• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENTA HREDAYA Volume 5 No 1 April 2021 P ISSN E ISSN YOGA SEBAGAI UPAYA MENCAPAI KESEHATAN MENTAL (Kajian Yoga Sutra Patanjali)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GENTA HREDAYA Volume 5 No 1 April 2021 P ISSN E ISSN YOGA SEBAGAI UPAYA MENCAPAI KESEHATAN MENTAL (Kajian Yoga Sutra Patanjali)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

I WAYAN RUDIARTA 57

YOGA SEBAGAI UPAYA MENCAPAI KESEHATAN MENTAL

(Kajian Yoga Sutra Patanjali)

Oleh

I Wayan Rudiarta IAHN Gde Pudja Mataram

iwayanrudiarta92@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to describe the benefits of yoga practice for mental health, especially in the Covid-19 pandemic era. This research uses qualitative research methods with literary and empirical approaches. The data obtained came from several textbooks, such as the Yoga Sutra Patanjali and several other supporting literacies, as well as phenomena that occurred in the field. During the Covid-19 pandemic, many people often experienced mental health problems, such as feelings of fear, panic, worry, anxiety and uncertain economic conditions. In a spiritual science approach, this can be overcome by applying the teachings of Yoga. The Yoga teachings were developed by Maharsi Patanjali, contained in the Yoga Sutra Patanjali and the essence of their teachings is known as asthanga yoga. In order to maintain mental health in the midst of a pandemic, proper yoga practices include the practice of asanas, pranayama and meditation. The research results showed that the practice of yoga, including asana, pranayama and meditation, was able to provide positive benefits to mental health in the midst of a pandemic, both in an effort to maintain mental health and as a form of self-healing for those with mental health disorders.

Keyword : Pandemic, Mental health, Yoga.

I. PENDAHULUAN

Yoga merupakan spiritual science yang kini berkembang pesat di seluruh dunia. Salah satu ajaran filsafat India Kuno (Darsana) ini disusun oleh Maharsi Patanjali. Ajaran filsafat dalam yoga oleh Maharsi Patanjali tertuang melalui Yoga Sutra Patanjali. Yoga Sutra Patanjali terbagi menjadi empat bagian yaitu Samadhi Pada, Sadhana Pada, Vibhuti Pada dan Kaivalya Pada. Dari empat bagian tersebut, secara umum ajaran yoga Maharsi Patanjali dikenal dengan Asthanga Yoga.

Asthanga Yoga yang terdiri dari Yama, Nyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana dan Samadhi mengajarkan konsep secara menyuluruh baik dalam aspek etika, kesehatan fisik, kesehatan mental, maupun kesehatan spiritual. Filosofi ajaran yang tertuang dalam konsep yoga diambil dari realitas kehidupan semua makhluk,

sehingga konsepnya bersifat universal dan dapat diterima oleh semua golongan. Yoga dapat bermanfaat untuk menjaga kesehatan, melatih kesabaran, meningkatkan kecerdasan, dan yoga juga diterapkan oleh para penekun spiritual.

Ajaran yoga sangat fleksibel, semua orang baik laki-laki atau perempuan, tua ataupun muda bisa melaksanakan praktek yoga sesuai dengan disiplin yang dijalani. Saat ini, ketertarikan orang untuk melakukan praktek yoga adalah lebih pada dampak yoga terhadap ketenangan pikiran dan meningkatkan kesehatan secara menyeluruh (Hagen and Nayar, 2014). Sehat secara menyeluruh dalam bahasan yoga dimaknakan sebagai sehat secara fisik, mental dan spiritual (Rudiarta, 2020).

Kesehatan mental menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan di masa pandemi akibat penyebaran Virus Corona atau yang sering disebut Covid-19 yang merupakan singkatan dari Corona

GENTA HREDAYA Volume 5 No 1 April 2021

P ISSN 2598-6848 E ISSN 2722-1415

(2)

I WAYAN RUDIARTA 58

Virus Dissease 2019. Virus yang merupakan family dari severe acute respiratory syndrome (SARS) and Middle East respiratory syndrome (MERS) pertama kali ditemukan di kota Wuhan China (Cucinotta and Vanelli, 2020). Penyebaran virus ini begitu cepat hingga telah mewabah ke berbagai belahan dunia. Tercatat dalam situs

www.woldometers.com pada tanggal 21 April 2021, kasus Covid-19 di seluruh dunia mencapai angka 143.693.826 kasus dan menyebabkan kematian sebanyak 3.061.055 kasus. Sementara di Indonesia dari sumber dan tanggal yang sama, kasus Covid-19 menyentuh angka 1.620.569 kasus dengan kematian 44.007 kasus.

Hingga saat ini upaya penemuan obat dan vaksin untuk Covid-19 masih diupayakan oleh berbagai negara dan perusahaan di seluruh dunia. Hal ini berdampak pada bertambahnya kasus dari hari ke hari diberbagai belahan dunia. Dikarenakan belum ditemukannya obat untuk Covid-19 ini, upaya pencegahan dilakukan dengan berbagai cara. Social distancing bahkan physical distancing, isolasi mandiri hingga menjalankan protocol kesehatan harus dilakukan. Sangat dianjurkan untuk menghindari kerumuman, meminimalisir kebiasaan lama yang aktif kesana-kemari. Hal ini menempatkan manusia pada posisi untuk merubah pola prilaku menuju tata cara hidup yang baru.

Banyak dampak yang dirasakan oleh masyarakat dikarenakan pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini. Kehilangan pekerjaan, ekonomi yang sulit, aktivitas yang terbatas, ketakutan, serta kegelisahan menyebabkan tidak sedikit orang mengalami stres. Made Mangku Pastika dalam Webinar Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja tanggal 10 Juni 2020 menyampaikan, ada tiga tingkatan orang stres di masa pandemi ini, pertama single stress, yaitu karena takut terinfeksi virus. Kedua, double stres, yaitu dikarenakan takut terinfeksi dan kesulitan ekonomi dan ketiga, tiple stress, yaitu karena takut terinfeksi, kesulitan ekonomi

dan kegelisahan kapan pandemi akan berakhir.

Stres adalah salah satu permasalahan pada kesehatan mental, yang apabila tidak ditangani akan berpengaruh pada kesehatan fisik. Kesehatan mental menjadi penting untuk bisa membebaskan diri dari kekhawatiran dan kecemasan berlebih menghadapi Pandemi. Pendekatan spiritual science yang dapat diterapkan untuk memperoleh dan menjaga kesehatan mental adalah dengan melakukan praktek Yoga. Penerapan ajaran yoga melalui praktek asana, Pranayama dan meditasi guna memperoleh dan menjaga kesehatan mental yang ditunjang penjelasan pada Teks Yoga Sutra Patanjali akan diulas secara mendalam dalam penelitian ini.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literatur dan empiris. Data didapat melalui analisis Yoga Sutra Patanjali dan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini menjadikan peneliti sebagai key instrument (instrumen kunci) dalam mengkaji dan menginterpretasi data yang diperoleh untuk dituangkan dalam hasil penelitian.

III. PEMBAHASAN

1. Kesehatan Mental dan Yoga

Disadari atau tidak, dampak psikologis dari penyebaran Covid-19 sangat terasa. Secara fisik orang yang mengalami gangguan secara psikologis tidak akan kentara. Gangguan psikologis akan terlihat dari perubahan prilaku dan cara berpikir. Gangguan psikologis mempengaruhi kesehatan mental, dan menurunkan daya tahan tubuh terlebih di masa pandemi. Olehnya, tidaklah bijak jika memandang permasalahan gangguan psikologi atau gangguan kesehatan mental adalah masalah yang tidak serius.

Emosi masyarakat terganggu ketika psikologisnya terguncang. Melihat orang batuk, pilek, demam langsung menjadi parno dan tidak berani mendekat. Ketika diri sendiri yang mengalami hal tersebut,

(3)

I WAYAN RUDIARTA 59

berpikiran jangan-jangan terserang Covid-19. Ada anggota keluarga yang keluar rumah, langsung berprasangka jangan-jangan pulang membawa virus dan hal lain yang menimbulkan kekhawatiran tidak mendasar merupakan bentuk gangguan kesehatan mental kita. Ini menjadi gejala psikomatis, yang mana pikiran dan perasaan negatif akan berpengaruh pada kesehatan fisik.

Masa pandemi masih terus berlangsung, meskipun semua pihak selalu berharap agar keadaan segera pulih seperti sediakala. Pemberlakuan new normal, yaitu melaksanakan berbagai aktivitas kehidupan secara normal dengan tata cara yang baru belum memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini tentu masih melahirkan kekhawatiran dan ketakutan di tenggah masyarakat, karena siapapun tidak berani menjamin suatu tempat bebas dari paparan virus. Banyaknya kasus OTG (orang tanpa gejala) juga menambah kekhawatiran, orang tidak tau siapa dan orang yang bagaimana terpapar virus.

Apabila situasi ini tetap dibiarkan, gangguan kesehatan mental akan berefek pada kesehatan fisik dan imunitas tubuh, olehnya dipandang perlu mendapat solusi memperoleh dan menjaga kesehatan mental. Yoga sebagai ajaran spiritual science, yaitu ajaran filsafat untuk mencapat pencerahan secara spiritual dengan pendekatan ilmiah mampu memberikan solusi untuk hal ini. Latihan yoga secara rutin mampu memberikan kesehatan secara menyeluruh baik secara fisik, mental maupun spiritual.

Pal (2020) menyatakan, “Yoga is a great tool to improve respiratory health and immunity, both of which are involved in the prevention and healing from COVID-19”. Hal ini dimaksudkan bahwa yoga sangat tepat dijadikan sebagai metode untuk meningkatkan kesehatan, termasuk kesehatan mental di masa pandemi ini. Olahraga fisik juga akan mampu memberikan kesehatan dan menjaga imunitas, dengan catatan psikologis (mental) tidak terganggu. Namun apabila

mental sudah terganggu, kecemasan akan mengurangi manfaat dari latihan fisik yang dilakukan.

Bushell dkk (2020) menyebutkan bahwa upaya meningkatkan kekebalan tubuh, dengan memberikan kesehatan pada mental bisa dilakukan bentuk meditasi, yoga, dan Pranayama. Meditasi dan Pranayama adalah bagian holistic dari ajaran yoga sebagaimana tertuang dalam ajaran astanga yoga. Wiase (2019) juga menuliskan bahwa keberhasilan dalam melaksanakan yoga akan mampu mengantarkan praktisi terlepas dari pengaruh panca klesa, yaitu lima macam penyebab penderitaan yang terdiri dari avidya (kebodohan, ketidaktahuan), Asmita (ke-aku-an), Raga (ketertarikan, ke-suka-an), Dvesa (ketaktertarikan, ke-taksuka-an, kebencian), dan Abhinivesa (ketakutan pada kematian).

Yoga bertujuan untuk memungkinkan individu mencapai dan mempertahankan kebahagiaan dinamis dalam ranah fisik, mental dan spiritual (Bhavanani, 2016). Hal ini senada dengan yang tertulis pada Bhagavad Gita, II.48 sebagai berikut.

“yoga-sta kuru karmā i sa ga tyaktvā dhana jaya siddhy-asiddhyo samo bh tvā samatva yoga ucyate” Artinya

“Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan, sikap seimbang seperti itu disebut yoga” (Prabhupada, 2006: 134).

Yoga tidak mengajarkan untuk berpasrah diri, melainkan mengajarkan untuk lebih mampu menyeimbangkan kontrol diri, tidak tertawa terbahak-bahak ketika bahagia, dan tidak menangis pilu ketika dilanda duka. Yoga menuntun praktisi untuk mampu menerima segala keadaan secara siap, baik dalam ranah fisik, mental, maupun spiritual. Dalam konteks mengatasi gangguan kesehatan mental di tengah masa pandemi, praktek yoga bisa

(4)

I WAYAN RUDIARTA 60

dilkukan adalah melalui Asana, Pranayama, dan meditasi (Dhyana). Asana sebagai latihan fisik dalam yoga, Pranayama sebagai latihan pernafasan, dan meditasi sebagai perenungan ke dalam diri yang sejati akan menuntun praktisi menemukan kesehatan mental. Mental yang sehat, fisik yang kuat, dan spiritual yang taat akan mampu meningkatkan imunitas, serta bisa melawan dan terhindari dari penyebaran Covid-19. Sebagaimana Hamid (2017) menuliskan bahwa, mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.

1.1 Latihan Asana sebagai Upaya Mengenali Badan

Asana adalah bagian ketiga dari astanga yoga. Asana didefinisikan sebagai postur yang tegak, mantap, sekaligus nyaman dan mudah “sthira-sukham-āsanam || II.46” (Krishna, 2015: 288). Hal ini mengisyaratkan bahwa melakukan asana yang benar tidak berdasarkan apa yang dilakukan orang lain, tetapi berdasarkan kenyamanan yang diperoleh ketika melakukan suatu pose (gerakan). Terpenting dalam asana bukan kelenturan, kekuatan, atau ke-ekstreme-an suatu gerakan. Melainkan sensasi serta rasa yang timbul setelah melakukan asana.

Asana merupakan komponen ajaran yoga yang paling dikenal sekarang ini. masih banyak yang memandang bahwa yoga adalah asana, kendati sesungguhnya, asana adalah awal dari disiplin yoga. Asana akan mempersiapkan badan untuk melangkah ke tingkatan berikutnya dari ajaran yoga. Asana bertujuan untuk mencari satu posisi yang nyaman yang akan digunakan untuk melakukan praktek meditasi (Sarasvati, 2002).

Dalam konteks peningkatan kesehatan mental di tengah masa pandemi, asana bisa dipraktekkan secara rutin baik baik pagi maupun sore hari selama kurang

lebih 45 menit dengan melakukan praktek surya namaskara, dan beberapa asana penekukan ke depan, ke belakang maupun kesamping (Pal, 2020). Lakukanlah asana dengan benar-benar bermeditasi pada setiap asana yang dilakukan, maksudnya mengenali setiap peregangan dan sensasi dari asana yang diterima tubuh. Asana tidak untuk mencari keringat, bukan juga hanya untuk mendapatkan ketenangan dan kenyamanan sesaat, melainkan untuk menemukan kebahagiaan sejati yang terpendam di dalam diri (Krishna, 2015). Melalui asana ketakutan dan kekhawatiran berlebihan pada diri perlahan dilepas untuk menemukan rasa optimis yang tersembunyi. Astuti (2019) juga menambahkan bahwa melalui latihan asana akan dapat mencapai keharmonisan dan memiliki ketahanan secara fisik, mental dan spiritual dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan berbagai permasalahan. Praktek asana di tengah pandemi ini bisa dilakukan secara personal atau bersama-sama dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Menyetujui pernyataan Pal, praktek asana cukup dilakukan kurang lebih selama 45 menit dengan mengutamakan kualitas dari asana, bukan kuantitasnya. Bahkan apabila minim pemahaman dan penguasaan terhadap asana, bisa hanya melakukan asana dengan praktek Surya Namaskara saja secara berulang-ulang. Satu putaran Surya Namaskara sudah mewakili berbagai asana dalam posisi berdiri, setengah berdiri, sampai jongkok. Ada penekukan ke depan, dan ada pula penekukan ke belakang. Sehingga bisa dikategorikan Surya Namaskara adalah edisi komplit dari asana dalam pose yang terbatas.

Surya Namaskara adalah gerakan untuk pemujaan kepada dewa surya. Surya Namaskara yang baik dan benar dilakukan dengan memadukan gerakan dengan irama nafas disertai lantunan doa (mantra). Surya Namaskara terdiri dari 12 gerakan yang dilakukan secara dinamis, yaitu Pranamasana, Hasta Uttanasana, Pada Hastasana, Asva Sancalanasana,

(5)

I WAYAN RUDIARTA 61

Parvatasana, Bhujangasana, Astanga Namaskara, Parvatasana, Asva Sancalanasana, Pada Hastasana Hasta, Uttanasana, dan kembali Pranamasana (Sarasvati, 2002).

Mengenali badan melalui Surya Namaskara sebagai esensi dari praktek asana dilakukan dengan selalu bermeditasi atau fokus pada badan yang melakukan gerakan. Dengan lebih mengenali badan, praktisi akan mengetahui badan perlu digerakkan sejauh mana untuk mencapai titik nyaman. Dengan mampu mengenali badan, kenyamanan ber-asana tidak bersifat sesaat, benar-benar menyentuh fisik dan psikis yang berimplikasi pada kesehatan mental dan psikologis. Lahirnya kesehatan mental dan psikologis bukan saja lahir dari kenyamanan tadi, tetapi juga dari ketenangan yang diperoleh dari kontrol nafas dalam setiap asana, sebagaimana yang tertulis dalam Yoga Sutra Patanjali II. 49 berikut.

“tasmin sati vāsa-pra vāsyor-gati-viccheda prā āyāma ”

Artinya

“Setelah menguasai asana, gati atau kecepatan nafas yang masuk dan keluar dapat dikurangi, dikendalikan, dengan demikian, prana atau aliran kehidupan ikut terkendali” (Krishna, 2015).

1.2 Latihan Pranayama sebagai Kontrol Emosi

Asana memberi manfaat maksimal apabila disertai dengan Pranayama. Pranayama berasal dari dua kata, yaitu “prana” dan “yama”. Prana merupakan kekuatan yang sangat penting atau utama yang meliputi selurus kosmos. Sedangkan yama berarti mengendalikan. Dari dua kata tersebut, Pranayama dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian teknik yang merangsang dan meningkatkan energy yang sangat penting (Sarasvati, 2002). Prana erat hubungannya dengan nafas, karena dibalik nafas terdapat prana atau energy kehidupan. Seorang yogi mengukur jangka waktu kehidupannya berdasarkan jumlah nafas. Semakin panjang dan dalam nafas

yang dikeluarkan, maka usia semakin bertambah (Wiase, 2019).

Latihan Pranayama begitu penting dilakukan dalam latihan yoga, termasuk di tengah masa pandemi ini. latihan Pranayama harus dilakukan secara kontinue (abhyasa) dengan memperhatikan teknik serta posisi tubuh yang tepat. Pal (2020) menyebutkan beberapa Pranayama yang bisa dilakukan untuk melawan serta menghindari penyebaran covid-19, yaitu anuloma-viloma, kapal bhati, bhastrika, chandra-nadi atau chandra-bhedana, surya-nadi atau surya-bhedana, bhramari, dan shitali Pranayama.

Beberapa latihan Pranayama yang dijelaskan di atas, dipraktekkan dengan memperhatikan kondisi tubuh. Pranayama yang tepat akan memberikan ketenangan sehingga akan mampu mengontrol berbagai emosi yang lahir (emosi negatif) akibat Covid-19. Kontrol emosi yang baik akan memberikan kejernihan pikiran untuk berpikir lebih logis dan optimis. Semua penyakit pasti ada obatnya, dengan bersikap “calm down”, maka akan mampu meredam kepanikan sehingga mental menjadi sehat diikuti oleh fisik yang lebih bugar dan imunitas yang terjaga. Sharma dkk (2013) mengungkapkan bahwa baik Pranayama cepat maupun lambat mampu mengurangi stres yang dirasakan, detak jantung, dan tekanan darah. Hal ini tentunya sangat sesuai dengan situasi di tengah pandemi, yang mana banyak orang mengalami stress sebagai gejala gangguan kesehatan mental.

Disamping itu, covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS Cov-2 menyerang system pernafasan yang dapat menyebabkan pneumonia. Dengan latihan Pranayama, memperbaiki dan menstimulus organ-organ pernafasan, maka organ tersebut akan memiliki daya tahan yang lebih kuat. Hal ini didukung dengan tulisan Prem dkk (2013) yang menyatakan bahwa pasien penderita asma, dengan melakukan praktek Pranayama mampu menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik dan lebih mampu mengontrol penyakitnya (asma).

(6)

I WAYAN RUDIARTA 62

Pranayama yang rutin mampu memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi penderita asma. Hal serupa tentunya akan diperoleh oleh penderita pneumonia apabila disiplin dalam melaksanakna praktek Pranayama. Hal ini tentunya berkerelasi kembali dengan situasi mental, ketika mengetahui bahwa Pranayama bisa menjadi solusi, tingkat kekhawatiran dan kecemasan akan berkurang dan mampu memberikan kesehatan bagi mental.

1.3 Latihan Meditasi sebagai Transformasi Mental

Meditasi (dhyana) merupakan bagian ketujuh dari astanga yoga. Meditasi bisa dilakukan setelah terbiasa melakukan praktek pratyahara dan dharana. Dhyana berasal dari akar kata dhi, istilah ini berkembang menjadi varian dhyai berarti berpikir, memikirkan, dan dhyana berarti meditasi (Wiase, 2019). Ketika melakukan meditasi, semua indera dipusatkan sehingga mampu melihat diri yang sejati. Hal ini dimaksudkan bahwa melalui meditasi, praktisi akan lebih mampu mengenali siapa dirinya yang sebenarnya. Kegelisahan, kegundahan, kecemasan dan kepanikan, bisa diminimalisir melalui meditasi secara rutin.

Keadaan lingkungan yang belum pulih, situasi sosial yang masih pincang, perekonomian yang terpuruk, dan banyaknya berita (informasi yang tidak diketahui kebenarannya) membuat kondisi mental sebagian masyarakat terguncang. Bagaikan bercermin di air yang penuh dengan riak-riak, maka orang bisa tidak menemukan siapa dirinya dan terjerumus ke dalam buruknya situasi. Hanya ketika air tenang dan jernih lah orang bisa melihat dirinya seperti bercermin. Demikianlah ketika melakukan meditasi, dalam ketenangan dan keheningan, sang diri akan nampak dan meyakinkan jati dirinya. Hal ini sebagaimana yang tersurat dalam Kekawin Totaka berikut.

“Sasi wimba haneng gata mesi banyu

Ndan asing suci nirmala mesi wulan

Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin

Ringangambeki yoga kiteng sakala” Artinya

Bayangan bulan terlihat dalam tempayan yang berisi air

Setiap yang (berisi air yang) suci hening berisi bulan.

Demikianlah Engkau Tuhan, berada dalam setiap mahluk.

Pada orang yang melakukan yoga Engkau menampakkan diri.

( https://phdi.or.id/artikel/mencari- tuhan-sebagai-sebuah-pendakian-spiritual, akses tanggal 21 April 2021).

Kakawin tersebut mengulas makna mendalam dari praktek meditasi. Orang yang melakukan praktek meditasi akan mampu selalu sadar dengan dirinya. Kecerdasan emosional dan spiritual tidak akan dikalahkan oleh kecerdasan intelensi, sehingga guncangan mental akan sulit terjadi. Kondisi seperti inilah yang sangat dibutuhkan dalam masa pandemi ini, orang-orang tidak mudah terprovokasi oleh situasi. Munculnya rasa pesimis terlalu dini dan ketakutan yang mengungkung sang diri akan mampu terobati melalui meditasi. Arifin (2008) menyebutkan bahwa praktek meditasi akan mampu memberikan penjernihan pikiran, hingga bisa selalu waspada terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar (dalam konteks positif).

Temuan Harmilah dkk (2011) dalam penelitiannya tentang Penurunan Stres Fisik dan Psikososial Melalui Meditasi Pada Lansia Dengan Hipertensi Primer, menunjukkan bahwa terjadi penurunan rerata skor stres psikososial setelah meditasi pada kelompok yang melakukan meditasi (kelompok intervensi) sebesar 6,36. Sedangkan pada kelompok control penurunan rerata skor stress psikososial hanya sebesar 0,6818. Hasil penelitian Harmilah dkk ini tentunya mendukung ulasan sebelumnya, bahwa latihan meditasi terbukti efektif mengatasi stress sebagai salah satu gejala gangguan kesehatan mental, sehingga tidak berlebih

(7)

I WAYAN RUDIARTA 63

jika disebutkan bahwa praktek meditasi mampu menjadi media transformasi mental.

2. Kesehatan Mental dalam Yoga Sutra Patanjali

Pembahasan sebelumnya, menguraikan mengenai upaya memperoleh kesehatan mental di tengah pandemi melalui yoga. Praktek Asana, Pranayama, dan Meditasi (Dhyana) menjadi tiga aspek yang dipandang paling efektif. Ketiga bagian tersebut dijelaskan dalam yoga sutra patanjali, walaupun melalui beberapa sutra namun mampu memberikan makna yang mendalam. Berkaitan dengan praktek Asana, dalam Yoga Sutra Patanjali II.47 dan II.48 menuliskan hasil yang diperoleh dengan melakukan Asana secara tepat.

“prayatna- aithilya-ananta-samāpatti-bhyām” || II.47

Artinya:

Demikian (dari asana yang mantap, namun nyaman tersebut) muncullah relaksasi dengan mudah tanpa upaya berlebihan, dan kemanunggalan dengan Ananta Hyang Kekal Abadi (Krishna, 2015).

“tato dvandvānabhighāta ” ||II.48 Artinya:

Demikian, tiada lagi serangan atau konflik yang disebabkan oleh pasangan-pasangan yang berlawanan, bertentangan, dan dualitas (Krishna, 2015).

Dua sutra di atas menjelaskan bahwa apabila seseorang telah mampu melaksanakan latihan asana dengan tepat, maka akan mampu mendapatkan relaksasi tanpa upaya berlebih (paksaan), serta menunggal dengan Hyang kekal Abadi, yang dapat dimaknai dapat lebih mengenal jati dirinya. Ketika mampu melaksanakan relaksasi dengan sangat baik dan bisa mengenali dirinya dari dalam maka pada kondisi ini, semua ketegangan, termasuk ketegangan pikiran di tengah situasi pandemi dapat dikurangi. Alhasil seseorang menjadi lebih tenang dan bijak dalam

menghadapi setiap situasi yang ada. Iyengar menjelaskan hal tersebut sebagai berikut.

“When the sadhaka has reached that state of balance, attention, extension, diffusion and relaxation take place simultaneously in body and intelligence, and they merge in the seat of soul. This is a sign of release from the dualities of pleasure and pain, contraction and extension, heat and cold, honour and dishonor, etc. perfection in asana brings unalloyed happiness, blessedness and beatitude” (Iyengar, 2011: 151)

Pernyataan iyengar tersebut sekaligus memberikan penjelasan Yoga Sutra Patanjali II.48. Ketika sudah menemukan pusat jiwa (diri yang sejati) maka akan mampu memperoleh kebahagiaan yang tak tergoyahkan oleh pengaruh apapun, termasuk kondisi lingkungan. Kemudian, tidak adanya serangan atau konflik oleh pasangan yang berlawanan dimaksudkan bahwa antara pikiran dan perasaan mulai bisa diselaraskan. Ketika pikiran dan perasaan bertolak belakang pada saat inilah kebingungan, ketidakterimaan, kegelisahan dan ketakutan terjadi. Sehingga dengan hal tersebut mampu teratasi, pikiran dan perasaan menjadi seirama dan bisa membaca serta menghadapi segala situasi dengan cara atau langkah yang tepat.

Patanjali menyatakan bahwa harus ada perkembangan lebih lanjut dalam praktek Yoga dari asana ke pranayama, ia menyatakan bahwa pranayama harus diusahakan hanya setelah kesempurnaan dicapai dalam asana. Kesempurnaan dalam asana, bukan berarti sudah mampu melakukan gerakan yang “expert class”, melainkan sudah mampu mengenal badan dengan melakukan asana. Mengenai pelaksanaan pranayama yang tepat dan manfaat yang hendak dicapai, tersurat dalam Yoga Sutra Patanjali II.50.

(8)

I WAYAN RUDIARTA 64

“bāhya-ābhyantara-sthambha v tti de a-kāla-sankhyābhi parid od rgha-s k ma ”

Artinya

(Proses mengurangi kecepatan nafas adalah dengan cara mengatur) bahya, nafas yang keluar (recaka); abhyantara, nafas yang masuk (Puraka); dan sthambha, nafas yang ditahan (kumbhaka) yang mesti dilakukan dengan memperhatikan desa atau tempat; kala atau waktu, dan Samkhya atau jumlah siklus (putaran nafas). Demikian (dengan abhyasa, berlatih terus-menerus) seseorang dapat merasakan bila nafasnya menjadi makin panjang dan halus (Krishna, 2015).

Melakukan latihan Pranayama harus memperhatikan tempat, waktu dan siklus nafas yang dilakukan agar mampu memperoleh hasil yang optimal. Disiplin melakukan latihan (abhyasa) akan memberikan manfaat yang semakin optimal. Latihan Pranayama berbeda dengan melakukan nafas biasa (normal). Pranayama dilakukan dengan nafas yang pelan dan halus. Semakin pelan dan halus nafas yang dilakukan akan memberikan pengaruh yang positif pada ketenangan dan kesehatan mental semakin disirami dengan energy kosmis. Ketika seseorang telah mampu selalu bernafas dengan pelan dan halus bahkan ketika tidak melaksanakan latihan Pranayama, maka orang tersebut telah mampu mengontrol pikirannya dengan baik. Sehingga tidak diragukan lagi, orang tesebut telah mampu menjaga kesehatan mentalnya dengan amat baik.

Praktek Pranayama yang berkualitas, akan mampu menjadikan pikiran sebagai instrumen yang tepat untuk memulai meditasi demi penglihatan jiwa. Meditasi bukanlah praktek yang mudah dilakukan, sehingga membutuhkan kesiapan bagi setiap praktisi. Meditasi tidak hanya duduk hening dalam waktu yang lama, tetapi bagaimana mengontrol pikiran sebagai “rajendrya” sehingga mampu menurunkan rasio dan membangkitkan

rasa. Ketika rasa ini lebih besar dari rasio, saat itulah kesadaran yang lebih tinggi mampu dicapai dan memberikan pencerahan serta kebahagiaan yang tidak terlukis dalam kata. Berkaitan dengan meditasi (dhyana) tersurat dalam Yoga Sutra Patanjali berikut.

“tatra pratyayaikatānatā dhyānam” || III.2

Artinya

Senantiasa memusatkan kehendak dan kesadaran (pada tingkat citta atau benih pikiran dan perasaan, pada apa yang menjadi objek atau tujuan kontemplasi) adalah Dhyana atau meditasi (Krishna, 2015).

“tadeva-artha-mātra-nirbhāsa svar pa-s nyam-iva-samādhi ”

Artinya

(Selanjutnya), ketika objek atau tujuan (dhyana atau meditasi) saja yang tersisa, sementara citta atau benih pikiran dan perasaan berada dalam keadaan sunya, kasunyatan atau kekosongan yang sempurna, tanpa ada modifikasi dan gejolak apapun, yang sesungguhnya adalah svarupa atau wujud asli citta, maka terjadilah Samadhi, pencerahan, atau keseimbangan yang sempurna (Krishna, 2015).

Dua sutra di atas menyiratkan bahwa dengan memusatkan kehendak atau kesadaran pada diri dan tidak lagi ada perlawanan dari pikiran serta perasaan, maka meditasi dapat berlangsung dengan khidmat. Pada saat ini, seseorang akan mampu melihat dirinya yang sejati, menghancurkan diri yang semu untuk menerima pencerahan dan kebahagiaan. Dalam kaitannya dengan masa pandemi, melalui meditasi akan mampu menghilangkan semua pikiran serta perasaan negatif. Dengan sirnanya pikiran dan perasaan negatif, maka akan memupuk dengan subur kesehatan mental yang secara tidak langsung akan menunjang kesehatan fisik dan imunitas.

Konsep (yoga) asana, Pranayama, dan meditasi yang tertuang dalam beberapa

(9)

I WAYAN RUDIARTA 65

sutra menunjukkan betapa besar pengaruh latihan tersebut terhadap kesehatan mental. Latihan yoga yang disiplin (abhyasa) akan mampu mengatasi psikomatis. Teratasinya psikomatis ini merupakan bukti kesehatan mental yang terpelihara dan memberikan kesiapan pada orang untuk menghadapi berbagai situasi di tengah masa pandemi tanpa dihantui perasaan takut, khawatir, panik, dan gelisah yang berlebihan.

IV. SIMPULAN

Di tengah masa pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang menghadapi permasalahan mental (psikologis) yang kerapkali menyebabkan stres. Hal ini disebabkan beberapa faktor, seperti perasaan takut, khawatir, panik dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Apabila kondisi ini dibiarkan terus terjadi, akan berpengaruh pada kondisi fisik, yaitu terjadi penyakit akibat perasaan negatif (psikomatik). Psikomatik tidak bisa diatasi dengan obat, perlu latihan khusus dilakukan untuk memberikan sentuhan pada mental, sehingga kesehatan mental terjaga.

Latihan yoga meliputi praktek asana, Pranayama dan meditasi menjadi alternatif yang bisa diterapkan untuk menjaga kesehatan mental maupun sebagai bentuk self healing bagi orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Disiplin dalam yoga akan memberikan manfaat yang positif pada pikiran dan perasaan. Dalam Yoga Sutra Patanjali juga disampaikan, bahwa praktek yoga yang tepat akan memberikan implikasi (manfaat) jangka panjang bagi praktisi. Kesehatan mental akan memicu sehatnya fisik dan meningkatnya imunitas tubuh. Hal ini akan memberikan kesiapan sehingga bisa menyikapi masa pandemi dengan bijak tanpa dihantui perasaaan negatif yang berlebih.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. A. (2018). Meminimalisir Stres Belajar Siswa Melalui Teknik Meditasi Hening. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 2(1).

Astuti, K. W. (2019). Olah Raga, Olah Rasa dan Olah Pikiran Melalui Asana Yoga. Jurnal Bakti Saraswati (JBS): Media Publikasi Penelitian dan Penerapan Ipteks, 8(2), 179-191.

Bhavanani, A. B. (2016). Health and Well Being: A Yogic Perspective. Accessed on July, 16, 2018.

Bushell, W., Castle, R., Williams, M. A., Brouwer, K. C., Tanzi, R. E., Chopra, D., & Mills, P. J. (2020). Meditation and Yoga Practices as Potential Adjunctive Treatment of SARS-CoV-2 Infection and COVID-19: A Brief Overview of Key Subjects. The Journal of Alternative and Complementary Medicine. Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO

declares COVID-19 a pandemi. Acta bio-medica: Atenei Parmensis, 91(1), 157-160.

Hagen, I., & Nayar, U. S. (2014). Yoga for children and young people’s mental health and well-being: research review and reflections on the mental health potentials of yoga. Frontiers in psychiatry, 5, 35.

Hamid, A. (2017). Agama dan kesehatan mental dalam perspektif psikologi agama. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 3(1), 1-14.

Harmilah, H., Nurachmah, E., & Gayatri, D. (2011). Penurunan Stres Fisik dan Psikososial Melalui Meditasi Pada Lansia Dengan Hipertensi Primer. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(1), 57-64.

Iyengar, B. K. S. (2011). Light on The Yoga Sutras Patanjali. India: Thomson Press.

Khrisna, A. (2015). Yoga Sutra Patanjali Bagi Orang Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mas, A.A. G. R. (2009). Mencari Tuhan Sebagai Sebuah Pendakian Spiritual diambil dari

(10)

https://phdi.or.id/artikel/mencari-I WAYAN RUDhttps://phdi.or.id/artikel/mencari-IARTA 66

tuhan-sebagai-sebuah-pendakian-spiritual.

Pal, G. K. (2020). Yoga to Combat and Prevent COVID-19. International Journal of Clinical and Experimental Physiology, 7(2), 46-47.

Prabhupada, S. S. A. C. B. S. (2006). Bhagavad Gita Menurut Aslinya. Jakarta: Hanuman Sakti.

Prem, V., Sahoo, R.C. & Adhikari, P. (2012) Comparison of the effects of Buteyko and pranayama breathing techniques on quality of life in patients with asthma a randomized controlled trial. Clinical Rehabilitation, 27, 133e41.

Rudiarta, I. W. (2020). Implikasi Latihan Yoga Asana Bagi Pembentukan Karakter Siswa Di Ashram Gandhi Puri Sevagram Klungkung. Jurnal

Penelitian Agama Hindu, 4(1), 24-33.

Sarasvati, S. S. (2002). Asana Pranayama Mudra Bandha. Surabaya: Paramita.

Sharma, V. K., Trakroo, M., Subramaniam, V., Rajajeyakumar, M., Bhavanani, A. B. & Sahai, A. (2013) Effect of fast and slow pranayama on perceived stress and cardiovascular parameters in young health-care students. International Journal of Yoga, 6, 104e10.

Wiase, I W. (2019). Yoga Patanjali: Filosofi, Praktik dan Manfaat bagi Kesehatan Holistik. Denpasar: IHDN Press.

woldometers.com. (2020). Coronavirus Cases. Diambil dari https://www.worldometers.info/coro navirus/

Referensi

Dokumen terkait