• Tidak ada hasil yang ditemukan

HERMAWAN SETYANTO. Jurusan Marketing Communication Bina Nusantara University. Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta 11480, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HERMAWAN SETYANTO. Jurusan Marketing Communication Bina Nusantara University. Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta 11480, Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TAHAPAN PELAKSANAAN CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILTY DALAM

MEMBANGUN CITRA ATAS KEPEDULIAN

TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN

(STUDI KASUS: PADA PT. PERTAMINA

(PERSERO) DI DESA MUARA)

HERMAWAN SETYANTO

Jurusan Marketing Communication Bina Nusantara University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta 11480, Indonesia

(021) 534-5830, 535-0660 hermawansetyanto@yahoo.com

Dosen Pembimbing : Mia Angeline S.Kom., M.M.,

ABSTRACT

RESEARCH OBJECTIVES, to observe what strategies used by Pertamina in building the image of a

company that cares about the preservation of the environment in the Desa Muara and find out what the constraints on these activities. METHODOLOGY in this research is descriptive qualitative. RESULTS

ACHIEVED in this study is the Pertamina has a stage of implementation strategy in CSR activities in

Desa of Muara and there are some constraints on those activities. CONCLUSIONS of this research is Pertamina has stages in the village of Muara CSR activities include preparation and make cooperation with other institutions, identification of problems, activity implementation, monitoring, evaluation, and termination. Constraints faced from society and pests. SUGGESTIONS of researchers is to be aware that CSR activities should be recognized as a development activity not as a donation.(HS)

Keywords: Strategy, stage, CSR, images, Pertamina

ABSTRAK

TUJUAN PENELITIAN, mencari strategi apa yang digunakan oleh Pertamina dalam dalam

membangun citra perusahaan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan pada masyarakat Desa Muara dan mengetahui apa kendala pada kegiatan tersebut. METODOLOGI yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. HASIL YANG DICAPAI pada penelitian ini adalah Pertamina memiliki strategi tahapan pelaksanaan dalam kegiatan CSR di Desa Muara dan terdapat beberapa kendala yang pada kegiatan tersebut. SIMPULAN pada penelitian ini adalah Pertamina memeiliki tahapan-tahapan kegiatan CSR di Desa Muara antara lain Persiapan dan membuat kerja sama dengan lembaga lain, Identifikasi masalah, kegiatan pelaksanaan, monitoring, evaluasi, serta termination. Kendala yang dihadapi dari masyarakat dan hama. SARAN dari Peneliti adalah untuk lebih sadar bahwa kegiatan CSR harus disadari sebagai kegiatan pengembangan bukan sebagai pemberian dana bantuan.(HS)

(2)

PENDAHULUAN

Dewasa ini selain untuk mencari keuntungan, Perusahaan diwajibkan untuk melakukan tanggung jawab sosial atau dalam kata lain biasa disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Di Indonesia regulasi mengenai CSR telah diatur oleh Pemerintah sejak tahun 1994 dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 316/KMK 016/1994 tentang Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi oleh Badan Usaha Milik Negara dan diperkuat lagi dengan keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Kep-236/MBU/2003 yang menetapkan bahwa setiap perusahaan diwajibkan menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen) untuk menjalankan CSR (Nova, 2012, p. 312). Keputusan tersebut disempurnakan dewan Peraturan Menteri Negara BUMN, Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yang pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN

melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN(Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 17).

PT. Pertamina (Persero) sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang melakukan eksploitasi terhadap sumber daya energi memiliki Corporate Seretary yaitu departemen yang menangani komunikasi internal maupun ekternal perusahaan.Didalam Corporate Secretary terdapat fungsi Corporate

Social Responsibilty (CSR) yaitu fungsi yang bertujuan untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial.

Kegiatan CSR PT. Pertamina (Persero) adalah terdiri dari beberapa divisi, antara lain adalah yang menangani tanggung jawab sosial terhadap pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan lingkungan. Dari beberapa kegiatan tersebut, yang memiliki isu yang sangat dekat dan sangat berkaitan dengan PT. Pertamina (Persero) sebagai perusahaan yang mengeksploitasi alam adalah kegiatan CSR lingkungan.

Berdasarkan Annual Report Pertamina tahun 2012, Pertamina dipercaya untuk menjaga ketahanan energi nasional, hal ini terbukti dari wilayah operasional PT. Pertamina (Persero) Pertamina yang berada hampir diseluruh wilayah Indonesia yaitu terdapat 5054 stasiun pengisian bahan bakar diseluruh wilayah Indonesia. Pertamina sebagai perusahaan BUMN yang bergerak dibidang energi juga memiliki sebuah kegiatan yang dinamakan “menabung 100 juta pohon”. , Sepanjang Tahun 2012, Pertamina Group telah menanam lebih dari 13 Juta Pohon dengan komposisi ragam pohon kayu/pelindung (95%), mangrove (4%) dan pohon buah (1%). Secara kumulatif, program Pertamina Menabung 100 juta pohon telah mencatat penanaman sebanyak 13.071 juta pohon yang tersebar di Indonesia. Karena memiliki area operasional yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, Kegiatan menabung pohon 100 juta pohon ini juga dilakukan hampir diseluruh wilayah Indonesia. Ini yang membedakan kegiatan penanaman Pertamina dengan kegiatan penanaman pohon yang dilakukan oleh perusahaan lain, yaitu peta persebaran penanaman pohon yang hampir meliputi seluruh wilayah Indonesia karena wilayah operasional yang tersebar sangat luas.

Alasan penelitian tahapan pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam membangun citra peduli terhadap kelestarian lingkungan pada PT. Pertamina (Persero) adalah karena perusahaan tersebut adalah perusahaan yang melakukan eksplorasi alam secara besar di Indonesia dan memiliki program “menabung 100 juta Pohon” yang memiliki jangkauan penanaman yang sangat luas. . Selain itu Pertamina pernah mendapatkan Penghargaan Indonesia Green Awards 2012 untuk kategori Green Local

Hero. PT. Pertamina (Persero) harus memiliki strategi yang baik dalam melakukan kegiatan tanggung jawab sosial khususnya dalam membentuk citra peduli terhadap kelestarian lingkungan di benak

stakeholder mereka

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan pelaksanaan CSR PT. Pertamina (Persero) dalam membangun citra positif sebagai perusahaan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan di Desa Muara dan untuk mengetahui hal-hal yang dapat menghambat fungsi CSR PT. Pertamina (Persero) dalam membangun citra peduli terhadap lingkungan di Desa Muara.

STUDI PUSTAKA

Mackiewicz mengatakan bahwa citra korporasi yang kuat adalah asset yang penting dalam era kompetisi tanpa batas. (Oliver, 2007, p. 51). Citra itu tidak memiliki bentuk wujud jadi citra hanya berupa kesan ide atau konsep. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam buku “Efek Kedermawan Pebisnis dan CSR”, yaitu: “Citra adalah sebuah gambaran mental akan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, kesan, sebuah konsepsi mental yang dipegang oleh anggota dari sebuah grup dan simbolis dari perilaku dasar dan orientasi, ide dan konsep”. (Ardianto & Machfudz, 2011, p. 107). Citra memiliki beberapa jenis, antara lain menurut Jefkins (Jefkins, 2004, p. 20):

(3)

1. Citra bayangan(mirror image), citra bayangan adalah hal yang melekat pada orang dalam atau anggota organisasi mengenai anggapan yang dilihat oleh pihak luar terhadap orgnisasi.

2. Citra kini(current image), Citra saat ini adalah pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

3. Citra yang diharapkan (wish image), Citra yang diharapkan adalah citra yang diharapkan oleh manajemen atau organisasi terhadap produk dan perusahaan dimata masyarakat.

4. Citra Perusahaan(Corporate image), Citra perusahaan merupakan sosok perusahaan menurut tujuannya yang dapat dilihat dan diterima masyarakat sebagai suatu yang positif. Citra ini tidak dilihat hanya dari produk atau pelayanannya, namun secara keseluruhan organisasi.

5. Citra majemuk(multiple image), citra ini merupakan gabungan dari bermacam-macam citra yang ditimbulkan dari banyaknya komponen perusahaan.

Terdapat langkah-langkah membangun citra lewat opini publik. Hal ini tergantung dari situasi perusahaan dan posisi saat ini, langkah-langkah tersebut antara lain (Olii, 2007, p. 108):

1. Membentuk Citra baru

Bila citra baru sebuah perusahaan belum terbentuk, disinilah tugas dari Humas yang akan memperkenalkan. Dalam penyebaran pesan tersebut, Publikasinya dapat melalui selebaran (news release), iklan, surat kabar radio dan televisi (Olii, 2007, p. 108). 2. Mempertahankan Citra yang Sudah Terbangun

Dalam hal mempertahankan citra, pesan yang kita buat dan yang disusun tidak terkesan ambisius dan mengundang konflik seperti maencari musuh.James Lull juga menyatakan, dalam hal ini agar mempertimbangkan unsur budaya.(Olii, 2007, p. 109) 3. Memperbaiki Citra yang Terpuruk

Prasangka yang negatif tidak bisa memaksakan diri untuk mengatakan warna sebenarnya.Untuk meredakan hal tersebut, diam adalah tindakan yang paling tepat, untuk minimal menurunkan tensinya karena publik memiliki titik kejenuhan dalam mengikuti opini publik dan bisa beralih kepada opini publik lainnya.Setelah melakukan strategi tersebut, barulah strategi berkomunikasi dengan publik disusun, antara lain:

a. Penggolongan posisi individu dalam kelompok, dan mencari panutan (references group) didalam kelompok tersebut karena biasanya orang atau kelompok ini lebih dapat dipercaya. Dalam keadaan yang tidak baik ini mereka digunakan atau diminta berbicara.

b. Memilih kegiatan yang lebih bersifat kemanusiaan, sebagai contoh kegiatan kelestarian lingkungan, kegiatan amal, kegiatan pendidikan dan lain-lain. (Olii, 2007, p. 110).

4. Menguatkan Citra Karena Kekuatan Pesaing

Citra bisa juga menurunkan popularitas karena kuatnya citra pesaing yang yang mendapatkan dukungan publik lebih besar.Dalam keadaan seperti ini biasanya keadaan lebih emosional, namun pada dasarnya respon emosional yang dilakukan bisa berakibat memperparah kondisi citra. Masyarakat tidak akan suka apabila menjelek-jelekan lawan. (Olii, 2007, p. 111).

5. Mempertahankan Citra Ketika Berada di Puncak

Popularitas dapat menentukan kepuasan, popularitas yang tinggi atau citra yang baik dapat menaikkan minat publik.dalam mempertahankan citra sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Peninjauaan terhadap informasi yang akan keluar, hal ini dimaksudkan supaya konsumen mengetahui dengan baik produk tersebut.

b. Citra yang diatas berarti konsumen membeli produk atas kesadaran mereka. c. Bahan dasar untuk menciptakan citra tersebut harus diteliti agar bisa diketahui

faktor-faktor yang mebuat produk berada diatas.

d. Kalau citra berada diposisi permanen, Konsumen harus diingatkan bahwa keberadaan produk sangat dihargai. (Olii, 2007, pp. 112-113).

(4)

Mengutip dari WBCSD (World Business Council) definisi dari tanggung jawab sosial adalah “komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki mutu hidup angkatan kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan” (Iriantara, 2010, p. 49)

CSR is about capacity building for sustainable likelihood. It respect cultural differences and finds the business opportunities in building skills of employees, the community and the government”,

yang artinya,CSR adalah tentang membangun kapasitas yang kemungkinan berkelanjutan dan menghargai perbedaan budaya dan menemukan peluang-peluang bisnis dalam membangun keterampilan para karyawan, komunitas, dan pemerintah. Hal ini dikutip oleh Ardianto dan Mahfudz pada bukunya dari Nor Hadi (Ardianto & Machfudz, 2011, p. 37).

terdapat tiga alasan penting mengapa CSR harus direspon oleh kalangan dunia usaha, sebagaimana diungkapkan Wibisono dalam Rahmatullah dan Trianita antara lain (Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 7):

1. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat, dan harus menyadari bahwa perusahaan beroperasi dalam satu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial dari sebuah perusahaan menjadi sebuah kompensasi kepada masyarakat karena perusahaan kadang perusahaan bersifat ekspansif dan eksploratif yang menimbulkan ketidaknyamanan pada masyarakat.

2. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, kalangan bisnis sebaiknya memiliki simbiosis saling menguntungkan dengan masyarakat. Perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga tercipta hubungan harmonis bahkan bisa mendongkrak citra dan performa persuahaan.

3. Kegiatan CSR adalah salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik yang bisa berasal dari dampak operasional perusahaan atau kesenjangan structural dan ekonomis yang timbul antara perusahaan dan masyarakat. (Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 7)

Saat ini kegiatan CSR lebih menggunakan kegiatan Community Development atau pemberdaaan masyarakat karena mendekati empowerment dan sustainable developmentdengan kata lain perusahaan telah memiliki visi pengembangan masyarakat yaitu memberdayakan masyarakat, bekerja sama dengan

stakeholder agar menjadi berdaya dan mandiri serta tumbuh menjadi agen perubahan sosial yang efektif

dilingkungannya (Rahmatullah & Kurniati, 2011, pp. 70-71).

Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan CSR menurut Adi dan Huraeroh (Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 70):

Gambar 1 Tahapan pelaksanaan CSR

1. Assesment

Proses Assessment dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau kebutuhan yang dirasakan dibutuhkan (felt needs) atau kebutuhan yang diekspresikan (expressed needs) dan juga sumberdaya yang dimiliki oleh komunitas sasaran (Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 70). Assessment Plan of Treatment Monitoring and Evaluation Treatment of Action After Care Termination

(5)

2. Plant of Treatment

Menurut Huraerah dalam buku Panduan Praktsi Pengelolaan CSR ,Plant of treatment biasa juga disebut dengan rencana tindakan. Rencana tindakan harus memiliki keterhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan penanganan masalah yang dirasakan masyarakat.(Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 76).

3. Treatment of Action

Treatment of action adalah tahap pelaksanaan CSR, menurut Adi dalam Rahmatullah dan Kurniati (2011) tahap ini merupakan tahap yang paling krusial karena perencanaan yang telah dilakukan dengan baik akan dapat menyimpang bila tidak terdapat kerjasama antara masyarakat, fasilitator maupun antar warga(Rahmatullah & Kurniati, 2011).

4. Monitoring and Evaluation

Monitoring merupakan tahap pemantauan yang dilakukan secara terus menerus terkait proses pelaksanaan program CSR sedangkan evaluation adalah menilai secara keseluruhan apakah pelaksanaan program CSR tersebut dilakukan sesuai dengan rencana atau ketentuan yang telah disusun sebelumnya (Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 79).

5. Termination

Dalam tahap ini program akan dilakukan pemutusan secara formal pada masyarakat penerima kegiatan CSR, hal ini sangat penting karena perusahaan seringkali melupakan proses terminasi sehingga program yang seharusnya mengatasi masalah malah menjadi pemanjaan dengan membuat masyarakat tergantung kepada program atau bantuan perusahaan. (Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 84)

6. After Care

Program CSR secara formal sudah berakhir, dalam tahap ini sebaiknya staf CSR masih mengunjungi secara berkala dan memantau proses pengalihan mandate program kepada masyarakat.(Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 85).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Riset kualitatif adalah untuk menjelaskan fenomena dalamnya melalui pengumpulan sedalam-dalamnya dan berbeda dengan penelitian kuantitatif karena tidak mengutamakan besarnya populasi bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas (Kriyantono, 2010, p. 56). Riset kualitatif bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan serta desain riset dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset (Kriyantono, 2010, p. 57).

Dalam penelitian kualitatif ini, Penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Tipe penelitian kualitatif merupakan tipe penelitian yang digunakan untuk menggambarkan populasi yang sedang diteliti atau terfokus pada perilaku yang sedang diteliti.Jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta objek tertentu.Riset ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antara variabel(Kriyantono, 2010, p. 69).Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. data primer didapatkan dari Wawancara dan obsevasi. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang mengharuskan periset menggunakan pedoman wawancara (interview guide/schedule), yang merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi mengarahkan periset dalam melakukan wawancara (Kriyantono, 2010, p. 101).Wawancara jenis ini dikenal juga sebagai wawancara sistematis atau wawancara yang terpimpin yang pertanyaannya disusun secara sistematis ditujukan kepada responden (Kriyantono, 2010, p. 101)

Pada penelitian ini Penulis melakukan wawancara dengan pihak yang memiliki kewenangan terhadap kegiatan CSR pada PT. Pertamina (Persero) dan dengan orang yang mengikuti kegiatan CSR PT. Pertamina (Persero) dalam hal ini adalah beberapa orang yang bertanggung jawab didaerah lokasi penelitian. Obeservasi yang digunakan adalah observasi partisipan yaitu pengamatan secara langsung yang dilakukan periset dan memungkinkan periset sebagai bagian dari yang diriset.(Kriyantono, 2010, p. 112). Observasi non-partisipan kebalikan dari observasi partispan, karena periset hanya sebagai observer (Kriyantono, 2010, p. 111). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari Studi pustaka dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan.

keabsahan data pada penelitian ini menggunakan analisis triangulasi, analisis triangulasi adalah menganalisa jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris atau sumber data lain yang tersedia (Kriyantono, 2010, p. 72). Menurut Dwidjowinoto dalam Kriyantono (Kriyantono, 2010, p.

(6)

72), triangulasi memiliki beberapa macam salah satunya adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan derajat kepercayaan suatu informasi dari sumber yang berbeda.

Dalam analisis data kualitatif penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang digunakan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis tersebut menurut Miles dan Huberman mencakup tiga hal (Basrowi & Suwandi, 2008), yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah pemilihan, pemusatan perhatian data kasar dari lapangan yang berlangsung selama penelitian dilakukan dari awal sampai akhir penelitian, fungsinya untuk menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi sehingga interpretasi dapat diambil. Dalam proses ini penulis mencari data yang benar-benar valid dengan cara melakukan cek ulang dengan informan yang dianggap lebih kredibel.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan data yang tersusun yang memiliki kemungkinan untuk menarik kesimpulan. Didalam display data tersebut juga masih berlaku reduksi data. Penyajian data tersebut berupa grafik, teks naratif, matriks, bagandan jaringan. Didalam proses ini juga penulis mengelompokkan data yang sejenis kepada kelompoknya.

c. Verifikasi

Dalam proses ini terjadi penarikan kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan juga diverivikasi selama penelitian berlangsung sehingga validitasnya terjamin keakuratannya.

HASIL DAN BAHASAN

Nama kegiatan CSR Lingkungan Petamina di Desa Muara Kecamatan Telunaga, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten tersebut adalah Kampung Mangrove dengan Energi Terbarukan. Tujuan diadakan kegiatan ini adalah membangun kampung pembibitan mangrove atau pusat pembibitan mangrove, menjadikan kawasan itu menjadi pemasok kebutuhan donasi tanaman mangrove untuk program Pertamina, menjadikan kawasan percontohan tanaman mangrove, meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan mangrove, perbaikan lingkungan pesisir sekitar, dan meningkatkan kemampuan masyarakat sekitar. Pada kegitan ini Pertamina bekerja sama dengan pihak Lembaga Bina Lanskap LingkunganTrisakti atau disingkat LBLL Trisakti. Pertamina memberikan wewenang kepada pihak LBLL Trisakti yang kemudian menjalankan tugas dilapangan.Kegiatan ini merupakan jenis kegiatan Pilantrophy berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber. Philantrophy adalah perusahaan memberikan sumbangan untuk kalangan masyarakat tertentu secara cuma-cuma dalam bentuk hibah tunai, sumbangan dan sejenisnya (Rahmatullah & Kurniati, 2011, p. 310.

Tahapan yang dilakukan Pertamina dalam membangun citra peduli terhadap Lingkungan pada kegiatan Kampung Mangrove dengan Energi Terbarukan adalah pertama-tama Pertamina melakukan persiapan yang didalamnya terdapat penunjukan terhadap mitra dan memberikan wewenang kepada pihak LBLL Trisakti.Selanjutnya pihak LBLL melakukan identifikasi masalah lingkungan dan sosial setempat.Pihak LBLL Trisakti selanjutnya melakukan tahapan-tahapan dalam kegiatan tersebut yaitu, membuat lembaga dimasyarakat tersebut, pendampingan masyarakat, pelatihan, lalu melakukan rehabilitasi mangrove yaitu penanaman dan penyemaian.Lalu terdapat peresmian acara tersebut yang dihadiri oleh Pertamina dan beberapa media yang hadir untuk meliput.

Pada tahap identifikasi masalah, pihak LBLL Trisakti mengidentifikasi masalah langsung ke Desa Muara dengan menggunakan metode survey di lapangan dan wawancara kepada masyarakat.Selain itu pihak LBLL Trisakti melakukan community mapping yaitu kegiatan mencari apa yang dibutuhkan dan dirasakan perlu untuk masyarakat.

Setelah terkumpul masalah Sebelum penanaman, Selanjutnya pihak LBLL LBLL Trisakti melakukan pertemuan dengan masyarakat dan membentuk Komunitas Mangrove Swadaya Masyarakat Muara Ujung dan melakukan pelatihan dan penyemaian bibit mangrove. Dalam komunitas tersebut nantinya akanterdapat kegiatan penanaman, penyemaian dan Perawatan

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan.Pada tahap ini Pertamina mempercayai kegiatan penanaman oleh pendamping lapangan dari pihak LBLL Trisakti dibantu dengan Komunitas Mangrove Swadaya Masyarakat.mereka mengemukakan bahwa penanaman tersebut dilakukan oleh masyarakat dan setelah melakukan penanaman dan penyemaian terdapat media yang datang pada saat launching kegiatan tersebut.

pada saat monitoring dan evaluasi Pertamina mendapatkan laporan dari pihak LBLL Trisakti mengenai segala kegiatan, dan hasil yang telah dicapai serta kendala yang ada dilapangan. Pertamina juga pernah mendatangi lokasi kegiatan penanaman mangrove. Pertamina sebelumnya akan memberitahukan kepada pihak yang terkait bila akan datang berkunjung.

(7)

Termination kegiatan Kampung Mangove dengan Enegri Terbarukan ini akan berakhir berdasarkan surat kontrak perjanjian.Pada tahap ini diharapkan masyarakat sudah bisa mandiri dan sadar terhadap kelestarian lingkungannya. Pertamina tidak akan menginformasikan pengakhiran kegiatan tersebut dan tanpa ada proses ceremonial, namun akan tetap membantu bila masyarakat membutuhkan bantuan.

Setiap kegiatan seperti ini memiliki kendala.Kendala atau hambatan pada kegiatan ini adalah orang-orang di daerah tersebut banyak yang belum memiliki pekerjaan dan selalu berorientasi pada uang. Karena hal itu, tujuan pertamina untuk membentuk masyarakat yang mandiri akan sulit, karena mereka hanya mengharapkan donasi atau bantuan saja.

Hal ini diketahui dari pengalaman peneliti pada saat melakukan penelitian di Desa Muara.Banyak anak-anak dan orang tua yang meminta uang. Dari pengamatan peneliti.Peneliti juga melihat rumah mereka yang tidak layak.Peneliti menyimpulkan bahwa kendala dalam kegiatan tersebut adalah pada masyarakat yang lebih berorientasi pada uang Hambatan lainnya adalah ada pada hama yang suka merusak pohon mangrove yaitu kepiting dan kambing. Sedangkan faktor pendukung pada kegiatan tersebut adalah sangat mudah mendapatkan bibit mangrove di daerah tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada Penelitian ini, Peneliti memberikan simpulan bahwa tahapan pelaksanaan CSR Pertamina dalam membangun citra perusahaan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan pada masyarakat Desa Muara adalah:

1. Pertamina melakukan Persiapan dan membuat kerja sama dengan Lembaga lain yaitu LBLL Trisakti. Proses selanjutnya adalah Identifikasi masalah yang didalamnya terdapat community

mapping yaitu mengidentifikasi kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selanjutnya

Pertamina melakukan kegiatan pelaksanaan yang berupa pelatihan, lalu melakukan rehabilitasi mangrove yaitu penanaman dan penyemaian dan perawatan berupa penyulaman pohon yang mati.Tahap berikutnya adalah tahap monitoring dan evaluasi yaitu Pertamina mendapatkan laporan dari pihak LBLL Trisakti mengenai segala kegiatan, dan hasil yang telah dicapai serta kendala yang ada dilapangan. Pertamina juga pernah mendatangi lokasi kegiatan penanaman mangrove. Berikutnya merupakan tahapan Termination yaitu kegiatan Kampung Mangove dengan Energi Terbarukan ini akan berakhir berdasarkan surat kontrak perjanjian. Pertamina tidak akan menginformasikan pengakhiran kegiatan tersebut dan tanpa ada proses ceremonial, namun akan tetap membantu bila masyarakat membutuhkan bantuan.

2. hambatan yang ada pada kegiatan ini adalah pada masyarakat Desa Muara itu sendiri. orang-orang di daerah tersebut rata-rata memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Masyarakat Desa Muara tersebut banyak yang belum memiliki pekerjaan dan selalu berorientasi pada uang. Karena hal itu, tujuan pertamina untuk membentuk masyarakat yang mandiri akan sulit, karena mereka hanya akan mengharapkan donasi atau bantuan saja. Selain itu, kendala lainnya adalah ada pada Hama pohon mangrove yaitu hewan-hewan yang suka merusak tumbuhan mangrove. Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:

Saran akademis untuk mengembangkan penelitian ini yaitu:

1. lebih menggali lagi mengenai strategi pencitraan dengan menggunakan fungsi CSR dengan cara banyak membaca buku-buku yang membahas CSR. Mahasiswa harus peka terhadap masalah yang berkembang di CSR, karena CSR memiliki dampak ke masyarakat.

2. Saran bagi akademis lainnya adalah lebih mempelajari mengenai tahapan pelaksanaan CSR karena studi ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas.

Saran praktis untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Saran bagi praktisi adalah dalam membentuk sebuah kegiatan CSR harus memiliki keterbukaan dengan masyarakat dan mengkomunikasikan kegiatan tersebut secara jelas dengan cara melakukan tatap muka secara langsung dengan masyarakat agar masyarakat faham mengenai tujuan kegiatan tersebut.

2. Pertamina harus melakukakan kegiatan yang berkesinambungan agar kegiatan tersebut dapat dijaga oleh masyarakat Saran untuk praktisi lainnya adalah menggunakan penelitian ini sebagai bahan perbandingan dengan strategi lainnya yang digunakan praktisi. Melakukakan kegiatan yang berkesinambungan.

(8)

Saran bagi masyarakat umum untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Saran umum pada penelitian ini adalah masyarakat harus lebih kritis menanggapi kegiatan tanggung jawab sosial sebuah perusahaan dengan cara mengikuti kegiatan Persuahaan penyelenggara CSR dari awal kegiatan.

2. Saran umum lainnya adalah masyarakat harus lebih mengerti mengenai konsep Corporate

Social Responsibility pada sebuah perusahaan dengan cara mencari informasi yang jelas

kepada perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan CSR, sehingga kedepannya mereka tidak menyalahartikan kegiatan tersebut.

REFERENSI

Buku:

Ardianto, E., & Machfudz, D. M. (2011). Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Fiske, J. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta: Rajawali Pers.

Iriantara, Y. (2010). Community Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Jefkins, F. (2004). Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Morissan. (2008). Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional.Jakarta: Kencana . Nova, F. (2012). Republic Relation. Jakarta: Penerbit Media Bangsa.

Olii, H. (2007). Opini Publik. Jakarta: PT Indeks.

Oliver, S. (2007). Strategi Public Relations. Jakarta: Esensi Erlangga Grup. Pertamina (Persero). (2012). Annual Report.

Rahmatullah, & Kurniati, T. (2011). Panduan Praktis Pengelolaan CSR. Yogyakarta: Samudra Biru. Soemirat, S. (2010). Dasar-Dasar Public Relation. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Verdiansyah, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia.

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. Wursanto. (2003). Dasa-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: ANDI.

Jurnal:

Filho, J. d., Wanderley, L. S., Gomes, C. P., & Farache, F. (2009). Strategic Corporate Social Responsibility Management for Competitive Advantage. Brazilian Administration Review.v. 7(3), pp. 294-309

Karlos. (2009). 2. Dampak Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III Kebun Rantau Prapat Terhadap Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Labuhan . Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah.4(3), pp. 153-162

(9)

Lii, Y. S. (2010). The effect of Corporate Social Responsibility (CSR). African Journal of Business

Management.5(5), pp. 1642-1649

Rijt, R. v., Hoeken, H., & Kardol, T. (2011). The strategic nature of Corporate Social Responsibility: the role of communication. Presented during the International Conference on CSR &

Communication.

Suriany, L. (2008). Penerapan Corporate Social Responsibility dengan Konsep Community Based Tourism. Jurnal Ilmu Komunikasi.5(1), PP. 25-40

Website:

www.pertamina.com

RIWAYAT PENULIS

Hermawan Setyanto lahir di kota Tangerang pada tanggal 4 Februari 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing Communication peminatan Public

Gambar

Gambar 1 Tahapan pelaksanaan CSR

Referensi

Dokumen terkait