• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Produksi Kelapa Sawit

Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas lahan dan benih kelapa sawit bermutu dan melaksanakan budidaya sesuai standar teknis. Deskripsi kelas kesesuaian lahan adalah:

2.1.1 Kelas S1

Pada wilayah dengan lahan yang mempunyai struktur kriteria yang baik, Tidak mempunyai faktor penghambat ataupun ancaman kerusakan yang berarti. Tipe lahan seperti ini akan cocok usaha tani yang intensif. Faktor pembatas tidak akan berpengaruh besar terhadap produktifitas kelapa sawit lahan secara nyata, dan iklim setempat sesuai bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

2.1.2 Kelas S2

Tanah pada lahan kelas S2 mempunyai penghambat yang dapat mengurangi sedikit produktivitas tanaman kelapa sawit dari lahan kelas S1. Tanah pada kelas S2 ini membutuhkan pengolahan tanah secara hati-hati yang meliputi tindakan pengawetan untuk dapat menghindari kerusakan dan sekaligus untuk melakukan perbaikan apabila ditanami tanaman kelapa sawit.

2.1.3 Kelas S3

(2)

Kelas kesesuaian lahan seperti disajikan pada Tabel. 2.1. Tabel 2.1. Kriteria Kelas Lahan Untuk Kelapa Sawit.

No. Uraian Kelas S1 (Sangat Sesuai) Kelas S2 (Sesuai) Kelas S3 (Agak Sesuai) 1. Letak dan tinggi tempat 0-400 0-400 0-400

2. Bentuk wilayah Topografi Datar-berombak Berombak-bergelombang Berbukit Lereng (%) 0-15 16-25 25-36

Penggenangan/Banjir Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Drainase Baik Sedang Agak

terhambat 3. Tanah >80 cm 80 cm 60-80 cm Kedalaman/Solum (cm) 5-10 cm 5-10 cm 5-10 cm Tekstur Lempung-lemp. liat berpasir liat berpasir-liat pasir-berlempung, debu Batuan penghambat (%) < 3% 3-15 % 14-40 % Kedalaman air tanah

(cm) > 80 60-80 50-60 pH 5.0-6.0 4.5-5.0 4.0-4.5 4. Iklim Curah hujan (mm) 2000-2500 1800-2000 1500-1800 Defisit air (mm) 0-150 150-250 250-400 Temperatur (°C) 22-26 22-26 22-26 Penyinaran (jam) 6 6 6 Kelembaban (%) 80 80 80

Angin Sedang Sedang Sedang

Bulan kering 0 0-1 2-3

Kriteria kelas lahan kelapa sawit. (BPM-KS, 2007).

Kelas kesesuian lahan dapat dinilai dari karakteristik lahan yang ada dilapangan, (Jurnal STIPAP, 2012).

(3)

Produktivitas tanaman kelapa sawit jenis Tenera secara umum pada lahan kelas S1, S2, S3 seperti disajikan pada Tabel.

Tabel 2. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Umur Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

(thn) T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS 3 22 3,2 9 18 3,0 7 17 3,0 7 4 19 6,0 15 18 6,0 14 17 5,0 12 5 19 7,5 18 17 7,0 16 16 7,0 14 6 16 10,0 21 15 9,4 18 15 8,5 17 7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22 8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13,0 25 9 14 17,0 31 13 16,5 28 13 15,5 26 10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16,0 26 11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17,0 26 12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,0 26 13 11 21,1 31 11 20,0 28 10 20,0 26 14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20,0 25 15 9 23,0 28 9 23,1 26 9 21,0 24 16 8 24,0 27 8 23,1 25 8 22,0 24 17 8 25,0 26 8 24,1 25 7 23,0 22 18 7 26,0 25 7 25,2 24 7 24,0 21 19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25,0 20 20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27,0 19 21 6 29,0 22 6 28,6 22 5 27,0 18 22 5 30,0 20 5 29,4 19 5 28,0 17 23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29,0 16 24 4 31,9 18 4 31,0 17 4 30,0 15 25 4 32,4 17 4 32,0 16 4 34,0 14

Keterangan : T = Jumlah Tandan/ph/th; RBT = Rata-rata Berat Tandan (Kg); TBS = Ton TBS/ ha/ thn (BPM-KS, 2007).

(4)

2.2 Iklim

Habitat asli tanaman kelapa sawit yaitu daerah tropis. Jadi, tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada bentang area ekuator. Analog dengan altitude (ketinggian tempat), tanaman sawit dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah dataran rendah. Karena daerah tropis dan daerah dataran rendah memiliki suhu yang relatif hangat dan melimpah paparan sinar matahari. Ketinggian tempat yang dikehendaki yaitu antara1-500 m diatas permukaan laut. (Nurhakim, 2014).

Tanaman sawit tidak terlalu menuntut jenis tanah yang spesifik untuk tumbuh dan berkembang. Tanah gambut, tanah mineral, tanah bekas rawa-rawa pun masih bisa ditanami kelapa sawit. Asalkan batas permukaan air di dalam tanah tidak lebih dari 1,5 meter. Karena tanaman kelapa sawit membutuhkan air dalam jumlah yang cukup.

Sebelum membuka areal perkebunan kelapa sawit yang baru, perlu dilakukan survei pendahuluan yang kemudian dilanjutkan dengan studi kelayakan untuk mendapatkan hasil pembangunan proyek perkebunan yang baik dan akurat.

2.2.1 Pengolahan Lahan

Sebelum lahan diolah, sebaiknya dilakukan pengukuran dan pemetaan areal. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merintis dan mengukur poligon areal. Kemudian dibuat sebuah patok yang menjadi pedoman kerja untuk tahap pengukuran berikutnya, yaitu membuat rintisan petakan blok areal. Pengerjaan ini harus mengikuti arah utara-selatan, terutama jika topografi areal tersebut datar hingga bergelombang dengan kemirigan 0-15° (0-27%). Hal tersebut dimaksudkan agar rintisan petakan blok yang dibuat dapat langsung digunakan

(5)

sebagai penuntun arah pembuatan jalan blok. Akan tetapi, pada areal yang mempunyai topografi bergelombang hingga berbukit dengan kemiringan 15-20° (27-36%), pembuatan rintisan blok hanyalah sebagai penuntun penumbangan dan pembersihan areal mekanis saja.

2.2.2 Penataan Kebun

Perencanaan atau rancangan areal tersebut sedemikian rupa, sehingga batas blok,areal pembibitan, sistem jaringan jalan, saluran air, sistem pengawetan tanah, perumahan dan pabrik, sesuai dengan keadaan areal (luas, topografi) dan bersifat permanen.Tujuan penantaan kebun adalah mengatur tata ruang/pengguaan untuk blok tanaman, areal pembibitan, jaringan jalan, saluran air, kantor pabrik. Sesuai kebutuhan kebun, standar kebun disajikan pada table 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Luas Tata Perkebunan Kelapa Sawit

Uraian Kebun Kecil Kebun Besar

Luas (Ha) ± 5.000 Ha 10.000 Ha Luasa 1 Afdeling 750 – 1.000 Ha 750 – 1.000 Ha Luas 1 blok 16 – 25 Ha 16 – 25 Ha Jumlah Afdeling 5 – 7 10 – 14 Pembukaan areal I 3.000 Ha 3.000 Ha II 2.000 Ha 3.000 Ha III 2.000 Ha IV 2.000 Ha

Kapasitas pabrik 30 ton TBS/jam 60 Ton TBS/jam (2 tahap)

Penggunaan areal (%) secara umum untuk kebun yang cakupannya besar. Padat dilihat pada tabel persentase penggunaan areal sebagai berikut :

(6)

Tabel 2.4. Persentase Penggunaan Areal Perkebunan Kelapa Sawit

Areal tanaman 91,90 %

Pembibitan 0,20 %

Jaringan jalan 3,20 %

Parit 2,70 %

Parit dan kolam limbah 0,25 %

Kantor, rumah dan lain – lain 1,69 %

Jumlah 100,00

(Sumber : Tim Pengembang Materi LPP) 2.3.3. Disain Kebun

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan disain kebun adalah bentuk kebun dan ukuran kebun blok pada areal datar adalah bentuk dan ukuran blok biasanya bujur sangkar atau empat persegi panjang dan ukuran 500 x 500 m atau 1000 x 300 m. Batas blok pada areal datar dan berombak jalan harus dapat dikendarain oleh roda empat. Bentuk blok pada areal yang bertopografi bergelombang atau berbukit biasanya tidak harus dengan luas yang seragam. Batas blok pada areal yang berbukit atau bergelombang biasanya tidak harus lurus tapi bisa berupa badan jalan yang dapat dilalui kenderaan roda empat atau jalan setapak.

Demikian juga dengan jaringan jalan yang memadai yang dapat dilalui kenderaan. Kondisi lahan yang meliputi darat, rawa, bukit dan sungai yang dapat dikelola dengan demikian rupa agar dapat dijangkau. Rencana lokasi pemukiman karyawan, lokasi pabrik, perkantoran dan gudang barang serta rencana pengerasan jalan akan pembuatan dan perawatan jalan sangat penting diperhatikan masalah pengaliran air dan pengerasan jalan.

Rencana autlet drainase berdasarkan kondisi lahan, pembagian blok kebun (luas satu blok sebaiknya 30 hektar). Penentuan jalan utama (Main road), jalan transport (Transport road), jalan koleksi (Collection road) dan jalan kontrol. Selain itu,

(7)

jalan-jalan diperkebunan juga terdapat istilah pasar tikus yang merupakan jalan yang digunakan para pekerja untuk melakukan pekerjaannya secara berkala. Jalan utama merupakan jalan besar yang pada saat pembukaan lahan yang pertama kali dibuat.

2.3 Jenis Jalan

2.3.1. Jalan Utama (Main road)

Jalan utama (Main Road) yaitu jalan poros yang berada didalam atau diluar kebun untuk transportasi buah ke pabrik dan bahan-bahan yang diperlukan ke Afdeling. Mengingat jalan ini sering dilalui truk berkapasitas 5 - 6 ton atau lebih maka kontruksi jalan harus diperkeras dengan batu dengan lebar 6 - 8 m. Tebal batu 20-25 cm. Permukaan jalan lebih tinggi dengan kemiringan 25% bentuk jalan seperti punggung kerbau. Dengan kebutuhan 1,5 m³ batu untuk 1 meter panjang jalan. Panjang jalan tergantung pada letak pabrik, keadaan toprografi serta bentuk areal.

Pada daerah datar atau berombak jaringan jalan yang diperlukan 2% dari luas areal tanaman. Untuk 1.000 Ha tanaman, maka panjang jalan yang diperlukan mencapai ± 35 km. Pada areal yang bergelombang atau berbukit dengan lereng agak curam jalan utama akan lebih panjang serta sistim jaringannya akan berbeda dengan daerah datar banyak dijumpai belokan dan tanjakan (Pusat Penelitian Marihat 1982). Untuk mempelancar transportasi, sebaiknya belokan

(8)

sederhana. Jalan ini harus bebas dari rumputan, tidak terlindung agar tidak lembab dan cepat kering bila hujan.

Berikut gambar penampang jalan diperkebunan kelapa sawit skala : 1:50 sebagai berikut :

Gambar 2.1. Penampang Jalan Sumber : Pusat Penelitian Marihat (1982)

Menurut Warniyadi (2012), Jalan utama dibuat umumnya dengan lebar seluruhnya adalah 16 m. Panjang jalan utama 40 - 50 m/Ha. Konstruksinya dengan menggunakan pasir batu atau batu belah 5/7 dengan tebal 7 cm. pembuatannya dengan menggunakan Bulldozer, dengan pengerasan 50 m/JKT sedangkan tanpa pengeras 100 m/JKT rotasi perawatan jalan utama adalah 1 x 3 bulan. Perawatan dengan cara manual adalah 100 m/JKT. Perawatan jalan utama secara mekanis dapat juga ditentukan sesuai dengan topografi, yaitu untuk daerah bergelombang 300m/JKT untuk Road greder dan 250 m/JKT untuk Rood roller.

2.3.2 Jalan Produksi (Production Road)

Jalan produksi disebut juga sub main road atau secondary road, merupakan cabang dari jalan utama yang menghubungkan areal produksi dan

(9)

produksi merupakan jalan tanah yang diperkeras dengan batu dengan lebar 5-6 m. Parit jalan berukuran lebar atas = 0,4 m, lebar bawah = 0,4 m, kedalaman = 0,5 m, kebutuhan tenaga kerja 15 m/HK, (Nurkhoiry R, 2006).

Menurut Pusat Penelitian Marihat (1982). Bentuk dan luas blok perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan pengumpul produksi. Untuk tanaman kelapa sawit, luas ideal satu blok adalah 25 ha dengan ukuran 500 x 500 m di daerah datar sedangkan di daerah bergelombang atau berbukit adalah 16 ha ukuran 400 x 400 m. Bagi seorang pemanen jarak yang normal memikul buah ke jalan produksi (Collection road) dimana dibuat TPH adalah sekitar 200-250 m. Pada daerah datar atau berombak, jalan produksi dibuat di tengah-tengah blok serta tegak lurus terhadap jalan utama. Pada areal bergelombang atau berbukit jalan pengumpul produksi ini berbeda susunannya dengan didaerah dataran. Biasanya jalan pengumpul produksi tidak semuanya langsung dihubungkan ke jalan utama tetapi sebagian harus dilalui jalan pembantu (Sub main road) sehingga intensitas jalan lebih banyak. Hal ini disebabkan karena pembuatan jalan harus di sesuaikan dengan keadaan topografi areal tersebut jalan pengumpul produksi merupakan jalan tanah yang lebarnya 4-5 m dan dibeberapa tempat perlu diperkeras dengan batu. Untuk tanaman 1 Ha diperlukan panjang jalan sekitar 50 m. Berikut dibawah ini bentuk jalan bergelombang. Jalan produksi dibuat dengan lebar jalan 6 m, dengan panjang 60 - 80 m/Ha. Pembuatan jalan secara manual dengan basis 5 m/HK dan pembuatan jalan 10 m/HK. Pembuatan secara mekanis dengan pengerasan 100 m/JKT. Perawatan jalan produksi dengan rotasi 1 x 4 bulan

(10)

2.3.3. Jalan Koleksi (Collection Road)

Jalan koleksi (Tertiary road) yaitu jalan yang menghubungkan areal produksi dengan jalan utama didalam areal yang berfungsi sebagai TPH, dan trasportasi hasil umumnya arah jalan Timur-Barat. Panjang sekitar 20-23 m/Ha. Jalan ini lebih kecil dengan lebar 4-5 meter (Lubis, 2008). Pada daerah tertentu perlu diperkeras, untuk 1 hektar diperlukan jalan sepanjang 50 m. Jalan ini sangat penting setelah panen karena akan dilalui tiap 1 minggu sekali oleh truk pengangkut panen (Nurkhoiry R, 2006). Pada daerah tertentu perlu pembuatan jalan secara mekanis (Bulldozer/ greder). Jalan koleksi merupakan akses awal pengangkutan produksi. Pembuatan jalan koleksi adalah 5 m/HK dan pembuatan parit 10 m/HK. Pembuatan secara mekanis Bulldozer dengan pengerasan 50 m/JKT dan tanpa pengerasan 100 m/JKT. Perawatan jalan koleksi dengan rotasi 1 x 4 bulan dengan menggunakan tenaga manual 120 m/JKT. Perawatan dengan cara mekanis daerah datar bergelombang 300 m/JKT untuk Road greder, dan 250 m/JKT untuk Road roller. Untuk daerah berbukit 200 m/JKT untuk Road greder, 150 m/JKT untuk Road roller.

2.3.4. Jalan Kontrol

Disamping jalan utama, jalan produksi, jalan koleksi masih diperlukan pembuatan jalan kontrol untuk Asisten atau Askep. Daerah datar batas blok dapat diperlebar sebagai pasar kontrol sedangkan pada daerah yang bergelombang atau berbukit harus dibangun tersendiri mengikuti pinggiran jurang (batas alam) (Lubis, 2008). Jalan kontrol ini merupakan jalan tanah dengan lebar kira-kira 3 m untuk 1 Ha tanaman diperlukan kira-kira 20 m (Purba, dkk, 2006).

(11)

2.4 Pemeliharaan Jalan

Menurut Lubis (2008), Pemeliharaan jalan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) meliputi pengerasan, penimbunan, pengupasan pada pendakian, perbaikan parit jalan, pembersihan rumput yang tumbuh dan mempertahankan bentuk seperti semula selama masa TBM ini pemeliharaan jalan terutama pengerasan perlu dilakukan karena frekuensi pemakaiannya sangat meningkat para pekerja, pupuk, pengawasan dan lain-lain.

Pada Tanaman Menghasilkan (TM) Pemeliharaan jalan merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian karena kebutuhannya semakin meningkat. Jalan ini sering digunakan oleh truk berkapasitas 5-6 ton minimal sekali 1 minggu untuk pengangkutan panen demikian pula untuk pengangkutan pupuk, pekerja dan lain-lain. Jalan-jalan perlu diperkeras, jembatan dibuat permanen dan perawatannya harus dilakukan secara teratur.

Jalan produksi dengan arah timur barat mempunyai peranan penting terutama pada musim penghujan agar cepat kering dan musim ini adalah masa panen puncak. Jalan harus dirawat secara teratur minimal sebulan sekali dibersihkan parit-parit buangan air ditepi jalan. Sekali 3 bulan jalan ini perlu di Greder sehingga kebun harus dilengkapi dengan peralatannya.

Jika jalan produksi ada 35-50 m/Ha dan jalan kontrol atau penghubung 10 m/Ha maka panjang jalan akan mencapai 10.000 x 50 = 500 km atau 10.000 x 60 = 600 Km. Jika setiap 3 bulan sekali jalan di grader maka tiap bulan harus di selesaikan

(12)

mahal bukan saja jalannya tetapi juga kemiringannya dan kekerasannya. Demikian pula hal nya pada areal yang selalu tergenang atau tanah gambut. Badan jalan harus lebih tinggi, benteng jalan dan rorak perlu diperbanyak dengan baik pada areal perbukitan yang akan berfungsi menyimpan air yang akan dilepas memalui perembesan.

Teras dan tapak kuda perlu di rawat dengan teratur karena salah satu fungsinya sebagai tempat tandan jatuh setelah dipotong tempat penaburan pupuk yang ditabur tidak dihanyutkan air pada tanah yang bertopografi berat. Parit drainase dirawat minimal 1 x setahun agar air dapat mengalir dengan lancar. Bagian yang dangkal didalamkan.

Rumput dan semak yang tumbuh ditebing parit dicuci agar dibersikan agar aliran airnya lancar. Tebing yang tananhnya mudah rontok agar tepinya dirawat dengan memakai herbisida. Perawatan jalan, rorak ini harus selalu dilakukan harus secra teratur karena jalan merupakan urat nadi perhubungan dan pengangkutan dikebun. (Lubis, 2008).

Menurut Sinuhaji (2011), Kegunaan dan fungsi Road Greder dalam pemeliharaan jalan adalah membuat badan jalan menjadi batok tenkurap atau punggung kerbau sekaigus menarik atau meratakan batu krikil ketengah jalan dan sekaligus membuat parit jalan. Mendorong tanah untuk penimbunan peremukan ke daerah rendahan (Filling), membentuk dan meratakan badan jalan baru, membuat Sub grade untuk tahapan pembuatan jalan. Menutup kantongan- kantongan air untuk pemeliharaan badan jalan dan menjaga kemiringan permukaan jalan sebesar 2%. Berikut ini gambar Road greder.

(13)

Gambar 2.2 Road Greder.

Pemeliharaan jalan secara rutin adalah dengan rotasi 1 x 1 bulan mekanis (road grader) untuk jalan Main road (MR) dengan rotasi 1 x 3 bulan, untuk Transport road (TR) dengan rotasi 1 x 4 bulan, dan Collecting road (CR) dengan rotasi 1 x 4 bulan dan pemeliharaan secara manual dengan prestasi kerja (norma) sebagai berikut:

 Jalan utama (MR) = 100 m/HK

 Jalan produksi (TR) = 130 m/HK

 Jalan koleksi (CR) = 150 m/HK

Kegunaan dan fungsi Road roller dalam pemeliharaan adalah memadatkan permukaan atau badan jalan, menarik batu berserak kepinggir jalan, dikembalikan ketangah jalan terutama untuk menutupi lubang-lubang di badan jalan. Melakukan pemadatan pada pembuatan Sub grade pada pembuatan jalan baru dengan cara vibrasi, menggilas dan memadatkan permukaan jalan dengan cara vibrasi pada permukaan jalan baru, tanah, pasir, pembatuan dan pengaspalan jalan. Melakukan pemadatan dan pengerasan serta leveling untuk pembangunan projek.

(14)

Gambar 3. Road Roller

Pemeliharaan jalan pada masa TBM, pengerasan pada lokasi yang perlu, dengan standar 10 m/ha/thn. Bahan 30m³ batu padas dan 1,5m³ sirtu (pasir batu). Pada cara manual pemeliharaan rutin dengan cara membabat rumput-rumputnya. Norma pemakaian mekanis, 0,2 JKT/Ha. Untuk pemakaian tenaga kerja, 100 m/HK. Untuk rotasi 1x3 bulan. Sedangkan untuk masa tanaman menghasilkan dengan cara manual membabat kaki lima. Jika diperlukan pemadatan dengan Greder. Norma kerja dengan cara mekanis, 600-1000 m/JKT dengan rotasi 1x6 bulan. Untuk cara manual 0,2 - 0,4 HK/Ha, dengan rotasi 1x/bulan.

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Kelas Lahan Untuk Kelapa Sawit.
Tabel 2.   Produktivitas  Tanaman  Kelapa Sawit
Tabel 2.3.   Luas Tata Perkebunan Kelapa Sawit
Tabel  2.4.  Persentase Penggunaan Areal Perkebunan Kelapa Sawit
+4

Referensi

Dokumen terkait

a) Menggunakan sensor getar jenis Piezo electric sehingga setiap adanya perubahan atau perambatan gelombang dari lempeng tektonik baik secara horizontal maupun vertikal akan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat peneliti simpulkan sebagai berikut: Pengelolaan evaluasi pembelajaran matematika dengan kurikulum

Bahan peledak yang digunakan dinamit (dayagelmagnum) 38 x 200 mm, diameter lubang ledak 51 mm, diameter reamer 102 mm, dan detonator non-electric (nonel).Kegiatan

pada formula bekatul cenderung menunjukkan rata-rata jumlah koloni yang paling tinggi dibandingkan pada formula kompos dan beras jagung.. Pada minggu ke-6

Data dianalisis secara kualitatif, dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan : Tingkat miskonsepsi pada materi suhu dan kalor sebanyak 47 % yang merupakan miskonsepsi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini guna

Hal yang tidak kalah penting dalam memilih cerita adalah unsur kebaruan cerita. Cerita yang memiliki kebaruan mempunyai beberapa nilai positif, karena tidak ada

PEMANFMTAN PI.ASMA NUTFAH LOKAL PADI, PERI.AKUAN SUHU, 1 FOTOPERIOD : Menggunakan Teknik lradiasi Sinar Gamma untuk Menghasilkan.. Kandidat Mandul