6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS
BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN
LINGKUNGAN
Skenario pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan berwawasan lingkungan, dibangun melalui simulasi model dinamik (model
eksisting dan daya dukung), ditujukan sebagai arahan kebijakan pengembangan
pesisir berbasi budidaya perikanan berwawasan lingkungan. Data dan informasi yang digunakan sebagai asumsi model, dirangkum dari serangkaian hasil percobaan dan data empiris dari berbagai literatur yang terkait dengan tujuan studi. Nilai nilai atribut yang digunakan dalam membangun model dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil pemodelan dinamik disajikan dalam SFD (Stock flow
diagram) pada Gambar 19, 20, 21, 22, dan 23.
Sub model mangrove, memberikan gambaran bahwa luas mangrove dipengaruhi oleh eksploitasi mangrove dan regenerasinya. Eksploitasi menyebabkan luas mangrove menurun, kondisi ini dipengaruhi oleh pemanfaatan dan regenerasi mangrove, pemanfaatan ini dipengaruhi oleh fraksi hilangnya mangrove akibat pemanfaatan untuk budidaya tambak, dan regenerasi diasumsikan terjadi secara alami di dalam lingkungan mangrove yang berdampingan dengan tambak, sehingga tidak ada penanaman mangrove di lokasi tambak, agar terpenuhi daya dukung mangrove yang berdampingan dengan tambak juga harus memperhitungkan luas mangrove tersedia (keperluan greenbelt).
Gambar 19 Diagram alir sub model mangrove.
Fr PengM angrove Luas M angrove
Lj PengM angrove Luas M angrove DD
Peningkatan dan penurunan luas areal mangrove dipengaruhi oleh laju pemanfaatan mangrove untuk kegiatan tambak, bila konversi mangrove dilakukan secara terus menerus setiap tahun, maka akan terus terjadi penurunan luas mangrove. Diagram alir sub model mangrove dapat dilihat pada Gambar 19. Sub model luas tambak, menggambarkan bahwa luas tambak akan dipengaruhi oleh laju tumbuh tambak akibat adanya ekstensifikasi untuk meningkatkan luas lahan budidaya, laju peningkatan luas tambak ini dipengaruhi oleh fraksi pertumbuhan tambak, sedang luas tambak yang dikembangkan juga harus memperhitungkan kemampuan luasan yang dibatasi oleh daya dukung, karena daya dukung tambak merupakan elemen yang paling berpengaruh dalam model. Daya dukung tambak memberikan gambaran berapa luasan tambak yang boleh dikembangkan pada lokasi penelitian agar berkelanjutan. Luas daya dukung hasil perhitungan berdasarkan rumus Widigdo dan Pariwono (2001) serta berdasarkan formula gabungan Widigdo dan Pariwono (2001) dengan Tookwinas (1998) dan hasil simulasi pada Tabel 34 subbab 5.4. Diagram alir sub model tambak dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Diagram alir sub model tambak.
Sub model ekonomi mangrove, menggambarkan bahwa kegiatan pada lahan mangrove terdiri dari total manfaat dan total biaya langsung dari sumberdaya benur, kayu bakar dan kepiting yang dikeluarkan dan terakumulasi dalan net
Luas Tambak Eks
Lj PertTambak
Fr PertTambak Luas Tambak DD
present value mangrove berdasarkan pada suku bunga berlaku. Diagram alir sub
model ekonomi mangrove dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21 Diagram alir sub model ekonomi mangrove.
Sub model produksi tambak dan ekonomi tambak, merupakan fungsi dari produksi tambak yang dipengaruhi oleh luas tambak, modal tambak (benih, pupuk saponin dan kapur) dan tenaga kerja. Demikian juga dengan ekonomi tambak bahwa keuntungan usaha tambak dipengaruhi oleh manfaat (harga jual) dan biaya (harga input) kegiatan tambak, serta dari manfaat tidak langsung (udang putih dan udang bintik yang masuk ke tambak). Semua peubah-peubah ini berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dan diformulasikan secara numerik menghasilkan diagram alir sub model gabungan produksi dan nilai ekonomi tambak seperti diperlihatkan pada Gambar 22. Total manfaat dan total biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan dan terakumulasi dalan net present
value tambak berdasarkan pada suku bunga berlaku.
M anfaat Kepiting M anfaat Benur
M anfaat Kayu Bakar
M anfaat Total M angrove
Suku Bunga
NPV M angrove
Biaya Kepiting Biaya Benur
Biaya Kayu Bakar
Total Biaya Langsung M angrove Total manfaat langsung
Gambar 22 Diagram alir sub model produksi dan ekonomi tambak.
Gambar 23 Diagram alir stok (SFD) pengelolaan pesisir terpadu berbasis budidaya perikanan tambak.
Diagram alir stok (SFD) model pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan tambak digambarkan dalam model dinamik lengkap yang
Luas Tambak Eksisting
Lj Pert Tambak Fr PertTambak
Suku Bunga M anfaat Total Tambak
NPV Tambak eks
M anfaat tdk langsung tambak Luas Tambak efektif
Udg Putih
Udg Bintik Luas tambak tanp a
infrastruktur
Fr luas infra
Biay a
Hasil tambak total Ogkos p anen Sap onin Kap ur Benih Pup uk Benih bandeng Benih udang Hasil udang Hasil bandeng Produksi udang Harga udang Produksi bandeng Harga bandeng Up ah kerja
M anfaat langsung tambak
Luas Lahan Total
Fr PengM angrove
Luas Tambak Eksisting Lj Pert Tambak
Fr PertTambak
M anfaat Kepiting M anfaat Benur M anfaat Kayu Bakar
M anfaat Total M angrove
Suku Bunga
M anfaat Total Tambak
NPV M angrove NPV Tambak eks
M anfaat tdk langsung tambak Luas M angrove
Lj PengM angrove
LLahan M T
Luas Tambak efektif
Luas M angrove DD
Biaya Kepiting Biaya Benur Biaya Kayu Bakar
Total Biaya Langsung M angrove Total manfaat langsung
mangrove
Udg Putih
Udg Bintik Ls efektif tambak
Luas tambak tanpa infrastruktur
Fr luas infra Ls efektif tp infrastruktur
Biaya
Hasil tambak total Ogkos panen Saponin Kapur Benih Pupuk Benih bandeng Benih udang Hasil udang Hasil bandeng Produksi udang Harga udang Produksi bandeng Harga bandeng Upah kerja
tertera pada Gambar 23, dan Gambar 24 merupakan sub model ekonomi tambak berdasarkan luas daya dukung hasil simulasi dengan kombinasi luas tambak yang telah dikonversi menjadi luas tambak intensif, semi intensif dan tradisional dan memiliki hyperlink dengan model dinamik pada sub model pada Gambar 23 sehingga setiap perubahan yang terjadi pada sub model pada Gambar 23 juga diikuti oleh perubahan pada sub model Gambar 24.
Gambar 24 Diagram alir stok (SFD) sub model ekonomi tambak berdasarkan hasil simulasi luas daya dukung.
6.1 Skenario Pengelolaan
Analisis skenario dasar dianggap sebagai skenario pesimistik (Gambar 25). Dibangun berdasarkan interaksi antara parameter kunci sesuai dengan perubahan waktu dari sisitem ekologi-ekonomi yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu kondisi tambak yang ada pada saat ini digambarkan oleh luas mangrove dan luas tambak yang ada, menunjukan bahwa peningkatan pemanfaatan lahan yang dilakukan (30 tahun dari tahun 2010-2040) disajikan pada Gambar 25 menunjukan bahwa hasil simulasi diperkirakan hingga 30 tahun ke depan luas mangrove mengalami
Luas Tambak Intensif
Luas Tambak Semi Intensif
Luas Tambak Tradisional Luas Tambak efektif
Udang Bintik Udang Putih
M anfaat Tdk Langsung
M anfaat langsung intensif
M anfaat tambak Intensif Biaya langsung intensif
Biaya Lingkungan Benur Kayu Bakar Kepiting
Suku Bunga tek NPV Tambak Intensif
Biaya tbk Int
M anfaat lgs semi int Biaya langsung semi int
Biaya tbk Semi int
M anfaat tbk Semi Int
NPV Tambak Semi Intensif M anfaat lgs trad Biaya tbk Trad Biaya lgs trad M anfaat tbk trad NPV Tambak Trad
NPV total tambak tek Fr ls int
Fr Semi int
Fr trad Fr ls t infra
kecenderungan terus menurun, sedangkan luas tambak terus meningkat hingga melebihi daya dukung lingkungan. Dari simulasi dasar tanpa perhitungan penyerapan N total oleh mangrove pada tahun 2026 diperkirakan sudah melampaui daya dukung. Pembacaan citra landsat 2001-2010 menunjukan bahwa rata-rata kenaikan perluasan tambak berkisar antara 11,38 ha pertahun, apabila hal ini terus terjadi maka akan terus terjadi penurunan luas hutan mangrove, diperkirakan berdasarkan hasil simulasi akan tersisa 185,05 ha luas mangrove pada tahun 2026. Sehingga perlu dibuat suatu kebijakan dalam rangka mengurangi laju pamanfaatan mangrove agar berkelanjutan.
Luas tambak bila hanya memperhitungkan jumlah limbah yang dibuang tanpa memperhitungkan penyerapan limbah N total oleh mangrove diperkirakan mencapai 600,66 ha pada tahun 2026, luas ini sudah mendekati luas lahan efektif pemanfaatan dengan infra struktur yaitu 612,006 ha dan pada saat bersamaan berbanding terbalik dengan luas mangrove, terjadi penurunan luas mangrove akibat alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan pada tahun 2026 ini diperkirakan mangrove tersisa seluas 185,05 ha, berbeda bila luas tambak dengan memperhitungkan penyerapan limbah berdasarkan N total maka pada tahun 2024 luas lahan diperkirakan mencapai 548,09 ha masih berada pada kisaran luas lahan efektif pemanfaatan dengan infra struktur yaitu 545 ha dan pada saat bersamaan berbanding terbalik dengan luas mangrove, terjadi penurunan luas mangrove akibat alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan pada tahun 2024 ini diperkirakan mangrove seluas 208,18 ha.
Nilai pada skenario dasar dengan memperhitungkan laju penyerapan N total oleh mangrove ini lebih berwawasan lingkungan dibandingkan dengan skenario dasar tanpa perhitungan penyerapan limbah N total oleh mangrove. Luas mangrove ini masih berada diatas luas greenbelt mangrove yaitu 103,35 ha, dan dibandingkan dengan persyaratan harus tersedianya mangrove berdasarkan perhitungan mass balance 170,4 ha mencukupi untuk menyerap limbah N total yang dikeluarkan tambak pada lokasi penelitian, kondisi ini merupakan batas maksimum pemanfaatan tambak, tidak boleh lagi ada kegiatan penambahan luas tambak. Sehingga dapat dikatakan bila menggunakan skenario dasar dengan perhitungan penyerapan N total maka diperkirakan setelah tahun 2024
pengelolaan tambak dan hutan mangrove di lokasi penelitian tidak akan berkelanjutan baik bagi pengelolaan tambak maupun bagi pengelolaan hutan mangrove.
Gambar 25 Hasil simulasi skenario dasar pengelolaan pesisir terpadu berbasis budidaya perikanan tambak (luas lahan) (a) tanpa perhitungan penyerapan N total dan (b) dengan penyerapan N total.
Nilai ekonomi total tambak dan mangrove berdasarkan skenario dasar dapat dilihat pada Gambar 26 diperkirakan nilai manfaat tambak akan terus terjadi peningkatan, seiring dengan penurunan luas mangrove akibat dialih fungsikan menjadi tambak, maka akan terjadi penurunan nilai manfaat mangrove karena luas mangrove makin menyempit.
Gambar 26 Hasil simulasi skenario dasar manfaat total sumberdaya mangrove dan tambak.
Jan 01, 2010 Jan 01, 2020 Jan 01, 2030 Jan 01, 2040 1,000,000,000 2,000,000,000 3,000,000,000 4,000,000,000 5,000,000,000 6,000,000,000 7,000,000,000 8,000,000,000 9,000,000,000
Manfaat Total Mangrove Manfaat Total Tambak
Tahun M a n fa a t (R p /t h )
Jan 01, 2010 Jan 01, 2020 Jan 01, 2030 Jan 01, 2040 200
400 600
Luas Mangrove Luas Tambak Eksisting Ls efektif tambak Luas tambak tanpa infrastruktur Ls efektif tp infrastruktur L u a s l a h a n ( h a )
Jan 01, 2010 Jan 01, 2020 Jan 01, 2030 Jan 01, 2040 200
400 600
Luas Mangrove Luas Tambak Eksisting Ls efektif tambak Luas tambak tanpa infrastruktur Ls efektif tp infrastruktur L u a s l a h a n ( h a ) (a) (b) 9.000.000.000 8.000.000.000 7.000.000.000 6.000.000.000 5.000.000.000 4.000.000.000 3.000.000.000 2.000.000.000 1.000.000.000
Gambar 27 Hasil simulasi luas lahan tambak dengan tiga teknologi intensif, semi intensif dan tradisional berdasarkan luas lahan pemanfaatan dengan infra struktur (a) tanpa perhitungan penyerapan N total dan (b) dengan penyerapan N total.
Sedangkan simulasi berdasarkan luas lahan tambak bila dikelola dengan tiga tingkat teknologi seperti terlihat pada Gambar 27 (a) dan (b) menunjukan bahwa ketiga luasan dari tiga teknologi ini secara keseluruhan akan melampaui maksimum luas pemanfaatan pada tahun 2026 tanpa perhitungan penyerapan limbahn N total. Pada tahun 2024 dengan memperhitungkan limbah N total yang diserap mangrove, lahan sudah tidak bisa diperluas lagi untuk tambak karena lahan yang tersedia bagi peruntukan tambak sampai pada batas maksimum, sehingga langkah yang perlu dilakukan adalah hanya melakukan usaha tambak tanpa memperluas tetapi hanya mengelola luas tambak yang ada dengan memperbaiki manajemen pemeliharaan, yang memenuhi kaidah ramah lingkungan agar ke masa depan dapat berkelanjutan.
Hasil simulasi pada Gambar 28 menunjukan bahwa NPV tambak dengan tiga teknologi pada saat (a) penyerapan limbah N total belum diperhitungkan, komposisi nilai NPV secara berturut turut dari nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai ekonomi tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak intensif, (b) saat nilai penyerapan N total sudah diperhitungkan, urutan nilai ekonomi berubah menjadi nilai ekonomi tambak tradisional, tambak semi intensif dan tambak intensif sebagai tambak berwawasan lingkungan dalam satu kawasan.
Jan 01, 2010 Jan 01, 2020 Jan 01, 2030 Jan 01, 2040
100 200 300 400 500
Luas Tambak Intensif Luas Tambak Semi Intensif Luas Tambak Tradisional Luas Mangrove DD Luas Tambak efektif Ls efektif tambak Tahun L u a s L a h a n ( h a )
Jan 01, 2010 Jan 01, 2020 Jan 01, 2030 Jan 01, 2040
100 200 300 400 500 600
Luas Tambak Intensif Luas Tambak Semi Intensif Luas Tambak Tradisional Luas Mangrove DD Luas Tambak efektif Ls efektif tambak Tahun L u a s L a h a n ( h a ) (a) (b)
Gambar 28 Hasil simulasi NPV tambak dengan tiga tingkat teknologi intensif, semi intensif dan tradisional (a) tanpa perhitungan penyerapan N total dan (b) dengan penyerapan N total. Pemanfaatan lahan agar berkelanjutan perlu disusun skenario kebijakan. Skenario kebijakan pemanfaatan tambak dan mangrove disusun berdasarkan perkiraan kondisi yang akan terjadi di masa depan, skenario dibangun dari perubahan luas lahan pada tambak dan mangrove, dengan menyusun skenario berdasarkan fraksi tumbuh tambak dan fraksi pengurangan mangrove selanjutnya disusun dalam dua skenario untuk pengambilan kebijakan ke masa depan, karena skenario dasar dianggap sebagai skenario pesimistik, yaitu: (1) skenario moderat dan (2) skenario optimistik.
6.1.1 Skenario Moderat
Skenario moderat dibangun berdasarkan kondisi parameter kunci fraksi tumbuh luas tambak dan fraksi pengurangan luas mangrove, yang memberikan pengaruh terhadap daya dukung tambak setelah perhitungan limbah N total diserap oleh mangrove pada lokasi penelitian, dalam skenario moderat ini fraksi tumbuh tambak diturunkan 15% dan fraksi hilangnya mangrove juga diturunkan 15%, sehingga laju peningkatan eksploitasi tambak menjadi berkurang atau melambat sedangkan pengurangan luas mangrove juga lebih lambat, sehingga pada saat maksimum daya dukung terjadi pada tahun 2026 diperkirakan luas tambak 555,71 ha dan luas mangrove 206,11 ha, luas lahan tambak tanpa infrastruktur mencapai luas 388,99 ha. Peningkatan waktu pemanfaatan tambak mencapai luas maksimum lebih lama dua tahun dibandingkan dengan kondisi
Jan 01, 2010 Jan 01, 2025 Jan 01, 2040 10,000,000,000 20,000,000,000 30,000,000,000 40,000,000,000 50,000,000,000 NPV Tambak Intensif NPV Tambak Semi Intensif NPV Tambak Tradisional NPV Total Tambak Teknologi
Tahun N i l a i N P V
Jan 01, 2010 Jan 01, 2025 Jan 01, 2040 10,000,000,000 20,000,000,000 30,000,000,000 40,000,000,000 50,000,000,000 NPV Tambak Intensif NPV Tambak Semi Intensif NPV Tambak Tradisional NPV Total Tambak Teknologi
Tahun N i l a i N P V (a) (b)
pada saat skenario dasar pesimistik, setelah perhitungan penyerapan N total oleh mangrove. Grafik hasil simulasi moderat dapat dilihat pada Gambar 29 berikut.
Gambar 29 Hasil simulasi luas lahan tambak dengan fraksi tumbuh tambak diturunkan 15% .
6.1.2 Skenario Optimistik
Skenario optimistik dibangun berdasarkan kondisi parameter kunci fraksi tumbuh tambak dan fraksi pengurangan mangrove, yang memberikan pengaruh terhadap daya dukung tambak dan mangrove pada lokasi penelitian. Dalam skenario moderat ini fraksi tumbuh tambak diturunkan 25% dan fraksi hilangnya mangrove juga diturunkan 25% sehingga laju peningkatan eksploitasi tambak menjadi berkurang atau melambat, sedangkan pengurangan luas mangrove juga lebih lambat sehingga pada saat maksimum daya dukung terjadi pada tahun 2028 luas lahan tambak mencapai 554,94 ha dan mangrove 179,26 ha, dan luas lahan tanpa infrastruktur sudah mencapai 388,46 ha. Waktu peningkatan pemanfaatan tambak sampai mencapai luas maksimum lebih lama empat tahun dibandingkan dengan kondisi pada saat skenario dasar pesimistik, dan dua tahun lebih lama dibandingkan dengan skenario moderat. Grafik hasil simulasi optimistik dapat dilihat pada Gambar 30 berikut.
Jan 01, 2010 Jan 01, 2015 Jan 01, 2020 Jan 01, 2025 Jan 01, 2030 Jan 01, 2035 Jan 01, 2040 200
400 600 800
Luas Mangrove Luas T ambak Eksisting Luas efektif tambak luas tambak tp infrastruktur Luas efektif tp infrastruktur
Tahun L u a s la h a n ( h a )
Gambar 30 Hasil simulasi luas lahan tambak dengan fraksi tumbuh tambak diturunkan 25%.
Berdasarkan hasil simulasi dengan skenario dasar, moderat dan optimistik implikasi skenario menunjukan bahwa skenario optimistik lebih berkelanjutan, karena waktu untuk mencapai luas maksimum lebih lama, yaitu dalam waktu 18 tahun dari tahun 2010-2028 dalam ekstensifikasi tambak pada lahan mangrove, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja model dengan skenario optimistik lebih berkelanjutan.
6.2 Validasi Model
Model divalidasi mengacu pada Muhammadi et al. (2004) dengan membandingkan nilai aktual dan nilai simulasi, dilakukan melalui pertama membandingkan secara visual apabila ada penyimpangan yang menonjol maka dilakukan perbaikan variabel dan penyimpangan tersebut berdasarkan hasil penelusuran terhadap sebab-sebab penyimpangan, kedua jika secara visual pola output simulasi sudah mengikuti pola data aktual maka untuk memperoleh keyakinan dilakukan pengujian secara statistik, untuk melihat penyimpangan output simulasi dengan data aktual. Nilai yang digunakan untuk validasi model adalah nilai aktual luas lahan tambak dan nilai hasil simulasi luas tambak melalui uji statistik AME (absolute means error), dengan batas penyimpangan yang dapat diterima adalah 5-10%. Berdasarkan uji statistik menggunakan AME ternyata hasil analisis dalam penelitian ini dianggap valid karena nilai AME nilainya lebih kecil dari 5%. Model dinamik pengelolaan terpadu yang dibuat mampu
Jan 01, 2010 Jan 01, 2015 Jan 01, 2020 Jan 01, 2025 Jan 01, 2030 Jan 01, 2035 Jan 01, 2040 200
400 600
Luas Mangrove Luas T ambak Eksisting Luas efektif tambak luas tambak tp infrastruktur Luas efektif tp infrastruktur
Tahun L u a s la h a n ( h a )
melakukan sebuah proses simulasi sebagai kajian model dunia abstrak mengikuti dari perilaku realitas dunia nyata yang dikaji sehingga model dinamik model pengelolaan tersebut telah memenuhi syarat validasi model. Hasil perhitungan validasi dengan menggunakan AME ini dapat dilihat pada Gambar 31 berikut.
Gambar 31 Nilai luas tambak aktual, nilai simulasi dan nilai AME.
6.3 Arahan Pengembangan Kegiatan Budidaya Perikanan Berwawasan Lingkungan
Berdasarkan skenario dasar pemanfaatan mangrove untuk kegiatan budidaya perikanan pada saat ini masih berada di bawah daya dukung. Diperkirakan baru akan melampaui daya dukung pada tahun 2024, maka ditinjau dari segi ekologi laju peningkatan luas tambak perlu diturunkan agar lebih berkelanjutan, sehingga bila laju pemanfaatan diturunkan 15% maka batas efektif pemanfaatan maksimum akan lebih lama waktu mencapai daya dukung, seperti pada skenario moderat masa waktunya lebih lama 2 tahun, pada skenario optimistik laju penurunan 25% maka akan lebih lama 4 tahun dibandingkan kondisi skenario dasar.
Berdasarkan penilaian ekonomi dapat dilihat dari hasil simulasi nilai NPV, tambak yang ada dan tambak yang diperlakukan tingkat teknologi, ternyata lebih menguntungkan dibandingkan apabila hanya dengan pola tradisional seperti saat ini, dengan nilai skenario luas lahan daya dukung yang sama. Pada lokasi penelitian lebih layak bila dilakukan kegiatan budidaya yang mengacu pada budidaya dengan teknologi intensif, semi intensif dan tradisional berdasarkan komposisi luas efektif pemanfaat maksimum daya dukung.
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0 50 100 150 200 250 300 350 400 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 AM E L u a s L a h a n ( h a ) Tahun
Pengelolaan tambak dari segi produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan, maka bagi masyarakat petambak pada lokasi penelitian perlu dilakukan kegiatan manajemen tambak yang benar dan tepat. Karena menurut Widigdo (2004) sebagian besar tambak di Indonesia dibangun dengan tidak mengikuti kaedah budidaya yang baik. Desain dan lay out sangat tidak teratur, saluran pembuangan dan pemasukan tidak dipisahkan dengan baik, tambak yang satu mengambil air dari buangan tambak lainnya.
Perbaikan kondisi ke depan agar kondisi berwawasan lingkungan dapat tercapai berdasarkan daya dukung ekologi, ekonomi dan manajemen tambak maka saat ini diperlukan beberapa langkah nyata (Tabel 39) antara lain:
1 Penurunan laju pemanfaatan lahan untuk ekstensifikasi tambak sebagai arahan dalam rangka meningkatkan daya dukung lingkungan dan peningkatan/rehabilitasi mangrove dengan meningkatkan struktur vegetasi agar kemampuan menyerap limbah yang dikeluarkan tambak lebih optimal. 2 Perbaikan lingkungan tambak, mangrove dapat ditanam di sepanjang saluran
primer dan sekunder pinggir sungai maupun sepanjang pantai.
3 Agar tercapai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan kondisi saat ini, maka perlu perubahan usaha tambak tradisional ke usaha tambak sesuai dengan arahan teknologi daya dukung, mengacu pada simulasi luas tambak dalam hal komposisi luas tambak tradisional, semi intensif dan intensif. Perubahan ini harus didahului oleh pemenuhan persyaratan kondisi lingkungan kawasan pertambakan seperti pemenuhan kaedah budidaya yang baik, pembenahan desain dan lay out tambak, pengaturan saluran pembuangan tambak, dan adanya saluran pembagi air agar usaha tersebut berhasil karena perubahan tersebut akan terkait dengan pembuangan limbah yang dialirkan ke perairan pesisir.
4 Perbaikan teknologi budidaya tambak secara teknis akan berdampak pada meningkatnya nilai kelangsungan hidup (survival rate) dari komoditas budidaya, sehingga akan meningkatkan nilai ekonomi tambak.
5 Perlu peningkatan pengetahuan teknis, ekologis dan ekonomi berwawasan lingkungan, bagi para petani tambak sebagai pelaku utama usaha tambak melalui pendidikan dan pelatihan.
Tabel 39 Arahan pengelolaan tambak berwawasan lingkungan
No. Komponen Model
Arahan Pengelolaan
strategi Program Keterangan
1 Laju Pemanfaatan
lahan
Membatasi perluasan lahan tambak dan mem-pertahankan agar daya dukung lingkungan ti-dak terlampaui serta rehabilitasi mangrove minimal sebagai green-belt
Memberikan arahan pemanfaatan lahan agar tidak melakukan perluasan lahan tetapi lebih pada perbaikan kondisi lingkungan budidaya dan mang-rove
Akan terlaksana apa bila petani tambak dan pencari sumber-daya mangrove me-ngerti akan penting-nya langkah ini untuk dilaksanakan
2 Peningkatan nilai ekonomi
Perubahan pola usaha petani tambak dari tradisional ditingkatkan teknologinya menjadi komposisi gabungan antara tradisional, semi intensif dan intensif sesuai arahan daya dukung tambak
Perbaikan persyaratan kondisi lingkungan kawasan pertambakan melalui pemenuhan kaedah budidaya yang baik, pembenahan desain dan layout tambak, pengaturan saluran pembuangan tambak, dan adanya saluran pembagi air agar usaha tersebut ber-hasil karena perubah-an tersebut akan terkait dengan pem-buangan limbah yang dialirkan ke perairan pesisir. Serta pe-nguatan modal petani tambak
Perubahan ini akan
meningkatkan nilai ekonomi berdasar-kan prediksi simu-lasi model.
3 Peningkatan
Pengetahuan
Peningkatan pendidikan baik formal maupun non formal
Meningkatkan pe-ngetahuan teknis, ekologis dan eko-nomi berwawasan lingkungan bagi pe-ngambil kebijakan dan petani tambak serta pemanfaat sum-berdaya mangrove
Akan terlaksana apabila kerjasama antar sektor pe-ngambil keputus-an (pemerintah, lem-baga riset dan petani) yang ber-kaitan dengan tam-bak dan mangrove sehingga tercipta
ecological-economic base management