• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PRAKTIKUM STASE NEUROMUSKULAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PRAKTIKUM STASE NEUROMUSKULAR"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PRAKTIKUM

STASE NEUROMUSKULAR

2019

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

MODUL PRAKTIKUM

Stase Neuromuskular

Program Studi Profesi Fisioterapi Fk Unud

Tim Penyusun :

(3)

i

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu.

Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun Modul Praktikum Stase Neuromuskular Program Studi Profesi Fisioterapi FK Unud.

Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam : 1. Melaksanakan proses praktik dalam ilmu fisioterapi neuromuskular

2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik fisioterapi neuromuskular Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan sasaran pendidikan

Om santih, santih, santih, om.

Denpasar, 17 September 2016 Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi FK Unud

(4)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii Definisi ... 1 Tujuan ... 1 Sasaran ... 1 Sumber Pembelajaran ... 1 Sumber daya... 1 Pelaksanaan ... 2 A. Stroke ... 2 B. Parkinson ... 4 C. Enchepalitis ... 5 D. Vertigo ... 8

E. Spinal Cord Injury ... 9

F. Cidera Otak ... 10 G. Alzeimer ... 11 H. Meningitis ... 13 I. Bell’s Palsy ... 14 J. Lesi Brachialis ... 16 K. Lesi Ulnar ... 18 L. Lesi Radialis ... 21 M. Lesi Medianus ... 23

N. Gullain Barre Syndrome ... 24

O. Polineuropaty ... 26

(5)

1 Definisi

Manajemen fisioterapi neuromuskular adalah ilmu yang mempelajari penanganan fisioterapi pada kasus neuromuskular. Manajemen fisioterapi neuromuskular adalah gabungan dari beberapa ilmu seperti fisiologi, anatomi, patologi, manajemen fisioterapi, dll yang bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang neuromuskular. Tujuan

Tujuan instruksional umum

1. Memahami kasus-kasus fisioterapi neuromuskular

2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapi neuromuskular 3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

neuromuskular

Tujuan intruksional khusus

Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik seperti: 1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang neuromuskular dalam kasus sistem saraf

tepid an sistem saraf pusat.

2. Memberikan program latihan untuk proses rehabilitasi pada kasus-kasus neuromuskular

Sasaran

Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi neuromuskular adalah mahasiswa Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah lulus pada mata kuliah anatomi, fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi latihan, dan psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran sebelumnya. Sumber Pembelajaran

Sumber Pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah : A. Buku Text dan ebook :

1. Martin dan Kessler. 2015. Neurologic Interventions for Physical Therapy: 3rd Edition. Saunders: USA

2. Umphred, DA., Burton, GU., Lazaro, RT., dan Roller, ML. 2013. Umphred’s Neurological Rehabilitation Sixt Edition. Elsevier Mosby: USA

B. Narasumber :

1. Dosen Matakuliah Sumber daya

(6)

2 1. Dosen pemberi mata kuliah : 1 orang B. Sarana dan Prasarana:

1. RSUD Mangusada Badung 2. RSUP Sanglah Denpasar

3. RSUD Bali Mandara Provinsi Bali 6. Ruang Lingkup

Ruang lingkup praktikum manajemen fisioterapi neuromuskular adalah melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus neuromuskular mulai dari pemeriksaan hingga intervesi pemberian pelatihan untuk meningkatkan aktivitas fungsional pasien.

7. Alat dan kelengkapan: 1. Bed atau matras 2. Formulir pemeriksaan

3. Alat-alat exercise (trampoline, bola, terabands, dll.) 8. Pengendalian dan Pemantauan

1. Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditandatangani

2. Format penilaian responsi yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas instruktur yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan

3. Pedoman penilaian pencapaian kompetensi.

Pelaksanaan A. Stroke

Definisi

Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.

Anamnesis

Pasien laki-laki berumur 50 tahun sewaktu bangun tidur pagi hari mengeluh kelemahan anggota gerak sehingga pasien terjatuh dari tempat tidurnya.Sebelumnya pasien merasakan kesemutan pada tangan dan kaki.Pasien telah diopname selama 2 hari.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik

- Vital Sign

(7)

3 o Heart Rate : 64 kali/menit o Rspiratory Rate : 20 kali/menit

- Koginitif

Komunikasi : Cukup baik Atensi : Kurang

Motivasi : Kurang Emosi : Cukup baik Problem solving : Kurang

- Inspeksi

Dada protraksi, badan simetris

 Palpasi

Edema (-) atrofi otot (-)

kelemahan pada sebelah kiri (hipotonus)

 Pemeriksaan Penunjang : CT-Scan

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation :

- Sulit berjalan

- Sulit makan dengan mandiri

- Sulit untuk berdiri lama

- Body Structure &Function :

- Kelemahan pada anggota gerak sebelah sisi kiri

- Hipotonus

- Participation Restriction :

- Sulit bekerja

- Sulit berolahraga

Diagnosis Fisioterapi : Belum bisa melakukan aktivitasnya secara mandiri karena adanya kelemahan dan penurunan tonus otot pada anggota gerak sebelah sisi kiri sehingga terjadi hipomobile yang akan mempengaruhi dalam bekerja dan berolahraga.

Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Meningkatkan tonus otot

 Prinsip Terapi : Penguatan otot ektremitas

 Edukasi : Mengajarkan cara ambulasi, rolling, transfer

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis saraf

Prognosis

Masalah emosional yang mengikuti stroke dapat disebabkan oleh kerusakan langsung ke pusat emosi di otak dari kesulitan beradaptasi dengan keterbatasan baru.Kesulitan emosional paska stroke seperti Kesulitan lain mungkin termasuk penurunan kemampuan untuk mengkomunikasikan emosi melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh dan suara. Gangguan dalam

(8)

4

menggenggam, hubungan dengan orang lain dan kesejahteraan emosional dapat menyebabkan konsekuensi sosial setelah stroke karena kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi.

Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, Infrared, cone, hand ball

 Prasarana : Ruangan Terapi, Toilet

B. Parkinson Definisi

Kondisi degenerative yang progressif. Umumnya ditandai dengan tremor, bradikynesia, cogwheel rigidity dan abnormalitas postur. Ada 2 (dua) klasifikasi pada Parkinson, yaitu Parkinson primer/idiopatik dan Parkinson sekunder/simtomatik. Parkinson simtomatik disebabkan karena : pasca ensefalitas virus, pasca infeksi lain seperti sifilis meningovaskuler dan tuberculosis, latrogenik atau terinduksi obat, toxic, misalkan intoksikasi karbon monoksida, perdarahan karena trauma belakang

Anamnesis

 Kapan pertama kali memperhatikan adanya kesulitan berjalan/tremor dan sebagainya? Ditemukan oleh pasien sendiri atau orang lain?

 Pernahkah pasien jatuh? Pernahkah pasien mengalami kesulitan membalikkan badan di tempat tidur?

 Apakah pasien tidak mampu melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan?

 Apa akibat fungsional dari gangguan yang dialami oleh pasien? Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang sederhana

 Pemeriksaan fisik

- Periksa wajah, postur, dan cara jalan pasien.

- Berapa jauh pasien dapat berjalan? Bisakah dia berbalik? Bisakah dia bangkit dari kursi? Bisakah dia naik tangga?

- Adakah tremor? Jika ya,dimana? Apakah tremor itu meningkat atau menurun saat bergerak?

- Adakah rigiditas (pada ekstremitas, batang tubuh)?

- Adakah bradikinesia? Bisakah pasien melakukan gerakan bergantian dengan cepat?

Penegakan diagnosis

 Activity Limitation :

- Kesulitan berjalan dan rolling ditempat tidur

(9)

5 - Rigiditas pada batang tubuh - Resting tremor

 Participation Restriction :

- Mengganggu saat beraktivitas karena pasien tidak dapat beralan jauh.

 Diagnosa Fisioterapi :

- Pasien kesulitan saat berjalan jauh karena adanya rigiditas dan tremor. Rencana Penatalaksanaan

 Pelihara ROM

- Static stretch : tight fleksor, adductor, internal rotator

 Meningkatkan Kualitas Gerak Voluntary

- Menurunan rigiditas dengan gerak rotasi trunk dan rocking - Mulai gerak dengan rhythmic initiation

- Stretch otot ekstensor

- Istirahat dengan rhythmic movement

 Memelihara dan meningkatkan ekspansi dada - Pelihara rotasi trunk

- Latihan deep breathing

 Memelihara dan meningkatkan postural dan postural reaction - Postural Correction

- Equilibrium training

 Meningkatkan functional mobility

- Mengajarkan rotasi trunk aktif ; mengajarkan mengawali gerak fungsional - Penekanan pada rolling dan sitting up di bed, bangkit, berdiri, dan berjalan - Latihan berjalan ritmis dengan music dan aba-aba, rotasi trunk, dan ayunan

lengan

- Praktikan : Memulai, berhenti, dan mengubah arah - Latihan keterampilan gerak, khususnya gerak oral-fasial Prognosis

Parkinson memang bukan penyakit yang fatal, namun penyakit ini bersifat degenerative yang berarti jika tidak mendapat penanganan kondisi pasien dapat terus menurun. Penyakit ini apabila diketahui dan mendapat penanganan sesegera mungkin maka akan dapat memperlambat proses penyebaran penyakitnya.

Sarana Prasarana

 Sarana : bed terapi, pararel bar, walker

 Prasarana : Ruang fisioterapi C. Enchepalitis

(10)

6 Definisi

Ensefalitis adalah infeksi akut pada parenkim otak dengan karakteristik klinis demam tinggi, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran. Gejala lain yang mungkin adalah defisit neurologis fokal atau multifokal, dan kejang fokal atau general (menyeluruh). Infeksi pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan epilepsi 1%-5% dari semua kasus epilepsy. Anamnesis

1) Pre-encephalitis

elum menderita encephalitis dan tidak ada riwayat kejang

-tiba

2) Post-encephalitis

D. Pemeriksaan

 Pemeriksaan Fisik

- Vital Sign o Heart Rate : 120 kali/menit

o Respiratory Rate : 46 kali/menit o Suhu : 37,5ºC - Koginitif Komunikasi : Atensi : Motivasi : Emosi : Problem solving :  Pemeriksaan penunjang: - Biakan

o Darah: Berlangsung hanya sebentar sehingga sukar untuk mendapatkan hasil

(11)

7

o Likuor serebrospinal atau jaringan otak: Gambaran jenis kuman dan sensitifitas terhadap antibiotik

o Feses: Positif pada jenis enterovirus

o Swap hidung dan tenggorokan: Didapatkan hasil kultur positif - Pemeriksaan Serologi: IgM positif pada awal gejala

- Pemeriksaan Darah: Terjadi peningkatan jumlah leukosit

- EEG / Electroencephalography: Aktifitas listrik merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun.

- CT Scan: Sering ditemukan dalam keadaan normal, tetapi bisa didapat hasil edema diffuse, dan kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit makan - Body Structure &Function : - epilepsi

- Demam - Participation Restriction : - Sulit bermain

 Diagnosis Fisioterapi : Kesulitan dalam makan karena adanya epilepsy dan demam sehingga mengganggu aktivitasnya dalam bermain.

Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengembalikan keceriannya

 Prinsip Terapi : - Mencegah kejang

- Mencegah demam tinggi

 Edukasi : Menghindari hal hal yang menyebabkan kejang

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis saraf Prognosis

Mortalitas pada ensefalitis viral non herpes bervariasi dari sangat rendah (misalnya ensefalitis EBV) sampai sangat tinggi (misalnya ensefalitis Eastern equine). Ensefalitis rabis juga berakibat fatal. Mortalitas pada HSE yang tidak diterapi berkisar 70% dan kurang dari 3% yang dapat kembali normal.Pada analisis retrospektif pasien dengan HSE, hanya 16% pasien yang tidak diterapi dapat bertahan hidup dini dengan acuclovir menurunkan mortalitas hingga 20 – 30%. Pada pasien yang mendapat terapi acyclovir dalam penelitian NINAID-CASG, 26 dari 32 (81%) pasien dapat bertahan hidup dan disabilitas neurologi yang serius melibatkan hampir separuh pasien yang bertahan. Pasien tua dengan tingkat kesadaran yang rendah (GCS 6 atau kurang) memiliki prognosis yang paling buruk. Pasien muda (usia 30 atau kurang) dengan fungsi neurologis yang baik pada permulaan terapi acyclovir memiliki prognosis yang baik (hampir 100% bertahan hidup dan lebih dari 60% memiliki sedikit atau tanpa gejala sisa). Hiperperfusi unilateral persisten pada SPECT juga memiliki prognosis yang jelek.

(12)

8 Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, Nebulizer

 Prasarana : Ruangan Terapi, Toilet D. Vertigo

Definisi

Vertigo adalah salah satu bentuk sakit kepala di mana penderita mengalami persepsi gerakan yang tidak semestinya (biasanya gerakan berputar atau melayang) yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular. Vertigo sering kali dengan gejala mual dan muntah serta ketidakmampuan penderita menjaga keseimbangan badan, yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan berdiri atau berjalan.

Anamnesis

Seorang wanita usia 53 tahun mengeluhkan sering pusing berputar hilang timbul disertai dengan mual. Setelah 3 jam pasien kembali mengeluhkan adanya pusing berputar, hingga tidak dapat berdiri, disertai mual dan muntah sebanyak 1 kali. Pusing dirasakan bertambah ketika terjadi perubahan posisi tubuh dan membaik jika memejamkan mata dan berbaring.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : 168/121 mmHg o Heart Rate : 92 kali/menit o Respiratory Rate : 20 kali/menit - Inspeksi

o Leher tampak simetris tidak ada kelenjar tiroid - Pemeriksaan gerak : Romberg‘s test

 Pemeriksaan Penunjang : Rontgen

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit tidur - Sulit berdiri - Body Structure &Function : - telinga berdenging

- penyempitan diskus intervertebralis C3-C4

- Participation Restriction : - Mengganggu aktivitas bekerja, beribadah - Diagnosis Fisioterapi : Kesulitan tidur, berdiri dan melakukan aktivitas karena adanya penyempitan diskus intervertebralis C3-C4 sehingga mengganggu aktivitasnya dalam bekerja dan beribadah.

(13)

9 Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengembalikan aktivitas sehari-hari

 Prinsip Terapi : Mengurangi pusing

 Edukasi : Memberikan saran agar istirahat dan meminum obat

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis Prognosis

Prognosis pasien dengan vertigo perifer sangat bervariasi tergantung dari penyakit yang mendasari.Namun kemajuan bedah saraf memperbaiki beberapa kondisi prognosis pasien dengan infark artei vertebral atau arteri basilar. Prognosis pasien dengan pendarahan cerebellum secara spontan akan lebih buruk.

Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed

 Prasarana : Ruangan Terapi

E. Spinal Cord Injury Definisi

Spinal cord injury adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada spinal cord sehingga menyebabkan menurunnya atau menghilangnya fungsi motorik maupun sensoris. Untuk SCI memiliki tanda dan gejala yang berbeda sesuai dengan levelnya masing-masing. Anamnesis

1) Klien merasakan nyeri di area yang terkena. 2) Klien mengalami kecelakaan 1 minggu yang lalu.

3) Pada saat bergerak yang menggunakan tulang belakang klien merasakan nyeri. 4) Terkadang klien merasakan pusing hingga merasa mual.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Penunjang : foto rontgen

2) Pemeriksaan objektif : terdapat nyeri di area yg cidera. Pemeriksaan Diagnosis

Adanya keterbatasan aktifitas karena adanya cidera pada tulang belakang sehingga klien tidak bisa berkumpul dengan keluarga di rumah.

Rencana Penatalaksanaan 1) Tujuan : mengurangi spastik 2) Prinsip Terapi : merilis spastik

(14)

10 4) Kriteria Rujukan : Dari Dokter

Prognosis

Cepat pulih apabila dilakukan operasi. Sarana dan Prasarana

1) Sarana menggunakan bed

2) Prasarana menggunakan gedung rumah sakit F. Cidera Otak

Definisi

Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan cidera otak yang terjadi karena benturan yang keras atau guncangan yang menyebabkan trauma tumpul atau tajam pada otak. Cidera tersebut dapat menyebabkan cidera utama yang melibatkan lobus yang spesifik di dalam otak atau bisa juga melibatkan seluruh bagian dari otak. Kadang bisa saja terjadi fraktur pada tengkorak. Selama insiden tersebut, otak mengalami guncangan yang menyebabkan memar/lebam, perdarahan, dan rusaknya serabut saraf di dalam tengkorak.

Anamnesis

Klien mengalami kecelakaan mobil 3 minggu lalu, saat ini klien mengeluhkan kesulitan menggunakan jari-jarinya dan keseimbangan berjalan setelah keluar dari perawatan intensif.

Pemeriksaan

1) Pemeriksaan penunjang

a) CT Scan: menunjukkan adanya hematoma pada daerah cerebellum b) MRI : menunjukkan adanya contusio pada daerah cerebellum 2) Pemeriksaan Objektif

Glasgow Coma Scale (GCS) menunjukkan angka 13 yang artinya klien menderita cidera kepala sedang. Nilai GCS tertinggi 15 dan terendah adalah 3 dan dibagi atas:

a) Cidera kepala ringan yang dinyatakan dengan GCS 14-15 b) Cidera kepala sedang yang dinyatakan dengan GCS 9-13 c) Cidera kepala berat yang dinyatakan dengan GCS ≤ 8

Rencana Penatalaksanaan 1) Tujuan

Mengembalikan klien pada pekerjaannya sebagai Arsitek 2) Prinsip terapi

Memperbaiki postur, melatih keseimbangan, melatih pola berjalan, melatih fine motor finger

3) Edukasi

Kewaspadaan dan kesadaran klien tentang postur saat tidur dan duduk 4) Rujukan : Dari dokter

(15)

11 Prognosa

Bila penanganan dilakukan sesegera mungkin, prognosanya adalah sembuh Sarana & Prasarana

1) Sarana : Bed, Tensimeter, Walker beroda 2) Prasarana : Ruang fisioterapi

Penegakan diagnosa

 Problematika Fisioterapi

a) Body Structure & Body Function

- Adanya hematom dan contusio pada area cerebellum di otak - Pusing

b) Activity Limitation - Kesulitan berjalan

- Kesulitan menggambar dan mengoperasikan komputer c) Participation Limitation

- Tidak dapat melanjutkan proyek bersama rekan kerjanya

 Diagnosa Fisioterapi

Adanya hematom dan contusio pada area cerebellum di otak yang menyebabkan kesulitan berjalan, menggambar dan mengoperasikan computer sehingga tidak dapat melanjutkan proyek bersama rekan kerjanya.

G. Alzeimer Definisi

Alzheimer adalah jenis demensia paling umum yang awalnya ditandai oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa. Pada tahap yang sudah parah, penderita mengalami halusinasi, masalah dalam berbicara dan berbahasa, serta tidak mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain. Anamnesis

 Anamnesis kasus Alzheimer meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososiospiritual.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunang Sederhana

 Pemeriksaan Fisik - Keadaan umum

Klien dengan penyakit Alzheimer umumna mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergic dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardia, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.

(16)

12

Gangguan fungsi pernafasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.

o Inspeksi : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu nafas

o Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri

o Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru

o Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.

- Blood

o Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system pernafasan otonom.

- Brain

o Pengkajian brain merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.

 Mini mental test exam

 Pemeriksaan spesifik : CT-Scan dan MRI kepala Penegakan diagnosis

 Activity limitation :

- Kesulitan untuk mengingat - Halusinasi

- Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan - Disorientasi waktu, tempat, orang

 Body Function & Structure

- Sesak nafas dapat ditemukan pada tahap akhir - Penumpukan protein amyloid-beta di otak

 Participation Restriction

- Tidak dapat berjalan jauh karena dikhawatirkan lupa jalan pulang.

 Diagnosa Ft : gangguan fungsional akibat perubahan structure di otak dan didapat penumpukan protein amyloid-beta.

Rencana Penatalaksanaan

 Melakukan evaluasi kepada pasien dengan menanakan hal-hal yang sederhana seperti nama, hari, tanggal.

(17)

13 Prognosis

 Pasien umumnya meninggal karena radang paru atau pneumonia karena keterbatasan melakukan aktivitas.

Sarana & Prasarana

 Sarana : kartu angka, kartu huruf, spidol

 Prasarana : ruang therapy H. Meningitis

Definisi

Adalah radang pada membran yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara kesatuan disebut meningen. Radang dapat disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri, atau juga mikroorganismelain, dan walaupun jarang dapat disebabkan oleh obat tertentu. Meningitis dapat menyebabkan kematian karena radang yang terjadi di otak dan sumsum tulang belakang; sehingga kondisi ini diklasifikasikan sebagaikedaruratan medis.

Anamnesis

 Apakah pasien mengalami nyeri kepala? Jika ya, kapan mulai merasakannya? Nyeri kepala seperti apa? Apakah mulainya mendadak (seperti petir) atau bertahap?

 Adakah gejala penyerta: fotofobia, kaku leher, mual, muntah, demam,mengantuk, atau bingung?

 Pernahkan pasien mengalami nyeri kepala sebelumnya?

 Adakah tanda neurologis : diplopia, kelemahan fokal, atau gejala sensoris?

 Gejala penyakit lain : mual, muntah,demam, menggigil?

 Riwayat keluarga : adakah keluarga yang pernah mengalami meningitis? Peneriksaan Sederhana dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan fisik : - TTV

- KU pasien (Compos mentis, som nolen,dll)

- Adakah ruam, khususnya akibat septicemia meningokokal, kaku leher, atau fotofobia?

- Adakah tanda kernig?

- Adakah kelainan pada pemeriksaan fisik neurologis? - Fundi : normal atau edema?

- Pemeriksaan hidung, tenggorokan, telinga,mulut

(18)

14 Penegakkan diagnosis

 Activity limitation

- Tidak dapat melakukan pekerjaan berat

 Body function & structure - Inflamasi membran

 Participation restriction - Tidak dapat bekerja - Tidak dapat rekreasi

 Diagnosa Fisioterapi : gangguan fungsional akibat peradangan selaput membran Rencana penatalaksanaan

 Umum

 Terapi kausal : kombinasi obat anti tuberkulosaI - INH

- Pyrazinamida - Rifampisin - Etambutol

 Kortikosteroid

 Konsultasi : bedah syaraf

 Jenis pelayanan : rawat inap

 Tenaga standar : dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat

 Lama perawatan : ± 3 minggu, tergantung respon obat Prognosis

 Sembuh lambat dan umumnya meninggalkan sekuele neurologis. Sarana & prasarana

 Obat-obatan dan tenaga kesehatan I. Bell’s Palsy

Definisi

Bell palsy merupakan suatu kelainan pada n. fascialis yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada otot di suatu wajah. Suatu keadaan ketidak simetrisan wajah dikarenakan penurunan fungsi n. facialis yang mengakibatkan ketidak seimbangan kekuatan pada kedua. Anamnesis

Pasien laki-laki berusia 41 tahun merasakan kelemahan pada sisi wajah sebelah kiri yang disertai dengan adanya rasa nyeri pada bagian belakang telinga.Saat ini pasien mengalami

(19)

15

kesulitan dalam menutup mata kiri dan merasa wajahnya mencong ke arah kanan.Hal tersebut dirasakan sudah 2 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : Normal o Heart Rate : Normal o Respiratory Rate : Normal - Inspeksi

o Tampak kelemahan pada wajah o Wajah tidak simetris

o Ekspresi wajah tidak sama - Palpasi

o Nyeri tekan pada bagian belakang telinga o Suhu normal

- Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar o Aktif dan Pasif : adanya kelemahan

o Tes isometric melawan tahanan : adanya kelemahan

 Pemeriksaan Penunjang : -

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit mengelurkan air mata sisi kiri - Sulit memejamkan mata sisi kiri - Body Structure &Function : - Kelemahan otot satu sisi wajah

- Penurunan fungsi n. fascialis

- Participation Restriction : - Mengganggu aktivitas berkomunikasi - Diagnosis Fisioterapi : Belum bisa memejamkan mata dan

mengeluarkan air mata sisi kiri karena adanya kelemahan otot dan penurunan fungsi n. fascialis pada satu sisi wajah kiri sehingga mengganggu aktivitas berkomunikasi.

Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Memperbaiki fungsi nervus fascialis

 Prinsip Terapi : - Penguatan otot fascial

- Peningkatan fungsi n. fascialis

 Edukasi : Mengajarkan caramenutup mata dan mengontrol air liur yang keluar dari mulut.

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis Prognosis

(20)

16

Perjalanan alamiah Bell‘s palsy bervariasi dari perbaikan komplit dini sampai cedera sarafsubstansial dengan sekuele permanen. Sekitar 80-90% pasien dengan Bell‘s palsy sembuhtotal dalam 6 bulan, bahkan pada 50-60% kasus membaik dalam 3 minggu. Sekitar 10% mengalami asimetri muskulus fasialis persisten, dan 5% mengalami sekuele yang berat, serta 8% kasus dapat rekuren. Faktor yang dapat mengarah ke prognosis buruk adalah palsi komplit (risiko sekuele berat), riwayat rekurensi, diabetes, adanya nyeri hebat post-aurikular, gangguan pengecapan, refleks stapedius, wanita hamil dengan Bell‘s palsy. Selain menggunakan pemeriksaan neurofisiologi untuk menentukan prognosis,House-Brackmann Facial Nerve Grading System dapat digunakan untuk mengukurkeparahan dari suatu serangan dan menentukan prognosis pasien Bell‘s palsy Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, Faradic

 Prasarana : Ruangan Terapi J. Lesi Brachialis

Definisi

Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus brakhialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan pada otot deltoid, otot biceps brachii, otot brachialis dan otot brakhioradialis, kadang juga mengenai otot supraspinatus dan otot infraspinatus, serta untuk gerakan fleksi, abduksi dan eksorotasi sendi shoulder, gerakan fleksi dan supinasi sendi elbow,dan palmar fleksi sendi wrist. sehingga lengan berada dalam posisi ekstensi, adduksi, internal rotasi sendi shoulder, ekstensi dan pronasi sendi elbow dan dorsi fleksi sendi wrist. Pada trauma yang ringan yang hanya berupa oedema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan

Anamnesis

Pada anak usia 2 bulan tidak dapat menggunakan tangan kanannya. Sulit untuk rolling dan posisi ke duduk. Posisi tangan kanan yang terus menerus lurus tidak bisa ditekuk dan memutar ke dalam. Sudah sering dikembalikan ke posisi yang benar namun pasti kembali lagi. Orangtua mulai khawatir karena hal tersebut mempengaruhi kemampuan anak, anak menjadi tidak bisa tengkurap sendiri serta tangan kanannya tidak aktif. Saat ibu melahirkan, ibu menjalani proses persalinan yang lama dan sulit.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang a) Hasil Pemeriksaan Fisik

(21)

17

Anak memiliki atensi yang cukup bagus dan dapat mengerti jika mamanya memanggil Komunikasi : baik Emosi : baik Atensi : baik Motivasi : kurang b) Inspeksi

Statis : seluruh anggota tubuh terlihat normal kecuali pada lengan dextra. Lengan dextrra terlihat dalam posisi shoulder adduksi, forearm pronasi, elbow ekstensi, wrist fleksi. Tidak terlihat pucat ataupun lemah.

Dinamis : lengan dextra terlihat tidak aktif, meraih benda dan memegang benda dengan tangan sinistra

c) Pemeriksaan reflek premitif

 Tes Refleks :

 Grasp refleks : ada

 Biceps refleks : tidak ada (dextra)

 Radial refleks : tidak ada (dextra) d) Tes Sensorik

 Lateral lengan (C5) : tidak ada respon

 Lateral forearm (C6) : tidak ada respon

 Daerah triceps (C7) : tidak ada respon e) Tes Tonus Otot (Postural tone)

Hypotone pada daerah deltoid dextra dan biceps dextra

Hasil : hipotonus dibanding dengan lengan kiri

Hasil : tidak ada tahanan gerak (hipotonus) f) Penunjang

 CT-scan dan MRIUntuk melihat detail struktur anatomi dan jaringan lunak saraf perifer.

 Pemeriksaan NCV untuk mengetahui system motorik dan sensorik, kecepatan hantar saraf serta latensi distal.

Penegakan diagnosis 1) Activity Limitation

Tidak bisa rolling, memegang mainan, dan posisi ke duduk 2) Body Function and structure impairment

(22)

18

Lesi pada pleksus brachialis bagian atas sisi dextra 3) Participation Restriction

Tidak dapat bermain dengan baik dengan lingkungannya 4) Diagnosa Fisioterapi berdasarkan ICF

Anak sulit untuk rolling, memegang mainan, dan posisi ke duduk karena adanya lesi pada pleksus brachialis bagian atas sisi dextra sehingga anak tidak dapat bermain dengan baik dengan lingkungannya.

Rencana Penatalaksanaan 1) Tujuan

a) Tujuan Jangka Panjang

Meningkatkan kemampuan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya b) Tujuan Jangka Pendek

Meningkatkan fungsi motorik lengan dextra

Mengembalikan sensorik pada daerah lengan dextra 2) Prinsip Terapi

Meningkatkan fungsi motorik lengan dextra, mengembalikan sensorik pada daerah lengan dextra dan meningkatkan kemampuan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya

3) Konseling- Edukasi

a) Melakukan gerakan pasif melawan pola lengannya.

b) Membantu anak untuk rolling (fasilitasi), tidak langsung dirollingkan. 4) Kriteria Rujukan

Dari Dokter Prognosis

Apabila mengalami Erb‟s palsy C5 dan C6, sekitar 90% dapat sembuh secara spontan dengan hasil 53% ekstremitas atas dapat berfungsi mendekati normal. Jika C7 ikut cidera, maka 80% pemulihan tidak baik.

Sarana dan Prasarana

1) Sarana : Matras, handuk, bantal, mainan anak-anak

Prasarana : Ruang Fisioterapi yang di desain seperti ruang bermain dan nyaman untuk melakukan intervensi

K. Lesi Ulnar Definisi

Cidera Nervus Ulnaris (C7-8, Th1) setinggi pergelangan tangan dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk : melakukan fleksi jari ke 5, abduksi dan adduksi jari-jari, ekstensi sendi interfalangeal distal & proximal jari keempat & kelima, sensasi raba halus, nyeri dan suhu pada setengah bagian ulnar telapak tangan dan punggung tangan, sisi

(23)

19

dorsal & palmar jari ke 5 & setengah sisi ulnar jari ke 4. Cidera nervus ulnaris siku ( ulnaris nerve injury, UNI) siku dapat menyebabkan kelemaha fleksor pergelangan tangan & gangguan deviasi ulnar selain gangguan fungsional yang telah disebutkan sebelumnya. Anamnesis

 Tanyakan riwayat cidera siku atau pergelangan tangan.

 Cek tanda-tanda vital (TD, HR ,RR, suhu tubuh) Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan penunjang lainnya

 Integritas Nervus Kranialis dan Perifer

Penilaian

- Ikuti pola persarafan perifer untuk menilai integritas saraf perifer. - Fokus pada kekuatan & sensasi otot tangan

- Lakukan test fleksi siku (pasien melakukan fleksi penuh pada siku dengan pergelangan tangan ekstensi dan bahu abduksi dan rotasi eksternal, tahan posisi tersebut selama 3-5 menit)

- Parasthesia atau rasa baal di setengah ulnar kedua telapak dan punggung tangan, kedua sisi palmar dan dorsal jari ke 5, dan setengah ulnar jari ke4. - Melemahnya : fleksor pergelangan tangan, fleksor distal jari ke 5, ekstensor

jari ke 4 dan ke 5 (sendi interfalangeal proximal dan distal), abductor & adductor jari.

- Menghilangnya deviasi ulnar pergelangan tangan

- Test fleksi siku positif (merasa kesemutan atau parasthesia di sepanjang distribusi nervus ulnaris lengan bawah dan tangan) mengindikasikan kompresi pada terowongan cubiti (nervus ulnaris)

 Ergonomika & Biomekanika

Penilaian

- Nilailah fungsi tangan dalam memegang alat untuk bekerja & ADL

Temuan Potensial

Pasien dengan UNI mungkin mengalami :

- Kesulitan memegang alat akibat kelemahan otot pergelangan tangan atau jari. - Memperlihatkan postur yang menyebaban kompresi pada sisi medial siku. - Menggunakan tangan dalam posisi yang tidak lazim untuk memanipulasi

mouse computer, keyboard atau alat yang menggunakan tangan.

 Kinerja Otot

Pertimbangan

- Nervus ulnaris mempersarafi otot fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum profundus (jari ke 4 dan ke 5), palmaris brevis, interossei, dua lumbrikal medial & hipotenar

(24)

20

Penilaian

- Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan - Deviasi ulnar dan radial

- Fleksi, abduksi, dan adduksi jari

Temuan potensial

- Melemahnya : fleksi pergelangan tangan, fleksi sendi interfalangeal distal jari ke 5, ekstensi jari ke 4 & ke 5, abduksi dan adduksi jari.

- Hilangnya deviasi ulnar pergelangan tangan - Atrofi otot hypotenar

 Nyeri

Penilaian

- Nilailah dengan Ransford Pain Drawing - Tinel‘s test

Temuan potensial

- Parasthesia atau rasa baal pada setengah dari ke 2 ulnar telapak tangan & punggung tangan, sisi palmar & dorsal jari ke 5 & sisi ulnar jari ke 4.

- Tinel sign (+) pada atau dibawah siku disepanjang jalur nervus ulnaris. - Test fleksi siku positif

 ROM

Temuan Potensial

- Saat menekuk sendi MCP, pasien dengan UNI mungkin tetap menahan sendi MCP jari ke 4 & ke 5 tetap lurus & kedua sendi interfalangeal distal dan proximal dalam keadaan fleksi (benediction hand deformity)

Penegakkan Diagnosis

 Activity Limitation : - Menggenggam - Menulis

- Kesulitan memegang alat akibat kelemahan otot pergelangan tangan atau jari. - Memasak

- Mengerjakan pekerjaan rumah

 Body Function & Structure : - Atrofi otot hypotenar

- Hilangnya deviasi ulnar pergelangan tangan

 Participation Restriction :

- Keterbatasan dalam olahraga, bekerja, dan rekreasi

(25)

21 Rencana Penatalaksanaan

- Mengembalikan kekuatan otot - Mengurangi nyeri

Prognosis

 Pada kondisi lesi nervus medianus, tahap kerusakan neuropraxia kemungkinan akan sembuh, sedangkan axonotmesis dan neuronotmesis harus mendapat pengobatan sedini mungkin, sehingga dengan demikian prognosa dapat dikatakan baik.

Sarana dan Prasarana

- Sarana : TENS, NMES, bed therapy, grip ball. - Prasarana : Ruang therapy

L. Lesi Radialis Definisi

Kompresi nervus radialis (C5-8, Th1) yang berada didalam alur spiral humerus merupakan penyebab yang paling sering dari cidera nervus radialis (radial nerve injury,

RNI). RNI lengan bawah dapat menyebabkan masalah menggenggam, ekstensi jari & abduksi ibu jari, selain itu terjadi gangguan sensorik pada 2/3 radial punggung tangan, aspek dorsum & setengah lateral ibu jari, 1/3 proximal dorsum jari ke 2 & ke 3, serta setengah radial dari jari ke 4.

Anamnesis

- Cek tanda-tanda vital (TT,TD,HR, dan suhu) - Tanakan riwayat fraktur

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana

 Integritas nervus kranialis dan perifer

Temuan Potensial

- Nervus kranialis intak - Rasa baal pada :

o 2/3 sisi radius dorsum tangan

o Aspek dorsum & setengah lateral ibu jari o 1/3 proximal dorsum jari ke 2 & ke 3

o Setengah radial dari 1/3 proximal dorsum jari ke 4.

- Kelemahan otot-otot pergelangan tangan & jari, abductor ibu jari, supinator lengan bawah & ekstensor siku

(26)

22

Penilaian

- Focus pada pergelangan tangan (ekstensor carpi radialis longus & brevis) & ekstensor jari

- Nilailah supinator lengan bawah & ekstensor siku

Temuan potensial

- Pergelangan tangan terkulai

- Kelemahan atau ketidakmampuan menggenggam

- Kelemahan atau paralisis pergelangan tangan & ekstensor jari, abductor ibu jari, supinator lengan bawah & ekstensor siku.

 Alat ortotik, protektif, dan suportif

Pertimbangan

- Pasien dengan RNI mungkin membutuhkan bidai tangan/pergelangan tangan untuk mengatasi masalah pergelangan tangan terkulai

Penegakan Diagnosis

 Activity Limitation : - Menggenggam - Menulis - Memasak

- Mengerjakan pekerjaan rumah

 Body Function & Structure : - Tangan terkulai

- Parasthesia

- Paralisis pergelangan tangan

 Participation Restriction : - Tidak dapat bekerja

- Kesulitan untuk melakukan aktivitas secara mandiri.

 Diagnosa Fisioterapi : Gangguan fungsional akibat paralisis pada pergelangan tangan.

Rencana Penatalaksanaan

 Strengthening otot-otot yang mengalami kelemahan

 Mengurangi baal

 Mengembalikan fungsi tangan ke fungsi normal Prognosis

- Dapat disembuhkan Sarana & Prasarana

 Sarana : bidai tangan, TENS, NMES, grip ball

(27)

23 M. Lesi Medianus

Definisi

Carpal Tunnel Syndrome atau CTS adalah suatu gangguan yang terjadi di pergelangan tangan karena saraf yang tertekan dan menimbulkan gejala nyeri, mati rasa dan parasthesia (kesemutan atau seperti terbakar). Saraf yang tertekan adalah n. medianus yang terbentang antara lengan bawah dan telapak tangan di lorong karpal.

Anamnesis

Pasien wanita dengan usia 40 tahun mengeluh merasakan kesemutan yang menjalar dari pergelangan tangan ke sepanjang lengannya sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tersebut terbiasa mengetik depan computer dengan waktu yang lama tiap harinya.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : 12/80 mmHg o Heart Rate : 73 kali/menit o Rspiratory Rate : 14 kali/menit - Inspeksi

o Tidak ada kolaps otot thenar yang terlihat - Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

o Aktif dan Pasif : Full ROM tanpa nyeri

o Tes isometric melawan tahanan : Bisa melawan tahanan - Spesific test

o Phalen‘s test : positif o Tinel‘s sign : positif o Pressure test : positif Tes motorik :

o MMT : 5 untuk semua otot wrist dan hand Tes sensoris :

o Tes tajam tumpul : normal o Arah gerak : normal

o Rasa gerak dan rasa posisi : normal

- Palpasi tonus : tonus thenar dan hypothenar muscles normal

 Pemeriksaan Penunjang : -

 Penegakan Diagnosis - Activity Limitation :

- Sulit menggenggam

(28)

24 - Body Structure &Function :

- Kelemahan otot - Hipotonus

- Penjepitan n. medianus - Participation Restriction :

- Mengganggu aktivitas dalam bekerja

- Diagnosis Fisioterapi : Belum bisa menggenggam benda dan makan dengan menggunakan sendok akibat adanya kelemahan otot dan penjepitan n.medianus sehingga mengganggu aktivitas dalam bekerja.

Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengembalikan aktivitas fungsional pasien

 Prinsip Terapi : - Penguatan otot

- Melepaskan penjepitan pada n. medianus

 Edukasi : Menyarankan agar mengistirahatkan tangan

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis Prognosis

Kebanyakan orang yang pulih dari gejala CTS mereka menjalankan operasi untuk menemukan kerusakan saraf.CTS kronis jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang permanen.

Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed

 Prasarana : Ruangan Terapi N. Gullain Barre Syndrome

Definisi

GuillainBarre Syndrome( GBS ) yaitu salah satu penyakit‗demyelinating‗ saraf yang juga merupakan salah satu polineuropati yang merupakan kumpulan gejala gangguan pada saraf spinalis dan saraf cranialis. Paralisis pada bagian ascenden atau paralisis landry. Penyebab belum diketahui, umumnya terjadi paska infeksi virus (pernafasan dan saluran cerna).

Anamnesis

Pasien wanita berusia 54 tahun mengalami kelemahan kedua tungkai.Pasien merasakan sakit badan selama 3 hari sebelum masuk RS.

(29)

25

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : 130/100 mmHg o Heart Rate : 72 kali/menit o Rspiratory Rate : 20 kali/menit - Inspeksi

o Statis : Pasien dalam keadaan baring lemah.

o Dinamis : Pasien kesulitan menggerakkan kedua tungkainya - Palpasi

Otot-otot kedua tungkai mengalami hipotonus - Tes sensorik

o tes tajam tumpul : hiposensasi o tes rasa sakit :hiposensasi o tes rasa posisi : terganggu - Tes motorik

o reaksi keseimbangan mengangkat pantat sulit dilakukan o reaksi keseimbangan duduk belum bisa dilakukan - MMT

 Pemeriksaan Penunjang : X-ray (terdapat osteofit L1-5, spondilolisis lumbal)

 Penegakan Diagnosis - Activity Limitation :

- Sulit berjalan - Sulit berdiri

- Body Structure &Function : - Kelemahan otot

- Gangguan Keseimbangan dan koordinasi - Participation Restriction :

- Mengganggu aktivitas dalam berolahraga dan berekreasi

 Diagnosis Fisioterapi :

Sulit berdiri dan berjalan karena adanya kelemahan otot pada kedua tungkai serta adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi sehingga mengganggu aktivitas dalam berolahraga dan berekreasi.

Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan :

- Memperbaiki koordinasi dan keseimbangan - Mencegah kontraktur,

 Prinsip Terapi : - Penguatan otot

(30)

26 - Koordinasi dan keseimbangan - Menjaga stabilitas sendi

 Edukasi : Mengajarkan keluarga pasien cara posisioning mencegah terjadinya decubitus.

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis Prognosis

Gullain Barre Syndrome dapat menyebabkan kematian akibat sejumlah komplikasi infeksi berat, pembekuan darah dan gagal jantung atau mungkin karena otonom neuropati.Prognosis sindrom gullain barre ditentukan terutama oleh umur yang lebih dari 40 tahun dan tingkat keparahan gejalanya setelah dua minggu.

Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, Infrared

 Prasarana : Ruangan Terapi O. Polineuropaty

Definisi

Polineuroathy merupakan suatu proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa proses demielinisasi atau degenerasi aksonal atau kedua-duanya yang terjadi pada lebih dari satu saraf secara bersamaan. Sususan saraf perifer mencakup saraf otak, saraf spinal dengan akar saraf serta cabang-cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf otonom.

Anamnesis

Pasien mengatakan kebas-kebas di tangan dan kaki dialami sejak 1 bulan ini, munculsecara perlahan-lahan.Kadar gula pasien pernah mencapai 600 mg/dL.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : Normal o Heart Rate : Normal o Respiratory Rate : Normal - Inspeksi

o Tampak kelemahan otot - Palpasi

o Nyeri tekan

 Pemeriksaan Penunjang : CT-Scan

(31)

27 - Activity Limitation :

- Sulit makan

- Sulit menggengam benda - Body Structure &Function :

- Parasthesia - Nyeri

- Kelemahan otot

- Participation Restriction : - Mengganggu aktivitas bekerja

- Diagnosis Fisioterapi : Sulit makan dan menggenggam benda karena adanya parasthesia dan nyeri sehingga mengganggu aktivitas bekerja

Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Memperbaiki aktivitas fungsional

 Prinsip Terapi : - Penguatan otot

- Mengurangi parasthesia - Mengurangi nyeri

 Edukasi : -

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis Prognosis

Polineuroathy bisa menonaktifkan pasien dan menyakitkan.Jika penyebab disfungsi saraf dapat ditemukan dan berhasil diobati, pemulihan penuh adalah mungkin dan bahkan mungkin dalam kebanyakan kasus.Darjat kecacatan bervariasi dari hilangnya sebagian atau lengkap dari gerakan atau sensasi.Nyeri saraf mungkin tidak nyaman dan dapat berlangsung untuk waktu yang lama.

Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, TENS

 Prasarana : Ruangan Terapi

P. Trigeminalneuralgia Definisi

Gangguan rasa sakit yang memengaruhi saraf trigeminal. Kondisi ini paling umum dialami oleh perempuan yang berusia 50 tahun ke atas dibandingkan pada pria dengan rentang usia yang sama. Saraf trigeminal adalah saraf yang mengantarkan sensasi dari wajah menuju otak, sekaligus mengontrol sebagian fungsi motorik wajah, seperti mengunyah dan menggigit. Kondisi ini umumnya berdampak kepada satu sisi wajah saja.

(32)

28

Pada sebagian besar kasus, Kedua sisi wajah dapat terkena, namun sangat jarang dan terjadi tidak dalam waktu yang bersamaan

Anamnesis

 Lokasi nyeri untuk menentukan cabang n.trigemius yang terkena

 Menentukan waktu dimulainya neuralgia trigeminus dan mekanisme pemicunya.

 Menentukan interval bebas nyeri.

 Menentukan lama, efek samping, dosis, dan respon terhadap pengobatan.

 Menanyakan riwayat penyakit herpes

Pemeriksaan Sederhana dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik

- Menilai sensasi pada ke-3 cabang n.trigeminus bilateral (termasuk reflex kornea)

- Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus (membuka mulut, deviasi dagu)

 Pemeriksaan Penunjang

- CT-Scan kepala atau MRI dilakukan untuk mencari etiologi primer di daerah posterior atau sudut serebro-pontin.

Penegakan Diagnosis  Activity limitation : - Mencuci wajah - Makan - Berdandan - Menyikat gigi

 Body Function & Structure :

- Adanya gangguan sensasi pada bagian yang dipersarafi n. trigeminus. - Penurunan fungsi mengunyah

 Participation Restriction : - Melakukan komunikasi - Rekreasi

 Diagnosa Ft : Gangguan fungsional akibat adana gangguan sensasi pada daerah yang dipersyarafi n. trigeminus

Rencana Penatalaksanaan

 Ada dua cara penanganan kasus ini, yaitu dengan cara pembedahan atau diberikan obat-obatan yang dilakukan oleh dokter.

(33)

29 Prognosis

 Dapat disembuhkan Sarana dan Prasarana

 Sarana : ES, bed therapy

(34)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

30

FORM PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF DAN PRAKTEK PROFESIONAL)

HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________ EVALUASI AFEKTIF

No NIM Nama Mahasiswa

Nilai

Nilai Total Tanggung

Jawab Disiplin Kerjasama Kejujuran Prakarsa Sopan Santun

1

2

3

4

5

EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL

No NIM Nama Mahasiswa

Nilai

Nilai Total Keamanan Prilaku

Profesional Akuntabilitas Komunikasi

Kompetensi Budaya Pengembangan Profesional 1 2 3 4 5

Kriteria penilaian: Penilai,

1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik

(35)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

31

FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

No Materi Nilai Maksimal Nilai

1 Format presentasi (power point) 10

2 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir

penalaran 10

3 Penguasaan metodelogi penelitian 10

4 Review jurnal

- Materi jurnal 20

- Diskusi dan kemampuan argumentasi 20

- Kelayakan (feasibility) 20

5 Performance presentator

- Bahasa dan sopan santun 10

Jumlah 100

Penilai,

(36)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

32

FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

No Materi Nilai Maksimal Nilai

1 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir

penalaran 20

2 Penguasaan metodelogi penelitian 10

3 Review jurnal - Materi jurnal 30 - Kelayakan (feasibility) 30 - Format penulisan 10 Jumlah 100 Penilai, ( )

(37)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

33

FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

No Aspek Penilaian Nilai Maksimal Nilai

Penilaian Status Klinis

1 Pemeriksaan Subjektif 4 2 Pemeriksaan Objektif - Vital Sign 2 - Pemeriksaan Per-Kompetensi 4 3 Diagnosis - Impairment 2 - Activity Limitation 2 - Participation Restriction 2 - Contextual Factor 2 4 Prognosis 2 5 Planning

- Jangka Panjang & Pendek 2

- Clinical Reasoning 3

6 Prosedur Intervensi

- Metode Pelaksanaan & Dosis 4

- Clinical Reasoning 6

7 Edukasi & Home Program 2

8 Evaluasi 3

Format Penilaian Presentasi

1 Penguasaan konsep dan penalaran klinis 25

2 Diskusi dan kemampuan argumentasi 25

3 Format presentasi dan bahasa 10

TOTAL 100

Penilai,

(38)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

34

FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

Aspek yang nilai Rentan Nilai Bobot Nilai

Assessment 0-100 25%

Diagnosis Fisioterapi (ICF) 0-100 25%

Planning 0-100 25%

Intervensi 0-100 25%

Total Nilai

Penilai,

(39)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

35

FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCE STASE NEUROMUSKULER

NAMA PESERTA :

NIM :

TEMPAT :

TANGGAL :

PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE) N

o Komponen Penilaian Kinerja

Subjektif Jumla

h Poin

0 1 2 3 4

1 Keamanan (Safety)

2 Perilaku Profesional (Professional Behaviour)

3 Akuntabilitas (Accountability)

4 Komunikasi (Communication)

5 Kompetensi Budaya (Cultural Competence) 6 Pengembangan Profesional (Professional

Development)

TOTAL POIN

MANAJEMEN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT) N

o Komponen Penilaian Kinerja

Objektif Subjektif Jumla

h Poin

0 1 0 1 2 3 4

ASSESMENT

Anamnesis Umum

1 Peserta memperkenalkan diri

2 Peserta menanyakan identitas pasien Anamnesis Khusus

1 Peserta menanyakan keluhan utama

pasien

2 Menanyakan Riwayat Penyakit

Sekarang (RPS)/S7

3 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu

(RPD)

4 Menanyakan Riwayat Penyakit

Keluarga (RPK)

5 Menanyakan Riwayat Penyakit

Penyerta (RPP)

(40)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

36

Pemeriksaan Umum

1 Pemeriksaan Vital Sign

2 Pemeriksaan Kondisi Umum Pasien

3 Pemeriksaan Fisik Inspeksi Statis Inspeksi Dinamis Palpasi Auskultasi Pemeriksaan Khusus

1 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Aktif

Pasif

Isometrik Resisted

2 Pengukuran Kekuatan Otot

3 Pengukuran ROM

4 Pengukuran Antropometri

5 Pengukuran Nyeri

6 Pemeriksaan Spesifik

Untuk mendukung penegakan

diagnosis

Untuk menentukan diagnosis banding 7 Melakukan Pengukuran terkait

Diagnosis

DIAGNOSIS

1 Diagnosis Medis (penjelasan)

2 Diagnosis Fisioterapi

Impairment

Functional Limitation

Disability/Participant Restriction PLANNING

1 Rencana Jangka Pendek

2 Rencana Jangka Panjang

INTERVENSI

1 Penerapan Intervensi Modalitas

2 Penerapan Intervensi Manual Terapi 3 Penerapan Intervensi Terapi Latihan EDUKASI & HOME PROGRAM

(41)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

37

2 Modifikasi faktor eksternal

3 Home Program

EVALUASI

1 Evaluasi sesuai dengan pemeriksaan

awal

Total Poin

PERHITUNGAN NILAI AKHIR N

o Penilaian Perhitungan Bobot (%) Nilai

1 Praktik Profesional (Professional Practice)

(Jumlah Poin : 24) x

100 30%

2 Manajemen Pasien (Patient Management)

(Jumlah Poin : 157)

x 100 70%

Total Nilai Akhir

Interpretasi :

Objektif …...………….,

………

0 Tidak Dilakukan

1 Dilakukan Mengetahui,

Subjektif Penguji Bagian

0 Tidak Dilakukan

1 Kurang Baik

2 Cukup Baik

3 Baik ( )

(42)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]

38

FORM PENILAIAN MORNING REPORT

HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________

No NIM Nama Mahasiswa Kehadiran Partisipasi

Aktif Berpikir Kritis Kemampuan Komunikasi Time Manajemen Tata

Krama Nilai Total 1 2 3 4 5 Keterangan Penilaian No Keterangan Nilai 1 Kehadiran

Hadir tepat waktu 4

Terlambat <15 menit 3 Terlambat <30 menit 2 Tidak hadir 0 2 Partisipasi

Memberikan komentar dan jawaban secara aktif 4

Kadang - kadang memberikan komentar dan jawaban 3

Hanya menjawab kalau ditanya 2

Diam saja 1 3 Berpikir kritis

Mempunyai materi dengan jelas 4

Ragu - ragu menyampaikan materi tapi benar 3

Materi yang disampaikan tidak jelas 2

Salah menyampaikan materi 1

4 Kemampuan komunikasi

Bahas jelas, mau menerima dan memberikan saran/kritik 4

Bahasa jelas, kurang bisa menerima kritik teman 3

Bahasa kurang jelas, tidak bisa menyampaikan kritik/saran 2

Tidak dapat menyampaikan komentar dengan jelas 1

5 Manajemen Waktu

Aktif berdiskusi dan menyampaikan materi secara efektif 4

Aktif berdiskusi, cenderung monopoli 3

Kurang aktif dan sering bicara ngelantur 2

Bicara dan ngobrol di luar materi diskusi 1

6 Tata krama

Tegar sapa dengan sopan kepada fasilitator dan teman saat

berdiskusi 4

Jarang melakukan tegur sapa kepada teman tapi masih bersikap

sopan 3

Sering memotong pembicaraan teman tanpa sopan santun 2

Bertindak dan bicara seenaknya 1

Penilai,

(43)

Referensi

Dokumen terkait