• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI sejak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI sejak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI sejak Reformasi 1998 hingga kini terus menjadi soroton oleh berbagai kalangan, seperti media massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kelompok pemerhati parlemen dan masyarakat.

Isu miring yang menerpa DPR RI tidak bisa dihadang atau diantisipasi oleh DPR RI dengan perangkat-perangkat yang ada. Akibatnya, lembaga negara yang berfungsi sebagai pembuat UU, pengawasan dan budgeting itu menjadi bulan-bulanan dari berbagai pihak. Efeknya, tingkat kepercayaan masyarakat kepada DPR RI semakin menipis.

Untuk keanggotaan DPR RI 2009-2014, banyak sorotan negatif yang ditujukan kepada lembaga tersebut. Misalnya saja anggota DPR RI yang kedapatan menonton film porno1, kasus korupsi anggota DPR RI2, serta kasus-kasus seperti penyeludupan pasal zat aditif dalam UU Kesehatan.

Untuk periode 2014-2019, yang baru satu tahun berjalan telah menjadi sorotan. Sebut saja minimnya UU yang dihasilkan oleh lembaga tersebut. Juga, masa reses yang diubah dari 4 kali menjadi 5 kali turut memberi andil buruknya citra DPR RI.

Kasus yang tengah hangat dan hingga kini masih segar dalam ingatan

1 http://nasional.kontan.co.id/news/pramono-kasus-arifinto-mencoreng-dpr-1

2 http://www.ti.or.id/index.php/news/2012/02/15/ini-dia-kasus-kasus-korupsi-yang-menjerat-anggota-dpr

(2)

masyarakat adalah pertemuan Ketua dan Wakil Ketua DPR RI dengan pengusaha Amerika Serikat yang juga calon presiden AS, Donald Trump.

Kejadian yang menimbulkan polemik sekaligus menambah daftar penilaian negatif pada DPR RI terjadi pada tanggal 3 September 2015, Ketua dan Wakil Ketua DPR RI, Setya Novanto dan Fadli Zon serta sejumlah anggota DPR RI bertemu dengan calon Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump di New York, Amerika Serikat.

Pertemuan dengan pengusaha AS itu dilakukan Setya Novanto usai kegiatan Konferensi Ketua Parlemen sedunia ke-4 di New York tanggal 31 Agustus-2 September 2015 di Trump Tower, Fifth Avenue, New York. Turut hadir dalam pertemuan itu adalah Ketua Komisi III Aziz Syamsuddin, Wakil Ketua Komisi VII Satya Yudha, dan utusan Presiden Eddy Pratomo.

Usai beramah tamah di ruang kerja Donald Trump, Setya Novanto dan rombongan menuju lobi, dimana di lobi telah disiapkan panggung bagi Donald Trump untuk berkampanye.

Dalam kampanyenya, Donald Trump memperkenalkan Setya Novanto kepada publik bahwa Setya Novanto adalah orang hebat di Indonesia dan akan melakukan hal-hal besar buat Indonesia3.

Begitu media massa memberitakan hal tersebut, di dalam negeri menimbulkan reaksi yang beragam. Ada yang menilai pertemuan dan memperkenalkan Setya Novanto adalah sesuatu yang positif. Namun, ada juga menilai pertemuan tersebut melanggar etika sebagai anggota DPR RI, yang

(3)

terdapat dalam Tata Tertib DPR RI, yakni Pasal 1 hingga 6 dan Pasal 292.

"Partai Golkar menyesalkan apa yang telah dilakukan ketua DPR sekaligus dapat dipandang sebagai dukungan kepada salah satu calon presiden4.

Politisi PDIP seperti Diah Pitaloka juga menyayangkan pertemuan tersebut karena lebih menguntungkan diri sendiri karena keduanya sesama pebisnis5. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia Indicator terhadap pengguna twitter menyatakan sentiment negatif sebanyak 40,4%, sementara yang positif hanya 26,6%.6

Menurut Ichsan Soelistio, anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, pertemuan tersebut tidak tepat karena Setya Novanto mengenakan PIN DPR RI. Padahal, pertemuan tersebut diluar jadwal kegiatan yang diikuti Setya Novanto dan rombongan.

Tak sampai disitu, beberapa anggota DPR RI melaporkan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI tentang pertemuan tersebut. 7 orang anggota DPR RI itu adalah Charles Honoris, Budiman Sudjatmiko, Diah Pitaloka, Adian Napitupulu dari Fraksi PDI Perjuangan, Amir Uskara, dari Fraksi PKB, Maman Imanulhaq dan Akbar Faisal mewakili Fraksi Partai NasDem.

Potret yang terjadi dengan pertemuan antara Setya Novanto dan rombongan DPR RI dengan Donald Trump merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan yang menggerus citra DPR RI sebagai lembaga negara yang

4 http://www.tribunnews.com/nasional/2015/09/05/golkar-sesalkan-tindakan-setya-novanto-dan-fadli-zon-hadiri-kampanye-donald-trump 5 http://www.tribunnews.com/nasional/2015/09/13/politikus-pdip-setya-novanto-bertemu-trump-untuk-bisnis-pribadi 6 http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/09/150904_trensosial_dpr_donaldtrump

(4)

dibuat berdasarkan UUD 1945.

Persoalan lain yang terjadi dan berujung pada penurunan citra DPR RI adalah terjadinya dualisme kepemimpinan di DPR RI. Dimana dualisme itu terjadi antara partai-partai pendukung Jokowi-JK (Koalisi Indonesia Hebat) dan partai politik pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Koalisi Merah Putih). Pada tahun pertama, nuansa dualisme itu masih terasa dengan pimpinan dan alat kelengkapan dewan disapu bersih di DPR RI didominasi oleh KMP. Kondisi ini membuat DPR RI secara kelembagaan terdegradasi.

Sorotan negatif lainnya adalah terjadinya saling pukul antara sesama anggota DPR RI, bahkan satu komisi, yakni Komisi VII yang membidangi energi dan sumber daya alam.

Untuk periode DPR RI 2009-2014, sorotan negatif lebih banyak lagi. Misalnya saja, anggota DPR RI yang terkena kasus hukum, dalam hal ini kasus korupsi, perilaku anggota DPR RI yang tidak terpuji dan sebagainya. Berbagai media massa cetak, elektronik hampir setiap hari menayangkan pemberitaan negatif terhadap DPR RI.

Memang tidak mudah untuk mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat kepada DPR RI yang telah terpatri dan tertanam lama. Sebab, apa yang tertanam di kepala masyarakat itu disebabkan pemberitaan yang masif, yang kemudian dimanfaat kan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk membangun berbagai opini yang negatif.

Bahkan anggapan masyarakat yang dibangun dari berbagai opini oleh sekelompok orang itu terus menjalar. Bahkan, ada yang antipati kepada DPR RI.

(5)

Hal itu bisa dibuktikan dengan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat saat mencoblos untuk memilih wakil rakyat.

Adapun faktor internal sebagai penyebab menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat berasal dari oknum anggota DPR RI sendiri. Sebagai contoh adalah perilaku korupsi yang dilakukan oleh oknum anggota DPR RI, tingkat kehadiran anggota yang begitu rendah dalam rapat-rapat komisi, rapat paripurna DPR RI dan lain sebagainya. Karena dilakukan oleh oknum anggota DPR RI, namun akibatnya adalah menyeret DPR RI secara kelembagaan.

Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat tak lepas dari faktor internal itu sendiri. Dengan adanya faktor internal yang dieskpos secara masif oleh media massa, maka menimbulkan opini di masyarakat bahwa DPR RI adalah lembaga tidak layak dan pantas untuk dibubarkan. Istilah lain adalah terjadinya deparpolisasi yang sengaja diciptakan oleh sekelompok orang dengan opini yang dibangun sedemikian rupa.

Untuk mengembalikan tingkat kepercayaan tersebut, semua perangkat yang ada di lingkungan DPR RI harus bekerja keras dan saling bahu-membahu dengan peran dan fungsi masing-masing.

Adapun perangkat yang paling berperan di DPR RI untuk mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat itu adalah Sekretariat Jenderal DPR RI. Sekretariat DPR RI memiliki beberapa instrument yang ada dibawahnya, salah satunya adalah Biro Humas dan Pemberitaan DPR RI.

Sekretariat Jenderal DPR RI merupakan bagian yang mampu menciptakan, mengembangkan serta melakukan tindakan yang sifatnya untuk memperbaiki,

(6)

membangun, mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat.

Namun selama ini, peran Sekretariat Jenderal DPR RI untuk memperbaiki, membangun dan mengembalikan serta meningkatkan citra DPR RI secara kelembagaan tidak maksimal dan cenderung terfokus pada masalah internal semata.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba menjelaskan, menguraikan strategi Sekretariat Jenderal DPR RI untuk memperbaiki citra DPR RI dalam memperbaiki sekaligus meningkatkan citra DPR RI sehingga sebagai sebuah lembaga tinggi negara, DPR RI mendapat tempat dan simpati dari masyarakat, yang ujungnya berimbas pada citra positif.

1.2 Fokus Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan memfokuskan penelitian tentang strategi Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI terkait pertemuan Setya Novanto dan Donald Trump, sehingga sebagai sebuah lembaga tinggi negara, DPR RI mendapat tempat dan simpati dari masyarakat, yang ujungnya berimbas pada citra positif.

Selain itu, peneliti juga fokus pada mengapa perlu dilakukan strategi oleh Sekretariat Jenderal DPR RI untuk memperbaiki citra DPR RI pasca pertemuan tersebut.

Dari fokus penelitian sebagaimana yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang ingin diteliti adalah bagaimana strategi public relations Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI.

(7)

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan deskripsi pada latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka peneliti menetapkan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman Sekretariat Jenderal DPR RI tentang pertemuan Setya Novanto dan calon Presiden AS, Donald Trump?

2. Apa strategi public relations yang dilakukan Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI?

3. Apa upaya yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI?

4. Mengapa dilakukan strategi dan upaya untuk memperbaiki citra DPR RI?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemahaman Sekretariat Jenderal DPR RI tentang pertemuan Setya Novanto dan calon Presiden AS, Donald Trump.

2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI.

4. Untuk mengetahui tujuan dari strategi dan upaya Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI.

(8)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teroritis

Peneliti mengharapkan penelitian ini bisa menambah literatur untuk ilmu komunikasi, program studi Public Ralations mengenai strategi Sekretariat Jenderal DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI. Juga diharapkan, penelitian ini bisa memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, khususnya kalangan akademisi, mahasiswa.

1.5.2 Manfaat Praktis

Peneliti berharap penelitian ini bisa memberikan masukan kepada praktisi

Public Relations, kepada Sekretariat Jenderal DPR RI dalam melakukan tugas dan

Referensi

Dokumen terkait

Mulai mengomunikasikan kepada pimpinan atau rekan-rekan kerja tentang masa cuti yang akan diambil dan rencana menyusui saat bekerja sehingga ibu membutuhkan waktu dan

Menu, Analyze → Set Option → Space Truss.. Lakukan eksekusi program. Melihat hasil analisis SAP2000 pada layar monitor.. Show Loads = melihat beban-beban yang bekerja dan besar

Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti menggunakan tahun periode perpajakan dan laporan keuangan yang berbeda, yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2015,

City Project: By monitoring saline levels, this project will allow local officials to assess the impact of salinity in high risk wards, improve public. awareness, and allow for

Gambar 3.4 Tampilan Analisis Persentase Perubahan Jumlah Keseluruhan Penduduk Laki-laki dan

Sistem pakar ini dapat digunakan dan membantu ahli pertanian, petani maupun orang awam untuk proses diagnosa hama dan penyakit pada tanaman padi dengan cara

With regard to the state of forest ecosystems the 4 th National Report for the Convention on Biodiversity (2009) and the Framework Pro- gram for the Forest Sector (2008) highlight

Berdasarkan hasil penggolongan interval tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UIN Walisongo Semarang