• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari pekerja itu sendiri dan lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak pengusaha. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Hadiguna,2009).

Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National OccupationalSafety and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa, pada tahun 2010 kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus. 1.200 kasus di antaranya mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan menurut Muji Handaya bahwa dengan angka kecelakan

(2)

kerja tersebut, rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari (Djumena, 2011).

Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja adalah bahwa penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah, maka upaya pokok kesehatan kerja adalah pencegahan kecelakaan kerja.Tetapi kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, dan organisasi harus memperhitungkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan (Notoatmodjo, 2007).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2010 sampai dengan 2011, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di tempat kerja, tapi angka kematian dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun. Pada tahun 2010 lalu jumlahnya menurun dari 98.711 menjadi jadi 86.368 kasus tahun 2011. Muji Handaya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans RI mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan kerja karena kasus kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai pulang ke rumah, dihitung masuk kematian akibat kecelakaan kerja. Sedangkan faktor pekerja dan lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri yang kurang memadai turut menentukan besarnya proporsi kecelakaan kerja (Djumena, 2011).

Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan.Penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan peralatan yang tidak aman (Prastyo, 2012).

(3)

Perilaku pekerja tentang K3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3. Hasil penelitian Salawati (2009) menunjukkan adanya hubungan antara perilaku tenaga kesehatan terhadap penerapan Manajemen K3 di Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian Zulliyanti (2011) menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan pekerja berpengaruh terhadap penerapan manajemen K3 di PT Gold Coin Indonesia dan hasil penelitian Munthe (2010) menggambarkan pengetahuan dan tindakan pekerja tentang SMK3 di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke ada pada kategori yang baik.

Produktivitas pekerja yang tinggi sangat diharapkan oleh pihak perusahaan karena hal tersebut berpengaruh dan dibutuhkan dalam menjaga kelancaran proses produksi di perusahaan. Dengan itu, perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang menjamin hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan selanjutnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses produksinya.

Selain meningkatnya daya saing dan produktivitas tenaga kerja, yang juga menjadi sasaran strategis Kemenakertrans dalam Review Rencana Strategis Kemenakertrans RI (2012) adalah meningkatnya penerapan pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

(4)

Berpedoman kepada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentangKetenagakerjaan, dalam hal ini perusahaan juga harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan yang tertuang dalam Himpuman Peraturan Perundang-Undangan RI (HPPU RI, 2008) disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Teknik Keselamtan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan yang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

PT Global merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan konstruksi yang berdiri tahun 2000. Jumlah karyawan tetap saat ini adalah 35 orang dan tenaga tidak tetap (kontrak) yaitu 98 orang. Pada tahun 2012 PT Global memenangkan tender pembangunan bendungan PLTA di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun. Saat ini PT Global sedang membangun tempat penampungan air bendungan dan mempersiapkan membangun turbin untuk pembangkit tenga listrik bertujuan untuk menambah daya listrik di daerah tersebut dengan memanfaatkan tenaga air bendungan.

Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan dengan manajemen PT Global menangani masalah K3, bahwa K3 belum diterapkan secara optimal disebabkan pelatihan K3 belum pernah dilakukan. Manajamen memberikan penjelasan tentang penggunaan alat pelindung diri seperti pakaian, helm, sepatu, dan peralatan lainnya tidak rutin. Mereka tetap memantau pekerja agar tetap mematuhi

(5)

aspek K3 sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Setiap pekerja memang diawasi oleh pengawas tetapi ada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri diperbolehkan masuk memasuki areal bendungan dan tetap bekerja.

Pihak manajemen perusahaan mengatakan bahwa kecelakaan kerja di perusahaan tersebut dibagi dalam 4 jenis: First Aid yaitu kecelakaan kerja yang hanya membutuhkan pertolongan pertama (kotak P3K), Medical Aid yaitu kecelakaan kerja yang membutuhkan pengobatan medis dari rumah sakit, Loss time injury yaitu kecelakaan yang sampai menghilangkan jam kerja pekerja, dan Fatality Aid yaitu kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian. Pada tahun 2013 sampai saat ini kecelakaan kerja yang terjadi adalah jenis First Aid dan Medical Aid dengan jumlah kumulatif tertinggi sebanyak 32 kasus kecelakaan kerja dengan rincian 9 kasus kecelakaan kerja terjadi akibat tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan sewaktu kerja sehingga tangannya mengalami luka akibat menyusun batu-batu dalam membangun bendungan. Delapan (8) kasus kecelakaan terjadi akibat tidak menggunakan sepatu boot, tetapi pekerja menggunakan sandal sehingga kaki mengalami luka akibat pecahan batu dan 5 kasus kecelakaan pada bagian kepala akibat tertimpa pecahan batu karena tidak menggunakan helm pengaman serta 10 kasus kecelakaan disebabkan karena sewaktu bekerja kurang berhati-hati. Demikian juga hasil wawancara terhadap 10 orang pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja tentang perilaku pekerja bahwa 60% orang kurang memahami cara penggunaan APD dan merasa bahwa tanpa menggunakan APD lebih nyaman bekerja karena APD dapat mengganggu gerakan atau aktivitas dalam bekerja. Kejadian kecelakaan kerja terjadi sewaktu bekerja karena tidak menjalankan Standar Operasional Prosedur

(6)

(SOP) atau kecelakaan yang terjadi masih cenderung diakibatkan oleh tindakan tidak aman dari pekerja itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti “Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Kecelakaan Kerja Pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor standard operasional prosedur kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor ketersediaan APD terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

(7)

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengarahan terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

5. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

6. Untuk mengetahui pengaruh faktor tindakan terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

7. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PTGlobal akan pentingnya penerapan K3 secara optimal untuk menghindari kecelakaan kerja.

2. Bagi tenaga kerja agar lebih mengetahui manfaat dan kegunaan penerapan K3. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan.

4. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya tentang kecelakaan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

i) Pelajaran rendah dalam bahasa kebangsaan dimajukan dengan mengadakan pelajaran menerusi bahasa kebangsaan di sekolah yang dahulunya sekolah rendah kerajaan dengan syarat ada

Pencabulan adalah segala macam wujud perbuatan baik yang dilakukan pada diri sendiri maupun dilakukan pada orang lain mengenai dan yang berhubungan dengan alat kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1) Nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0.569 yang berarti bahwa

tersebut dan alasan perbedaan menurut Partai Politik Peserta Pemilu dan hasil pencocokan dengan bukti yang diterima dari Peserta Pemilu. l) Untuk sumbangan yang

Berdasarkan hasil dari simulasi yang telah dilakukan dimana nilai tegangan resultan dan defleksi maksimum yang timbul pada struktur Hydraulic Lifting Machine yaitu

Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan

Tujuan perancangan visual book ini adalah mengajak target sasaran untuk lebih mengenal mainan-mainan buatan Indonesia berbahan barang bekas yang sebagian besar

Berdasarkan gejala di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Layanan Konseling Individu Dalam Mengembangkan Kemampuan Pengendalian Emosi