PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA
MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA
MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Dr. M. Gufron, M. Ag.
Dosen IAIN Salatiga Nota Pembimbing
Lampiran : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Tatu Mafazah NIM : 111-14-044
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 16 September 2018 Pembimbing
Dr. M. Gufron, M.Ag. NIP. 19720814 200312 1 001 KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO
Disusun oleh: Tatu Mafazah NIM : 111-14-044
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag. M. Phil.
Sekretaris : Dr. M. Ghufron, M.Ag. Penguji I : Dr. Wahyudiana, M. Pd. Penguji II : Dra. Maryatin, M. Pd.
Salatiga, 26 September 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Suwardi, M.Pd.
NIP.19670121 199903 10 002 KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga.
Salatiga, 26 September 2018 Yang Menyatakan,
Tatu Mafazah
MOTTO
ُِْٚذُجْعَيٌِ َّلَِّإ َسِْٔ ْلْاَٚ َِّٓجٌْا ُتْمٍََخ بََِٚ
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku dan Ibundaku tersayang, Achmad Marsudi dan Lasmini yang senantiasa memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti
memantau, memberikan do‟a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan semangat untuk putri semata wayangnya ini.
2. Ahmad Muzaid yang senantiasa menemani, memberikan dukungan, semangat,
motivasi, do‟a dan kasih sayang yang tiada henti.
3. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.
4. Segenap keluarga besar Bani „Alwi beserta anak cucu dan keluarga besar Bani No Dikromo beserta anak cucu yang selalu membimbing dan memberikan motivasi, semangat yang tak henti-hentinya demi terselesaikan skripsi penelitian ini.
5. Sahabat seperjuangan yang selalu menemani saya sejak MAN sampai sekarang selalu bersama-sama Izza Laila Lutfiyati susah senang bersama-sama dan berjuang bersama dalam mengerjakan skripsi.
6. Sahabat seperjuangan satu dosbing Muzayanatul Maghfiroh, Laili Nur Fitriyani, Muna, Khusnadia, Fatin, Nur Khasanah, Muhammad Nur Kholiq, Rahmat dll yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Keluarga kost Salatiga, Nisa, Fajar, Nunung, Tika, Uus, Rana, Retno, Sofi, dan Zulfa yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
9. Tim PPL SMP Negeri 1 Salatiga, Afif, Dwita, Ela, Irfan, Khamidah, Mui‟I, Rani, Riska, Sari, Muza, dan Umam yang selalu memberikan motivasi.
10. Tim KKN Posko 39 (Mejing, Candimulyo, Magelang), Hana, Iqomatul, Muslikhatun, Pak Arip, Naja, Pakdhe Wawan, Iqo Rizki, Mbak Azizah yang selalu support.
11. Segenap keluarga besar KTSR (Karang Taruna Sinar Remaja) Desa Majir Hafidz, Catur, Amin, Zunis, Nain, Risma, Riski, Shaefudin, beserta anggota lain yang telah memberikan pengalaman berharga, selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk meraih kesuksesan.
12. Segenap keluarga besar Syekhermania Purworejo.
13. Rekan-rekanita IPNU IPPNU PAC. Kutoarjo.
14. Segenap keluarga besar PAI B Angkatan 2014.
15. Segenap keluarga besar PAI Angkatan 2014.
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo ini dengan baik dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di yaumul akhir. aamiin.
Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah. 6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
7. Ayah, ibu dan keluargaku.
8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku, menyemangatiku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman KKN IAIN 2018 Posko 39 Dusun Mejing Kec. Candimulyo Kab Magelang.
12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 26 September 2018
Tatu Mafazah
ABSTRAK
Mafazah, Tatu. 2018. Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Pelaksanaan. Ibadah Mahdhah.
Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus yang apa saja telah ditetapkan oleh Allah SWT , baik itu tata cara maupun perinciannya. Ibadah tersebut mempunyai prinsip keadaannya harus berdasarkan dalil, tata caranya harus berpola kepada Rasulullah SAW, bersifat supra rasional, dan azasnya taat.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan perilaku yang dapatdiamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.
Adapun metode pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu metode observasi, wawancara, dan metode dokumentasi. Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena yang dijadikan pengamatan. Catatan data yang diperoleh adalah hasil dari mengamati langsung kegiatan-kegiatan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode wawancara adalah percakapan yang berisi pertanyaan dan jawaban antara penulis dengan subyek dengan maksud untuk mencari informasi data konkret di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, dan sebagainya yang berkaitan denagn pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majie Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo tersebut.
Ibadah mahdhah yaitu ibadah khusus yang telah ditetapkan oleh Allah SWT tata cara maupun perinciannya. Ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo yang semula banyak masyarakat yang sering menyepelekan ibadah mahdhah shalat dan puasa dengan adanya kajian da‟wah dan pendidikan madrasah maka masyarakat berhasil melaksanakan ibadah mahdhah dengan lebih istiqomah.Dengan adanya pendidikan
Madrasah Diniyah dan pengajian atau da‟wah kita lebih bisa menjaga diri dari perbuatan
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ... ii
LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ... iiiv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... …. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAK ... xiii
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah………1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. LANDASAN TEORI ... 11
1. Pengamalan Pengamalan Ibadah ... 11
2. Pengajian atau Da‟wah ... 26
a. Dasar hukum da'wah...27
b. Tujuan da'wah...30
c. Unsur da'wah...33
d. Metode da'wah...35
e. Peranan dan pengaruh da'wah...36
3. Pendidikan Madrasah Diniyah...38
a. Pengertian madrasah...38
b. Tugas madrasah...39
c. Ciri-ciri madrasah...40
d. Kurikulum Madrasah Diniyah...41
B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... ... 45
A. Jenis Penelitian ... 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...46
C. Sumber Data ... 47
D. Prosedur Pengumpulan Data ... 48
E. Analisis Data……….……..……...51
F. Pengecekan Keabsahan Data...53
A. Paparan Data ... 55
1. Visi dan Misi Desa Majir...55
2. Batas Wilayah...56
3. Data Desa...57
4. Sejarah Masjid Majir...59
5. Jadwal Da'wah...60
6. Daftar Muballigh Da'wah...60
7. Jadwal Pendidikan Madrasah...60
8. Dewan Pengajar Madrasah...61
9. Sarana dan Prasarana Madrasah...61
10. Kegiatan Madrasah...62
11. Keadaan Murid Madrasah...62
B. Analisis Data...62
BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT
dengan segala pemberiannya, manusia dapat menikmati segala kenikmatan
yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut
kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kepadanya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan
suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai
bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari‟ah akan
melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntunan
Allah SWT dan Rasul Nya.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terbaik
dan sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain, baik secara fisik
maupun psikis. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik
dan sempurna tidaklah tanpa suatu tujuan. Tujuannya yaitu untuk
beribadah kepada Allah SWT semata.
Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha‟ah),dan tunduk (al-khudlu). Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut
al-Azhari, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan
kepada Allah (Syarifuddin, 2003: 17). Ibadah merupakan bentuk
menyembahan manusia kepada Allah SWT. Dari ibadah dapat dilihat
dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa manusia yang
lain. Dengan penciptanya terdapat hubungan khusus yang kepada Allah
dengan ibadah dan dengan sesama manusia terdapat hubungan yang
merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk ciptaan Allah yang
lainnya (Syihab, 2008: 8)
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian
terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi
disalahgunakan. Dalam Islam ibadah harus berpedoman pada apa yang
telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Qur‟an
dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi atau dengan kata lain
disebut dengan hadits Nabi. Ibadah harus dilakukan dengan tuntutan dan
petunjuk nash yang difahami secara tektual maupun kontekstual ( Zulkifli,
2017: 12). Sehingga apabila telah melenceng dari jalur yang telah tertulis
dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, maka ibadah tersebut tidaklah sah dan
tidak diterima oleh Allah SWT.
Semua yang kita perbuat dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas
dari berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia atau yang
sering kita sebut dengan hablu minallah wa hablu minannas (Syarifuddin,
2003: 2). Agar hubungan tersebut terjaga, maka apa saja yang harus
dilakukan yang hubungannya dengan Allah dan apa saja yang harus
kepada Allah. Ibadah langsung kepada Allah di sebut dengan ibadah
mahdhah dan ibadah tidak langsung disebut dengan ibadah ghairu
mahdhah ( Ash-Shiddieqy, 2000 : 145). Ibadah mahdah adalah (pokok)
adalah segala sesuatu yang menjadi rukun Islam, apabila salah satu ibadah
tersebut di saat syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan
mengakibatkan kurangnya status keislaman seseorang. Contoh ibadah ini
antara lain, thaharah, shalat dan puasa.
Di antara keutamaan ibadah adalah
1. Ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai
kebajikan dan meninggalkan kemunkaran.
2. Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat
membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk,
ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka.
3. Bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan
Allah (Yusuf, 2002: 27)
Semua kehidupan hamba Alah yang dilaksanakan dengan niat
mengharap keridhaan Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya
diri sendiri dan Allah yang tahu. Ibadah sendiri secara umum dapat
dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepang Sang
Khaliq. Penghambaan itu sebagai rasa syukur atas semua nikmat yang
telah diberikan oleh Allah SWT. Namun demikian, ada pula yang
menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban
Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas
usaha untuk menggugurkan kewajiban saja, Islamnya hanya ada di kartu
identitas saja. Ada pula yang beribadah mendekatkan diri kepada Allah
hanya saat ibadah ritual, setelah itu dia jauh dari ridho Allah SWT.
Kita sebagai umat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan
bagaimana cara pelaksanaan ibadah tersebut. Oleh karena itu, kita harus
mengikuti ibadah yang dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi SAW kepada
kita dan tidak boleh membuat ibadah-ibadah yang tidak berdasar pada
Al-Qur‟an dan Hadits.
Kutoarjo adalah salah satu Kecamatan di Purworejo. Keadaan
lingkungan yang mayoritas beragama Islam, banyak pesantren, masjid
ataupun musholla, namun kurang diimbangi dengan pengamalan ibadah
mereka. Hal ini terbuki dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan
pengamalan ibadah. Sesuai dengan perintah Qur‟an Surah Adz-Dzariyat
ayat 56
Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”
Bahwa semua makhluk Allah SWT, termasuk jin dan manusia
diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat,
mempunyai fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi
vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya
Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Oleh karena itu di desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo
diadakan berbagai kajian atau upaya dalam mencegah kemerosotan
pengamalan ibadah. Seperti, adanya Madrasah di Desa Majir yang
berfungsi sebagai sarana belajar anak-anak, majelis ta‟lim bagi ibu-ibu,
bapak-bapak dan bagi remaja. Jadi, kajian tersebut menyeluruh bagi semua
masyarakat tanpa terkecuali.
Anak-anak dibekali kajian-kajian maupun pembelajaran yang
mengenalkan mereka terhadap ibadah. Mulai dari cara berwudhu, bacaan
shalat, gerakan shalat, maupun latihan berpuasa. Hal ini sangat berguna
untuk persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa
untuk perkembangannya di masa yang akan datang serta menbentuk
anak-anak yang berkualitas.
Perkembangan zaman yang semakin maju ini dikhawatirkan tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Apalagi maraknya pergaulan bebas di
lingkungan masyarakat semakin menambah kekhawatiran tersebut.
Seorang remaja tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak-anak. Ia sedang
mencari pola hidup yang sesuai baginya dan masih gemar mencoba-coba.
Kehidupan remaja pada masa kini sangatlah memprihatinkan. Remaja
yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi
mereka yang cenderung merosot. Sehingga remaja sangatlah perlu
perhatian khusus dari keluarga maupun lingkungan guna mengatasi
kemerosotan ibadah tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang
yang lanjut usia. Di antaranya ialah mendekati kematian, ditinggalkan oleh
pasangan hidup, penyesuaian diri dengan sosial yang baru, dan kesehatan
yang menurun. Yang timbul dari kecemasan tersebut salah satunya ialah
sikap gelisah, tidak bisa berkonsentrasi, kreativitas menurun, atau bisa
juga sering memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi pada
dirinya.
Dalam proses atau pelaksanaan pendidikan madrasah diniyah
maupun pengajian atau da‟wah, ustadz/ustadzah mempunyai dasar bahwa
mereka sedang membekali anak didiknya dengan ilmu yang sangat
berguna di dunia dan di akherat, sehingga dalam pembelajarannya juga
sangat hati-hati jangan sampai ada salah penafsiran, apabila ada kesalahan
yang bertanggungjawab adalah ustadz atau ustadzah.
Maka diperlukan adanya evaluasi, yang dimaksud dengan evaluasi
untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan atau pengamalan ibadah
di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Adapaun ruang lingkup
kegiatan evaluasi mencakup penilaian terhadap kemajuan dalam aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesudah mengikuti program
Dari besarnya semangat dan tanggungjawab dalam menjalankan
tugas yang dimiliki ustadz/ustadzah dalam merealisasikan seluruh
kemampuannya penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
“PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC.
KUTOARJO KAB. PURWOREJO”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo
Kab. Purworejo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec.
Kutoarjo Kab. Purworejo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan sumbang
sih pemikiran dalam mengembangkan keilmuan Pendidikan
Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam hal
pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.
b. Dapat memperkaya hazanah ilmiah, khususnya tentang
pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
b. Bagi Pembaca
1) Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan belajar bagi
mahasiswa lainnya.
E. Penegasan Ilmiah
Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah
dalam judul penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi-definisi
operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu dijelaskan adalah
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,
implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap
siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone
dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne
dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang
dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala
kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang
dilakukan guna mencapai sasaran.
Ibadah Mahdhah, kelompok ibadah ini adalah segala sesuatu yang
menjadi rukun Islam, apabila hilang salah satu ibadah tersebut di saat
syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan
mengakibatkan kurang bahkan batalnya ibadah tersebut (Zulkifli,
2017: 11).
Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya
merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung.
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak
boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu
tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah
bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia
di baliknya yang disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan
ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah
sesuai dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka
ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan
bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata
untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah.
(Shiddieq, 2008, Ibadah Mahdah & Ghairu Mahdah,
https://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhahghairu-mhadhah/, diakses pada 15 Mei 2018).
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan
telah dibuat oleh Allah SWT kemudian diperintahkan kepada
Rasulullah untuk mengerjakannya. Semuanya adalah perintah dari
Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, kemudian
wajib diturunkan kepada umatnya tanpa ada unsur menambah atau
mengurangi sedikipun.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yaitu gambaran singkat tentang subtansi
pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih
jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam
lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu:
Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang mengungkapkan tentang
fenomena yang menelatarbelakangi penelitian ini dimana di
dalamnya terdapat: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat
teoretis dan manfaat praktis), penegasan istilah, dan
Bab II : Meliputi: Landasan Teori (Telaah teoritik terhadap pokok
permasalahan atau variabel penelitian) yang berkaitan
dengan upaya peningkatan kualitas ibadah mahdah dan
Kajian Pustaka (kajian penelitian terdahulu).
Bab III : Berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan data, dan tahap penelitian.
Bab IV : Paparan dan Analisis Data. Dalam bab IV ini, penulis
menjabarkan Paparan Data dan Analisis Data.
Bab V : Kesimpulan dan saran dari seluruh uraian yang telah
dikemukakan dan merupakan jawaban dari permasalahan
BAB II KAJIAN PUSAKA A. Landasan Teori
1. Pelaksanaan Ibadah
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,
implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap
siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone
dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne
dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang
dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala
kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang
dilakukan guna mencapai sasaran.
Ibadah merupakan taat kepada Allah dengan melaksankan
perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Sedangkan arti lainnya mengartikan ibadah yaitu merendahkan diri kepada Allah Azza wa
Jalla, yaitu tingkatan tunduk tertinggi yang disertai rasa mahabbah
Secara etimologi, Ibadah berasal dari kata „abada ( mengabdi ), sedangkan kata „ abd berarti hamba atau pelayan. Adapun secara
terminologis, menurut ulama fikih, ibadah yaitu mengerjakan sesuatu
untuk mencapai keridlaan Allah dan mengharap pahalanya di akherat
(Jumantoro, 2009: 97).
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, ibadah adalah perbuatan
untuk menyatakan bakti kepada Allah, yg didasari ketaatan
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; ibadah.
Unsur pokok dalam ibadah : (Syukur, 2010: 82)
a. Adanya perbuatan.
b. Perbuatan tersebut dilakukan oleh orang islam yang mukallaf.
c. Maksud dikerjakannya perbuatan itu adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
d. Sebagai realisasi dari adanya iman kepada Allah.
Dengan demikian, perbuatan yang tidak disertai dengan keimanan,
umpamanya dikerjakan oleh orang kafir, sekalipun perbuatan itu
dipandang baik secara kassat mata, adalah tidak dinilai sebagai
ibadah, sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam surat an Nur 39
yang berbunyi :
يَّتَح .ًءآِ ُْآَّّْظٌا ُُٗجَسْحَي ٍخَعْيِمِث ٍةاَشَسَو ٌُُُْٙبَّْعَا اُْٚشَفَو َْٓيِزٌَّاَٚ
َُٖءبَجاَرِا
ِةبَسحٌْا ُعْيِشَش ُ ّّالّلَٚ َُٗثبَسِح َُّٗفََٛف َُٖذِْٕع ُ ّالّل َذَجََٚٚ بًئْيَش ُْٖذِجَي ٌَُْ
sesuatu apapun. Dan didapatinya ( ketetapan ) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal dengan cukup
dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya,”. (QS. An-Nur 39) Begitu juga perbuatan yang dikerjakan oleh orang muslim yang
sudah barang tentu didasari dengan keimanan, akan tetapi tidak untuk
sarana mendekatkan diri kepada Allah, bahkan melupakan Nya, maka
tidak dinamakan ibadah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ibadah aktifitas atau
usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua ibadah
sebagai bentuk taat dan syukur kita terhadap Allah SWT sesuai
dengan yang telah disyari‟atkan dalam Islam, baik itu syarat dan
rukunnya harus terpenuhi.
Secara global, ibadah dibagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah
(khusus) dan ibadah ghairu mahdhah (umum). Ibadah mahdhah atau
ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah
akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya atau ibadah yang
murni berhubungan secara langsung dengan Allah. Sedangkan ibadah
ghairu mahdhah adalah ibadah yang bukan murni berhubungan secara
langsung dengan Allah, dan ibadah ini condong
kepada muámalah.(Syukur, 2010: 88).
Berdasarkan uraian tersebut di atas dalam skripsi ini yang akan dikaji
adalah pengetahuan ibadah yaitu Shalat dan Puasa.
Shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan
tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak dapat ditandingi
oleh kedudukan ibadah apapun. Shalat adalah tiang agama dan
agama hanya akan bisa berdiri tegak dengannya. Rasulullah
SAW
bersabda, (Sabiq, 2016: 12)
ُدبَِٙجٌَْا ِِِٗبََٕس ُحَْٚسَر َٚ ُح َلََّصٌَا ُُٖدُُّْٛعَٚ َُ َلَْس ِلْا ِشَِْلأ ْا ُسْأَس
“Poros segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah” (HR. At -Tirmidzi).
Shalat juga merupakan ibadah pertama yang diwajibkan oleh
Allah SWT. Shalat adalah do‟a yang dihadapkan dengan sepenuh
hati kehadirat illahi, salah satu kewajiban agama yang harus
dilakukan. Didalam al- Qur‟an diperintahkan mendirikan shalat,
perintah mendirikan shalat lima kali sehari semalam diterima oleh
Nabi Muhammad langsung dari Tuhan ketka beliau isra‟ mi‟raj.
Shalat dapat mendidik seorang muslim dan muslimat senantiasa
memusatkan usaha, pikiran, akal, perhatian, dan perjuangan kepada
titik tujuan yang mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan
kebahagiaan (Daud Ali, 2004 : 253)
1) Hukum Menjalankan Shalat
Shalat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki
Al-Qur‟an dan hadist banyak sekali dijelaskan mengenai
kewajiban untuk mengerjakan shalat (Zulkifli, 2017: 80).
Diantara dalil Al-Qur‟an yang menjelaskan mengenai
kewajiban shalat adalah:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)
2) Syarat Wajib Shalat
Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang
wajib melaksanakan shalat( Zulkifli, 2017: 87-90).
a. Islam
Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim,
baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak diwajibkan
bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak
dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap
menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang
kafir apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar
shalat yang ditinggalkannya selama kafir, demikian
menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS. Al-Anfal: 38)
b. Baligh
Yaitu dewasa (15 tahun). Tidak wajib shalat bagi anak
kecil yang belum baligh. Tapi untuk prosses pembiasaan,
anak kecil yang berusia 7 tahun disuruh oleh orang tuanya
melakukan shalat walaupun belum wajib dan dipukul
kalau tidak melakukanya jika sudah berusia 10 tahun.
ُالّل ٍََّٝص ِالّل ُيُْٛسَس َيبَل ، ِْٗيِثَأ َْٓع ٍتْيَعُش ٓث ٚشَّْع َْٓع
saw sabda: “Perintahkan anak-anakmu shalat apabila telah berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat apabila telah berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka. (HR. Abu Daud dll).
c. Berakal
Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma‟tuh)dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang sedang
prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian
menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits
ُالّل ٍََّٝص ِالّل ُيُْٛسَس َيبَل ، بَُْٕٙع ُالّل َيِظَس َخَشِئبَع َْٓع
Artinya: dari Aisyah ra: ”Terangkat pena (terlepas dari
dosa) atas tiga, anak kecil sampai baligh, orang tidur sampai bangun dan orang gila sampai sembuh dari
gilanya” (HR Abu Daud dan An-Nasai, hadits hasan). 3) Syarat Sah Shalat
Syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat diteriam
secara syara‟.
a) Mengetahui masuk waktu
Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya
tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan
yang berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata
dia shalat dalam waktunya.
b) Suci dari hadas kecil dan hadas besar
Penyucian hadas kecil dengan wudhu dan penyucian
hadas besar dengan mandi.
c) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.
Suci badan, pakaian dan tempat dari najis adalah untuk
keabsahan shalat.
Artinya: “Dan Pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al -Muddatstsir: 4).
Dan sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam :
،ِْٗيٍَْعَٔ ْتٍَِّمُيٍَْف ،َذِجْسٌَّْا ُُُوُذَحَأ َءبَج اَرِإ
ِْْإَف بَِّْٙيِف ْشُظَْٕيٌَِٚ
ِث ُْٗحَسَّْيٍَْف ،بًثَجَخ َٜأَس
بَِّْٙيِف ًَِّصُيٌِ َُُّث ِضْسَلأْب
.
Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian mendatangi
masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia shalat dengannya.”
Adapun dalil bagi disyaratkannya kesucian badan
adalah sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam kepada
„Ali. Dia menanyai beliau tentang madzi dan berkata:
َنَشَوَر ًِْسْغاَٚ ْؤَّظََٛت
.
Artinya: “Wudhu‟ dan basuhlah kemaluanmu.”
Adapun dalil bagi sucinya tempat adalah sabda Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya di
saat seorang Badui kencing di dalam masjid:
ٍءبَِ ِِْٓ ًلَْجَس ٌَِِْٗٛث ٍَٝع اُْٛمْيِسَأ
.
Artinya: “Siramlah air kencingnya dengan air satu ember.”
Barangsiapa telah shalat dan dia tidak tahu kalau
mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika shalat, maka jika
memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal,
atau pakaian yang lebih dari untuk menutup aurat- maka dia
harus melepaskannya dan menyempurnakan shalatnya. Jika
tidak memungkinkan untuk itu, maka dia tetap melanjutkan
shalatnya dan tidak wajib mengulang.
d) Menutup Aurat
Seseorang yang shalat disyaratkan menutp aurat, baik
sendiri dalam keadaan terang maupun sendiri dalam gelap.
سبّخث ّلَّإ طئبح حلَص الّل ًجميلَّ
Artinya: Allah tidak menerima sholat wanita yang suda haid, kecuali dengan penutup kepala." (Hadits Shohih Riwayat Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah).
e) Menghadap Kiblat
Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT
Artinya: “Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah:150)
Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag
melaksanakan sholat Al-khauf dan sholat sunat diatas
kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan
Malikiyah mengaitkan dengan situasi aman dari musuh,
binatang buas dan ada kesanggupan. Oleh karena itu tudak
wajib mengahadao kiblat apabila ketakutan atau tidak
sanggup (lemah) setiap orang sakit.
Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan
ka‟bah wajib menghadap ke ka‟bah sendir secara tepat.
Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya,
karena jauh di luar kota makkah, hanya wajib
menghadapakan muka kea arah ka‟bah, demikian
pendapat junhur ulama. Sedangkan Imam Syafi‟I
berpendapat mesti menghadapkan muka ke ka‟bah itu
sendiri sebagaimana halnya orang yang berada di kota
mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati bahwa
menghadap itu tepat pada ka‟bah.
4) Tujuan dan Hikmah Shalat
Setiap perintah Allah SWT kepada hambanya seluruhnya
mempunyai tujuan, begitu pula halnya dengan perintah shalat.
manusia selalu mengingat Allah SWT. Karena dalem shalat
ada bacaan dzikir dan Allah SWT menyuruh manusia agar
banyak berdzikir kepada Allah SWT, baik dalam keadaan
berdiri, duduk ataupun berbaring.
Adapun hikmah dari mendirikan shalat adalah menjauhkan
diri dari perbuatan keji dan munkar serta memperoleh
ketenangan jiwa.
b. Puasa
Puasa menurut bahasa adalah menahan (Sabiq, 2017: 234).
Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT
Artinya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, Maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. ini adalah jalan yang lurus. (QS. Maryam 36)
Menurut istilah syara‟, Sayyid Sabiq menje-laskan bahwa,
puasa berarti menahan diri dari perbuatan tertentu dengan niat dan
menurut aturan tertentu sejak terbit matahari hingga terbenam
(Supiana dan Karman, 2001; 83)
Menahan diri dari perbuatan tertentu yang dimaksud Sayyid
Sabiq diatas adalah menahan diri dari makan, minum dan
bersetubuh serta dari seluruh yang membatalkan ibadah puasa yang
termaktub dalam aturan atau syarat-syarat ibadah puasa yang telah
Sedangkan menurut istilah atau syari‟at adalah menahan
dengan niat ibadaha dari makan, minuman, hubungan suami istri
dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari (Zulkifli, 2017: 103).
Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa
Ramadhan yang dilakukan secara tepat waktu yakni pada bulan
Ramadhan. Berpuasa pada bulan Ramadhan merupakan salah satu
dari beberapa rukun agama.
Puasa mulai diwajibkan pada bulan Sya‟ban, tahun kedua
Hijriyah. Puasa merupakan fardhu „ain bagi setiap mukallaf dan tak seorangpun dibolehkan berbuka, kecuali mempunyai
sebab-sebab seperti: haid dan nifas, sakit, wanita hamil yang hampir
melahirkan, wanita yang sedang menyusui, musafir, orang tua
renta (Mughniyah, 2011: 182).
1) Hukum Puasa
Ditinjau dari hukumnya puasa terbagi menjadi puasa wajib dan
puasa sunnah. Puasa wajib adalah puasa yang dilaksanakan
pada bulan Ramadhan yang merupakan salah satu dari rukun
Islam dan salah satu fardhu dari sekian banyak fardhu.
2) Rukun Puasa
a) Niat
Niat adalah keinginan dalam hati untuk berpuasa karena
ingin menjalankan perintah Allah SWT dan mendekat
kepada-Nya. Jika melaksanakan puasa wajib, maka niatnya
wajib dilakukan pada waktu sebelum fajar.
b) Menahan Diri
Yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
seperti: makan, minum dan hubungan suami istri dari terbit
fajar sampai terbenam matahari.
3) Hal-hal Yang Membatalkan Puasa
a) Memasukkan suatu benda dengan sengaja ke dalam
lubang sesuatu yang membatalkan puasa adalah makan,
minum dan segala sesuatu yang masuk melalu lubang pada
anggota tubuh yang berkesinambungan (mutasil) sampai
lambung, dan memasukannya dengan unsur sengaja, artinya
apabila perbuatan tersebut dilakukan tanpa kesengajaan
atau lupa, maka tidak membatalkan puasa.
b) Melakukan hubungan seksual dengan sengaja. Hubungan
seksual baik dilakukan pasangan suami isteri atau bukan
dapat menyebabkan batalnya puasa dengan ketentuan
c) Keluarnya air mani disebabkan bersentuhan (tanpa
hubungan seksual) maka menyebabkan batalnya puasa,
baik keluar dengan usaha tangan sendiri (mastur basi) atau
menggunakan tangan seorang isteri yang halal. Dengan kata
lain, apabila keluar air mani tanpa bersentuhan semisal
bermimpi basah maka tidak batal.
d) Keluar darah haid dri kemaluan perempuan.
2. Pengajian atau Dakwah
Pengajian atau dakwah merupakan kegiatan untuk mengajak atau
menyeru kepada orang atau kelompok menuju kebaikan yang
dimaksud dalam hal ini seseorang atau kelompok orang yang tadinya
tidak tahu akan menjadi tahu dengan mengikuti pengajian.
Mengikuti pengajian bulanan atau dakwah merupakan salah satu
kegiatan rutin yang ada di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo
yang di harapkan mampu mengubah masyarakat menuju yang lebih
baik.
Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju
jalan Allah SWT, yaitu jalan menuju Islam (Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, 2000: 1).
Dakwah yang dimaksud adalah seruan atau ajakan yang
disampaikan kepada seseorang untuk menuju ke jalan yang lebih baik
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam. Pernyataan ini merupakan berita dari Allah bahwa tidak ada
agama yang diterima disisi-Nya dari seorangpun kecuali agama Islam.
Yaitu mengikuti ajaran yang dibawa oleh para Rasul dari masa ke
masa hingga rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Allah menutup
seluruh jalan untuk mendapatkan ridhonya kecuali jalan yang
ditempuh oleh nabi Muhammad saw. Barangsiapa menemui Allah atau
mati setelah diutusnya Nabi Muhammad dalam keadaan memeluk
agama yang tidak sejalan dengan syariát-Nya maka ia tidak akan
pernah diterima.
a. Dasar Hukum Dakwah
Dasar hukum dakwah Islam adalah agama dakwah yaitu
agama yang menugaskan umatNya untuk menyebarluaskan dan
menyiarkan islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
baik secara praktis maupun teoritis. Dakwah sebagai bentuk
aktualisasi iman dimanifestaskan ke dalam kehidupan
bermasyarakat secara teratur yang menjadi tolak ukur dalam
berfikir, bersikap, dan bertindak selaku individu maupun
kelompok. Kewajiban dakwah tersebut dapat dilihat pada nash
Al-Quran surat Al-imron: 104 yang berbunyi:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kalian umat yang mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemunkara .Mereka itulah orang-orang yang beruntung (Qs.Al-Imron: 104). (Departemen Agama RI: 2004: 93).
Ayat di atas menegaskan bahwa perintah dakwah hukumnya
adalah wajib bagi seluruh umat manusia. Dalam pelaksanaan
dakwah juga tidak terbatas pada kelompok utama saja yang berhak
maupun wajib melaksanakan dakwah. Seluruh umat manusia baik
laki-laki maupun perempuan tua ataupun baligh semuanya
memiliki kuwajiban yang sama dan berdakwah baik secara
individu, maupun secara kelompok. Dakwah memiliki hukum
fardlu ain (wajib bagi setiap individu) apabila dalam suatu
masyarakat belum ada yang melaksanakan dakwah sedangkan
kemaksiatan dan kemunkaran telah terjadi dan merajalela, sehingga
orang yang berada di lingkungan tersebut wajib melaksanakan
(sebagian) orang yang melakukan dakwah, maka sebagian yang
lain tidak dikenankan hukum wajib dan dakwah dalam keadaan ini
dikenankan hukum fardlu kifayah. Dari hukum di atas, maka
dakwah memiliki dua arah, yakni petama kewajiban yang harus di
laksanakan setiap orang dalam berdakwah kepada islam dengan
memberi petunjuk dan berita menggembirakan, dan kedua
kewajiban adanya tenaga ahli yang khusus dari segolongan kaum
yang menyeru kepada islam dimana mereka harus memiliki
kelebihan dalam memahami Al-quran, dapat menjelaskan secara
representatif, arif dan bijaksana (Abu Zahra, 2004 :53).
Meskipun memiliki hukum wajib, namun islam tidak
memaksakan kepada seluruh umatnya untuk melakanakan dakwah
dengan kriteria yang sama bagi setiap orang islam memberi
kebanggaan pada setiap orang untuk mekaksanakan dakwah islam
sesuai dengan sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh imam
muslim yang berbunyi
عطتسي ٌُ ْإف ٗٔبسٍجف عطتسي ٌُ ْإف ٖذيث ٖشيغيٍف اشىِٕ ُىِٕ ٜأس ِٓ
ٍُسِ ٖاٚس ))ْبّيلْا فعظأ هٌرٚ ٗجٍمجف
:Artinya: Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran ,maka hendaklah ia merubah dengan tangannya. Jikalau tidak kuasa dengan tangannya maka dengan lisannya, .jikalau tidak kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya , yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR.Muslim).
dimanapun mereka berada, baik secara individu maupun kelompok
dan disesuaikan dengan kemampuannya.
b. Tujuan Dakwah
Makarimul akhlak yang membudayakan dalam masyarakat
adalah tujuan utama da‟wah, ini sesuai dengan misi besar Nabi
Muhammad saw:
قلَخلأا َسبىِ ُّتلأ تثعث
“bu;istu li utammimamaka-rimal akhlaq”. Sebab dengan akhlak yang mulia ini,
manusia akan tahu fungsinya sebagai manusia, yakni “abdi atau
hamba” Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya berbakti kepada-Nya,
mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya,
kemudian menegakkan prinsip “amar ma‟ruf nahi munkar”. Inilah
essensi tujuan da‟wah.
Sikap yang dibentuk dalam sasaran da‟wah adalah
bertujuan tertentu, yakni agar setiap anggota masyarakat menjadi
penganut Islam yang baik, berbuat sesuai dengan ajaran Islam.
Sikap akan berwujud perbuatan, perbuatan akan menghasilkan
budaya dan silvilisasi, maka Islam dengan keberhasilan da‟wah
akan menjadi budaya manusia di alam semesta ini.
Sikap mempengaruhi watak dan membentuk akhlak, dan
kemudian berujud perbuatan nyata. Akhlak ini diperlukan oleh
manusia untuk menentukan pilihan dalam hidupnya. Sehingga hasil
pilihan oleh akhlak yang telah dibenuk oleh da‟wah itu akan
penyaring perbuatan manusia, mana yang harus dilakukan dan
ditinggalkan. (Habib, 2000: 130)
Agar mencapai tujuan yang dituju itu, maka sudah
seharusnya apabila para da‟i mempengaruhi peminatnya, dengan
cara yang tepat hingga mencapai pengaruhnya pada hati nuraninya
yang paling dalam (internalisasi). Banyak problem dalam
kehidupan manusia, dan da‟wah ingin meringankan semua yang
dihadapi manusia itu. Tuhan selalu menjanjikan kemudahan bukan
kesukaran dalam agama.
Jelaslah, bahwa tujuan da‟wah adalah membentuk
masyarakat yang konstruktif menurut ajaran Islam, di samping
hal-hal berikut: (Habib, 2000: 132).
1) Mengadakan koreksi, terhadap suatu situasi atau tindakan yang
menyimpang dari ajaran agama.
2) Mengusahakan kesehatan mental masyarakat, sesuai dengan
akhlak yang luhur.
3) Mendorong kemampuan masyarakat untuk menjalankan syari‟a
agama secara utuh dan tidak sepotong-potong (ud-khulu-fis
silmi ka-ffah).
4) Menembus hati nurani seseorang untuk sarana membentuk
masyarakat yang diridhai oleh Allah SWT.
Beberapa pendapat yang disampaikan oleh para ahli berkenaan
dengan tujuan dakwah antara lain:
1) Menurut Rosyad Saleh tujuan dakwah islamiah adalah
terwujudnya kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat
(Saleh:2001: 21).
2) Asmuni Syukir menjelaskan bahwa tujuan dakwah islamiah
adalah mengajak umat manusia meliputi orang kafir atau
musyrik kejalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT agar
bahagia di dunia dan diakhirat (Syukir: 2001: 51).
3) Masdar Helmi menerangkan bahwa tujuan dakwah islamiah
adalah terwujudnya masyarakat yang mempercayai dan
menjalankan ajaran-ajaran islam (Helmi: 1969: 16).
4) Ahmad Subandi dalam memberikan simpulan tentan tujuan
dakwah lebih terperinci dengan membagi tujuan dakwah dalam
dua tujuan yaitu tujuan utama yang merupakan tujuan akhir dan
tujuan departemental yang merupakan tujuan perantara. Namun
secara ideal
5) Ahmad Subandi menyebutkan tujuan dakwah adalah untuk
menggapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
diakhirat (Subandi:2004: 60).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara praktis tujuan
awal dakwah adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang
bentuk kebenaran dan membawanya ketempat yang
terang-benderang (cahaya iman) yang dipantulkan ajaran Islam sehingga
mereka dapat melihat kebenaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang tujuan dakwah di atas
maka dapat disimpulkan bahwa dakwah memiliki tujuan agar manusia
mau menerima, memeluk, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran islam demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan
diakhirat. Tujuan dakwah tidak memiliki batas akhir dan akan
berlangsung secara terus-menerus di dunia ini selama masih ada
kehidupan manusia diatasnya.
c. Unsur Da‟wah
Dakwah akan berjalan dengan lancar dan bahkan mencapai
tujuannya apabila dalam pelaksanaanya tidak melupakan
unsu-unsur yang ada di dalamnya .Setidaknya ada empat unsu-unsur pokok
yang harus diperhatikan dalam suatu proses dakwah yaitu:
(Anshor, 2001: 103).
1) Subyek Da‟wah
Subyek dakwah adalah orang yang melaksanakan dakwah
yakni orang yang berusaha mengubah suatu situasi kepada
situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT
baik secara inidvidu maupun kelompok yang juga berperan
sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.
Obyek dakwah adalah orang, baik individu atau kelompok
,yang menerima materi dakwah yang disampaikan oleh
pemateri dakwah. Istilah lain untuk menyebut obyek dakwah
adalah mad‟u. Yang menjadi obyek dakwah (mad‟u) hanyalah
manusia secara keseluruhan dan tidak ada pengecualian, yang
juga termasuk didalamnya diri pribadi dari subyek dakwah itu
sendiri.
Sudah jelas kiranya, bahwa sasaran yang menjadi obyek
da‟wah adalah masyarakat luas, mulai dari keluarga,
masyarakat lingkungan dan seluruh dunia. (Habib, 2000: 113)
3) Materi dakwah
Materi dakwah adalah semua bahan atau sumber yang di
gunakan dan disampaikan oleh dai kepada mad‟u dalam
kegiatan dakwah yang merupakan isi, ajakan, peringatan dan
ide gerakan yang dimaksudkan agar manusia mau menerima,
memahami, menghayati dan mengamalkannya sebagai
pedoman hidup (Sanwar, 2001: 96) untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam menyampaikan materi yang akan diberikan kepada
masyarakat itu, dapat ditempuh beberapa cara, misalnya
pendekatan substansial, di mana para da‟i setelah mengadakan
dalil-dalil. Materi harus pula disesuaikan dengan tingkat pendidikan
yang menjadi sasaran da‟wah. (Habib, 2000: 94)
Materi yang diperlukan untuk suatu kelompok masyarakat
belum tenu cocok untuk kelompok masyarakat yang berbeda.
Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu
untuk pemuda, mahasiswa, pekerja, ataupun pegawai juga
harus diperhatikan. Bagaimana para penerima da‟wah itu
menerima, meresapi, dan menghayati da‟wah yang
disamapaikan da‟I itu. Oleh sebab itu secara teori da‟wah tidak
akan bisa terlepas dari 2 hal pokok ini:
a) Kemampuan para penerima da‟wah untuk menerima da‟wah
yang diberikan.
b) Tingkat berpikir para penerima itu akan menentukan,
apakah da‟wah yang diberikan para da‟i itu bisa diserap
secara baik, selanjutnya diamalkan dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari.
d. Metode Dakwah
Da‟wah sebagai pelayanan masyarakat ialah mata rantai
yang menghubungkan agama sebagai wahyu Allah SWT dengan
masyarakatnya manusia, makhluk Allah yang memerlukan
petunjuk untuk kehidupannya. Ada beberapa metode dalam
1) Metode Langsung
Metode yang diberikan oleh Rasulullah, ialah meode
percontohan secara langsung, yang dikenal sebagai “uswatun
hasanah”, tanpa banyak bicara atau tulisan, maka diri
Rasulullah merupakan contoh terbaik umat manusia. Dalam QS
AL-Ahzab ayat 21
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
2) Metode Lisan
Kontak langsung, berceramah dan memberikan nasihat
yang berguna, bahkan kemudian diikuti dengan konsekuen
menyesuaikan diri dengan apa yang diucapkannya itu.
Aktivitas beliau dan perbuatan beliau merupakan buku terbuka
bagi ummat manusia untuk dipedomani, terwujud secara
lengkap. (Habib, 2000: 161)
e. Peranan dan Pengaruh Da‟wah
Sebagai agen pembentuk dan perubah masyarakat, agar
lebih baik, maka da‟wah jelas mempunyai peranan dan pengaruh
yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat. Antara masyarakat
mempengaruhi. Da‟wah tidak hanya sebagai sarana komunikasi
massa, yang hanya akan memberikan apa adanya saja, baik
maupun buruk, akan tetapi da‟wah akan berkomunikasi dengan
masyarakat dengan ketegaan pandangan, bahwa yang baik harus
dilakukan dan yang buruk harus ditinggalkan.
Seluruh lingkungan kehidupan sebaiknya dipengaruhi oleh
da‟wah bisa berperan dalam masyarakat secara sempurna, baik
lingkungan tersebut adalah lingkungan fisik, biologis, psychologis
maupun kultural mereka. Lingkungan sosial manusia yang
demikian itu, amat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia
secara perseorangan, maka apabila lingkungan sosial ini berhasil
dipengaruhi oleh da‟wah, maka tingkah laku dan pencapaian
seseorang dalam masyarakat akan mengikutinya. Dengan lain
perkataan dapat dikatakan di sini, bahwa lingkungan manusia,
yakni lingkungan sosialnya ini, akan menjadi penentu dasar
terhadap tingkah laku dan pencapaian-pencapaian manusia, baik
yang berupa fisik maupun yang rohani. Oleh sebab itu pengaruh
lingkungan perlu terus menerus diperluas dan diperkuat, agar
3. Pendidikan Madrasah Diniyah a. Pengertian Madrasah
Madrasah merupakan “isim makan” kata “darasa” dalam
bahasa Arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar” atau
popular dengan sekolah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai
tumbuh di Indonesia pada awal abad ke-20 (Hasbullah, 2001: 61).
Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan
Departemen Agama. Yang termasuk ke dalam kategori madrasah
ini adalah lembaga pendidikan : Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah,
Mu‟allimin, Mu‟allimat serta Diniyah (Nasir, 2010: 69).
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang ditindaklanjuti dengan PP Nomor 55 Tahun 2007
tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak
baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia.
Kedua payung hukum itu mempunyai implikasi bahwa Madrasah
Diniyah menjadi bagian dari sistim pendidikan nasional,
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 bagian
kesembilan pasal 30) itu berarti negara telah menyadari
keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di
masyarakat.
Dalam perkembangannya, Madrasah Diniyah yang
Madrasah lbtidaiyah. sedangkan Madrasah Diniyah khusus untuk
pelajaran agama. Seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan
pendidikan agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan
pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan
Madrasah Diniyah melakukan modifikasi kurikulum yang
dikeluarkan Departemen Agama, namun disesuaikan dengan
kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah Diniyah
menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan
persepsinya masing-masing.
Di era global ini , dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang
sangat tinggi, maka madrasah diniyah harus mampu menjawab
tantangan ini. Salah satu cara untuk dapat menjawab tantangan
tersebut, madrasah diniyah harus berani melakukakan
perubahan-perubahan serta mengadakan inovasi dan pengembangan terhadap
kurikulumnya agar tetap eksis dan bertahan.
b. Tugas Madrasah
Madrasah diniyah secara umum memiliki tugas sebagai
berikut:
1) Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip
pikir, akidah, dan tasyri‟ yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
2) Memelihara fitrah anak didik sebagai insan yang mulia, agar ia
3) Membersihkan jiwa dan pikiran dari pengaruh emosi, karena
pengaruh zaman sekarang yang mengarah pada penyimpangan
fitrah manusia.
4) Memberikan wawasan nilai dan moral.
5) Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan, seperti
keluarga, masjid, pesantren, dan sekolah formal (Muhaimin dan
Mujib, 1993; 308).
c. Ciri-ciri Madrasah
Adapun ciri-ciri proses pendidikan madrasah diniyah yakni
pembentukan Akhlaq. Secara etimologis akhlaq adalah bentuk
jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Sedangkan secara terminologis menurut Imam
al-Ghazali dinyatakan sebagai: “Akhlaq adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.” (Menurut Al Ghazali dalam Buku karangan
Qomar: 240)
Ruang lingkup akhlaq sendiri terbagi menjadi beberapa yakni
akhlaq terhadap Allah swt., akhlaq terhadap Rasulullah
Muhammad saw., akhlaq terhadap pribadi, akhlaq dalam keluarga,
d. Kurikulum Madrasah Diniyah
Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam,
Pasal 48 yang berisi Kurikulum Madrasah Diniyah dijelaskan
bahwa madrasah diniyah mengajarkan pengetahuan keislaman
meliputi al-Qur‟an, al-Hadiṡ, Fiqh, Akhlaq, Sejarah Kebudayaan
Islam dan bahasa Arab. Materi-materi tersebut relevan dengan
mata pelajaran yang diajarkan di SMP khususnya pada semester
gasal, yakni sebagai berikut:
1) Al-Qur‟an,
Al-Qur‟an menjadi pedoman dari ilmu yang ada di dunia,
dan menjadi sumber utama dalam pembelajaran khususnya di
madrasah diniyah. Ayat al-Qu‟ran yang dipelajari saat jenjang
SMP semester ganjil adalah alQur‟an surat ke 95 at-Tin ayat 1
sampai ayat 8. Selain itu diajarkan pula mengenai kaidah dalam
membaca ayat-ayat al-Qur‟an, contoh hukum bacaan Al (al
-Syamsiyah dan al-Qomariyah), dan hukum bacaan qalqalah dan
ra‟.
2) Ḥadis
Materi mengenai ḥadīṡ Rosulullah Muhammad saw.
dipelajari cukup mendalam di madrasah diniyah, baik dari
tingkatan ula (awaliyah) sampai ulya. Salah satunya merupakan
3) Aqidah (tauhid)
Aqidah merupakan materi yang membahas mengenai
keimanan. Seperti iman kepada Allah, iman kepada Kitab
Allah, dan iman kepada Hari Akhir.
4) Akhlaq
Akhlaq membahas mengenai tata cara bertingkah laku baik
dengan Allah maupun dengan sesama makhluk hidup.
Pembahasan mengenai akhlaq ini meliputi akhlaq terpuji dan
tercela.
5) Fiqh
Fiqh membahas mengenai tata cara dan aturan-aturan dalam
beribadah. Contoh materi mengenai ṭahāroh, ṣalat, puasa, zakat,
dan haji.
6) Sejarah kebudayaan Islam (tarikh)
Tarikh membahas mengenai kisah masa Rasulullah saw.
yang diharapkan dapat memberi pemahaman kepada santri
mengenai ketauladanan Rasulullah. Pembahasan ini mulai dari
riwayat hidup Rasulullah saw. sampai kepada
kepemimpinannya.
B. Kajian Peneliti Terdahulu
Kajian peneliti terdahulu atau kajian pustaka adalah suatu istilah
untuk mengkaji bahan atau literature kepustakaan (literature review).
dahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Adapun beberapa penelitian yang dilakukan dan sejauh ini telah penulis
ketahui adalah sebagai berikut:
Gustiwarni, Universitas Islam Jakarta (2005) Jurusan Pendidikan
Agama Islam, dengan judul skripsi “Peranan Pesantren Kilat dalam
Peningkatan Pengamalan Ibadah”, yang menyimpulkan bahwa kegiatan
pesantren kilat memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan
pengamalan ibadah siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
hafalan doa, bacaan shalat, maupun ketekunan dalam ibadah shalat.
Fitrianingsih, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten (2017), Jurusan Bimbingan Konseling Islam, dengan
judul skripsi “Motivasi Ibadah Pada Orang Lanjut Usia”, yang
menyimpulkan bahwa Bimbingan Religius dalam meningkatkan motivasi
ibadah pada orang lanjut usia yang dilakukan di Balai Perlindungan Sosial
dengan 4 proses, yaitu: (a) ceramah, (b) mengaji bersama, (c) belajar salat
dan (e) diskusi atau tanya jawab. Peran pembimbing religius di Balai
Perlindungan Sosial dalam meningkatkan motivasi ibadah pada orang
lanjut usia meliputi: (a) sebagai orang yang mengingatkan, (b) sebagai
orang yang membimbing, dan (c) sebagai motivator.
Mujiati, Institut Agama Islam Negeri Walisongo (2009), Jurusan
KPI, dengan judul skripsi “Pengaruh Mengikuti Pengajian Bulanan di