• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Tanaman Bayam Kuning (Amaranthus blitum L.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Dari Kulit Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertumbuhan Tanaman Bayam Kuning (Amaranthus blitum L.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Dari Kulit Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata L.)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

201 1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

Pertumbuhan Tanaman Bayam Kuning (

Amaranthus blitum

L.)

dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Dari Kulit Kecambah

Kacang Hijau (

Vigna radiata

L.)

Email korespondensi: suci.lestarri@gmail.com Abstract

Yellow spinach (A. blitum L.) is a rarely cultivated plant in West Kalimantan. To overcome this situation, farmers can use Liquid Organic Fertilizer (LOF). This research aims to find out the effects of LOF from The Hulls of Mung Bean Sprouts towards the growth of Yellow Spinach Plant and to find out the concentration of LOF from The Hulls of Mung Bean Sprouts which generates the highest growth on yellow spinach plant. This research was conducted from February to April 2017 in Biology Laboratory of Mathematics and Natural Science Faculty, Tanjungpura University Pontianak. This research used completely Randomized Design which consisted of 5 levels of treatment that are without LOF (control), LOF 55 (P1), LOF 60 (P2), LOF 65 (P3), and LOF 70 ml/L (P4). Each treatment was given 4 times so there were 20 units of experiment. The results show that the giving of LOF with 60 ml/L of concentration offered a significant effect towards all growth parameters. The optimum results of the average height of the plant was 20.17 cm, the number of leaves was 17.25, the shoot wet weight was 6.65 g, the shoot dry weight was 0.69 g, the root wet weight was 16 g, and the root dry weight was 9.50 g.

Keywords: Amaranthus blitum , Liquid Organic Fertilizer (LOF), The Hulls of Mung Bean Sprouts

PENDAHULUAN

Bayam kuning (Amaranthus blitum) merupakan jenis tanaman sayuran semusim berbatang herba yang diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Bayam kuning termasuk tanaman yang masih jarang dibudidayakan oleh petani di Kalimantan Barat. Kurangnya unsur hara yang tersedia di dalam tanah gambut menjadi kendala dalam pembudidayaan tanaman bayam kuning.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan pupuk organik cair (POC). Penggunaan POC dapat membantu dalam mengatasi kendala produksi tanaman karena POC dapat menambah kandungan klorofil untuk meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan POC juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah dan memperbaiki kesuburan tanaman (Marpaung et al., 2014). Pembuatan POC dapat berasal dari bahan organik seperti tumbuh-tumbuhan.Salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai POC adalah kulit kecambah kacang hijau. Kulit kecambah kacang hijau mengandung zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga produksi tanaman menjadi optimal (Leovici et al., 2014). Bagian kulit kacang hijau mengandung

unsur-unsur antara lain fosfor (P), kalsium (Ca) dan besi (Fe) (Siswono, 2004 dalam Rahmawati, 2010).

Sampai saat ini penelitian tentang POC berbahan baku kulit kecambah kacang hijau belum pernah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh hara POC dari kulit kecambah kacang hijau terhadap pertumbuhan bayam kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh POC kulit kecambah kacang hijau terhadap pertumbuhan tanaman bayam kuning dan mengetahui konsentrasi POC kulit kecambah kacang hijau yang menghasilkan pertumbuhan terbaik pada tanaman bayam kuning.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai bulan April 2017. Analisis logam dan kadar hara Pupuk Organik Cair (POC) dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Pontianak. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Penanaman, pemupukan, pengamatan dan pengukuran tanaman bayam dilakukan di

(2)

202 Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas

Tanjungpura.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah air kelapa, bibit bayam kuning (A. blitum), EM4, gula merah, kulit kecambah kacang hijau dan tanah gambut.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 taraf perlakuan yaitu tanpa POC (kontrol), POC 55 ml/L (P1), POC 60 ml/L (P2), POC 65 ml/L (P3) dan POC 70 ml/L (P4). Tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20 unit percobaan.

Prosedur Kerja

Pengambilan Kulit Kecambah Kacang Hijau Kulit kecambah kacang hijau diperoleh dari sisa kecambah kacang hijau sehingga didapatkan limbah kulit kacang hijau tanpa kecambah.

Pembuatan POC Kulit Kecambah Kacang Hijau Kulit kecambah kacang hijau ditimbang sebanyak 2 kg, dihaluskan sehingga mendapatkan ekstrak kental, ditambahkan 2 liter air kelapa, 400 ml EM4 dan 400 gram gula merah yang telah dihaluskan diaduk hingga homogen. Wadah plastik ditutup rapat dihubungkan dengan selang plastik ke botol berisi air. Proses fermentasi POC kulit kecambah kacang hijau berlangsung selama 2 minggu. Cairan kemudian disaring menggunakan kain halus agar endapan dari bahan-bahan campuran dapat terpisah (Toruan et al., 2015).

Penanaman Bayam

Biji bayam kuning (A. blitum) ditebar sebanyak 5 biji per polibag. Hasil semaian yang pertumbuhannya baik dipilih 1 tanaman sebagai tanaman uji dan sisanya dicabut. Pemilihan tanaman uji dilakukan 14 hari setelah tanam (HST). Kriteria tanaman bayam yang dipilih sebagai tanaman uji yaitu memiliki 3-4 helaian daun dan tinggi 8-10 cm (Toruan et al., 2015). Pemberian POC Kulit Kecambah Kacang Hijau Pupuk diberikan berdasarkan konsentrasi perlakuan yang telah ditentukan dalam rancangan penelitian. Pemberian pupuk dilakukan pada 14 HST dengan cara menyemprotkan POC pada bagian tubuh tanaman sampai basah merata (Toruan et al., 2015). Frekuensi pemberian POC pada tanaman bayam dilakukan seminggu sekali

selama 3 minggu (Oviyanti et al., 2016; Rahmah et al., 2014).

Variabel Pengukuran Tanaman Bayam

Pengukuran tanaman yang dilakukan selama 35 HST meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), berat basah tajuk dan berat basah akar tanaman (g) serta berat kering tajuk dan berat kering akar tanaman (g).

Parameter Lingkungan

Pengukuran parameter lingkungan dalam penelitian ini adalah pH, Kelembaban Tanah, Suhu Udara (˚C) dan Kelembaban Udara (%).

Analisis Data

Data hasil pengamatan variabel dianalisis dengan ANAVA (Analisis Varians) menggunakan SPSS versi 18. Hasil ANAVA yang menunjukkan beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5% (Hanafiah, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kulitas Pupuk Organik Cair (POC)

Kualitas POC hasil fermentasi kulit kecambah kacang hijau diuji berdasarkan standar sifat fisik dan komponen kimia. Sifat fisik yang diamati adalah warna dan aroma. Perubahan warna POC kulit kecambah kacang hijau terjadi mulai pada hari ke-5 dari warna awal hijau tua sampai pada hari ke-14 menjadi kecoklatan. Aroma khas dari POC kulit kecambah kacang hijau yaitu aroma tapai.

Komponen kimia POC tumbuhan paku yang dianalisa yaitu nilai pH, C-Organik, kandungan logam berat dan kadar hara disesuaikan dengan standar Peraturan Menteri Pertanian No.28/Permentan/SR.130/5/2009 (Permentan, 2009) (Tabel 1).

Pertumbuhan Bayam Kuning dengan pemberian POC Kulit Kecambah Kacang Hijau

Berdasarkan analisis pemberian POC kulit kecambah kacang hijau berpengaruh nyata pada 6 variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman (F5.20 =

11.928, p = 0.000; ANOVA), jumlah daun (F5.20 =

12.687, p = 0.000; ANOVA). Hasil uji lanjut Duncan pada variabel tinggi tanaman menunjukkan bahwa pemberian POC kulit kecambah kacang hijau pada semua perlakuan berbeda nyata dengan kontrol. Tanaman tertinggi

(3)

203 diperoleh pada konsentrasi 60 ml/L dengan nilai

20,17 cm (Tabel 1).

Tabel 1. Analisa POC Kulit Kecambah Kacang Hijau No. Parameter Satuan POC Permentan,

2009 1. C-organik % 2,54 ≥4 2. pH 3,42 (4-8) 3. Kadar Air % 81,6 4. Kadar Logam Berat Ppm As <0,005 ≤2,5 Hg 0,002 ≤0,25 Pb <0,549 ≤12,5 Cd <0,01 ≤2,5 5. Kadar Hara Ppm N 0,159 <2 P <0,01 <2 K 0,140 <2 Ca 0,004 Mn 0,248 Mg 0,025 Fe 24,8 0-800 Zn <0,001

Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Bayam Kuning dengan Pemberian POC

Konsentrasi Perlakuan (mg/l) Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Kontrol 10.05±3.25 a 8.75±0.96 a 55 14.77±2.04 b 10.75±0.96 a 60 20.17±1.29 c 17.25±1.89 b 65 18.80±1.27 c 15.00±2.82 b 70 14.07±1.16 b 10.25±0.96 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf

yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji Duncan.

Berat Basah dan Berat Kering

Berat basah tajuk (F5.20 = 12.781, p = 0.000;

ANOVA), berat kering tajuk (F5.20 = 12.726, p =

0.000; ANOVA), berat basah akar (F5.20 = 6.228,

p = 0.002; ANOVA) dan berat kering akar (F5.20 =

10.736, p = 0.000; ANOVA). Berdasarkan hasil uji lanjut yang dilakukan pada variabel berat basah tajuk dan berat kering tajuk menunjukkan bahwa pemberian POC kulit kecambah kacang hijau dengan konsentrasi 55 ml/L dan 70 ml/L tidak berbeda nyata dengan kontrol. Konsentrasi 60 ml/L dan 65 ml/L tidak berbeda nyata antar perlakuan tetapi berbeda nyata dengan kontrol. Nilai tertinggi berat basah dan berat kering tajuk pada konsentrasi 60 ml/L dengan nilai 6,65 g dan 0,69 g (Tabel 2).

Tabel 3. Rerata Berat Basah Akar, Berat Basah Tajuk, Berat Kering Akar dan Berat Kering Tajuk Bayam Kuning dengan Pemberian POC Perlakuan ml/L Berat Basah Tajuk (g) Berat Kering Tajuk (g) Berat Basah Akar (g) Berat Kering Akar (g) Kontrol 1.04±0.62 a 0.10±0.06 a 2.50±1.29 a 1.75±0.95 a 55 2.93±0.78 a 0.29±0.07 a 11.50±6.80 bc 4.75±1.25 b 60 6.65±0.94 b 0.69±0.09 b 16±2.94 c 9.50±1.73 c 65 5.72±1.46 b 0.56±0.14 b 15±3.91 c 8.50±1.73 c 70 2.26±0.29 a 0.23±0.02 a 8.50±2.64 ab 4.75±0.95 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji Duncan.

Berdasarkan hasil uji lanjut yang dilakukan pada variabel berat basah tajuk dan berat kering tajuk menunjukkan bahwa pemberian POC kulit kecambah kacang hijau dengan konsentrasi 55 ml/L dan 70 ml/L tidak berbeda nyata dengan kontrol. Konsentrasi 60 ml/L dan 65 ml/L tidak berbeda nyata antar perlakuan tetapi berbeda nyata dengan kontrol. Nilai tertinggi berat basah dan berat kering tajuk pada konsentrasi 60 ml/L dengan nilai 6,65 g dan 0,69 g.

Hasil pengamatan pada variabel berat basah akar menunjukkan bahwa pemberian POC kulit kecambah kacang hijau pada konsentrasi 70 ml/L tidak berbeda nyata dengan kontrol dan konsentrasi 55 ml/L berbeda nyata dengan kontrol tetapi tidak berbeda nyata antar perlakuan. Nilai tertinggi berat basah akar diperoleh pada konsentrasi 60 ml/L yaitu 16 g.

Pengamatan pada berat kering akar yang dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pemberian POC kulit kecambah kacang hijau pada semua perlakuan memberikan hasil berbeda nyata terhadap kontrol. Konsentrasi 60 ml/L dan 65 ml/L tidak berbeda nyata. Nilai tertinggi diperoleh pada konsentrasi 60 ml/L dengan nilai 9,50 g.

Pembahasan

Kualitas POC Kulit Kecambah Kacang Hijau Fermentasi POC selama 14 hari mengalami perubahan karakter fisik berupa warna dan aroma. Warna awal POC yaitu hijau tua dan perubahan warna akhir kecokelatan. Aroma khas dari POC yaitu aroma tapai. POC kulit kecambah kacang hijau yang mengalami perubahan warna dan aroma menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme

(4)

204 perombak bahan organik selama proses fermentasi.

Menurut Sundari et al., (2012), pembuatan pupuk organik cair dengan proses fermentasi keberhasilannya ditandai dengan bau yang khas, warna berubah dari hijau menjadi coklat dan pupuk yang dihasilkan berwarna kuning kecokelatan. Nilai pH POC kulit kecambah kacang hijau masih rendah atau belum sesuai dengan standar permentan, yaitu 3,42 (Tabel 1). Kondisi POC yang asam dapat disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam proses penguraian bahan organik di dalam POC. Menurut Dwidjoseputro (2005), proses fermentasi mengikat ion-ion H+ yang akan membentuk senyawa etanol. Logam berat berbahaya yang terkandung di dalam POC kulit kecambah kacang hijau telah sesuai dengan standar permentan (Tabel 1). Kadar logam berat seperti As, Hg, Pb dan Cd yang terdapat di dalam POC kulit kecambah kacang hijau bersifat aman untuk tanaman. Logam berat yang memiliki kandungan tinggi dan diserap oleh tanaman mampu merusak jaringan pada tanaman. Menurut Charlena (2004) logam berat akan terserap oleh tanaman dan menyebabkan kerusakan serta perubahan fisiologi tanaman.

Kandungan C-Organik pada POC kulit kecambah kacang hijau sebesar 2,54% belum sesuai dengan standar permentan (Tabel 1). Hal ini diduga karena rendahnya bahan organik pada POC. C-Organik yang terdapat di dalam bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. POC kulit kecambah kacang hijau mengandung unsur makro N 0,159 %, P 0,01% dan K 0,140% (Tabel 1). Kandungan hara pada POC kulit kecambah berhubungan dengan aktivitas perombakan oleh mikroorganisme pengurai. Menurut Rinanto et al., (2015), mikroorganisme sebagai bioaktivator yang mempercepat proses dekompisisi bahan organik. Mikroorganisme pengurai memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

Pengaruh POC Kulit Kecambah Kacang Hijau terhadap Pertumbuhan Bayam Kuning

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun bayam menunjukkan bahwa POC kulit kecambah kacang hijau dengan konsentrasi perlakuan 60 ml/L memberikan pengaruh tertinggi (Tabel 2). Pertumbuhan bayam pada konsentrasi 70 ml/L mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan pemberian konsentrasi POC yang tinggi sehingga pertumbuhan bayam terhambat. Menurut Wijaya (2010), bahwa

pemberian konsentrasi yang berlebih pada tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena berlebihnya unsur hara pada POC. Menurut Humadi & Abdulhadi (2007), setiap tanaman memiliki perbedaan terhadap kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhannya. Konsentrasi POC 70 ml/L yang diduga dapat meningkatkan potensial osmotik sehingga mengganggu difusi air melalui akar dan gangguan sintesis protein. Menurut Loveless (1991), bahwa meningkatnya potensial osmotik pada media tumbuh akan menurunkan potensial osmotik air sehingga air sulit berdifusi ke dalam sel tumbuhan. Gangguan penyerapan air dapat menghambat proses fotosintesis.

Berat basah tajuk dan akar menunjukkan pemberian POC kulit kecambah kacang hijau dengan konsentrasi 60 ml/L memberikan hasil tertinggi. Menurut Ratna (2002), pemberian POC dapat berpengaruh pada meningkatnya tinggi tanaman dan bertambahnya jumlah daun, pemberian POC juga mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara. Air berperan sebagai komponen penting pada proses fotosintesis dan respirasi tanaman (Hanafiah, 2010). Sistem perkembangan akar yang baik akan memperluas bidang serapan unsur hara sehingga akan meningkatkan jumlah serapan air dan hara. Menurut Lakitan (2011) unsur hara P merupakan unsur hara essensial yang berperan merangsang perkembangan akar. Menurut Widarti et al., (2015) unsur P sebagai bahan organik dapat merangsang pertumbuhan akar sehingga proses penyerapan air dan unsur hara lebih optimal. Menurut Kaya (2014), unsur K berperan dalam perkembangan akar sehingga dapat membantu tanaman dalam menyerap air dan unsur hara yang terkandung di dalam tanah.

Hasil pengamatan POC kulit kecambah kacang hijau terhadap berat kering tajuk dan akar menunjukkan hasil tertinggi pada konsentrasi 60 ml/L. POC yang diberikan dapat meningkatkan penyerapan air dan unsur hara sehingga fotosintesis menjadi lebih optimal. Berat kering akar dan tajuk juga dapat berkaitan dengan jumlah daun yang dihasilkan. Menurut Kester (1981), banyaknya jumlah daun pada tumbuhan dapat menyebabkan laju fotosintesis yang tinggi sehingga mengoptimalkan hasil fotosintat. Penyerapan air dan unsur hara yang optimal dapat mempengaruhi proses fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan tinggi dan

(5)

205 menyebabkan berat kering dari tanaman juga akan

meningkat. Menurut Sumarsono (2007), berat kering merupakan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik seperti air dan unsur hara melalui fotosintesis.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian POC kulit kecambah kacang hijau berpengaruh nyata pada 6 variabel pertumbuhan tanaman bayam kuning yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah akar, berat basah tajuk, berat kering akar dan berat kering akar. Konsentrasi yang menghasilkan pertumbuhan bayam kuning yang terbaik yaitu POC 60 ml/L.

DAFTAR PUSTAKA

Charlena, 2004, ‘Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) Pada Sayur-sayuran’, Institut Pertanian Bogor

Dwidjoseputro, D, 2005, Dasar- dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta

Hanafiah, KA, 2010, Rancangan Percobaan Teori dan aplikasi, Edisi Ke-3, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Humadi, FM & Abdulhadi, HA, 2007, ‘Effect of different sources and rates of nitrogen and phosphorus fertilizer on the yield and quality of Brassica juncea L.’, Journal Agriculture Resources, vol.7, no.2, hal.249-259

Kaya, E, 2014, ‘Pengaruh Pupuk Kandang dan Pupuk NPK Terhadap pH dan K-Tersedia Tanah Serta Serapan-K, Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.)’, Agrinimal, vol. 4, no. 2, hal. 45-52

Kester, DE, 1981, Plant Science: Growth, Development and Utilization of Cultivated Plants, First Edition, Prentice Hall, New York

Lakitan, B, 2011, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Leovici, H, Kastono, D & Putra, ETS, 2014, ‘Pengaruh Macam dan Konsentrasi Bahan Organik Sumber Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum

L.)’, Vegetalika, vol.3, no.1, hal: 22-34

Loveless, AR, 1991, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik, Jilid I, PT Gramedia Pustaka, Jakarta

Marpaung, AE, Karo, B & Tarigan, R, 2014, ‘Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman dalam Peningkatan Pertumbuhan dan

Hasil Kentang (The Utilization of Liquid Organic Fertilizer and Planting Techniques for Increasing the Potato Growth and Yielding)’, Hort. vol. 24, no. 1, hal. 49-55

Oviyanti, F, Syarifah & Hidayah, N, 2016, ‘Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)’, Biota vol. 2, no. 1, hal. 61-67

Peraturan Menteri Pertanian, 2009, Peraturan Menteri Pertanian No.28/Permentan/SR.130/20

Rahmah, A, Izzati, M & Parman, S, 2014, ‘Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays

L. var. Saccharata)’, Buletin Anatomi dan Fisiologi, vol. XXII, no. 1, hal. 65-71

Rahmawati, NF, 2010, Efektivitas Penyiraman Limbah Air Kelapa (Cocos nucifera) dan Ekstrak Kulit Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) Untuk Pertumbuhan Stek Batang Buah Naga (Hylocereus polyrrhizus), Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah, Surakarta Ratna, DI, 2002, ‘Pengaruh Kombinasi Konsentrasi Pupuk Hayati Dengan Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Dan Kuantias Hasil Tanaman The (Camellia sinensis L.) O.Kuntze) Klon Gambung 4, Ilmu Pertanian, vol.10, no.2, hal.17-25

Rinanto, Y, Sajidan & Fatmawati, U, 2015, Pemanfaatan Limbah Sisa Hasil Panen Petani Sayuran di Boyolali sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk Cair Organik menuju Pertanian Ramah Lingkungan, Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, FKIP Universitas Sebelas Maret, Padang

Sumarsono, 2007, Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Soy Beans), Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

Sundari, E, Sari, E & Rinaldo, R, 2012, Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4, Prosiding SNTK Topi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta, Jakarta, Hal. 93-97

Toruan, SMCL, Mukarlina & Lovadi, I, 2015, ‘Pertumbuhan Bayam Kuning (Amaranthus blitum) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Tumbuhan Paku Acrostichum aureum, Nephrolepis biserrata, dan Stenochlaena palustris’,

Protobiont. vol. 4, no. 1, hal. 190-196

Widarti, BN, Wardhini, WK & Sarwono, E, 2015, ‘Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku Pada Pembuatan Kompos Dari Kubis Dan Kulit

(6)

206 Pisang’, Jurnal Integrasi Proses vol. 5, no. 2, hal.

75 – 80

Wijaya, K, 2010, Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.),

Skripsi, FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Gambar

Tabel  2.  Rerata  Tinggi  Tanaman  dan  Jumlah  Daun  Bayam Kuning dengan Pemberian POC

Referensi

Dokumen terkait

tersebut melebihi kadar normal kromium dalam urin Pada umumya toksikologi logam berat dapat memberikan efek pada fungsi ginjal, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

Ciri kebahasaan dalam surat pribadi antara lain; (1) bahasa yang digunakan tidak formal, (2) menggunakan kata sapaan,(3) menggunakan kata ganti orang pertama bagi penulis surat

bahwa dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan

Setelah bumi semakin dingin maka bermunculanlah makhluk hidup lain di dalam air, seperti fi toplankton yang bisa bersifat autotrof karena bisa menghasilkan makanan

Selanjutnya penulis memiliki harapan agar tulisan dan penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan, menjadi bahan acuan ilmu bagi penulis sendiri dalam studi

Adalah penting untuk memiliki suatu sistem yang dapat memastikan bahwa anda telah mempersiapkan darah yang tepat untuk pasien yang tepat pula. ika rumah sakit anda tidak

Semua karyawan AsiaPR, Pak Kaezar, Mbak Dede, Mas Randy, Mbak Wida, Mbak Ariza, Mbak Lidya, Mbak Ika, Mbak Leonella, Mbak Fentya, Mbak Deri, Mbak Intan, Mbak Palupi,

Salah satu hal yang termasuk dalam bersungguh–sungguh mencari ilmu ialah kesenangannya mentafakkuri ciptaan Allah dilangit dan di bumi. Mampu memisahkan yang