• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL “ALAM TAKAMBANG JADI

GURU” OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI

KECAMATAN KOTO XI TARUSAN

JURNAL

Oleh:

MELISA

11060280

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL “ALAM TAKAMBANG JADI GURU” OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI

TARUSAN By: Melisa* Jaruddin, M. A. Ph. D** Joni Adison, S. Pd. I., M. Pd** * Student

** lecturers

Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK

This research have background come from its not appropriate with Nan kuriak

iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso, Dima bumi dipijak, di situ langik dijunjuang, Tibo di mato indak dipiciangkan, tiba di paruik indak dikampihkan, Rarak kalikih dek binalu, tumbuah sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek. This research conducted for knowing about

implementation of profile in moral inquiry "alam takambang jadi guru " by adolecense in Kenagarian Ampang Pulai District of Koto XI Tarusan. Kinds of this research is descriptive quantitative. Research using by techniqe sampling area. Number of population is 290 person and number of samples is 74 person. The tool that used for collecting data by questionnaire. The result of this research that is recommendation for Wali Nagari goverment especially KAN and Ninik Mamak to be more care for inquiring moral

kamanakan and to reactive for thermore that problem do not happen like tehe research find

out.

Key word: Moral inquiry “alam takambang jadi guru“ and adolecense.

PENDAHULUAN

Remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan yang buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Menurut Selly Tokan (Asih Budiningsih, 2008:5) menyatakan bahwa remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar, dan sesuai dengan etika.

Indonesia negara yang sangat kaya dengan budaya lokal. Salah satunya adalah budaya lokal Suku Minang. Suku Minang merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Dalam masyarakat komunal yang kolektif seperti di Minang, memandang setiap orang adalah anggota kaumnya dan setiap kaum adalah warga masyarakat yang harus disegani dan dimuliakan dengan status yang sama. Ibrahim (2009:130) menyatakan bahwa azas kehidupan Suku Minang berpola kepada rasa kebersamaan dan persamaan.

Adat Minang meyakini bahwa pemeluk agama yang baik pasti menjadi pemangku adat yang baik pula karna Adat Minang bersendikan agama.

Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) alam Minangkabau Sumatera Barat mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam pembentukan karakter remaja awal di Kenagarian Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan yaitu:

1. Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) alam Minangkabau Sumatera Barat menjelaskan Nan kuriak iyolah kundi,

nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso. Dalam

penerapan inkuiri moral, adat sopan

santun adalah pencerminan dari

pengalaman adat dalam pergaulan yang berintikan budi pekerti yang baik, yakni memakai raso, pareso, malu, dan sopan dalam setiap tingkahlaku dan pergaulan. Adat Minangkabau menghendaki agar semua yang bersifat lahiriah haruslah

(3)

mencerminkan hakekat ajaran adat yang bermuara kepada budi.

2. Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) alam Minangkabau Sumatera Barat menjelaskan Dima bumi dipijak, di situ

langik dijunjuang. Penerapan inkuiri

moral dalam sosialisasi lingkungan masyarakat seperti apabila seseorang berada di suatu daerah, maka dia harus mengetahui aturan yang berlaku di daerah tersebut.

3. Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) alam Minangkabau Sumatera Barat

menjelaskan Tibo di mato indak

dipiciangkan, tiba di paruik indak dikampihkan. Penerapan inkuiri moral

dalam sistem peradilan adalah, jika menghadapi sesuatu masalah walaupun menyangkut kaum keluarga, yang salah tetap salah, yang benar tetap benar. 4. Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN)

alam Minangkabau Sumatera Barat menjelaskan Rarak kalikih dek binalu,

tumbuah sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek. Penerapan inquiri moral

dalam kajian rasa malu adalah, seseorang

hendaklah mempunyai rasa malu,

terutama antara laki-laki dengan

perempuan, hal ini untuk menjaga jangan

sampai terjadi pergaulan bebas.

Kehilangan rasa malu dalam diri masing-masing akan membuka jalan untuk berbuat yang tidak dibolehkan oleh adat dan syarak, kehilangan rasa malu dan budi pekerti yang luhur di dalam diri akan membahayakan kepada kehidupan

keluarga dan rumah tangga, dan

membahayakan terhadap kemuliaan,

bahkan membahayakan kepada

masyarakat dan bangsa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kanagarian Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan, Alasan peneliti memilih tempat ini adalah karena daerah tempat tinggal peneliti. Selain itu, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini peneliti temukan di Kanagarian Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Penarikan sampel dalam penelitian ini

adalah menggunakan area sampling.

Mendenhall, Ott dan Schaefer (A. Muri Yusuf 2005:196) menyatakan bahwa area

sampling adalah dimana tiap-tiap unit

dikumpulkan sebagai satu kumpulan atau

area. Dalam hal ini area dapat diartikan

sebagai kelompok atau kumpulan, dimana unsur-unsur dalam satu area homogen, sedangkan antara satu area dengan area lain terdapat perbedaan. Jumlah populasi dalam penelitian ini 290 remaja awal dan didapatkan sampel sebanyak 74 remaja awal di Kenagarian Ampang Pulai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil penerapan inkuiri moral “alam takambang jadi guru” oleh remaja awal di Kenagarian Ampang Pulai Kecamata Koto XI Tarusan berada pada kategori kurang sesuai dengan persentase 52,50%. Pada sub variabel Nan kuriak iyolah kundi, nan merah

iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso berada pada kategori

kurang sesuai dengan persentase 53,75%. Pada sub variabel dima bumi dipijak disitu

langik dijunjuang berada pada kategori

kurang sesuai dengan persentase 55,00%. Pada sub variabel Tibo di mato indak

dipiciangkan, tiba di paruik indak dikampihkan berada pada kategori kurang

sesuai dengan presentase 45,00%. Pada sub vaiabel Rarak kalikih dek binalu, tumbuah

sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek berada

pada kategori kurang sesuai dengan

presentase 57,50%.

1. Pembahasan Nan kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso

Konsep nan kuriak iyolah kundi, nan

merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso (35,00%) berada pada

kategori tidak sesuai sedangkan (53,75%) berada pada kategori kurang sesuai dan sebanyak (3,75%) berada pada kategori sesuai. Dengan kategori kurang sesuai ini, remaja perlu memperbaiki setiap tingkah laku dan pergaulan, baik dengan usia yang lebih kecil, teman sebaya ataupun orang yang lebih tua, sehingga menjadi sesuai terhadap profil penerapan inkuiri moral “alam takambang jadi guru” oleh remaja

awal di Kenagarian Ampang Pulai

(4)

Dari hasil penelitian ditemukan beberapa kesenjangan antara nilai moral yang di anut Nagari dengan kenyataannya

contohnya ditemukan remaja yang

bertingkahlaku kurang sopan baik dari cara berbicara, bersikap dan bertindak.

2. Dima Bumi Dipijak, Di Situ Langik Dijunjuang

Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahawa kesesuaian konsep

Dima bumi dipijak, di situ langik dijunjuang

(33,75%) berada pada kategori tidak sesuai.

Remaja paling banyak melakukan

pelanggaran (55,00%) berada pada kategori kurang sesuai dan (3,75%) berada pada kategori sesuai.

Fenomena yang terjadi akibat

kesenjangan moral di lokasi penelitian yaitu terlihat jelas masih ada remaja yang belum bisa menghargai lingkungan seperti masih kurangnya kesadaran remaja dalam kegiatan sosial maupun ketertiban lingkungan.

3. Tibo di Mato Indak Dipiciangkan, Tiba di Paruik Indak Dikampihkan

Sehubungan dengan kesesuaian

konsep Tibo di mato indak dipiciangkan,

tibo di paruik indak dikampihkan

mendapatkan hasil (43,75%) berada pada kategori tidak sesuai, pengetahuan tertinggi yaitu (45, 00%) berada pada kategori kurang sesuai dan (3,75%) berada pada ketegori sesuai.

Kesenjangan konsep ini diperjelas dengan data yang diperoleh bahwa adanya hasil yang menyatakan bahwa remaja masih

terlihat ingin menang sendiri dan

mementingkan kepentingan pribadi.

4. Rarak Kalikih Dek Binalu, Tumbuah Sarumpun Di Tapi Tabek, Kok Hilang Raso Jo Malu, Bak Kayu Lungga Pangabek

Berdasarkan data hasil penelitian menganai kesesuaian konsep Rarak kalikih

dek binalu, tumbuah sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek, (32,50%) berada pada kategori

tidak sesuai, (57,50%) berada pada kategori kurang sesuai dan (2,50%) berada pada kategori sesuai.

Melihat rendahnya pengetahuan

remaja mengenai kesesuaian konsep Rarak

kalikih dek binalu, tumbuah sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek dalam pembentukan karakter menimbulkan kekhawatiran akan keefektifan profil penerapan inkuiri moral “alam takambang jadi guru” oleh remaja

awal di Kenagarian Ampang Pulai

Kecamatan Koto XI Tarusan, karena tidak semua remaja menerapkan budaya rasa malu

dalam bergaul antara laki-laki dan

perempuan. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh dalam penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan

pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai profil penerapan inkuiri moral “alam takambang jadi guru” oleh remaja

awal di Kenagarian Ampang Pulai

Kecamatan Koto XI Tarusan. Temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kesesuaian konsep penerapan Nan

kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso berada

dalam kategori kurang sesuai. 2. Kesesuaian konsep penerapan Dima

bumi dipijak, di situ langik dijunjuang berada dalam kategori

kurang sesuai.

3. Kesesuaian konsep penerapan Tibo

di mato indak dipiciangkan, tiba di paruik indak dikampihkan berada

pada kategori kurang sesuai.

4. Kesesuaian konsep penerapan

Rarak kalikih dek binalu, tumbuah sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek berada dalam kategori

kurang sesuai.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti ingin mengajukan saran kepada: 1. Remaja

Membantu remaja dalam

pembentukan karakter melalui penyesuaian konsep:

a. Nan kuriak iyolah kundi, nan merah

(5)

indah iyolah baso, remaja hendaknya

lebih sopan lagi dalam berbicara baik dengan teman sebaya, dengan usia yang lebih kecil maupun dengan orang yang lebih tua.

b. Dima bumi dipijak, di situ langik dijunjuang, remaja hendaknya lebih

peduli lagi dalam kegiatan dan

bersosialisasi dengan aturan yang ada di lingkungan tempat tinggal.

c. Tibo di mato indak dipiciangkan, tiba di paruik indak dikampihkan, remaja

hendaknya bisa membedakan hal-hal yang benar serta tidak mementingkan keinginan pribadi.

d. Rarak kalikih dek binalu, tumbuah sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek,

remaja hendaknya bisa menyesuaikan diri dengan berpakaian yang sesuai dan dengan aturan pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

2. KAN

KAN hendaknya mampu

mengembangkan moral melalui:

a. Nan kuriak iyolah kundi, nan merah

iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso, Pemangku Adat

hendaknya melakukan sosialisasi

kepada kamanakan tentang adat raso,

pareso, malu dan sopan dalam bertingkah laku dalam masing-masing korongnya dengan cara bermusyawarah. b. Dima bumi dipijak, di situ langik

dijunjuang, Pemangku Adat hendaknya

melakukan sosialisasi untuk

mengembangan organisasi pemuda

secara positif dan lebih menghimbau

anak kamanakan dalam kegiatan ramah

lingkungan.

c. Tibo di mato indak dipiciangkan, tiba di

paruik indak dikampihkan, Pemangku

Adat hendaknya lebih adil dalam

mengambil kesimpulan serta

mengaktifkan peran Ninik Mamak dalam kegiatan baio-io (musyawarah). d. Rarak kalikih dek binalu, tumbuah

sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek,

Pemangku Adat melaksanakan kegiatan pensosialisasian dalam menerapkan lagi aturan raso jo malu kepada kamanakan yang artinya mampu menyesuiakan diri baik dengan pakaian, maupun dengan pergaulan.

3. Orangtua

Orangtua sebaiknya lebih memahami profil penerapan inkuiri moral “alam takambang jadi guru” oleh remaja awal di Kenagarian Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan melalui:

a. Nan kuriak iyolah kundi, nan merah

iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso, orangtua hendaknya

bisa mengajarkan anak dalam cara bertingkah laku baik berbicara dengan usia yang lebih kecil, teman sebaya, maupun orang yang lebih tua.

b. Dima bumi dipijak, di situ langik

dijunjuang, orangtua hendaknya bisa

mengajarkan anak dalam bersosialisasi yang positif dan mengikutsertakan anak dalam kegitan yang ada di lingkungan tempat tinggal.

c. Tibo di mato indak dipiciangkan, tiba di

paruik indak dikampihkan, orangtua

hendaknya bisa berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak pada saat anak

melakukan kesalahan serta

menanamkan sifat jujur.

d. Rarak kalikih dek binalu, tumbuah

sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek,

orangtua hendaknya bisa mengontrol anak dalam norma pergaulan sesuai dengan aturan yang berlaku dan menanamkan raso jo malu dalam diri anak.

4. Ninik Mamak

Ninik Mamak mampu mengembangkan moral melalui:

a. Nan kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso, Ninik Mamak

mampu memberi contoh dalam cara bertingkah laku baik berbicara dengan usia yang lebih kecil, teman sebaya, maupun orang yang lebih tua.

b. Dima bumi dipijak, di situ langik dijunjuang, Ninik Mamak hendaknya

mampu mensosialisasikan aturan yang dianut dalam masyarakat.

c. Tibo di mato indak dipiciangkan, tiba di paruik indak dikampihkan, Ninik Mamak bisa memberikan contoh, berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak kamanakan pada saat anak kemanakan melakukan kesalahan serta menanamkan sifat jujur.

(6)

d. Rarak kalikih dek binalu, tumbuah sarumpun di tapi tabek, kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek, Ninik Mamak bisa mengontrol anak

kemanakan dalam norma pergaulan sesuai dengan aturan yang berlaku dan menanamkan raso jo malu dalam diri anak kemenakan.

KEPUSTAKAAN

Budiningsih, Asih. 2008. Pembelajaran

Moral. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ibrahim. 2009. Tambo Alam Minangkabau

Tatanan Adat Warisan Nenek Moyang Orang Minang.

Bukittinggi: Kristal Multimedia.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi

Referensi

Dokumen terkait

Pada peralatan ini, mesin uap hanya merubah tenaga potensial dari uap menjadi tenaga mekanis berupa gerakan kian kemari dari piston dan selanjutnya diubah menjadi gerakan putaran

Sesuai dengan Kurikulum 2013, buku siswa kelas X ini memuat lima pelajaran yang terdiri atas dua jenis teks faktual, yaitu laporan hasil observasi dan prosedur kompleks; dua

(homogen) setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan CCD pada kader dan dilanjutkan konseling oleh kader kepada ibu balita, terjadi peningkatan pada kualitas asuhan ibu dan

Dari keempat proses tersebut di atas dipilih proses termal recovery karena system yang akan diterapkan bearada di wilayah Sumatera Selatan khususnya daerah Kalidoni dimana di

Dalam kaitannya dengan kerjasama ekonomi sub-regional dalam lingkup kerjasama ASEAN yang melibatkan propinsi-propinsi di wilayah KBI dan KTI, berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah

Hal ini disebabkan pada waktu reaksi tersebut, minyak inti sawit mengandung asam oleat (C18:1) dalam bentuk cis terkonversi menjadi C18:1 trans, namun setelah peningkatan waktu

Penyuluhan yang diberikan kepada anak- anak sekolah dasar tentang jajanan makanan tradisional secara signifikan telah dapat meningkatkan pengetahuan, namun belum

dan Natal, yayasan memberikan perhatian dengan memberikan sembako kepada guru-guru. 6) Guru-guru difasilitasi sarana belajar yang berupa APE (alat peraga edukatif) dan