• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS 8 KARAKTERISTIK PERAN PUSTAKAWAN DALAM PERSPEKTIF PEMUSTAKA (SISWA) DI PERPUSTAKAAN GRHATAMA PUSTAKA YOGYAKARTA Oleh: Avia Prima Pramudita ABSTRAK - ANALISIS 8 KARAKTERISTIK PERAN PUSTAKAWAN DALAM PERSPEKTIF PEMUSTAKA (SISWA) DI PERPUSTAKAAN GRHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS 8 KARAKTERISTIK PERAN PUSTAKAWAN DALAM PERSPEKTIF PEMUSTAKA (SISWA) DI PERPUSTAKAAN GRHATAMA PUSTAKA YOGYAKARTA Oleh: Avia Prima Pramudita ABSTRAK - ANALISIS 8 KARAKTERISTIK PERAN PUSTAKAWAN DALAM PERSPEKTIF PEMUSTAKA (SISWA) DI PERPUSTAKAAN GRHA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS 8 KARAKTERISTIK PERAN PUSTAKAWAN DALAM PERSPEKTIF PEMUSTAKA (SISWA) DI PERPUSTAKAAN GRHATAMA

PUSTAKA YOGYAKARTA

Oleh:

Avia Prima Pramudita

ABSTRAK

Perpustakaan memiliki peran penting dalam menumbuhkan literasi informasi siswa dan pustakawan sebagai ujun tombak perpustakaan dapat berkontribusi dalam menumbuhkan generasi literate pada siswa. Pustakawan memiliki peran penting disini mengingat pustakawan sebagai instruktur dalam pengenalan mengenai literasi informasi kepada pemustaka. Penelitian ini di lakukan guna mengetahui peran apa sajakah yang akan muncul pada pustakawan di Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta ketika pustakawan akan mengembangkan kemampuan literasi informasi siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, pengambilan data melalui kuisioner dan diperkuat dengan probing (wawancara). Responden dari penelitian ini adalah 100 siswa. Metode penarikan sampel untuk populasi menggunakan purposive sampling yang mana pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 4 karakteristik yang menonjol pada Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta yaitu Resource Agent, Literacy Development Agent, Rescue Agent dan Individualized Learning Agent dan 4 karakteristik peran yang masih belum menonjol pada Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta adalah Knowledge Construction Agent, Academic Achievement Agent, Independent Reading and Personal Development Agent dan Technological Literacy Agent

Kata Kunci: Peran, Pustakawan, Siswa, Perpustakaan, Literasi Informasi

ABSTRACT

(2)

literate in students. Librarians have an important role here considering librarians as instructors in the introduction of information literacy to the user. This research is done to find out what role will appear to librarian at Library of Graphama Pustaka Yogyakarta when librarian will develop ability of student information literacy. This research uses quantitative descriptive approach, data collection through questionnaire and reinforced by probing (interview). Respondents from this research are 100 students. Sampling method for the population using purposive sampling where sampling is done with certain criteria set by the researcher.

The result of this research are 4 characteristics of Graha Pustaka Library which are Resource Agent, Literacy Development Agent, Rescue Agent and Individualized Learning Agent and 4 characteristic role which still not yet prominent in Graphama Library Pustaka Yogyakarta is Knowledge Construction Agent, Academic Achievement Agent , Independent Reading and Personal Development Agent and Technological Literacy Agent.

Keywords: Role, Librarian, Student, Library, Information Literacy

PENDAHULUAN

Literasi informasi merupakan suatu keterampilan yang semestinya dimiliki oleh siswa pada masa sekarang. Mengingat fenomena yang terjadi pada saat ini terkait

ledakan informasi dan semakin banyaknya informasi yang diproduksi secara aktif membuat siswa setidaknya memiliki keterampilan literasi informasi. Perpustakaan sebagai lembaga serta pusat informasi memiliki peran penting dalam menumbuhkan

(3)

berpengaruh terhadap pengembangan literasi informasi mereka sebagai pemustaka dan 44,7% mengaku bahwa mereka memperoleh kemampuan literasi informasi dari pustakawan bukan dari orang lain.

Kemampuan literasi yang dimiliki oleh pustakawan akan sangat dibutuhkan oleh pustakawan dalam dalam mengerjakan tugas-tugasnya di perpustakaan nantinya. Selain pustakawan memahami kompetensi yang ada pada dirinya sebelum memberikan pengajaran terkait literasi informasi terhadap pemustaka, tidak lupa pustakawan sebaiknya juga memahami terkait pengetahuan, keterampilan serta sikap yang ada pada dirinya untuk menunjang keberhasilan serta kelancaran pengajaran

yang nantinya akan dilakukan oleh pustakawan kepada pemustaka terkait dengan literasi informasi. Pustakawan membutuhkan pengetahuan, keterampilan serta sikap yang dapat mendukung pustakawan guna memaksimalkan perannya dalam mengembangkan kemampuan literasi pemustaka. Kulbin & Virkus (2015) mengungkapkan dalam rangka melaksanakan pelatihan bagi pemustaka terkait literasi informasi menyorot mengenai pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dengan kemampuan literasi yang baik di kalangan siswa mampu menunjang kegiatan pembelajaran mereka. Untuk itu perlunya kontribusi pustakawan dalam mengembangkan kemampuan literasi informasi pemustakanya khususnya dikalangan pelajar karena mereka lah yang dirasa akan mendapatkan dampak positif secara langsung dari kemampuan literasi informasi ini. Dengan memanfaatkan kemampuan literasi yang dimiliki pustakawan dan peran serta perpustakaan dalam mendukung kegiatan ini diharapkan menjadi suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi setiap pemustaka terutama di kalangan siswa dan mahasiswa. Studi yang dilakukan oleh Ross Todd dan Carol Kuhlthau (2004) pada sekolah di Ohio mendapatkan temuan bahwa terdapat 8 karakteristik terkait peran yang dapat dipenuhi pustakawan sebagai strategi penekanan pembelajaran literasi informasi. Ross Todd dan Kuhlthau

menyimpulkan bahwa perpustakaan dirasakan oleh siswa sebagai “agen dinamis dalam belajar dan prestasi siswa” sehingga mereka dapat menemukan 8 karakteristik terkait

peran pustakawan tersebut yang bertindak sebagai “agen”. Ke delapan karakteristik

(4)

Learning Agent. Mereka juga mengembangkan profil yang lebih rinci dari perpustakaan yang efektif.

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui peran apa sajakah yang akan muncul pada pustakawan di Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta ketika pustakawan akan mengembangkan kemampuan literasi informasi siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis pendekatan kuantitatif dengan tipe deskriptif. Penelitian deskriptif adalah tipe penelitian yang mempunyai tujuan

untuk menggambarkan karakter dari suatu variabel, kelompok atau gejala sosial yang terjadi di tengah masyarakat, dengan tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2013). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuisioner sebagai sumber utama dan di dukung dengan wawancara secara langsung kepada responden. Teknik pengambilan sampel non random tidak memerikan peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, maka digunakan teknik purposive sampling dalam memilih responden berdasar kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti, kriteria tersebut yaitu pengguna perpustakaan yang sudah lebih dari 3 kali berkunjung ke Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta dan sering melakukan interaksi dengan pustakawan pada Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta dan pengguna perpustakaan adalah siswa mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Teknik pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu editing, coding dan tabulating dengan menggunakan SPSS 22.

TINJAUAN PUSTAKA

8 Karakteristik Peran Pustakawan Dalam Mengembangkan Literasi Informasi Siswa

(5)

pengetahuan dan keterampilan. Ross Todd dan Carol Kuhlthau dalam penelitiannya pada sekolah di OHIO menyatakan ada 8 karakteristik yang dapat dipenuhi pustakawan sebagai strategi penekanan pembelajaran literasi informasi adalah sebagai berikut:

a) Resource agent

Pustakawan menyediakan sumber daya yang beragam serta uptodate untuk memenuhi kebutuhan informasi siswa, pustakawan perlu melakukan instruksi dengan membimbing siswa dalam menggunakan pilihan sumber informasi mereka secara efektif.

b) Literacy development agent

Yaitu pustakawan melibatkan siswa dalam melakukan proses pencarian secara aktif sehingga memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi, merumuskan, dan fokus terhadap pencarian mereka. pustakawan sendiri menyediakan lingkungan yang mendukung (baik dari pribadi, fisik, maupun instruksi yang diberikan). Siswa memahami bahwa melakukan suatu penelitian dengan baik akan menghasilkan ilmu pengetahuan baru yang juga lebih baik dan keberhasilan terkait nilai akademis dalam proyek penelitian mereka selanjutnya.

c) Knowledge construction agent

Pustakawan mengembangkan kerangka literasi informasi untuk melibatkan siswa dalam penggunaan informasi dengan cara yang berarti, sehingga memungkinkan siswa membangun dan mengembangkan pengetahuan dengan pemahaman baru.

d) Academic achievement agent

Pustakawan merupakan agen dinamis pembelajaran yang membantu siswa mencapai nilai yang lebih baik, terutama pada proyek penelitian dan tugas. Pustakawan sebagai agen prestasi akademik harus menjadi seorang pendidik terpercaya.

e) Independent reading and personal development agent

Pustakawan mampu membentuk budaya baca (reading literacy, life-longreader) dan budaya belajar sesuai minat dan kemampuan pengguna, ini penting

dilakukan untuk mendorong literasi membaca, prestasi akademik dan pembelajaran sepanjang hayat.

(6)

Pustakawan memainkan peran penting dalam teknologi informasi dengan menyediakan software yang uptodate pada beberapa media untuk siswa. Pelajaran yang ada harus melampaui pengajaran dengan penggunaan perangkat lunak secara efektif (akses internet) termasuk kemampuan dalam memecahkan masalah.

g) Rescue agent

Siswa memiliki banyak krisis informasi, mereka membutuhkan sumber daya untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Membutuhkan bantuan dengan teknologi, solusi untuk mengatasi masalah dan membantu mengembangkan proyek mereka. Sebagai agen penyelamat perpustakaan harus

tanggap akan permasalahan yang timbul dari kegiatan belajar mengajar. h) Individualized learning agent

Sentuhan pribadi dari pustakawan banyak berperan penting terhadap siswa. Keterlibatan pustakawan dengan siswa adalah komponen penting dari sebuah perpustakaan yang efektif. Pustakawan melihat diri mereka sebagai spesialis informasi dalam kegiatan belajar mengajar memainkan peran penting dalam belajar siswa.

Mousa, Yaminfirooz (2013) mengemukakan jika pemustaka lebih memahami apa yang diajarkan pustakawan daripada orang lain melalui lokakarya dan kursus yang diajarkan pustakawan. Peran pustakawan disini bahkan mengalahkan peran dari ahli komputer, anggota fakultas, pengajaran terhadap diri sendiri serta dari teman dan keluarga. Pustakawan relatif mencapai keberhasilan dalam perannya dalam memberikan pengajaran terkait literasi informasi terhadap pemustakanya. Oleh sebab itu Di Indonesia, kompetensi literasi pustakawan dinyatakan juga dalam beberapa standar kerja pustakawan sebagai pengejawantahan UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Ada banyak diskusi tentang peran perpustakaan dan literatur kepustakawanan yang menyajikan gambaran kompleks terkait bagaimana perpustakaan memberi dukungan dalam kemampuan literasi informasi pemustakanya.

HASIL PENELITIAN

(7)

dengan rata-rata sebesar 3,77. Pustakawan telah mampu menjalankan peran resource agent dengan baik, dimana pustakawan mampu menjadi jembatan penghubung antara siswa dengan informasi yang ada di perpustakaan. Siswa mengungkapkan apabila siswa tidak perlu mencari informasi di tempat lain ketika informasi yang mereka butuhkan tidak selalu ada, karena mereka diajarkan oleh pustakawan bagaimana memanfaatkan serta memahami informasi yang telah tersedia di perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta.

Tanggapan siswa juga baik pada peran literacy development agent, dengan rata rata sebesar 3,54. Pustakawan telah mampu menjalankan peran literacy development agent dengan baik, dimana pustakawan menjadi agen pengembangan literasi siswa (literacy development agent) utamanya dalam membantu mengembangkan kemampuan literasi informasi siswa. Agar siswa dapat memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (problem solving). Pada peran knowledge construction agent masih mendapatkan tanggapan sedang dari siswa dengan rata-rata sebesar 3,19. Pustakawan nampaknya masih belum mampu menjalankan perannya secara maksimal sebagai agen konstruksi pengetahuan (knowledge construction agents) guna mengembangkan pengetahuan yang tadinya sudah dimiliki oleh siswa menjadi suatu pengetahuan baru.

Selanjutnya pada peran academic achievement agent juga masih mendapatkan tanggapan yang sedang dari siswa yaitu dengan rata-rata sebesar 3,06. Bahkan pada peran inilah yang mendapatkan rata-rata terendah dari peran lainnya. Pustakawan nampaknya masih belum mampu memainkan perannya sebagai agen prestasi akademik (academic achievement agent) dimana pustakawan layaknya seorang guru, pustakawan akan mendorong para siswa untuk melakukan pembelajaran dengan baik di perpustakaan yang nantinya mampu meningkatkan nilai prestasi akademik siswa di sekolah. Pada peran independent reading and personal development agent juga masih mendapatkan kategori sedang dengan rata-rata sebesar 3,32. Disini pustakawan tampaknya belum mampu memainkan perannya sebagai independent reading and personal development agent yang mana diharapkan apabila pustakawan mampu membentuk suatu budaya baca di kalangan siswa, sehingga meningkatkan minat baca

(8)

Pada karakteristik peran selanjutnya yaitu technological literacy agent menunjukkan bahwa tanggapan siswa adalah sedang dengan rata-rata sebesar 3,27. Disini pustakawan juga belum mampu memainkan perannya sebagai technological literacy agent dimana membuat siswa menjadi melek terhadap kehadiran teknologi dan nantinya tidak canggung apabila berhadapan dengan teknologi. Selanjutnya pada peran rescue agent tanggapan siswa pada karakteristik ini adalah baik dengan rata-rata sebesar 3,49. Disini pustakawan telah memainkan perannya dengan baik sebagai agen penyelamat perpustakaan (rescue agent) yang nantinya tanggap terhadap permasalahan yang akan dihadapi siswa ketika berkunjung ke perpustakaan. Sebagai agen penyelamat perpustakaan harus tanggap akan permasalahan yang timbul dari

kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, pustakawan harus tanggap dengan keadaan siswa yang berkunjung ke perpustakaan. Apakah siswa tersebut mengalami kepanikan informasi atau tidak. Pustakawan harus lebih sigap dan siap menghadapi permasalahan tersebut.

Pada peran yang terakhir yaitu individualized learning agent juga mendapatkan tanggapan yang baik dari siswa dengan rata-rata sebesar 3,48. Yang artinya pustakawan telah mampu memainkan perannya sebagai agen spesialis informasi yang membantu kegiatan belajar siswa di perpustakaan. Pustakawan mampu melibatkan dirinya untuk ikut serta dalam membantu siswa memenuhi kebutuhan informasinya di perpustakaan. Dengan pustakawan membantu memberikan jawaban-jawaban yang memudahkan siswa dalam memenuhi kebutuhan akademisnya. Hal ini terlihat pada tanggapan siswa yang menyatakan baik pada pustakawan mampu menjawab pertanyaan siswa dengan jelas.

PENUTUP

Pustakawan merupakan ujung tombak dari adanya perpustakaan. Pustakawan juga merupakan orang pertama yang akan langsung berhadapan dengan dengan pemustaka di perpustakaan. Pihak perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta,

(9)

Bagi pihak pustakawan sendiri diharapkan kedepannya untuk lebih membangun suatu komunikasi yang baik dengan siswa sehingga tercipta suatu interaksi antara siswa yang berkunjung ke perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta dengan pustakawan. Pustakawan hendaknya menghindari sifat acuh dan pasif terhadap pemustaka yang berkunjung pada perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta. Diharapkan pustakawan memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap pemustaka, sehingga pemustaka yang datang pun tidak sungkan untuk meminta bantuan kepada pustakawan apabila pemustaka mengalami kebingungan akan kebutuhan informasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A., V. Kumar, and George S. Day. (1995). Marketing Research Canada: John Wileyand Sons, Inc.

American Library Association. 2000.Information literacy Competency Standards for Higher Education

Basuki, Sulistyo. 2010. Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Bell, S., and Shangk, J 2004. The blended librarian: a blue print or redefining the eaching and learning role of academic librarians, 372/C&RL News Diakses

pada tanggal 21 Oktober 2016 tersedia di

http://crln.acrl.org/content/65/7/372.full.pdf

Einsberg, Michael B. Et al. 2004.Information literacy: essential skills for the information age.London: Libraries Unlimited

Henslin M. James. 2007. Sosiologi dengan pendekatan membumi jilid 1. Jakarta: Erlangga

Horton Jr., F.W. 2007. Understanding Information Literacy: a Primer. Paris : United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization. Diakses tanggal 19

Oktober 2016 tersedia di

http://unesdoc.unesco.org/images/0015/00150/157020e.pdf

Jaana Kulbin dan Serje Virkus. 2015. Knowledge, Skills and Attitudes of Librarians in Developing Library Users’s Information, ECIL 2015, CCIS 552. Pp. 549-557. 2015

L.O’ Connor, and J. Newby, J. 2011.Entering Unfamiliar Territory: Building an

(10)

McClennen & Me mmot. 2001. “Roles in digital reference”, Information

Technology and Libraries 20(3), 143-148. Diakses pada tanggal 22 oktober

2016 tersedia pada

http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/lita/ital/2003mcclennen.cfm.

Megasari, S.R. 2011.“Information Literacy” Pustakawan: Studi Deskriptif tentang “Information Literacy” Pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya Menurut Model SCONUL The Seven Pillar of Information Literacy. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Nurfadhilah, Rahmi; Agustini, Ninis ;Sumiati, Tati. 2012.Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Anggota Ikatan Pustakawan Pelajar dengan Prestasi Belajar di Sekolah dalam ejurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 No.1 (2012). Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Diakses

tanggal 20 Oktober 2016 tersedia di http://

jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/viewFile/1683/pdf_11.

Opini-Koran Tempo. 2011. Minat Baca Remaja Kita. Diakses tanggal 24 Oktober

2016, tersedia di

http://koran.tempo.co/konten/2011/10/22/252269/Minat-Baca-Remaja-Kita;Inte rnet.

Republika. 2012. Minat Baca Rakyat Indonesia Masih Minim. Diakses tanggal 13 Juni

2016, tersedia di

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/16/m57978-minat-baca -rakyat-indonesia-masih-minim)

Sarwono, S.W. 2002. “Teori-teori Psikologi Sosial.”PT Raja Grafindo Persada

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3SE

Soekanto, Soejono. 2002. “Sosiologi Suatu Pengantar”PT Raja Grafindo Persada

Sudarsono, Blasius, et al. 2009.Literasi Informasi (Information Literacy): Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta

Todd, R., Kuhlthau, C. 2004. Ohio Confirms Libraries Play Major In Student Learning. Teachet-Librarian vol.31, lss.4.

(11)

Vanday, V.G. 2006.The role of libraries and librarians in information literacy. Regional Conference on Promoting Information Literacy for Lifelong Learning: PLAI-STRLC Conferenceand General Assembly, Batangas di akses pada tanggal 6 November 2016 tersedia dalam http://www.slideshare.net.

Wahyuli, L. 2008. Keterampilan Instruktur Materi Information Literacy (IL): Studi Kasus Program Orientasi Belajar Mahasiswa (OBM) Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia

Winarsih. 2014.Kompetensi Literasi Informasi Pustakawan Badan Litbang Kementrian Pertanian. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia

Wong, Gabrielle K. W. Facilitating Students’ Intellectual Growth in Information

Literacy Teaching Dec 29th, 2010. RUSQ

Wulandari, Dian. 2011.Literasi Informasi Pustakawan Dan Kaitannya Dengan Faktor Internal Pustakawan : Studi Deskriptif Pada Pustakawan Perguruan Tinggi Swasta Di Surabaya. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Referensi

Dokumen terkait

Dijelaskan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa, “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji potensi penggunaan dipping (biji dan kulit buah anggur hitam) pada kualitas air susu sapi perah tropis ditinjau dalam

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa keanekaragaman spesies insekta pada Tanaman Rambutan di Perkebunan Masyarakat Gampong Meunasah Bak ‘U Kecamatan Leupung

Hal ini ditandai dengan rendahnya nilai eritrosit, hematokrit dan hemoglobin (Hb) ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali dibandingkan dengan

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar PKn siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ujungbatu Kabupaten Rokan

kemampuan berpikir kritik terhadap prestasi belajar IPA. Mengetahui pengaruh langsung konsep diripeserta didik terhadap prestasi belajar IPA. Mengetahui pengaruh langsung

letak fasilitas pada pabrik knalpot yang mampu meminimasi momen perpindahan material Berdasarkan hasil pengelompokan fasilitas dan LMIP 4, diperoleh dua alternatif layout

Hasil yang di dapat adalah sistem informasi ini mudah digunakan baik dari pihak Dinas Perhubungan maupun masyarakat dalam mendapatklan informasi mengenai Transportasi umum yang ada