasi sesama Agensia Hayati.
6) Interaksi kedua faktor yang di cobakan yaitu Pemangkasan (P) dan Aplikasi Agensia Hayati (A) atau ( P X A ) berpengaruh tidak nyata ( p < 0,05)
Saran
Berdasarkanhasil pengamatan dan analisis statistika serta simpulan di atas dapat kami sarankan sebagai berikut :
1) Untuk menekan prosentase serangan hama Kepinding Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp), yaitu dengan perlakuan kombinasi Pemangkasan Tanaman Kakao, dan Aplikasi pupuk, serta Agensia Hayati. 2) Dapat dilaksanakan penelitian yang sama
di daerah atau lokasi yang berbeda untuk mendapat pembanding dari hasil penelitian kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Pedoman Umum Pengamatan
OPT tanaman Perkebunan. Jakarta :
Direktorat Perlindungan Perkebunan. Anonim, 2009. Kumpulan modul Diklat POPT
Ahli Ditjenbun-STPP Bogor, 2009
Anonim, 2014. Statistik Perkebunan Tabanan . Tabanan : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tabanan.
Alit, S. I G N. 2006. Mengenal Penyakit
Tanaman Kakao. Denpasar : Jurusan Hama
Penyakit Tumbuhan Fak.Pertanian Universitas Udayana.
Gomez, K.A., Gomez, A.A. 1995. Prosedur
Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Diterjemahkan oleh Syamsuddin, E., Baharsyah, J.S. Jakarta: Universitas Indonesia. 698 hal.
Oka, I N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu
dan Implementasinya di Indonesia.
Yoyakarta : Gajah Mada University Press Supartha, I W.2001. Peranan Musuh Alami
sebagai Pengendali Alami Populasi Hama pada Ekosistem Perkebunan. Materi Pelatihan SLPHT-Perkebunan Kopi Rakyat di FLH Dinas Perkebunan Propinsi Bali di Desa Blantih, Kintamani Bangli Tanggal 15 Agustus 2001.
Sulistyowati E, Y.D Junianto, E. Mufrihati & A. Wahab. 2002. Keefektifan Jamur
Paecilomyces furnosoroseus untuk Mengendalikan Penggerek Buah KakaoConopomorpha cramerella. Pelita Perkebunan 18(3):120-128
Supartha, 2006. Teknologi Pengendalian
Penggerek Buah Kakao Untuk Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Produksi Kakao Bali. Denpasar : Disbun
Bali dan HPT Faperta UNUD.
Supartha, I W. 2008. Pengendalian Hama
Penggerek dan Penyakit Busuk Buah Kakao Secara Integrasi. I M. Mastika dan I W.
Susila (Editor). ISBN 978-979-18979-0-7. Penerbit: Dinas Perkebunan Provinsi Bali. 86 hal
Supartha, I W., Susila, I W., Mastika, I M., Suniti N.W. 2009. Pengelolaan Terpadu Hama Penggerek Buah Kakao,
Conopomorpha cramerella (Snellen) (Lepidoptera:Gracillaridae) di Bali. Usul Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2009. Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana