• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bulan Februari 2008,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pada bulan Februari 2008,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

FEBRUARI 2009

Pendahuluan

P

ada bulan Februari 2008,

kegiatan KPA Nasional ditandai

dengan Lokakarya Perencanaan dan

Penganggaran Penanggulangan HIV

dan AIDS. Kegiatan ini mempunyai

nilai strategis mengingat dihasilkannya

beberapa kesepakatan

tentang perlunya perumusan kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS di berbagai sektor untuk RPJMN 2010 -2014.

Di samping itu ada dua lokakarya yang diikuti oleh staf KPA Nasional, yaitu mengenai feminasasi AIDS dan buruh migran. Kedua topik ini sering terabaikan, namun sebenarnya cukup penting untuk dibicarakan.

Dalam hal kerjasama, ada beberapa yang perlu mendapat perhatian, yaitu penandatangan bantuan AusAID untuk ICAAP ke 9 di Bali, penyediaan tempat untuk sekretariat populasi kunci dan bantuan HCPI untuk Provinsi DKI Jakarta. Sejalan dengan kegiatan yang terjadi di Sekretariat KPA Nasional, ada beberapa kegiatan penting yang terjadi di daerah. kegiatan-kegiatan tersebut tersaji juga dalam laporan kali ini.

Sekretariat KPA Nasional

Menara Eksekutif Lt. 9, Jl. M.H. Thamrin Kav.9, Jakpus Telp. (021) 3901758 Fax (021) 3902665

www.aidsindonesia.or.id

Penandatangan Bantuan AusAID untuk ICAAP ke 9, tanggal 20 Februari 2009

Lokakarya Perencanaan di Bappenas 26 Februari 2009

Peresmian Sekretariat Populasi Kunci di Menara Eksekutif Jakarta 20 Februari 2009

(2)

U

paya penanggulangan HIV dan AIDS memasuki babak baru dengan terbentuknya Forum Perencanaan dan Penganggaran Penanggulangan HIV dan AIDS. Forum ini merupakan salah satu rekomendasi hasil Lokakarya Nasional Perencanaan dan Pengganggaran Penanggulangan HIV dan AIDS di Bappenas tanggal 12 Maret 2008.

Fungsi forum ini untuk mengawal dan menjamin tersedianya kebijakan perencanaan yang bersifat strategik untuk memastikan adanya dukungan anggaran di lingkungan kementerian/lembaga pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pada tanggal 26 Februari 2009 bertempat di Bappenas dilakukan Lokakarya Perencanaan dan Penganggaran Penanggulanan HIV dan AIDS. Isu-isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah (1) Gambaran mutakhir epidemik HIV serta respons kebijakan; (2) Mapping kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS pada tahun 2007-2008 dan rencana kerja 2009 yang dilakukan oleh kementerian/lembaga pusat dan daerah; (3) Berbagi pengalaman tentang gambaran kebutuhan program serta proses perencanaan dan penganggaran

penanggulangan HIV dan AIDS berbasis data yang dilaksanakan provinsi dan kabupaten kota; (4) Pembahasan rencana dan mekanisme kerja forum; dan (5) Pembahasan konsep rumusan kebijakan sektoral penanggulangan HIV dan AIDS untuk RPJMN 2010 -2014.

Lokakarya ini dihadiri oleh kementerian/lembaga yang menjadi anggota forum dan perwakilan beberapa provinsi dan menghasilkan berbagai kesepakatan mengenai perumusan kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS di berbagai sektor untuk RPJMN 2010 -2014.

A. MENETAPKAN KEBIJAKAN

Lokakarya Perencanaan dan Penganggaran Penanggulangan HIV dan AIDS

Regional Technical Meeting on Responding to the Feminization of AIDS

P

ada saat ini telah terjadi peningkatan angka HIV

dan AIDS di kalangan wanita di seluruh Dunia.

Menurut laporan UNAIDS, hampir 50% penderita AIDS

di dunia adalah perempuan dan di Afrika angkanya

sudah mencapai 57%. Bahkan pada kelompok usia

15-24 tahun di Afrika, 76% adalah perempuan. kenyataan

ini cukup ironis, mengingat banyak perempuan yang

terinfeksi atau berisiko terinfeksi HIV tidak terlibat

dalam perilaku berisiko tinggi. Dibanyak tempat

perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk

melindungi dari infeksi HIV, hal ini disebabkan karena

laki-laki menggunakan kekuatan yang sangat besar

pada banyak aspek kehidupan perempuan. Saat ini

perempuan belum mempunyai kesetaraan gender

dalam memproteksi dari kemungkinan terinfeksi HIV.

Perspektif gender dalam respons epidemi HIV

selama ini jarang menjadi acuan dalam perencanaan

sebuah program intervensi. Bentuk intervensi yang

dilakukan cenderung disamakan antara satu tempat

dengan tempat lain, tanpa memperhitungkan

konstruksi-konstruksi sosial yang melingkupi populasi

yang berisiko tertular HIV. Berbagai data menunjukkan

bahwa intervensi yang berlangsung cenderung belum

sensitif gender.

Atas dasar itu pada tanggal 18-20 Februari 2009

terselenggara pertemuan regional di Bangkok yang

membahas hal-hal teknis terkait isu gender, feminisasi

AIDS serta metodologi penelitian sebagai upaya

menghasilkan program-program penanggulangan

AIDS yang berbasis bukti. Pada pertemuan tersebut

hadir dari Indonesia Ashley Heslop (UNAIDS), Geni

Floribunda Achnas (Uplift International), I Gusti Ngurah

Wahyunda (IKON Bali), dan Irawati Atmosukarto dari

KPA Nasional

Pertemuan ini menyepakati bahwa isu

yang muncul dari beragam penelitian sebaiknya

merefleksikan studi di wilayah-wilayah tersebut. Juga

diperlukan dialog baik di dalam negara, antar negara

maupun dengan negara perbatasan. Pada pertemuan

ICAAP 9 di Bali, akan dilakukan pembahasan mengenai

isu feminisasi AIDS secara khusus. Diperlukan juga

dialog dengan ILO dan Asia Pasific Business Coalition

on HIV and AIDS untuk akselerasi dan penjangkauan

terhadap pasangan/klien.

B. LANGKAH STRATEGIS

Lokakarya Perencanaan, 26 Februari 2009 di Bappenas, Jakarta

(3)

K

risis keuangan global memberikan dampak dramatis pada kehidupan pekerja migran di Asia Tenggara. Pekerja migran di luar negeri menghadapi kondisi semakin sulit, dengan

kesempatan kerja yang lebih sedikit dan lebih memungkinkan mengalami diskriminasi dan stigmatisasi. Pekerja migran menemukan dirinya dalam situasi dimana mereka berisiko atau lebih rentan terhadap infeksi HIV.

Fakta di negara-negara ASEAN menunjukkan kurangnya program nasional penanggulangan AIDS yang dikhususkan untuk pekerja migran. Program pencegahan pada tahap

pre-departure masih kurang efektif,

dan kurangnya akses pelayanan kesehatan di negara penerima.

Isu pekerja migran didiskusikan pada pertemuan tingkat tinggi

multi-stakeholder tentang pencegahan, perawatan, dan dukungan untuk pekerja migran di wilayah ASEAN yang dilaksanakan pada tanggal 12 - 13 Februari 2009, Bangkok, Thailand. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari Departemen Luar Negeri, Kesehatan dan Perburuhan dari 10 negara-negara anggota ASEAN, Organisasi Masyarakat Sipil (CSO), badan-badan PBB dan Sekretariat ASEAN. Fokus utama dari pertemuan ini adalah untuk melindungi hak kesehatan pekerja migran, khususnya akses mereka ke

layanan HIV dan AIDS.

Peserta dari Indonesia diwakili oleh Ben Perkasa Drajat (Departemen Luar Negeri), Rooswati (Depnaker), Dyah Mustikawati (Depkes), Thaufik Zulbahary (Solidaritas Perempuan), Halik Sidik (KPA Nasional) dan Vera Hakim (UNDP).

Tim Indonesia sendiri menetapkan tiga agenda utama sebagai rekomendasi untuk dilaksanakan:

Memperkuat sistem 1.

edukasi, komukasi dan penyampaian informasi kepada pekerja migran melalui saluran yang ada dalam

pre-departure system.

Memperbaiki sistem 2.

rujukan layanan VCT dan CST serta keterhubungan antara kedua layanan tersebut untuk pekerja migran.

Meningkatkan peran KBRI maupun

3. Labour Attache di

negara tujuan dalam memberikan informasi dan layanan terkait penanggulangan AIDS melalui peningkatakan kapasitas sumber daya manusia, penetapan mekanisme kerja dan jejaring dengan stakeholder terkait di negara tujuan.

High Level Multi Stakeholder Dialogue on HIV Prevention, Treatment,

Care and Support for Migrants in the ASEAN Region

Migrasi bukan faktor penyebab penularan HIV dan AIDS di kalangan pekerja migran, namun kondisi yang dihadapi ketika mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain menjadi faktor penyebab penularan HIV dan AIDS. Pekerja migran memberikan sumbangan terhadap pembangunan di negara pengirim dan penerima, akan tetapi hak-hak mereka masih

belum terlindungi secara penuh.

P

ada tanggal 10 Februari 2009, di Sekretariat KPA Nasional dilakukan pertemuan pembentukan POKJA Gender dan HAM. Hadir dalam pertemuan tersebut dari POLRI, PKBI, BNN, UNFPA, WHO, HCPI, KPI, IPPI, JOTHI, Depkumham. Acara diisi dengan agenda berbagi pengalaman peserta mengenai upaya penanggulangan HIV dan AIDS terkait isu HAM dan Jender, menyusun kepengurusan POKJA sekaligus menetapkan keanggotaannya dan kesepakatan rencana/agenda pertemuan selanjutnya.

Dalam diskusi terungkap bahwa pemahaman tentang jender dan HAM masih kurang, sehingga menghambat upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Banyak perempuan yang terinfeksi namun tidak mempunyai cukup informasi tentang HIV. Intervensi terhadap perempuan untuk HIV sudah lama, namun perubahan yang signifikan belum

terlihat. Pendekatan kultural ini sangat penting karena laki-laki mempunyai tanggung jawab dalam penyebaran virus tersebut.

Pertemuan ini menghasilkan draft Keputusan Ketua KPA Nasional tentang Pembentukan Kelompok Kerja Jender dan HAM untuk penanggulangan HIV dan AIDS. Dalam Surat Keputusan tersebut terangkum bahwa tugas dari POKJA ini akan membantu KPA Nasional dalam merumuskan kebijakan, mengembangkan program, menggerakkan sektor, daerah, profesional dan masyarakat sipil, memberikan bantuan teknis dan advokasi mengenai jender dan HAM kepada pemangku kepentingan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Bersama POKJA Penelitian juga mengusulkan kajian-kajian dan mempertimbangkan hasilnya sebagai masukan untuk merumuskan kebijakan.

Pertemuan Pokja Gender dan HAM

Pertemuan High Level Multi-Stakeholder,

(4)

P

ada tanggal 20 Februari 2009, secara resmi jaringan populasi kunci yang teridiri dari Jaringan Orang

Terinfeksi HIV (JOTHI), Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), Organisasi Pekerja Seks Indonesia (OPSI) dan Gay, Waria, Lelaki Seks dengan Lelaki Lainnya (GWL-Ina) mempunyai seketariat khusus yang bertempat di Gedung Menara Eksekutif lantai 7, gedung yang sama dengan sekretariat KPA Nasional. Pada acara peresmian tersebut hadir Sekretaris KPA Nasional, Ibu Nafsiah Mboi, Duta

AIDS Australia Murray Proctor, Nancy Fee (UNAIDS), Zahidul Huque (UNFPA) dan beberapa undangan lain seperti dari UNICEF, USAID, AusAID, WHO dan perwakilan dari jaringan populasi kunci.

Ibu Nafsiah selaku Sekretaris KPA Nasional mengucapkan terima kasih kepada UNAIDS yang telah mendukung penyediaan pengadaan sekretariat bagi jaringan populasi kunci serta seluruh pihak-pihak yang hadir dan turut mendukung terselenggaranya pertemuan tersebut.

Acara diisi dengan presentasi dari masing-masing populasi kunci. Ibu Nafsiah terkesan dengan presentasi yang disajikan oleh GWL -Ina, karena dari presentasi tersebut terlihat bahwa GWL-Ina memperjuangkan pencegahan anggotanya dari infeksi HIV dan AIDS.

Murray Proctor selaku Duta AIDS Australia menyatakan bahwa dengan adanya jaringan populasi kunci sudah sangat tepat, tetapi perlu dipikirkan peningkatan upaya penanggulangan yang dilakukan di Papua, karena di Papua transmisinya sudah masuk kepada populasi umum.

C. KOORDINASI PELAKSANAAN KEGIATAN

Peresmian Sekretariat Nasional Jaringan Populasi Kunci

D. PENYEBARLUASAN INFORMASI

Buku-buku Terbaru di Pusat Informasi AIDS Nasional

International Harm Reduction Development Program

,

Harm Reduction 2008: Countries with Injection Driven HIV Epidemics.

WHO, UNODC, UNAIDS

, 2008, Technical Guide: For

Countries to Set Targets for Universal Access to HIV Prevention, Treatment and Care for Injecting Drug Use.

International Organization for Migration

, 2007, Life

Skill Activities Manual on HIV and AIDS for Life With Love.

UNAIDS

, 2007, UNAIDS Annual Report, Knowing Your

Epidemic.

UNAIDS

, 2008, Making the Money Work: UNAIDS Technical

Support to Countries.

USAIDS

, 2008, Pembentukan Peraturan Daerah tentang

Penanggulangan HIV dan AIDS.

Peresmian Sekretariat Jaringan Populasi Kunci, 20 Februari 2009, di Menara Eksekutif, Jakarta

(5)

K

PA Nasional secara rutin setiap hari menerima informasi mengenai artikel-artikel yang tercetak di Surat kabar seputar HIV dan AIDS. Selama bulan Februari 2009 ini terkumpul 115 berita terkait dengan Kesehatan Reproduksi, Lokalisasi, Human

Trafficking dan HIV dan AIDS. Berita-berita tersebut

disampaikan oleh 24 Media cetak dan 1 Media TV. Diantara Media cetak tersebut, dua diantaranya menyajikan dalam bahasa Inggris.

Dari empat kategori berita tersebut, HIV dan AIDS diberitakan lebih banyak dari kategori lainnya, yaitu 48%, disusul dengan berita tentang Human

Trafficking 26%, Lokalisasi dan Wanita Pekerja Seks

15% dan sisanya 11% tentang kesehatan reproduksi. Dari berita-berita tentang HIV dan AIDS, ada beberapa penggunaan kalimat yang ditulis oleh wartawannya belum tepat atau mempunyai arti yang berbeda. Seperti kutipan di bawah ini yang diambil dari salah satu artikel tersebut: “Minimnya anggaran penanggulangan HIV/AIDS membuat

epidemi HIV&AIDS di Indonesia saat ini memasuki tingkat epidemi terkonsentrasi”. Padahal tidaklah ada hubungan antara minimnya anggaran dengan epidemi yang terkonsentrasi.

Contoh lain ketika menggunakan kata virus. Beberapa wartawan masih menulis kata virus dikaitkan dengan HIV/AIDS. Seperti penulisan “….. menjadi fakta bahwa virus HIV/AIDS ….”. Penulisan yang benar adalah “virus HIV” tanpa disertakan kata “AIDS”.

Wartawan memang harus selalu mendapatkan pemahaman tentang termilogi HIV dan AIDS. Upaya-upaya ini sebenarnya sudah sering dilakukan oleh KPA Nasional melalui pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk wartawan. Namun sistem penggantian yang diberlakukan di tempat mereka bekerja membuat pewarta AIDS selalu berganti-ganti. Langkah yang tepat untuk hal ini adalah dengan menjaga kesinambungan pelatihan untuk wartawan dengan materi-materi perkembangan program pencegahan.

E. KERJASAMA INTERNASIONAL DAN REGIONAL

Berita seputar HIV dan AIDS dari Media cetak yang terbit selama

bulan Februari 2009

P

emerintah Australia berkomitmen melanjutkan dukungan kepada Pemprov DKI untuk menanggulangi epidemi HIV di Jakarta. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di Balai Kota Jakarta pada tanggal 12 Februari 2009. Penandatangan tersebut dilakukan antara Duta Besar Australia Bill Farmer dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo disaksikan oleh Sekretaris KPA Nasional Ibu Nafsiah Mboi.

Kesepakatan tersebut antara lain akan diwujudkan dalam bentuk layanan pencegahan HIV dan perawatan melalui 31 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Jakarta. Bantuan diberikan sebesar 100 Juta dollar Australia atau sama dengan 70 Juta US$ yang disalurkan lewat Program Kemitraan Australia-Indonesia untuk HIV untuk 8 tahun (2008 – 2015) dengan tujuan untuk mengurangi penyebaran HIV dan memperbaiki kualitas hidup ODHA.

Jumlah penderita AIDS di Jakarta berjumlah 4.479 orang. Ibu Rohana Manggala selaku Ketua Pelaksana Harian KPA Provinsi DKI menyebutkan angka tersebut masih jauh dari kondisi sebenarnya. “Yang terungkap kami perkirakan masih sekitar 15 persen dari kondisi sebenarnya”, katanya. Jumlah orang terinfeksi HIV menurut perkiraan 27.000 orang. Dari perkiraan jumlah tersebut, 70 persen diantaranya ditularkan melalui pertukaran alat/ jarum suntik. Gubernur DKI Fauzi Bowo mengatakan peningkatan jumlah penderita HIV dan AIDS di Jakarta justru karena program penanggulangannya yang mudah didapatkan oleh masyarakat. “Karena mudahnya didapat layanan HIV dan AIDS itu maka banyak penderita yang menjadi terungkap” katanya.

(6)

Launch of Pacific Friends of the Global Fund

P

ada tanggal 23 - 24 Februari 2009, di Sydney Australia telah dilangsungkan pertemuan “Launch of Pacific Friends of the Global Fund”.

Pertemuan ini dilakukan dalam rangka memperluas dan meningkatkan kesadaran regional tentang bencana yang melanda wilayah Pasifik disebabkan oleh penyebaran AIDS, TB dan Malaria. Pertemuan ini mendukung komitmen Global Fund dalam meningkatkan sumberdaya baru untuk menurunkan laju epidemi dan upaya penanggulangan AIDS, TB dan Malaria.

Pertemuan dihadiri oleh para pebisnis, politikus dan tokoh masyarakat dari wilayah Pasifik untuk meningkatkan upaya memerangi HIV dan AIDS, TBC dan Malaria. Sekretaris KPA Nasional, Ibu Nafsiah Mboi hadir dan memberikan paparan

tentang dukungan dana GF ATM kepada Indonesia sejak tahun 2003 (Ronde 1).

Pertemuan ini menjadi sangat penting mengingat di wilayah Pasifik terdapat 500.000 kasus baru TBC setiap tahunnya dan sekitar 350.000 orang di wilayah ini hidup dengan HIV dan AIDS.

“Secara khusus, penyebaran infeksi HIV di Papua Nugini telah mencapai tingkat tertinggi yang bisa ditolerir. Peningkatan pendanaan sangat diperlukan untuk stabilisasi, pengurangan penyebaran HIV di Papua Nugini dan memastikan bahwa Pandemi HIV tidak meluas ke tempat-tempat lain di wilayah Pasifik” kata Alan Gyngell selaku Eksekutif Direktur dari Lowy institute untuk kebijakan internasional yang memprakarsai pertemua ini.

ICAAP Ke-9 Perkembangan hingga Maret 2009

A

cara pembukaan ICAAP ke 9 sudah ditetapkan pada tanggal 9 Agustus 2009 di Garuda Wishnu Kencana, Bali. Pada acara tersebut juga akan dilakukan

High Level Meeting,

yaitu Pertemuan antara para Duta AIDS. Ibu Ani Yudhonono sebagai Duta AIDS Indonesia sudah berkenan untuk menjadi tuan rumah pada pertemuan tersebut, sedangkan Murray Practor selaku Duta AIDS Australia dan Paul Bekkers Duta AIDS Belanda berkenan untuk menjadi co-host.

Sejauh ini sudah disetujui ada 4 plenary utama dalam acara ICAAP ke 9 ini, yaitu:

Plenary I: Overview of AIDS Epidemic in Asia & the

Pacific Region: Response & Challenges

Plenary II: Health System Strengthening and

Sustaining the Response

Plenary III: Inequity, Vulnerability and AIDS Plenary IV: Power and AIDS Governance

Bagi mereka yang ingin berpartisipasi dalam acara tersebut dapat mengirimkan abstrak. Batas penyerahan abstrak ditetapkan pada tanggal 27 Maret 2009. Disamping itu dibuka juga program scholarship. Panitia telah menyediakan 500 bantuan

penuh dan sebagian, dengan perbandingan 70% untuk peserta internasional dan 30% untuk peserta dalam negeri. Batas penyerahan proposal untuk

scholarship ini hingga 30

April 2009. Scholarship terbagi dalam 4 kelompok, yaitu untuk masyarakat, para ahli (Tenaga Kesehatan Profesional, Peneliti dan Mahasiswa), Media dan untuk Pemuda.

Saat ini AusAID telah menyetujui bantuan keuangan untuk program

scholarship senilai A$ 170.000 dimana 60% bantuan ditujukan untuk mendukung peserta dari Papua Nugini dan Pasifik, 20% peserta dari Indonesia dan sisanya 20% untuk peserta dari Negara Mekong (Thailand, Kamboja. Laos). AusAID juga meminta 50% dari dana tersebut ditujukan untuk perwakilan dari masyarakat sipil .

Terkait dengan bantuan AusAID, pada tanggal 20 Februari 2009, bertempat di Sekretariat KPA Nasional telah ditandatangani kesepakatan antara Murray Proctor selaku Duta AIDS Australia dengan Ibu Nafsiah Mboi selaku Sekretaris KPA Nasional bantuan sebesar A$ 300.000 untuk mendukung kegiatan ICAAP ke 9.

Penandatangan Bantuan AusAID untuk ICAAP ke 9, tanggal 20 Februari 2009

(7)

K

ajian mengenai sistem pengumpulan data terkait penanggulangan HIV dan AIDS perlu dilakukan. Data yang dikumpulkan oleh beragam institusi dan dilaporkan kepada pemerintah pusat termasuk kepada KPA Nasional dan institusi lain yang membutuhkan perlu diketahui metodologi dan alurnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, KPA Nasional bekerjasama dengan HCPI (HIV Cooperation Program for Indonesia) melakukan kajian terhadap sistem monioring dan evaluasi terkait dengan HIV dan AIDS. Kajian tersebut mempelajari sistem pengumpulan data yang selama ini berjalan dan melihat bagaimana sistem ini bisa berkontribusi dalam mengharmonisasikan sistem monev HIV dan AIDS nasional.

Kajian melibatkan konsultan dengan cara melakukan kunjungan ke lembaga/sektor antara lain: KPA Nasional, Depkes, Depnakerstrans, Depsos, PMI, Dephan/TNI, Dephukham, Depdiknas, FHI, dan HCPI.

Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa:

KPA Nasional mendukung pengembangan dan realisasi 1.

satu sistem monev nasional untuk HIV dan AIDS di Indonesia. Sebagian besar lembaga pemerintah yang memiliki pengaruh berarti dalam respons terhadap

HIV dan AIDS sudah membentuk satu unit tim untuk mengkoordinasikan kegiatan mereka dan masuk dalam keanggotaan KPA Nasional.

Hingga kini masih ada beberapa sistem monev program 2.

HIV dan AIDS yang diterapkan di beberapa lembaga seperti sistem monev KPA Nasional, sitem monev Depkes, sistem monev GF, dan sistem monev donor. Semua ini harus diharmonisasikan oleh semua pihak sehingga satu sitem monev bisa terwujud pada tingkat daerah maupun pusat.

Masih diupayakan upaya kuat untuk sistem monev di 3.

lembaga mitra untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam melakukan tugas-tugas terkait monev, bahkan untuk revitalisasi tim monevnya.

Koordinasi dan harmonisasi yang baik diantara lembaga tidak akan efektif kecuali semua pengampu kepentingan mempunyai tanggung jawab dalam merespons HIV dan AIDS. Di samping itu diperlukan penetapan tujuan yang jelas, penyusunan data dasar, identifikasi target perhitungan jangka pendek dan menengah, perhitungan indikator kinerja yang merupakan bagian integral dari perencanaan kebijakan.

PENGKAJIAN SISTEM PENGUMPULAN DATA TERKAIT

KEGIATAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA

F. MEMANTAU DAN MENGEVALUASI

G. MEMBERI ARAHAN KEPADA KPA DAERAH

Beberapa kegiatan dibawah ini dilakukan terkait dengan arahan kepada KPA Daerah. Kegiatan seluruhnya

dilakukan di daerah dan beberapa orang staf KPA Nasional diundang sebagai nara sumber. Beberapa kegiatan

tersebut:

Evaluasi layanan PTRM dan Pertemuan Penyusunan POKJA CST di Kalimantan Barat

B

agus Rachmat Prabowo selaku Korwil Program wilayah Kalimantan dan Sulawesi hadir dalam acara kunjungan ke layanan PTRM di Kalimantan Barat. Klinik PTRM RS Soedarso dan RS Alianyang telah beroperasi semenjak bulan Juli 2008 memiliki satu tim pelaksana layanan PTRM yang terdiri dari dokter umum, perawat, farmasi dan tenaga administrasi.

Klinik PTRM RS Soedarso saat ini melayani 30 orang pasien aktif sedangkan PTRM RS Alianyang melayani 40 pasien aktif. Jumlah layanan di kedua PTRM ini sangat kurang, sehingga membutuhkan penambahan jumlah tenaga lagi. Promosi tentang metadon pada calon pengguna layanan dan keluarga masih sangat kurang.

Untuk Klinik yang baru membuka pelayanan selama enam bulan pertama, dengan jumlah pasien aktif antara 30 – 40 merupakan sebuah langkah awal yang baik mengingat angka drop-outnya relatif rendah (kurang dari 30%). Dari hasil diskusi dengan pasien-pasien metadon dan diskusi panel dengan LSM Pontianak Plus serta kllinik PTRM,

PTRM, mengingat sudah banyak pasien yang berada dalam kondisi stabil.

Pertemuan Advokasi Stakeholder KPA Provinsi Bangka Belitung

P

ertemuan advokasi dilaksanakan di Kantor Gubernur Provinsi Bangka Belitung pada tanggal 10 Februari 2009. Acara tersebut dibuka oleh Asisten II Setda Bidang Ekonomi Pembangungan didampingi Sekretaris KPA Babel dan dihadiri oleh 40 stakeholder.

Dr. Nafsiah Mboi selaku Sekretaris KPA Nasional dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Provinsi Babel terhadap apa yang telah dihasilkan oleh provinsi ini dalam penanggulangan AIDS, antara lain adanya lokalisasi di beberapa tempat sehinga memudahkan kontrol terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV, adanya kunjungan Wakil Gubernur dan pejabat daerah terkait Rencana Strategis Daerah dan Perda Penanggulangan AIDS, dan adanya Sekretariat KPA Provinsi yang telah mulai menunjukkan dinamikanya, termasuk telah mendapatkan ruang kantor sendiri berikut kelengkapannya.

(8)

P

ada bulan Februari 2009, KPA Nasional disibukkan dengan kegiatan Audit Keuangan yang dilakukan oleh BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan). Proses audit dilakukan selama kurang lebih satu bulan dengan ruang lingkup pemeriksaan meliputi; pemeriksaan dokumen keuangan KPA Nasional, verifikasi dokumen keuangan dengan penanggung jawab kegiatan baik di tingkat Nasional, provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk melengkapi hasil audit juga dilakukan kunjungan ke KPA Provinsi/Kabupaten/Kota. Lokasi yang dipilih sebagai daerah kunjungan adalah Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Proses Audit ini diharapkan selesai pada bulan Maret 2009.

AUDIT KEUANGAN

RENCANA KEGIATAN BULAN MARET 2009

Pertemuan IPF Steering Committee (ISC)

ROAD SHOW Global Fund

Ronde 8 ke 12 Provinsi

Pelatihan Radio Komunitas dan

Newsletter

Pertemuan Perumusan Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS untuk •

Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014

Tim Audit Keuangan BPKP, Februari 2008

Kunjungan lapangan layanan Harm Reduction di Makassar

P

ada tanggal 23 – 25 Februari 2009, Bagus Rachmat Prabowo (Korwil Program untuk Sulawesi dan Kalimantan) berkunjung ke layanan harm reduction yang ada di Makassar. Ada beberapa catatan yang didapat dari hasil kunjungan tersebut, yaitu sudah terbentuknya jejaring dan kesepakatan tertulis yang baik antara pihak kepolisian dan LSM penjangkau mengenai layanan harm reduction. Pihak kepolisian sudah mengikuti kaidah dekresi hukum dalam penerapan program LJASS ( Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril) dan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas dan Rumah Sakit.

Program rujukan sudah berjalan dengan baik, bahkan sampai pada jejaring pemberian ART dan pendistribusian metadon di tingkat Puskesmas. Di samping itu adanya komitmen yang tinggi dari walikota untuk program ini serta ketua Pokja CST mampu menyatukan semua sub program CST sehingga program di tingkat rumah sakit menjadi sangat komprehensif.

Capacity building Pengelola Program dan Pengelola Administrasi se Jatim di Malang

K

orwil Program Jawa Bali, Inang Winarso berkesempatan hadir sebagai nara sumber dalam acara tersebut, yang dilakukan pada tanggal 22 – 25 Februari 2009. Acara pembekalan tersebut diisi dengan pemaparan mengenai estimasi HIV dan kasus AIDS yang dilaporkan Jatim, cara menghitung kebutuhan jumlah layanan AIDS yang diperlukan setiap Kab/Kota berdasarkan estimasi populasi kunci.

Di samping itu dipresentasikan juga sumber pendanaan dari perusaan-perusahaan lokal yang dapat dikumpulkan melalui CSR perusahaan yang tergabung dalam Indonesia Business Coalition (IBCA). Rencana tindak lanjut dari pertemuan tersebut adalah akan dilaksanakannya pertemuan rutin antara PP dan PA setiap 3 bulan sekali dengan agenda masing-masing kab/kota mempresentasikan kemajuan progam dan penambahan jumlah layanan.

Referensi

Dokumen terkait

Meliputi sebagai besar Kota Semarang lama dan sebagai Kecamatan Genuk dengan karakteristik kegiatan kekotaan (urban) dan menjadi pusat kota serta ekstensi pusat

1) Lokasi tapak berada di daerah Bukit Kencana Jaya, Meteseh, Tembalang, Semarang dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai Sekolah Alam berbasis Eco Arsitektur.

Penelitian Desertasi Doktor (PDD) SBK Riset Dasar atau SBK Riset Terapan (maksimal Rp.60.000.000) Penelitian Pendidikan Magister menuju.. Doktor untuk Sarjana

maksimal yang dapat diberikan untuk mencapai target ouput. (sebagaimana pada

[r]

Tes yang digunakan dalam penelitian ini diberikan pada saat pertemuan pertama (tes awal) dan setelah perlakuan selesai (tes akhir). Tes awal diberikan untuk mengetahui

bahasa komentator Indonesia Super League musim 2013-2014 sebagai informan. Teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat. cakap,

Rapat para Sekretaris Djenderal Departemen dan Pimpinan Sekretariat-sekretariat lembaga pemerintah Non Departemen tanggal 19 Agustus 1971 di Djakarta dan rapat para Sekretaris