• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Prodi Pendidikan Agama Islam.N) Salatiga. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Prodi Pendidikan Agama Islam.N) Salatiga. - Test Repository"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA

MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Tatu Mafazah

NIM : 111-14-044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA

MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Tatu Mafazah

NIM : 111-14-044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Dr. M. Gufron, M. Ag.

Dosen IAIN Salatiga Nota Pembimbing

Lampiran : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Tatu Mafazah NIM : 111-14-044

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 16 September 2018 Pembimbing

Dr. M. Gufron, M.Ag. NIP. 19720814 200312 1 001 KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO

Disusun oleh: Tatu Mafazah NIM : 111-14-044

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag. M. Phil.

Sekretaris : Dr. M. Ghufron, M.Ag. Penguji I : Dr. Wahyudiana, M. Pd. Penguji II : Dra. Maryatin, M. Pd.

Salatiga, 26 September 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Suwardi, M.Pd.

NIP.19670121 199903 10 002 KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tatu Mafazah

NIM : 111-14-044

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga.

Salatiga, 26 September 2018 Yang Menyatakan,

Tatu Mafazah

(7)

MOTTO

ُِْٚذُجْعَيٌِ َّلَِّإ َسِْٔ ْلْاَٚ َِّٓجٌْا ُتْمٍََخ بََِٚ

Artinya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahku dan Ibundaku tersayang, Achmad Marsudi dan Lasmini yang senantiasa memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti

memantau, memberikan do‟a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan semangat untuk putri semata wayangnya ini.

2. Ahmad Muzaid yang senantiasa menemani, memberikan dukungan, semangat,

motivasi, do‟a dan kasih sayang yang tiada henti.

3. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

4. Segenap keluarga besar Bani „Alwi beserta anak cucu dan keluarga besar Bani No Dikromo beserta anak cucu yang selalu membimbing dan memberikan motivasi, semangat yang tak henti-hentinya demi terselesaikan skripsi penelitian ini.

5. Sahabat seperjuangan yang selalu menemani saya sejak MAN sampai sekarang selalu bersama-sama Izza Laila Lutfiyati susah senang bersama-sama dan berjuang bersama dalam mengerjakan skripsi.

6. Sahabat seperjuangan satu dosbing Muzayanatul Maghfiroh, Laili Nur Fitriyani, Muna, Khusnadia, Fatin, Nur Khasanah, Muhammad Nur Kholiq, Rahmat dll yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

8. Keluarga kost Salatiga, Nisa, Fajar, Nunung, Tika, Uus, Rana, Retno, Sofi, dan Zulfa yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

9. Tim PPL SMP Negeri 1 Salatiga, Afif, Dwita, Ela, Irfan, Khamidah, Mui‟I, Rani, Riska, Sari, Muza, dan Umam yang selalu memberikan motivasi.

10. Tim KKN Posko 39 (Mejing, Candimulyo, Magelang), Hana, Iqomatul, Muslikhatun, Pak Arip, Naja, Pakdhe Wawan, Iqo Rizki, Mbak Azizah yang selalu support.

11. Segenap keluarga besar KTSR (Karang Taruna Sinar Remaja) Desa Majir Hafidz, Catur, Amin, Zunis, Nain, Risma, Riski, Shaefudin, beserta anggota lain yang telah memberikan pengalaman berharga, selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk meraih kesuksesan.

12. Segenap keluarga besar Syekhermania Purworejo.

13. Rekan-rekanita IPNU IPPNU PAC. Kutoarjo.

14. Segenap keluarga besar PAI B Angkatan 2014.

15. Segenap keluarga besar PAI Angkatan 2014.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo ini dengan baik dan lancar.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung

Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di yaumul akhir. aamiin.

Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah. 6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Ayah, ibu dan keluargaku.

8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku, menyemangatiku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman KKN IAIN 2018 Posko 39 Dusun Mejing Kec. Candimulyo Kab Magelang.

(11)

12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga, 26 September 2018

Tatu Mafazah

(12)

ABSTRAK

Mafazah, Tatu. 2018. Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.

Kata Kunci: Pelaksanaan. Ibadah Mahdhah.

Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus yang apa saja telah ditetapkan oleh Allah SWT , baik itu tata cara maupun perinciannya. Ibadah tersebut mempunyai prinsip keadaannya harus berdasarkan dalil, tata caranya harus berpola kepada Rasulullah SAW, bersifat supra rasional, dan azasnya taat.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan perilaku yang dapatdiamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.

Adapun metode pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu metode observasi, wawancara, dan metode dokumentasi. Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena yang dijadikan pengamatan. Catatan data yang diperoleh adalah hasil dari mengamati langsung kegiatan-kegiatan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode wawancara adalah percakapan yang berisi pertanyaan dan jawaban antara penulis dengan subyek dengan maksud untuk mencari informasi data konkret di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, dan sebagainya yang berkaitan denagn pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majie Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo tersebut.

Ibadah mahdhah yaitu ibadah khusus yang telah ditetapkan oleh Allah SWT tata cara maupun perinciannya. Ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo yang semula banyak masyarakat yang sering menyepelekan ibadah mahdhah shalat dan puasa dengan adanya kajian da‟wah dan pendidikan madrasah maka masyarakat berhasil melaksanakan ibadah mahdhah dengan lebih istiqomah.Dengan adanya pendidikan

Madrasah Diniyah dan pengajian atau da‟wah kita lebih bisa menjaga diri dari perbuatan

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... ii

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... iiiv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... …. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xiii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah………1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

(14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. LANDASAN TEORI ... 11

1. Pengamalan Pengamalan Ibadah ... 11

2. Pengajian atau Da‟wah ... 26

a. Dasar hukum da'wah...27

b. Tujuan da'wah...30

c. Unsur da'wah...33

d. Metode da'wah...35

e. Peranan dan pengaruh da'wah...36

3. Pendidikan Madrasah Diniyah...38

a. Pengertian madrasah...38

b. Tugas madrasah...39

c. Ciri-ciri madrasah...40

d. Kurikulum Madrasah Diniyah...41

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...46

C. Sumber Data ... 47

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 48

E. Analisis Data……….……..……...51

F. Pengecekan Keabsahan Data...53

(15)

A. Paparan Data ... 55

1. Visi dan Misi Desa Majir...55

2. Batas Wilayah...56

3. Data Desa...57

4. Sejarah Masjid Majir...59

5. Jadwal Da'wah...60

6. Daftar Muballigh Da'wah...60

7. Jadwal Pendidikan Madrasah...60

8. Dewan Pengajar Madrasah...61

9. Sarana dan Prasarana Madrasah...61

10. Kegiatan Madrasah...62

11. Keadaan Murid Madrasah...62

B. Analisis Data...62

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(16)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT

dengan segala pemberiannya, manusia dapat menikmati segala kenikmatan

yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut

kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat kepadanya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan

suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai

bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari‟ah akan

melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntunan

Allah SWT dan Rasul Nya.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terbaik

dan sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain, baik secara fisik

maupun psikis. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik

dan sempurna tidaklah tanpa suatu tujuan. Tujuannya yaitu untuk

beribadah kepada Allah SWT semata.

Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha‟ah),dan tunduk (al-khudlu). Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut

al-Azhari, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan

kepada Allah (Syarifuddin, 2003: 17). Ibadah merupakan bentuk

menyembahan manusia kepada Allah SWT. Dari ibadah dapat dilihat

(18)

dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa manusia yang

lain. Dengan penciptanya terdapat hubungan khusus yang kepada Allah

dengan ibadah dan dengan sesama manusia terdapat hubungan yang

merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk ciptaan Allah yang

lainnya (Syihab, 2008: 8)

Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian

terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi

disalahgunakan. Dalam Islam ibadah harus berpedoman pada apa yang

telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi

Muhammad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang

diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Qur‟an

dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi atau dengan kata lain

disebut dengan hadits Nabi. Ibadah harus dilakukan dengan tuntutan dan

petunjuk nash yang difahami secara tektual maupun kontekstual ( Zulkifli,

2017: 12). Sehingga apabila telah melenceng dari jalur yang telah tertulis

dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, maka ibadah tersebut tidaklah sah dan

tidak diterima oleh Allah SWT.

Semua yang kita perbuat dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas

dari berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia atau yang

sering kita sebut dengan hablu minallah wa hablu minannas (Syarifuddin,

2003: 2). Agar hubungan tersebut terjaga, maka apa saja yang harus

dilakukan yang hubungannya dengan Allah dan apa saja yang harus

(19)

kepada Allah. Ibadah langsung kepada Allah di sebut dengan ibadah

mahdhah dan ibadah tidak langsung disebut dengan ibadah ghairu

mahdhah ( Ash-Shiddieqy, 2000 : 145). Ibadah mahdah adalah (pokok)

adalah segala sesuatu yang menjadi rukun Islam, apabila salah satu ibadah

tersebut di saat syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan

mengakibatkan kurangnya status keislaman seseorang. Contoh ibadah ini

antara lain, thaharah, shalat dan puasa.

Di antara keutamaan ibadah adalah

1. Ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai

kebajikan dan meninggalkan kemunkaran.

2. Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat

membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk,

ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka.

3. Bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan

Allah (Yusuf, 2002: 27)

Semua kehidupan hamba Alah yang dilaksanakan dengan niat

mengharap keridhaan Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya

diri sendiri dan Allah yang tahu. Ibadah sendiri secara umum dapat

dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepang Sang

Khaliq. Penghambaan itu sebagai rasa syukur atas semua nikmat yang

telah diberikan oleh Allah SWT. Namun demikian, ada pula yang

menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban

(20)

Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas

usaha untuk menggugurkan kewajiban saja, Islamnya hanya ada di kartu

identitas saja. Ada pula yang beribadah mendekatkan diri kepada Allah

hanya saat ibadah ritual, setelah itu dia jauh dari ridho Allah SWT.

Kita sebagai umat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan

bagaimana cara pelaksanaan ibadah tersebut. Oleh karena itu, kita harus

mengikuti ibadah yang dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi SAW kepada

kita dan tidak boleh membuat ibadah-ibadah yang tidak berdasar pada

Al-Qur‟an dan Hadits.

Kutoarjo adalah salah satu Kecamatan di Purworejo. Keadaan

lingkungan yang mayoritas beragama Islam, banyak pesantren, masjid

ataupun musholla, namun kurang diimbangi dengan pengamalan ibadah

mereka. Hal ini terbuki dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan

pengamalan ibadah. Sesuai dengan perintah Qur‟an Surah Adz-Dzariyat

ayat 56

Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.”

Bahwa semua makhluk Allah SWT, termasuk jin dan manusia

diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat,

(21)

mempunyai fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi

vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya

Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.

Oleh karena itu di desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo

diadakan berbagai kajian atau upaya dalam mencegah kemerosotan

pengamalan ibadah. Seperti, adanya Madrasah di Desa Majir yang

berfungsi sebagai sarana belajar anak-anak, majelis ta‟lim bagi ibu-ibu,

bapak-bapak dan bagi remaja. Jadi, kajian tersebut menyeluruh bagi semua

masyarakat tanpa terkecuali.

Anak-anak dibekali kajian-kajian maupun pembelajaran yang

mengenalkan mereka terhadap ibadah. Mulai dari cara berwudhu, bacaan

shalat, gerakan shalat, maupun latihan berpuasa. Hal ini sangat berguna

untuk persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa

untuk perkembangannya di masa yang akan datang serta menbentuk

anak-anak yang berkualitas.

Perkembangan zaman yang semakin maju ini dikhawatirkan tidak

sesuai dengan ajaran Islam. Apalagi maraknya pergaulan bebas di

lingkungan masyarakat semakin menambah kekhawatiran tersebut.

Seorang remaja tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak-anak. Ia sedang

mencari pola hidup yang sesuai baginya dan masih gemar mencoba-coba.

Kehidupan remaja pada masa kini sangatlah memprihatinkan. Remaja

yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi

(22)

mereka yang cenderung merosot. Sehingga remaja sangatlah perlu

perhatian khusus dari keluarga maupun lingkungan guna mengatasi

kemerosotan ibadah tersebut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang

yang lanjut usia. Di antaranya ialah mendekati kematian, ditinggalkan oleh

pasangan hidup, penyesuaian diri dengan sosial yang baru, dan kesehatan

yang menurun. Yang timbul dari kecemasan tersebut salah satunya ialah

sikap gelisah, tidak bisa berkonsentrasi, kreativitas menurun, atau bisa

juga sering memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi pada

dirinya.

Dalam proses atau pelaksanaan pendidikan madrasah diniyah

maupun pengajian atau da‟wah, ustadz/ustadzah mempunyai dasar bahwa

mereka sedang membekali anak didiknya dengan ilmu yang sangat

berguna di dunia dan di akherat, sehingga dalam pembelajarannya juga

sangat hati-hati jangan sampai ada salah penafsiran, apabila ada kesalahan

yang bertanggungjawab adalah ustadz atau ustadzah.

Maka diperlukan adanya evaluasi, yang dimaksud dengan evaluasi

untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan atau pengamalan ibadah

di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Adapaun ruang lingkup

kegiatan evaluasi mencakup penilaian terhadap kemajuan dalam aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap sesudah mengikuti program

(23)

Dari besarnya semangat dan tanggungjawab dalam menjalankan

tugas yang dimiliki ustadz/ustadzah dalam merealisasikan seluruh

kemampuannya penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana

PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC.

KUTOARJO KAB. PURWOREJO”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo

Kab. Purworejo?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec.

Kutoarjo Kab. Purworejo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan sumbang

sih pemikiran dalam mengembangkan keilmuan Pendidikan

Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam hal

pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.

b. Dapat memperkaya hazanah ilmiah, khususnya tentang

pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

(24)

b. Bagi Pembaca

1) Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan belajar bagi

mahasiswa lainnya.

E. Penegasan Ilmiah

Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah

dalam judul penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi-definisi

operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu dijelaskan adalah

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,

implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap

siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone

dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne

dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,

dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang

dilakukan guna mencapai sasaran.

(25)

Ibadah Mahdhah, kelompok ibadah ini adalah segala sesuatu yang

menjadi rukun Islam, apabila hilang salah satu ibadah tersebut di saat

syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan

mengakibatkan kurang bahkan batalnya ibadah tersebut (Zulkifli,

2017: 11).

Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya

merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung.

Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak

boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu

tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh.

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah

bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal,

melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia

di baliknya yang disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan

ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah

sesuai dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka

ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan

(26)

bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata

untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah.

(Shiddieq, 2008, Ibadah Mahdah & Ghairu Mahdah,

https://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhahghairu-mhadhah/, diakses pada 15 Mei 2018).

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan

telah dibuat oleh Allah SWT kemudian diperintahkan kepada

Rasulullah untuk mengerjakannya. Semuanya adalah perintah dari

Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, kemudian

wajib diturunkan kepada umatnya tanpa ada unsur menambah atau

mengurangi sedikipun.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yaitu gambaran singkat tentang subtansi

pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih

jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam

lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu:

Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang mengungkapkan tentang

fenomena yang menelatarbelakangi penelitian ini dimana di

dalamnya terdapat: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat

teoretis dan manfaat praktis), penegasan istilah, dan

(27)

Bab II : Meliputi: Landasan Teori (Telaah teoritik terhadap pokok

permasalahan atau variabel penelitian) yang berkaitan

dengan upaya peningkatan kualitas ibadah mahdah dan

Kajian Pustaka (kajian penelitian terdahulu).

Bab III : Berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,

prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan

keabsahan data, dan tahap penelitian.

Bab IV : Paparan dan Analisis Data. Dalam bab IV ini, penulis

menjabarkan Paparan Data dan Analisis Data.

Bab V : Kesimpulan dan saran dari seluruh uraian yang telah

dikemukakan dan merupakan jawaban dari permasalahan

(28)

BAB II KAJIAN PUSAKA A. Landasan Teori

1. Pelaksanaan Ibadah

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,

implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap

siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone

dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne

dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,

dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang

dilakukan guna mencapai sasaran.

Ibadah merupakan taat kepada Allah dengan melaksankan

perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Sedangkan arti lainnya mengartikan ibadah yaitu merendahkan diri kepada Allah Azza wa

Jalla, yaitu tingkatan tunduk tertinggi yang disertai rasa mahabbah

(29)

Secara etimologi, Ibadah berasal dari kata „abada ( mengabdi ), sedangkan kata „ abd berarti hamba atau pelayan. Adapun secara

terminologis, menurut ulama fikih, ibadah yaitu mengerjakan sesuatu

untuk mencapai keridlaan Allah dan mengharap pahalanya di akherat

(Jumantoro, 2009: 97).

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, ibadah adalah perbuatan

untuk menyatakan bakti kepada Allah, yg didasari ketaatan

mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; ibadah.

Unsur pokok dalam ibadah : (Syukur, 2010: 82)

a. Adanya perbuatan.

b. Perbuatan tersebut dilakukan oleh orang islam yang mukallaf.

c. Maksud dikerjakannya perbuatan itu adalah untuk mendekatkan

diri kepada Allah.

d. Sebagai realisasi dari adanya iman kepada Allah.

Dengan demikian, perbuatan yang tidak disertai dengan keimanan,

umpamanya dikerjakan oleh orang kafir, sekalipun perbuatan itu

dipandang baik secara kassat mata, adalah tidak dinilai sebagai

ibadah, sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam surat an Nur 39

yang berbunyi :

يَّتَح .ًءآِ ُْآَّّْظٌا ُُٗجَسْحَي ٍخَعْيِمِث ٍةاَشَسَو ٌُُُْٙبَّْعَا اُْٚشَفَو َْٓيِزٌَّاَٚ

َُٖءبَجاَرِا

ِةبَسحٌْا ُعْيِشَش ُ ّّالّلَٚ َُٗثبَسِح َُّٗفََٛف َُٖذِْٕع ُ ّالّل َذَجََٚٚ بًئْيَش ُْٖذِجَي ٌَُْ

(30)

sesuatu apapun. Dan didapatinya ( ketetapan ) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal dengan cukup

dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya,”. (QS. An-Nur 39) Begitu juga perbuatan yang dikerjakan oleh orang muslim yang

sudah barang tentu didasari dengan keimanan, akan tetapi tidak untuk

sarana mendekatkan diri kepada Allah, bahkan melupakan Nya, maka

tidak dinamakan ibadah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ibadah aktifitas atau

usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua ibadah

sebagai bentuk taat dan syukur kita terhadap Allah SWT sesuai

dengan yang telah disyari‟atkan dalam Islam, baik itu syarat dan

rukunnya harus terpenuhi.

Secara global, ibadah dibagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah

(khusus) dan ibadah ghairu mahdhah (umum). Ibadah mahdhah atau

ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah

akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya atau ibadah yang

murni berhubungan secara langsung dengan Allah. Sedangkan ibadah

ghairu mahdhah adalah ibadah yang bukan murni berhubungan secara

langsung dengan Allah, dan ibadah ini condong

kepada muámalah.(Syukur, 2010: 88).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dalam skripsi ini yang akan dikaji

adalah pengetahuan ibadah yaitu Shalat dan Puasa.

(31)

Shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan

tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak dapat ditandingi

oleh kedudukan ibadah apapun. Shalat adalah tiang agama dan

agama hanya akan bisa berdiri tegak dengannya. Rasulullah

SAW

bersabda, (Sabiq, 2016: 12)

ُدبَِٙجٌَْا ِِِٗبََٕس ُحَْٚسَر َٚ ُح َلََّصٌَا ُُٖدُُّْٛعَٚ َُ َلَْس ِلْا ِشَِْلأ ْا ُسْأَس

“Poros segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah” (HR. At -Tirmidzi).

Shalat juga merupakan ibadah pertama yang diwajibkan oleh

Allah SWT. Shalat adalah do‟a yang dihadapkan dengan sepenuh

hati kehadirat illahi, salah satu kewajiban agama yang harus

dilakukan. Didalam al- Qur‟an diperintahkan mendirikan shalat,

perintah mendirikan shalat lima kali sehari semalam diterima oleh

Nabi Muhammad langsung dari Tuhan ketka beliau isra‟ mi‟raj.

Shalat dapat mendidik seorang muslim dan muslimat senantiasa

memusatkan usaha, pikiran, akal, perhatian, dan perjuangan kepada

titik tujuan yang mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan

kebahagiaan (Daud Ali, 2004 : 253)

1) Hukum Menjalankan Shalat

Shalat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki

(32)

Al-Qur‟an dan hadist banyak sekali dijelaskan mengenai

kewajiban untuk mengerjakan shalat (Zulkifli, 2017: 80).

Diantara dalil Al-Qur‟an yang menjelaskan mengenai

kewajiban shalat adalah:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)

2) Syarat Wajib Shalat

Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang

wajib melaksanakan shalat( Zulkifli, 2017: 87-90).

a. Islam

Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim,

baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak diwajibkan

bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak

dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap

menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang

kafir apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar

shalat yang ditinggalkannya selama kafir, demikian

menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT

(33)

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS. Al-Anfal: 38)

b. Baligh

Yaitu dewasa (15 tahun). Tidak wajib shalat bagi anak

kecil yang belum baligh. Tapi untuk prosses pembiasaan,

anak kecil yang berusia 7 tahun disuruh oleh orang tuanya

melakukan shalat walaupun belum wajib dan dipukul

kalau tidak melakukanya jika sudah berusia 10 tahun.

ُالّل ٍََّٝص ِالّل ُيُْٛسَس َيبَل ، ِْٗيِثَأ َْٓع ٍتْيَعُش ٓث ٚشَّْع َْٓع

saw sabda: “Perintahkan anak-anakmu shalat apabila telah berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat apabila telah berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka. (HR. Abu Daud dll).

c. Berakal

Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma‟tuh)dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang sedang

(34)

prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian

menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits

ُالّل ٍََّٝص ِالّل ُيُْٛسَس َيبَل ، بَُْٕٙع ُالّل َيِظَس َخَشِئبَع َْٓع

Artinya: dari Aisyah ra: ”Terangkat pena (terlepas dari

dosa) atas tiga, anak kecil sampai baligh, orang tidur sampai bangun dan orang gila sampai sembuh dari

gilanya” (HR Abu Daud dan An-Nasai, hadits hasan). 3) Syarat Sah Shalat

Syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat diteriam

secara syara‟.

a) Mengetahui masuk waktu

Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya

tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan

yang berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata

dia shalat dalam waktunya.

b) Suci dari hadas kecil dan hadas besar

Penyucian hadas kecil dengan wudhu dan penyucian

hadas besar dengan mandi.

c) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.

Suci badan, pakaian dan tempat dari najis adalah untuk

keabsahan shalat.

(35)

Artinya: “Dan Pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al -Muddatstsir: 4).

Dan sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam :

،ِْٗيٍَْعَٔ ْتٍَِّمُيٍَْف ،َذِجْسٌَّْا ُُُوُذَحَأ َءبَج اَرِإ

ِْْإَف بَِّْٙيِف ْشُظَْٕيٌَِٚ

ِث ُْٗحَسَّْيٍَْف ،بًثَجَخ َٜأَس

بَِّْٙيِف ًَِّصُيٌِ َُُّث ِضْسَلأْب

.

Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian mendatangi

masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia shalat dengannya.”

Adapun dalil bagi disyaratkannya kesucian badan

adalah sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam kepada

„Ali. Dia menanyai beliau tentang madzi dan berkata:

َنَشَوَر ًِْسْغاَٚ ْؤَّظََٛت

.

Artinya: “Wudhu‟ dan basuhlah kemaluanmu.”

Adapun dalil bagi sucinya tempat adalah sabda Rasulullah

Shallallahu „alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya di

saat seorang Badui kencing di dalam masjid:

ٍءبَِ ِِْٓ ًلَْجَس ٌَِِْٗٛث ٍَٝع اُْٛمْيِسَأ

.

Artinya: “Siramlah air kencingnya dengan air satu ember.”

Barangsiapa telah shalat dan dia tidak tahu kalau

(36)

mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika shalat, maka jika

memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal,

atau pakaian yang lebih dari untuk menutup aurat- maka dia

harus melepaskannya dan menyempurnakan shalatnya. Jika

tidak memungkinkan untuk itu, maka dia tetap melanjutkan

shalatnya dan tidak wajib mengulang.

d) Menutup Aurat

Seseorang yang shalat disyaratkan menutp aurat, baik

sendiri dalam keadaan terang maupun sendiri dalam gelap.

سبّخث ّلَّإ طئبح حلَص الّل ًجميلَّ

Artinya: Allah tidak menerima sholat wanita yang suda haid, kecuali dengan penutup kepala." (Hadits Shohih Riwayat Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah).

e) Menghadap Kiblat

Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT

(37)

Artinya: “Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka

palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah:150)

Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag

melaksanakan sholat Al-khauf dan sholat sunat diatas

kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan

Malikiyah mengaitkan dengan situasi aman dari musuh,

binatang buas dan ada kesanggupan. Oleh karena itu tudak

wajib mengahadao kiblat apabila ketakutan atau tidak

sanggup (lemah) setiap orang sakit.

Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan

ka‟bah wajib menghadap ke ka‟bah sendir secara tepat.

Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya,

karena jauh di luar kota makkah, hanya wajib

menghadapakan muka kea arah ka‟bah, demikian

pendapat junhur ulama. Sedangkan Imam Syafi‟I

berpendapat mesti menghadapkan muka ke ka‟bah itu

sendiri sebagaimana halnya orang yang berada di kota

mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati bahwa

menghadap itu tepat pada ka‟bah.

4) Tujuan dan Hikmah Shalat

Setiap perintah Allah SWT kepada hambanya seluruhnya

mempunyai tujuan, begitu pula halnya dengan perintah shalat.

(38)

manusia selalu mengingat Allah SWT. Karena dalem shalat

ada bacaan dzikir dan Allah SWT menyuruh manusia agar

banyak berdzikir kepada Allah SWT, baik dalam keadaan

berdiri, duduk ataupun berbaring.

Adapun hikmah dari mendirikan shalat adalah menjauhkan

diri dari perbuatan keji dan munkar serta memperoleh

ketenangan jiwa.

b. Puasa

Puasa menurut bahasa adalah menahan (Sabiq, 2017: 234).

Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT

Artinya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, Maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. ini adalah jalan yang lurus. (QS. Maryam 36)

Menurut istilah syara‟, Sayyid Sabiq menje-laskan bahwa,

puasa berarti menahan diri dari perbuatan tertentu dengan niat dan

menurut aturan tertentu sejak terbit matahari hingga terbenam

(Supiana dan Karman, 2001; 83)

Menahan diri dari perbuatan tertentu yang dimaksud Sayyid

Sabiq diatas adalah menahan diri dari makan, minum dan

bersetubuh serta dari seluruh yang membatalkan ibadah puasa yang

termaktub dalam aturan atau syarat-syarat ibadah puasa yang telah

(39)

Sedangkan menurut istilah atau syari‟at adalah menahan

dengan niat ibadaha dari makan, minuman, hubungan suami istri

dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai

terbenam matahari (Zulkifli, 2017: 103).

Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa

Ramadhan yang dilakukan secara tepat waktu yakni pada bulan

Ramadhan. Berpuasa pada bulan Ramadhan merupakan salah satu

dari beberapa rukun agama.

Puasa mulai diwajibkan pada bulan Sya‟ban, tahun kedua

Hijriyah. Puasa merupakan fardhu „ain bagi setiap mukallaf dan tak seorangpun dibolehkan berbuka, kecuali mempunyai

sebab-sebab seperti: haid dan nifas, sakit, wanita hamil yang hampir

melahirkan, wanita yang sedang menyusui, musafir, orang tua

renta (Mughniyah, 2011: 182).

1) Hukum Puasa

Ditinjau dari hukumnya puasa terbagi menjadi puasa wajib dan

puasa sunnah. Puasa wajib adalah puasa yang dilaksanakan

pada bulan Ramadhan yang merupakan salah satu dari rukun

Islam dan salah satu fardhu dari sekian banyak fardhu.

(40)

2) Rukun Puasa

a) Niat

Niat adalah keinginan dalam hati untuk berpuasa karena

ingin menjalankan perintah Allah SWT dan mendekat

kepada-Nya. Jika melaksanakan puasa wajib, maka niatnya

wajib dilakukan pada waktu sebelum fajar.

b) Menahan Diri

Yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa

seperti: makan, minum dan hubungan suami istri dari terbit

fajar sampai terbenam matahari.

3) Hal-hal Yang Membatalkan Puasa

a) Memasukkan suatu benda dengan sengaja ke dalam

lubang sesuatu yang membatalkan puasa adalah makan,

minum dan segala sesuatu yang masuk melalu lubang pada

anggota tubuh yang berkesinambungan (mutasil) sampai

lambung, dan memasukannya dengan unsur sengaja, artinya

apabila perbuatan tersebut dilakukan tanpa kesengajaan

atau lupa, maka tidak membatalkan puasa.

b) Melakukan hubungan seksual dengan sengaja. Hubungan

seksual baik dilakukan pasangan suami isteri atau bukan

dapat menyebabkan batalnya puasa dengan ketentuan

(41)

c) Keluarnya air mani disebabkan bersentuhan (tanpa

hubungan seksual) maka menyebabkan batalnya puasa,

baik keluar dengan usaha tangan sendiri (mastur basi) atau

menggunakan tangan seorang isteri yang halal. Dengan kata

lain, apabila keluar air mani tanpa bersentuhan semisal

bermimpi basah maka tidak batal.

d) Keluar darah haid dri kemaluan perempuan.

2. Pengajian atau Dakwah

Pengajian atau dakwah merupakan kegiatan untuk mengajak atau

menyeru kepada orang atau kelompok menuju kebaikan yang

dimaksud dalam hal ini seseorang atau kelompok orang yang tadinya

tidak tahu akan menjadi tahu dengan mengikuti pengajian.

Mengikuti pengajian bulanan atau dakwah merupakan salah satu

kegiatan rutin yang ada di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo

yang di harapkan mampu mengubah masyarakat menuju yang lebih

baik.

Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju

jalan Allah SWT, yaitu jalan menuju Islam (Pimpinan Pusat

Muhammadiyah, 2000: 1).

Dakwah yang dimaksud adalah seruan atau ajakan yang

disampaikan kepada seseorang untuk menuju ke jalan yang lebih baik

(42)

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

Islam. Pernyataan ini merupakan berita dari Allah bahwa tidak ada

agama yang diterima disisi-Nya dari seorangpun kecuali agama Islam.

Yaitu mengikuti ajaran yang dibawa oleh para Rasul dari masa ke

masa hingga rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Allah menutup

seluruh jalan untuk mendapatkan ridhonya kecuali jalan yang

ditempuh oleh nabi Muhammad saw. Barangsiapa menemui Allah atau

mati setelah diutusnya Nabi Muhammad dalam keadaan memeluk

agama yang tidak sejalan dengan syariát-Nya maka ia tidak akan

pernah diterima.

a. Dasar Hukum Dakwah

Dasar hukum dakwah Islam adalah agama dakwah yaitu

agama yang menugaskan umatNya untuk menyebarluaskan dan

menyiarkan islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat

(43)

baik secara praktis maupun teoritis. Dakwah sebagai bentuk

aktualisasi iman dimanifestaskan ke dalam kehidupan

bermasyarakat secara teratur yang menjadi tolak ukur dalam

berfikir, bersikap, dan bertindak selaku individu maupun

kelompok. Kewajiban dakwah tersebut dapat dilihat pada nash

Al-Quran surat Al-imron: 104 yang berbunyi:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kalian umat yang mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemunkara .Mereka itulah orang-orang yang beruntung (Qs.Al-Imron: 104). (Departemen Agama RI: 2004: 93).

Ayat di atas menegaskan bahwa perintah dakwah hukumnya

adalah wajib bagi seluruh umat manusia. Dalam pelaksanaan

dakwah juga tidak terbatas pada kelompok utama saja yang berhak

maupun wajib melaksanakan dakwah. Seluruh umat manusia baik

laki-laki maupun perempuan tua ataupun baligh semuanya

memiliki kuwajiban yang sama dan berdakwah baik secara

individu, maupun secara kelompok. Dakwah memiliki hukum

fardlu ain (wajib bagi setiap individu) apabila dalam suatu

masyarakat belum ada yang melaksanakan dakwah sedangkan

kemaksiatan dan kemunkaran telah terjadi dan merajalela, sehingga

orang yang berada di lingkungan tersebut wajib melaksanakan

(44)

(sebagian) orang yang melakukan dakwah, maka sebagian yang

lain tidak dikenankan hukum wajib dan dakwah dalam keadaan ini

dikenankan hukum fardlu kifayah. Dari hukum di atas, maka

dakwah memiliki dua arah, yakni petama kewajiban yang harus di

laksanakan setiap orang dalam berdakwah kepada islam dengan

memberi petunjuk dan berita menggembirakan, dan kedua

kewajiban adanya tenaga ahli yang khusus dari segolongan kaum

yang menyeru kepada islam dimana mereka harus memiliki

kelebihan dalam memahami Al-quran, dapat menjelaskan secara

representatif, arif dan bijaksana (Abu Zahra, 2004 :53).

Meskipun memiliki hukum wajib, namun islam tidak

memaksakan kepada seluruh umatnya untuk melakanakan dakwah

dengan kriteria yang sama bagi setiap orang islam memberi

kebanggaan pada setiap orang untuk mekaksanakan dakwah islam

sesuai dengan sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh imam

muslim yang berbunyi

عطتسي ٌُ ْإف ٗٔبسٍجف عطتسي ٌُ ْإف ٖذيث ٖشيغيٍف اشىِٕ ُىِٕ ٜأس ِٓ

ٍُسِ ٖاٚس ))ْبّيلْا فعظأ هٌرٚ ٗجٍمجف

:

Artinya: Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran ,maka hendaklah ia merubah dengan tangannya. Jikalau tidak kuasa dengan tangannya maka dengan lisannya, .jikalau tidak kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya , yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR.Muslim).

(45)

dimanapun mereka berada, baik secara individu maupun kelompok

dan disesuaikan dengan kemampuannya.

b. Tujuan Dakwah

Makarimul akhlak yang membudayakan dalam masyarakat

adalah tujuan utama da‟wah, ini sesuai dengan misi besar Nabi

Muhammad saw:

قلَخلأا َسبىِ ُّتلأ تثعث

bu;istu li utammima

maka-rimal akhlaq”. Sebab dengan akhlak yang mulia ini,

manusia akan tahu fungsinya sebagai manusia, yakni “abdi atau

hamba” Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya berbakti kepada-Nya,

mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya,

kemudian menegakkan prinsip “amar ma‟ruf nahi munkar”. Inilah

essensi tujuan da‟wah.

Sikap yang dibentuk dalam sasaran da‟wah adalah

bertujuan tertentu, yakni agar setiap anggota masyarakat menjadi

penganut Islam yang baik, berbuat sesuai dengan ajaran Islam.

Sikap akan berwujud perbuatan, perbuatan akan menghasilkan

budaya dan silvilisasi, maka Islam dengan keberhasilan da‟wah

akan menjadi budaya manusia di alam semesta ini.

Sikap mempengaruhi watak dan membentuk akhlak, dan

kemudian berujud perbuatan nyata. Akhlak ini diperlukan oleh

manusia untuk menentukan pilihan dalam hidupnya. Sehingga hasil

pilihan oleh akhlak yang telah dibenuk oleh da‟wah itu akan

(46)

penyaring perbuatan manusia, mana yang harus dilakukan dan

ditinggalkan. (Habib, 2000: 130)

Agar mencapai tujuan yang dituju itu, maka sudah

seharusnya apabila para da‟i mempengaruhi peminatnya, dengan

cara yang tepat hingga mencapai pengaruhnya pada hati nuraninya

yang paling dalam (internalisasi). Banyak problem dalam

kehidupan manusia, dan da‟wah ingin meringankan semua yang

dihadapi manusia itu. Tuhan selalu menjanjikan kemudahan bukan

kesukaran dalam agama.

Jelaslah, bahwa tujuan da‟wah adalah membentuk

masyarakat yang konstruktif menurut ajaran Islam, di samping

hal-hal berikut: (Habib, 2000: 132).

1) Mengadakan koreksi, terhadap suatu situasi atau tindakan yang

menyimpang dari ajaran agama.

2) Mengusahakan kesehatan mental masyarakat, sesuai dengan

akhlak yang luhur.

3) Mendorong kemampuan masyarakat untuk menjalankan syari‟a

agama secara utuh dan tidak sepotong-potong (ud-khulu-fis

silmi ka-ffah).

4) Menembus hati nurani seseorang untuk sarana membentuk

masyarakat yang diridhai oleh Allah SWT.

(47)

Beberapa pendapat yang disampaikan oleh para ahli berkenaan

dengan tujuan dakwah antara lain:

1) Menurut Rosyad Saleh tujuan dakwah islamiah adalah

terwujudnya kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat

(Saleh:2001: 21).

2) Asmuni Syukir menjelaskan bahwa tujuan dakwah islamiah

adalah mengajak umat manusia meliputi orang kafir atau

musyrik kejalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT agar

bahagia di dunia dan diakhirat (Syukir: 2001: 51).

3) Masdar Helmi menerangkan bahwa tujuan dakwah islamiah

adalah terwujudnya masyarakat yang mempercayai dan

menjalankan ajaran-ajaran islam (Helmi: 1969: 16).

4) Ahmad Subandi dalam memberikan simpulan tentan tujuan

dakwah lebih terperinci dengan membagi tujuan dakwah dalam

dua tujuan yaitu tujuan utama yang merupakan tujuan akhir dan

tujuan departemental yang merupakan tujuan perantara. Namun

secara ideal

5) Ahmad Subandi menyebutkan tujuan dakwah adalah untuk

menggapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan

diakhirat (Subandi:2004: 60).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara praktis tujuan

awal dakwah adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang

(48)

bentuk kebenaran dan membawanya ketempat yang

terang-benderang (cahaya iman) yang dipantulkan ajaran Islam sehingga

mereka dapat melihat kebenaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang tujuan dakwah di atas

maka dapat disimpulkan bahwa dakwah memiliki tujuan agar manusia

mau menerima, memeluk, menghayati dan mengamalkan

ajaran-ajaran islam demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan

diakhirat. Tujuan dakwah tidak memiliki batas akhir dan akan

berlangsung secara terus-menerus di dunia ini selama masih ada

kehidupan manusia diatasnya.

c. Unsur Da‟wah

Dakwah akan berjalan dengan lancar dan bahkan mencapai

tujuannya apabila dalam pelaksanaanya tidak melupakan

unsu-unsur yang ada di dalamnya .Setidaknya ada empat unsu-unsur pokok

yang harus diperhatikan dalam suatu proses dakwah yaitu:

(Anshor, 2001: 103).

1) Subyek Da‟wah

Subyek dakwah adalah orang yang melaksanakan dakwah

yakni orang yang berusaha mengubah suatu situasi kepada

situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT

baik secara inidvidu maupun kelompok yang juga berperan

sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.

(49)

Obyek dakwah adalah orang, baik individu atau kelompok

,yang menerima materi dakwah yang disampaikan oleh

pemateri dakwah. Istilah lain untuk menyebut obyek dakwah

adalah mad‟u. Yang menjadi obyek dakwah (mad‟u) hanyalah

manusia secara keseluruhan dan tidak ada pengecualian, yang

juga termasuk didalamnya diri pribadi dari subyek dakwah itu

sendiri.

Sudah jelas kiranya, bahwa sasaran yang menjadi obyek

da‟wah adalah masyarakat luas, mulai dari keluarga,

masyarakat lingkungan dan seluruh dunia. (Habib, 2000: 113)

3) Materi dakwah

Materi dakwah adalah semua bahan atau sumber yang di

gunakan dan disampaikan oleh dai kepada mad‟u dalam

kegiatan dakwah yang merupakan isi, ajakan, peringatan dan

ide gerakan yang dimaksudkan agar manusia mau menerima,

memahami, menghayati dan mengamalkannya sebagai

pedoman hidup (Sanwar, 2001: 96) untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dalam menyampaikan materi yang akan diberikan kepada

masyarakat itu, dapat ditempuh beberapa cara, misalnya

pendekatan substansial, di mana para da‟i setelah mengadakan

(50)

dalil-dalil. Materi harus pula disesuaikan dengan tingkat pendidikan

yang menjadi sasaran da‟wah. (Habib, 2000: 94)

Materi yang diperlukan untuk suatu kelompok masyarakat

belum tenu cocok untuk kelompok masyarakat yang berbeda.

Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu

untuk pemuda, mahasiswa, pekerja, ataupun pegawai juga

harus diperhatikan. Bagaimana para penerima da‟wah itu

menerima, meresapi, dan menghayati da‟wah yang

disamapaikan da‟I itu. Oleh sebab itu secara teori da‟wah tidak

akan bisa terlepas dari 2 hal pokok ini:

a) Kemampuan para penerima da‟wah untuk menerima da‟wah

yang diberikan.

b) Tingkat berpikir para penerima itu akan menentukan,

apakah da‟wah yang diberikan para da‟i itu bisa diserap

secara baik, selanjutnya diamalkan dalam kehidupan

kehidupan sehari-hari.

d. Metode Dakwah

Da‟wah sebagai pelayanan masyarakat ialah mata rantai

yang menghubungkan agama sebagai wahyu Allah SWT dengan

masyarakatnya manusia, makhluk Allah yang memerlukan

petunjuk untuk kehidupannya. Ada beberapa metode dalam

(51)

1) Metode Langsung

Metode yang diberikan oleh Rasulullah, ialah meode

percontohan secara langsung, yang dikenal sebagai “uswatun

hasanah”, tanpa banyak bicara atau tulisan, maka diri

Rasulullah merupakan contoh terbaik umat manusia. Dalam QS

AL-Ahzab ayat 21

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

2) Metode Lisan

Kontak langsung, berceramah dan memberikan nasihat

yang berguna, bahkan kemudian diikuti dengan konsekuen

menyesuaikan diri dengan apa yang diucapkannya itu.

Aktivitas beliau dan perbuatan beliau merupakan buku terbuka

bagi ummat manusia untuk dipedomani, terwujud secara

lengkap. (Habib, 2000: 161)

e. Peranan dan Pengaruh Da‟wah

Sebagai agen pembentuk dan perubah masyarakat, agar

lebih baik, maka da‟wah jelas mempunyai peranan dan pengaruh

yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat. Antara masyarakat

(52)

mempengaruhi. Da‟wah tidak hanya sebagai sarana komunikasi

massa, yang hanya akan memberikan apa adanya saja, baik

maupun buruk, akan tetapi da‟wah akan berkomunikasi dengan

masyarakat dengan ketegaan pandangan, bahwa yang baik harus

dilakukan dan yang buruk harus ditinggalkan.

Seluruh lingkungan kehidupan sebaiknya dipengaruhi oleh

da‟wah bisa berperan dalam masyarakat secara sempurna, baik

lingkungan tersebut adalah lingkungan fisik, biologis, psychologis

maupun kultural mereka. Lingkungan sosial manusia yang

demikian itu, amat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia

secara perseorangan, maka apabila lingkungan sosial ini berhasil

dipengaruhi oleh da‟wah, maka tingkah laku dan pencapaian

seseorang dalam masyarakat akan mengikutinya. Dengan lain

perkataan dapat dikatakan di sini, bahwa lingkungan manusia,

yakni lingkungan sosialnya ini, akan menjadi penentu dasar

terhadap tingkah laku dan pencapaian-pencapaian manusia, baik

yang berupa fisik maupun yang rohani. Oleh sebab itu pengaruh

lingkungan perlu terus menerus diperluas dan diperkuat, agar

(53)

3. Pendidikan Madrasah Diniyah a. Pengertian Madrasah

Madrasah merupakan “isim makan” kata “darasa” dalam

bahasa Arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar” atau

popular dengan sekolah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai

tumbuh di Indonesia pada awal abad ke-20 (Hasbullah, 2001: 61).

Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan

Departemen Agama. Yang termasuk ke dalam kategori madrasah

ini adalah lembaga pendidikan : Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah,

Mu‟allimin, Mu‟allimat serta Diniyah (Nasir, 2010: 69).

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang ditindaklanjuti dengan PP Nomor 55 Tahun 2007

tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak

baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia.

Kedua payung hukum itu mempunyai implikasi bahwa Madrasah

Diniyah menjadi bagian dari sistim pendidikan nasional,

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 bagian

kesembilan pasal 30) itu berarti negara telah menyadari

keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di

masyarakat.

Dalam perkembangannya, Madrasah Diniyah yang

(54)

Madrasah lbtidaiyah. sedangkan Madrasah Diniyah khusus untuk

pelajaran agama. Seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan

pendidikan agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan

pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan

Madrasah Diniyah melakukan modifikasi kurikulum yang

dikeluarkan Departemen Agama, namun disesuaikan dengan

kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah Diniyah

menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan

persepsinya masing-masing.

Di era global ini , dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang

sangat tinggi, maka madrasah diniyah harus mampu menjawab

tantangan ini. Salah satu cara untuk dapat menjawab tantangan

tersebut, madrasah diniyah harus berani melakukakan

perubahan-perubahan serta mengadakan inovasi dan pengembangan terhadap

kurikulumnya agar tetap eksis dan bertahan.

b. Tugas Madrasah

Madrasah diniyah secara umum memiliki tugas sebagai

berikut:

1) Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip

pikir, akidah, dan tasyri‟ yang diarahkan untuk mencapai

tujuan pendidikan.

2) Memelihara fitrah anak didik sebagai insan yang mulia, agar ia

(55)

3) Membersihkan jiwa dan pikiran dari pengaruh emosi, karena

pengaruh zaman sekarang yang mengarah pada penyimpangan

fitrah manusia.

4) Memberikan wawasan nilai dan moral.

5) Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan, seperti

keluarga, masjid, pesantren, dan sekolah formal (Muhaimin dan

Mujib, 1993; 308).

c. Ciri-ciri Madrasah

Adapun ciri-ciri proses pendidikan madrasah diniyah yakni

pembentukan Akhlaq. Secara etimologis akhlaq adalah bentuk

jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku

atau tabiat. Sedangkan secara terminologis menurut Imam

al-Ghazali dinyatakan sebagai: “Akhlaq adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan

gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.” (Menurut Al Ghazali dalam Buku karangan

Qomar: 240)

Ruang lingkup akhlaq sendiri terbagi menjadi beberapa yakni

akhlaq terhadap Allah swt., akhlaq terhadap Rasulullah

Muhammad saw., akhlaq terhadap pribadi, akhlaq dalam keluarga,

(56)

d. Kurikulum Madrasah Diniyah

Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam,

Pasal 48 yang berisi Kurikulum Madrasah Diniyah dijelaskan

bahwa madrasah diniyah mengajarkan pengetahuan keislaman

meliputi al-Qur‟an, al-Hadiṡ, Fiqh, Akhlaq, Sejarah Kebudayaan

Islam dan bahasa Arab. Materi-materi tersebut relevan dengan

mata pelajaran yang diajarkan di SMP khususnya pada semester

gasal, yakni sebagai berikut:

1) Al-Qur‟an,

Al-Qur‟an menjadi pedoman dari ilmu yang ada di dunia,

dan menjadi sumber utama dalam pembelajaran khususnya di

madrasah diniyah. Ayat al-Qu‟ran yang dipelajari saat jenjang

SMP semester ganjil adalah alQur‟an surat ke 95 at-Tin ayat 1

sampai ayat 8. Selain itu diajarkan pula mengenai kaidah dalam

membaca ayat-ayat al-Qur‟an, contoh hukum bacaan Al (al

-Syamsiyah dan al-Qomariyah), dan hukum bacaan qalqalah dan

ra‟.

2) Ḥadis

Materi mengenai ḥadīṡ Rosulullah Muhammad saw.

dipelajari cukup mendalam di madrasah diniyah, baik dari

tingkatan ula (awaliyah) sampai ulya. Salah satunya merupakan

(57)

3) Aqidah (tauhid)

Aqidah merupakan materi yang membahas mengenai

keimanan. Seperti iman kepada Allah, iman kepada Kitab

Allah, dan iman kepada Hari Akhir.

4) Akhlaq

Akhlaq membahas mengenai tata cara bertingkah laku baik

dengan Allah maupun dengan sesama makhluk hidup.

Pembahasan mengenai akhlaq ini meliputi akhlaq terpuji dan

tercela.

5) Fiqh

Fiqh membahas mengenai tata cara dan aturan-aturan dalam

beribadah. Contoh materi mengenai ṭahāroh, ṣalat, puasa, zakat,

dan haji.

6) Sejarah kebudayaan Islam (tarikh)

Tarikh membahas mengenai kisah masa Rasulullah saw.

yang diharapkan dapat memberi pemahaman kepada santri

mengenai ketauladanan Rasulullah. Pembahasan ini mulai dari

riwayat hidup Rasulullah saw. sampai kepada

kepemimpinannya.

B. Kajian Peneliti Terdahulu

Kajian peneliti terdahulu atau kajian pustaka adalah suatu istilah

untuk mengkaji bahan atau literature kepustakaan (literature review).

(58)

dahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun beberapa penelitian yang dilakukan dan sejauh ini telah penulis

ketahui adalah sebagai berikut:

Gustiwarni, Universitas Islam Jakarta (2005) Jurusan Pendidikan

Agama Islam, dengan judul skripsi “Peranan Pesantren Kilat dalam

Peningkatan Pengamalan Ibadah”, yang menyimpulkan bahwa kegiatan

pesantren kilat memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan

pengamalan ibadah siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya

hafalan doa, bacaan shalat, maupun ketekunan dalam ibadah shalat.

Fitrianingsih, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana

Hasanuddin Banten (2017), Jurusan Bimbingan Konseling Islam, dengan

judul skripsi “Motivasi Ibadah Pada Orang Lanjut Usia”, yang

menyimpulkan bahwa Bimbingan Religius dalam meningkatkan motivasi

ibadah pada orang lanjut usia yang dilakukan di Balai Perlindungan Sosial

dengan 4 proses, yaitu: (a) ceramah, (b) mengaji bersama, (c) belajar salat

dan (e) diskusi atau tanya jawab. Peran pembimbing religius di Balai

Perlindungan Sosial dalam meningkatkan motivasi ibadah pada orang

lanjut usia meliputi: (a) sebagai orang yang mengingatkan, (b) sebagai

orang yang membimbing, dan (c) sebagai motivator.

Mujiati, Institut Agama Islam Negeri Walisongo (2009), Jurusan

KPI, dengan judul skripsi “Pengaruh Mengikuti Pengajian Bulanan di

Referensi

Dokumen terkait

Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan

Orang sukses adalah orang yang mencurahkan lebih dari separuh hidupnya untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan dalam hidupnya.. Seorang manusia tanpa tujuan besar

Jika pada keseluruhan dokumen terdapat 1000 yang berbeda, maka vektor fitur akan berdimensi 1000, dimana setiap bagian vektor mewakili satu kata.. Dimensi vektor dapat

Hal tersebut dapat dilihat dengan menggunakan variasi parameter yang sama didapatkan data hasil pengukuran yang berbeda, dikarenakan sink mark yang terdapat pada

Biaya penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, liabilitas yang terjadi atau yang ditanggung dan instrumen

Diharapkan dengan adanya Sistem Informasi Pengelolaan Glory Musik Studio ini dapat mempermudah penjadwalan studio karena baik jadwal tersedia ataupun tidak bisa di

Pengamatan morfologi eritrosit dalam pemeriksaan sediaan apus darah tepi yang dilakukan identifikasi pada mikroskop tidak selalu menghasilkan interpretasi baik atau normal, namun

Historia, Volume 10, Februari 2016 43 SMP Kartini 1 Batam Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan rata-rata nilai (µX 1 ) sebesar 80 lebih baik dibandingkan dengan siswa