• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 4.1 Identitas Kelembagaan Panti - ANALISIS STANDAR PELAYANAN DI PANTI ASUHAN AL-MUBARAK KOTA BENGKULU - UNIB Scholar Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 4.1 Identitas Kelembagaan Panti - ANALISIS STANDAR PELAYANAN DI PANTI ASUHAN AL-MUBARAK KOTA BENGKULU - UNIB Scholar Repository"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 4.1 Identitas Kelembagaan Panti

1. Nama Panti : Asuhan Yatim Putra Al-Mubarak Muhammadiyah

Bengkulu

2. Jenis Panti : Panti Asuhan

3. Tahun Berdiri : 08 Maret 1993

4. Alamat : Jl. Karang Indah-Samsat RT 11 RW 02 Kel, Sumur

Dewa. Kec, Selebar Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu

Kode Pos 38211

4.2 Sejarah Berdirinya Panti

Panti Asuhan Al-Mubarak didirikan pada tanggal 08 Maret 1993 yang

diprakarsai oleh Ahmad Dhasan, S.H, M.A, Drs. S. Mizwar, Drs. Kusen, Drs. Sakroni,

M.Pd, Drs. A. Djazari Shaleh, dan didukung oleh Ida Fitriani, S.Pd, Budi Santoso, S.Pd,

Sardi, S.Pd, Supardiono, S.Ag, Nurhadi, S.Ag, M.A, dan Dalail Choirun yang dibawah

koordinasi ketua PWM Drs. H. Ahmad Umar (alm). Pada awalnya Panti Asuhan

Al-Mubarak mengasuh 30 orang anak yatim yang berasal dari berbagai daerah, seperti

Tanjung Sakti (Pagar Alam), Pulau Enggano, SP III Penarik (Muko-Muko), Muara

Rupit, Padang Guci, Bentiring, Pondok Kelapa, dan Kota Bengkulu. Mereka juga

berasal dari berbagai kultur, seperti Rejang, Serawai, Pesemah, Minang dan Jawa.

(2)

Panti Asuhan Al-Mubarak didirikan dalam rangka pengembangan jangkauan

daerah dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah, Disadari bahwa di Kota Bengkulu

Asuhan Yatim Muhammadiyah yang ada baru satu, yaitu Asuhan Yatim Putri Kasih Ibu

di bawah naungan PW “Aisyah Bengkulu”.

Pada masa awal berdirinya, tempat pengasuhan anak-anak yatim, piatu, yatim

piatu, dan anak terlantar yaitu di Penurunan, tepatnya didepan usaha batik besurek

dengan cara mengontrak sebuah rumah dan berlangsung selama 6 bulan. Kemudian

Panti Asuhan Al-Mubarak menempati tempat sekarang ini, yang asal tanahnya dari

wakaf Buya H. Mukhtar Yatim (alm), yang luasnya ± 1 ha (10.000 Meter Persegi).

Diatas wakaf tersebut dibangun gedung asrama, kantor, perpustakaan, masjid, kamar

mandi, dan lain-lain. Bangunan-bangunan tersebut dibangun dari bantuan yang didapat

dari Asian Moslem Charty Foundation (AMCF) dengan kapasitas 25 orang anak.

Sampai saat ini gedung asrama yang tersedia telah mampu menampung sebanyak 97

orang anak.

4.3 Visi dan Misi Panti Visi :

Unggul dalam prestasi, cerdas, terampil, berakhlak mulia dan ta’at beribadah.

Misi :

1. Melindungi dan memberikan naungan tempat tinggal dan penghidupan bagi

anak-anak yatim piatu, yatim, piatu dan anak-anak terlantar.

2. Memberikan binaan dan pendidikan bagi anak anak yatim piatu, yatim, piatu

dan anak anak terlantar agar memiliki ilmu pengetahuan formal ataupun non

(3)

3. Menjadi penghubung antara para dermawan untuk menyalurkan dana zakat,

infak dan sodaqoh.

4. Menjadi penghubung antara para dermawan dalam program orang tua asuh

maupun kakak asuh.

4.4 Tujuan Panti

Adapun yang menjadi tujuan Panti Asuhan Al-Mubarak yaitu :

a. Agar anak-anak yatim dan anak-anak terlantar yang ada di Provinsi

Bengkulu dan sekitarnya dapat memperoleh pembinaan dan pendidikan yang

layak seperti anak-anak pada umumnya.

b. Memberikan pembinaan mental agama dan keterampilan kepada anak

sebagai modal dasar yang utama menuju kepada kemandirian.

c. Untuk mendapatkan kader penerus bangsa, khususnya perjuangan

Muhammadiyah dalam mewujudkan terciptanya masyarakat utama adil dan

makmur diridhai oleh Allah SWT.

4.5 Kelengkapan Dokumentasi Panti 1. Surat Izin Tempat Usaha.

2. Tanda Daftar dari PP.

3. Tanda Daftar dari Departemen Sosial.

4. Sertifikat lainnya

4.6 Status Tanah, Bangunan, Daftar Inventaris Asset Panti dan Fasilitas Pendukung Lainnya

1. Status Kepemilikan Tanah : Sertifikat.

(4)

3. Status Kepemilikan Bangunan : Milik Yayasan.

4. Jenis Bangunan : Permanen.

5. Kondisi Bangunan : Kurang baik pada beberapa bagian.

6. Inventaris Panti : 1 unit sepeda motor dan 1 unit

komputer.

4.7 Identitas Peserta Asuh Panti

A. Jumlah Peserta atau Anak Asuh Panti

1. Laki-laki : 66 orang.

2. Perempuan : 31 orang.

4.8 Program Pelayanan, Program Produktif dan Jadwal Kegiatan Panti A. Program Pelayanan

1. Bidang Pendidikan

Asuhan Yatim Putra Al-Mubarak Muhammadiyah Bengkulu memberikan

pelayanan bidang pendidikan kepada anak asuh mulai dari tingkat SD

sampai dengan tingkat SLTA. Seluruh biaya sekolah ditanggung oleh

panti asuhan. Bagi anak yang memiliki potensi dan loyal kepada lembaga

atau yayasan maka mereka diberi secara keseluruhan atau sebagian.

Hingga saat ini sudah banyak alumni Asuhan Yatim Al-Mubarak

Muhammadiyah Bengkulu yang telah menyelesaikan Tingkat Pendidikan

Perguruan Tinggi.

2. Bidang Kesehatan

Asuhan Yatim Putra Al-Mubarak Muhammadiyah Bengkulu juga

(5)

Yatim Putra Al-Mubarak Muhammadiyah Bengkulu dengan cara

bekerjasama dengan institusi bidang kesehatan seperti Puskesmas dan

Dokter Praktek.

3. Bidang Kerohanian

Pelayanan bidang kerohanian tidak kala penting dari pelayanan

jasmaniah. Oleh karena itu pengurus bersama pengasuh memberikan

pendidikan dan pembinaan dibidang kerohanian secara teoritis

(pengajian) maupun secara praktis, seperti pembinaan agar anak asuh

tertib dalam mnunaikan ibadah shalat wajib 5 waktu tanpa ada unsur

keterpaksaan tetapi sebagai kebutuhan, dan pada malam hari anak-anak

dilatih untuk melaksanakan sholat tahajud (Qiyamul Lail), dan puasa

senin-kamis, puasa 6 hari di Bulan Syawal dan lain-lain.

4. Bidang Keterampilan

Selain pendidikan formal, Asuhan Yatim Putra Muhammadiyah

Bengkulu juga menyediakan beberapa keterampilan bagi anak-anak asuh

guna bekal mereka ketika sudah membaur di masyarakat di daerahnya

masing-masing. Adapun pelatihan-platihan yang pernah diadakan di

Asuhan Yatim Putra Muhammadiyah Bengkulu adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan Pertukangan (Meuble) & Elektronika bekerjasama dengan

Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu.

2. Perternakan, seperti Ternak Kambing dan Ternak Sapi.

3. Magang pada saat libur.

(6)

B. Program Produktif (Unggulan)

Ada beberapa program unggulan (produktif) yang telah dilakukan (sedang

berjalan) di Asuhan Yatim Putra Muhammadiyah Bengkulu yaitu bidang

perternakan sapi dengan jumlah 22 ekor sapi yang bekerja sama dengan

Dinas Perternakan dan juga perternakan kambing.

Selain itu, program unggulan jangka panjang adalah memenuhi kebutuhan

da’i dan muballigh yang handal dan siap hidup mandiri diperedaran, sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Kaderisasi da’i dan muballigh ini ditempa

melalui program mu’alimin asuhan uztadz alumni beberapa pondok

peseantren.

4.9 Keuangan Panti

A. Sumber Pemasukan atau Bantuan Rutin yang diterima :

1. Bantuan Rutin Asian Moeslim Charity Foundation (AMCF)

pertriwulan = Rp 4.200.000,-

2. Bantuan Dinas Sosial pertahun = Rp 27.375.000,-

3. Donatur tetap perbulan = Rp ± 2.500.000,-

4. Sumbangan tidak tetap perbulan = Rp ± 4.000.000,-

4.10 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti

4.10.1 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Usia

Gambaran sumber daya manusia dan penghuni panti berdasarkan tingkat usia

(7)

Tabel 4.10.1 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Usia

No Kelompok Umur Jumlah

1 12 – 15 75

2 16 – 20 22

3 21 – 30 5

4 31 – 40 10

5 41 – 50 3

6 Diatas 50 3

Jumlah 118 Sumber : Profil Panti Asuhan Al-Mubarak 2013

Dari tabel dapat dilihat bahwa usia SDM dan penghuni panti yang berusia 12 -

15 paling banyak yaitu berjumlah 75 orang, yang berusia 16 – 20 sebanyak 22 orang.

yang berusia 21 – 30 berjumlah 5 orang, yang berusia 31 – 40 berjumlah 10 orang, yang

berusia 41 – 50 berjumlah 3 orang, dan yang berusia diatas 50 tahun berjumlah 3 orang.

4.10.2 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Jemis Kelamin

Gambaran sumber daya manusia dan penghuni panti berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel 4.10.2 berikut ini :

Tabel 4.10.2 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Informan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pengurus 10 2 12

2 Pengasuh 5 4 9

3 Anak Asuh 66 31 97

Total 81 37 118

(8)

Dri tabel diatas jumlah pengurus sebanyak 12 orang yang terdiri dari 10 orang

laki-laki dan 2 orang perempuan, jumlah pengasuh sebanyak 9 orang yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 5 orang dan pengasuh perempuan sebanyak 4 orang, sedangkan

jumlah anak asuh sebanyak 97 orang terdiri dari 66 orang laki-laki dan 31 orang

perempuan.

4.10.3 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambaran sumber daya manusia dan penghuni panti berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.10.3 berikut ini :

Tabel 4.10.3 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Informan Jenis Pendidikan

1 Nurhadi, MA S2 Agama

2 Budi Santoso, S.Pd S1 Pendidikan

3 Joko Utomo, S.Pd. I S1 Pendidikan Islam

4 Sardi, S.Pd S1 Pendidikan

5 Siswanto SMA/ SLTA Sederajad

6 Mustofa, SE S1 Ekonomi

7 Mifta Haristah SMA/ SLTA Sederajad

8 Samsul Bahri, S.Pd. I S1 Pendidikan Islam

9 Helly Mardialis SMA/ SLTA Sederajad

10 Dalail Choirun D2

11 Drs. Kusen S1

12 Supardiono, S.Ag S1 Agama

13 Tugiman SMA/ SLTA Sederajad

14 Drs. Sukarno, M.Pd S2 Pendidikan

15 Sugianto, S.Pd. I S1 Pendidikan Islam

16 Sarno SMA/ SLTA Sederajad

17 May Sahara, S.Pd. I S1 Pendidikan Islam

18 Suripah SMA/ SLTA Sederajad

19 Suhairum SMA/ SLTA Sederajad

20 Rohanah SMA/ SLTA Sederajad

21 Sugito, S.Pd. I S1 Pendidikan Islam

(9)

Tingkat pendidikan bagi seseorang akan menentukan seseorang tersebut dalam

hal berfikir maupun bertindak. Kematangan pola berpikir seseorang dapat menjadi tolak

ukur bagi seseorang dalam mengambil suatu tindakan. Dengan adanya tingkat

pendidikan dapat melihat seseorang tersebut memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

atau tingkat pendidikan menengah kebawah. Tingkat pendidikan tinggi akan

menunjukkan bahwa seseorang itu memiliki wawasan yang luas, kreatif dalam

menghadapi situasi dan kondisi dalam kehidupan, sedangkan tingkat pendidikan

menengah kebawah pada dasarnya pola berpikirnya belum begitu luas dan kurang

tanggap terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Dari tabel 4.10.3 jumlah pengurus dan pengasuh panti asuhan sebanyak 21 orang

yang terdiri dari lulusan SMA sebanyak 4 orang, lulusan Diploma sebanyak 1 orang,

lulusan S1 sebanyak 10 orang, dan lulusan S2 sebanyak 2 orang. Sedangkan tingkat

pendidikan anak asuh yang duduk di SMP sebanyak 92 orang, SMA sebanyak 5 orang.

4.10.4 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Status

Pengurus atau pengasuh bertindak sebagai orang tua asuh di panti, sedangkan

anak-anak yang berada di Panti Asuhan Al-Mubarak Kota Bengkulu meliputi status

yatim, piatu, yatim piatu dan anak terlantar yang tidak lagi diasuh oleh keluarganya.

4.10.5 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Daerah Asal

a. Pengurus

Pengurus Panti Asuhan Al-Mubarak yang berasal dari Tuban sebanyak 2

orang, Wonogiri 3 orang, Lampung 1 orang, Salahtiga 1 orang, Solo 1

(10)

b. Pengasuh

Pengasuh Panti Asuhan Al-Mubarak yaitu yang berasal dari Sumatera Utara

(Batu Bara) 1 orang, Sumatera Selatan (Lahat) 1 orang, Kota Bengkulu 5

orang, Kabupaten Rejang Lebong 2 orang, Kabupaten Kepahiang 1 orang,

Jawa Barat (Sukabumi) 1 orang, dan dari Jawa Tengah (Tuban) 1 orang.

c. Anak Asuh

Anak Asuh Panti Asuhan Al-Mubarak yang berasal dari dalam kota

sebanyak 4 orang, dari luar kota sebanyak 82 orang dan 11 orang dari luar

(11)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia dan Jenis Kelamin

Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel 5.1.1 berikut ini :

Tabel 5.1.1 Karakteristik Informan berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia dan Jenis Kelamin

No Nama Pendidikan Usia Jenis Kelamin

1 BS S1 Pendidikan 50 Tahun Laki-laki

2 SB S1 Pendidikan Islam 31 Tahun Laki-laki

3 SG S1 Pendidikan Islam 47 Tahun Laki-laki

4 MS S1 Pendidikan Islam 27 Tahun Perempuan

5 SR SMA/ SLTA Sederajad 39 Tahun Laki-laki

6 AWS SMA 18 Tahun Laki-laki

7 YT SMA 18 Tahun Laki-laki

8 GTM MTS 15 Tahun Perempuan

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Dari tabel 5.1.1 dapat dilihat karakteristik informan berdasarkan tingkat

pendidikan yang memiliki gelar Sarjana terdapat 4 orang, SMA/ SLTA Sederajad

berjumlah 1 orang, yang masih duduk dibangku sekolah berjumlah 3 orang terdiri dari 2

orang SMA dan 1 orang MTS. Kemudian karakteristik informan berdasarkan usia

terdapat 1 orang yang berusia 50 tahun, 1 orang berusia 47 tahun, 1 orang berusia 39

tahun, 1 orang berusia 31 tahun, 1 orang berusia 27 tahun, 2 orang berusia 18 tahun dan

1 orang berusia 15 tahun. Sedangkan karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin

(12)

5.1.2 Pelaksanaan Pelayanan Sosial Panti Asuhan (Pemberi Pelayanan)

Pelaksanaan pelayanan sosial merupakan upaya sistematis dengan menggunakan

panti sebagai media pelayanan untuk meningkatkan taraf hidup anak asuh. Proses

kegiatan tersebut dilakukan secara terorganisir dan profesional terhadap anak yatim,

piatu, yatim piatu dan terlantar yang memungkinkan terpenuhinya hak anak yaitu

kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi. Dalam hal ini yang

menjadi sasaran atau yang diberikan pelayanan adalah semua anak asuh, oleh karena itu

keberhasilan pelayanan sosial salah satunya tergantung pada sasaran yang dibina, yaitu

anak asuh itu sendiri. Namun ada beberapa faktor pendukung lainnya yang menjadi

pemicu keberhasilan yaitu program panti asuhan, pelaksanaan, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana, serta jaringan kerja. Pelaksanaan pelayanan tersebut mencakup

lima tahapan yaitu tahap pendekatan awal, tahap penggungkapan dan pemahaman

masalah (assessment), tahap perencanaan pelayanan, tahap pelaksanaan pelayanan, dan

tahap pasca pelayanan.

5.1.2.1Tahap Pendekatan Awal

Pada tahap pendekatan awal ini ada 5 tahapan yang harus dilakukan, yaitu

sosialisasi, penjaringan, penyeleksian, registrasi dan konferensi kasus. Berdasarkan

jawaban informan, informan memberikan tanggapan sosialisasi program di Panti

Asuhan Al-Mubarak dilakukan dengan cara membuat brosur yang memuat informasi

panti asuhan secara utuh dan lengkap, kemudian brosur tersebut disebarkan disetiap

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bengkulu, dengan begitu informasi yang akan

disampaikan akan lebih cepat tersebar. Selain melalui brosur, pihak panti asuhan dalam

(13)

dengan menggunakan radio sudah tidak dilakukan kembali, karena selain masalah

pendanaan yang minim, daya tampung panti asuhan Al-Mubarak sudah penuh.

Seperti yang diungkapkan oleh SB (31 tahun) salah satu pengasuh di Panti

Asuhan Al-Mubarak sebagai berikut :

“Sosialisasi dan penjaringan yang kami lakukan dengan cara membuat brosur yang memuat informasi panti asuhan secara utuh dan lengkap dan selanjutnya brosur tersebut kami sebarkan disetiap kabupaten/kota yang ada

di Provinsi Bengkulu. Selain melalui brosur proses penjaringgan calon

penghuni panti juga diperkuat oleh adanya informasi yang diberikan oleh koordinator disetiap daerah, sehingga calon penghuni panti yang memenuhi kriteria dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh panti asuhan akan kita asuh di panti. Selain melalui brosur, kita juga menggunakan media radio untuk sosialisasi, tetapi sekarang kita tidak lagi melakukan sosialisasi dengan menggunakan radio, karena dana kita minim, kemudian daya tampung di panti juga sudah penuh dek” (Wawancara 22 Juli 2013).

Hal ini diperkuat dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan GTM (14 tahun) sebagai berikut :

“Kami tahu informasi tentang Panti Asuhan Al-Mubarak dari brosur kak”

(Wawancara 27 Juli 2013).

Tahapan penyeleksian bagi calon penghuni Panti Asuhan Al-Mubarak dilakukan

berdasarkan karakter atau status calon penghuni panti tersebut, baik itu yatim, piatu,

yatim-piatu maupun anak terlantar yang tidak mampu. Mengenai tahapan registrasi,

Panti Asuhan Al-Mubarak mewajibkan para calon penghuni panti asuhan untuk

membawa surat keterangan tidak mampu dari kepala desa ataupun RT setempat dan

biodata calon penghuni panti tersebut. Pihak panti asuhan juga tidak memunggut biaya

administrasi kepada anak-anak calon penghuni panti asuhan pada saat melakukan

pendaftaran, sedangkan proses tahapan konferensi hanya dilakukan oleh tim dari panti

(14)

“Mengenai tahapan registrasi kami hanya mewajibkan kepada calon penghuni panti untuk membawa surat keterangan tidak mampu dari kepala desa ataupun RT setempat dan biodata anak calon penghuni panti, kami juga tidak memungut uang pendaftaran sepeserpun kepada calon penghuni panti. Kalo mengenai tahapan konferensi kasus itu hanya tim kami dari panti asuhan yang melakukannya, karena hal tersebut wewenang dari pihak panti”

(Wawancara 22 Juli 2013).

Hal ini diperkuat dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan AWS (18 tahun) sebagai berikut :

“Waktu kami mau masuk kepanti, kami diminta membawa surat keterangan tidak mampu dari kepala desa kak sebagai syarat pendaftaran,

panti asuhan juga tidak meminta uang dari kami” (Wawancara 27 Juli 2013).

Pada tahap pendekatan awal ini semua tahapan telah dilaksanakan oleh pihak

panti asuhan, hanya saja pada tahapan konferensi kasus pihak panti dalam hal ini tidak

melibatkan calon penghuni panti atau pihak yang terkait, hal ini dikarenakan pada

tahapan konferensi kasus hanya tim dari pihak panti yang melakukan tahapan tersebut.

5.1.2.2Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assessment)

Pada tahap pengungkapan dan pemahaman masalah terdapat 4 tahapan, yang

meliputi :

1. Analisis kondisi klien, keluarga dan lingkungan.

2. Karakteristik masalah, sebab dan implikasi masalah.

3. Kapasitas mengatasi masalah dan sumber daya.

4. Konferensi kasus.

Anak-anak yang menjadi calon penghuni panti harus melalui tahapan analisis

kondisi calon penghuni panti, keluarga dan lingkungan. Pihak panti langsung melakukan

survei kedaerah atau lokasi anak-anak yang ingin masuk kepanti. Survei ini dilakukan

(15)

calon penghuni panti tersebut. Kondisi yang dimaksudkan disini adalah apakah anak

yang ingin masuk kepanti adalah seorang yatim, piatu, yatim-piatu ataupun anak

terlantar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh SG (38 tahun) salah satu pengasuh di

Panti Asuhan Al-Mubarak yang menjelaskan bahwa :

“Tim kami sendiri yang langsung survei kedaerah tempat tinggal dari anak-anak yang ingin masuk kepanti, hal ini dilakukan agar kami dari pihak panti secara langsung dapat mengetahui dengan jelas kondisi dari calon penghuni

panti” (Wawancara 22 Juli 2013).

Untuk mengetahui informasi calon penghuni panti tersebut, pihak panti asuhan

melakukan wawancara langsung kepada pihak keluarga dan calon penghuni panti. Pihak

panti juga menjelaskan maksud dan tujuan serta meyakinkan pihak keluarga bahwa

pihak panti mengajak bukan untuk hal negatif, akan tetapi untuk memperbaiki masa

depan dari calon penghuni panti tersebut, sedangkan proses tahapan konferensi hanya

dilakukan oleh tim dari panti asuhan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh SG (38 Tahun)

yang menjelaskan bahwa :

“Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, kami melakukan wawancara kepada pihak keluarga, calon penghuni panti bahkan sampai kelingkungan sekitarnya, disamping wawancara kami juga menjelaskan dan meyakinkan kepada pihak keluarga bahwasannya pihak panti mengajak bukan untuk melakukan hal-hal yang tidak-tidak, tetapi semata-mata untuk memperbaiki masa depan calon penghuni panti tersebut. Konferensi disini masih wewenang

tim dari panti asuhan yang melakukannya” (Wawancara 22 Juli 2013).

Hal ini diperkuat dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan GTM (14 tahun) sebagai berikut :

“Ya kak, pada waktu itu kami diwawancara dengan orang panti asuhan,

(16)

Dari hasil wawancara dengan pihak panti asuhan, pada tahap pengungkapan dan

pemahaman masalah Panti Asuhan Al-Mubarak telah melakukan seluruh tahapan yang

ada. Namun, pada tahapan konferensi kasus pihak panti dalam hal ini tidak melibatkan

calon penghuni panti atau pihak yang terkait, hal ini dikarenakan pada tahapan

konferensi kasus hanya tim dari pihak panti yang melakukan tahapan tersebut.

5.1.2.3Tahap Perencanaan Pelayanan

Pada tahap perencanaan pelayanan terdapat 3 tahapan yaitu penetapan tujuan

pelayanan, penetapan jenis pelayanan yang dibutuhkan, dan sumber daya yang akan

digunakan. Pihak panti asuhan menjelaskan secara rinci mengenai program-program

pelayanan yang ada di Panti Asuhan Al-Mubarak kepada penghuni panti. Penghuni panti

wajib mengetahui fasilitas dan program pelayanan yang ada dipanti asuhan agar

penghuni panti nantinya dapat merasa nyaman selama tinggal di panti dengan fasilitas

dan program yang ada di Panti Asuhan Al-Mubarak. Hal ini seperti yang diungkapkan

oleh SB (31 tahun) salah seorang pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak, menjelaskan

bahwa :

“Oia, mereka (calon peghuni panti) dan orang tua mereka atau keluarga mereka wajib untuk mengetahui apa saja fasilitas, tujuan dan program pelayanan yang ada dipanti ini dengan tujuan agar mereka nyaman selama

tinggal di panti kita” (Wawancara 22 Juli 2013).

Hal ini diperkuat dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan GTM (14 tahun) sebagai berikut :

“Ya kak, ketika kami masuk panti awalnya kami diberitahu fasilitas, tujuan

(17)

Dari hasil observasi dan wawancara, ditemukan bahwa terdapat fasilitas ruangan

tempat tidur anak asuh tidak sesuai dengan standar, di Panti Asuhan Al-Mubarak satu

ruangan ± berukuran 15 x 7 meter terdapat belasan anak asuh. Hal ini sesuai yang

dikatakan oleh SM (31 tahun) salah seorang pengasuh yang menjelaskan bahwa :

“Kamarnyakan tidak sama besarnya, ada yang 2 orang, ada yang 4 orang, ada yang 6 orang, ada yang 12 orang, yaaaa pokoknya tergantung dari

besaran kamarnya” (Wawancara 27 Juli 2013).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti asuhan

YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Macam-macam Kak, ada yang 2 orang Kak, ada yang 6 orang, ada juga 8 orang Kak, tergantung kamarnya besar atau kecil” (Wawancara 27 Juli 2013).

Pihak panti asuhan harus menetapkan jenis kebutuhan apa saja yang dibutuhkan

oleh penghuni panti. Dalam menjalankan program pelayanan, pihak panti harus

memberikan pelayanan sesuai kebutuhan penghuni panti. Kebutuhan tersebut berupa,

sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, serta kegiatan keagamaan. Kebutuhan

inilah yang harus dipenuhi pihak panti selama memberikan pelayanan kepada penghuni

panti. Seperti yang diungkapkan oleh SB (31 tahun) salah seorang pengasuh di Panti

Asuhan Al-Mubarak, menjelaskan bahwa :

“Sejak panti ini berdiri, ketentuan atau penetapan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang akan dibutuhkan penghuni panti telah kita tetapkan, itu semua sudah ada diprogram-program kita dek, yang namanya kebutuhan wajib kita penuhi, jadi kebutuhan untuk semua adik-adik disini ya wajib kita penuhi, itu sudah menjadi tanggung jawab kita dari sisi apapun, dari aspek pendidikan mereka mau di sekolahkan di sekolah yang mereka mau ya kita sekolahkan, ada yang di swasta, ada yang di umum, ada yang di STM, begitu juga dengan pakaian dan keperluan lainnya, pokoknya apapun yang menjadi tuntutan, kebutuhan, kewajiban baik itu berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan semua itu harus kita penuhi. Alhamdulilah sampe sekarang semuannya bisa kita penuhi walapun masih terdapat kekurangan dalam

(18)

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti AWS

(18 tahun) sebagai berikut :

“Iya kak, kebutuhan-kebutuhan kami dalam bersekolah pihak panti asuhan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan kami tersebut” (Wawancara 27 Juli 2013).

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengenai standar makanan bagi

anak asuh di Panti Asuhan Al-Mubarak, ternyata pihak Panti Asuhan Al-Mubarak tidak

melakukan konsultasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan kebutuhan makan anak asuh

yang sesuai dengan standar gizi dan kesehatan. Hal ini dikemukakan oleh SB (31 tahun)

salah seorang pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak, mengatakan bahwa :

“Kita disini tidak melakukan konsultasi dengan ahli gizi, kami memberikan menu makanan anak asuh kami sesuai dengan kondisi keuangan panti, selain itu pihak donatur terkadang juga sering membantu dalam hal pemberian kebutuhan makan anak asuh” (Wawancara 22 Juli 2013).

Selanjutnya yang menjadi sorotan pada tahap perencanaan pelayanan adalah

sumber daya yang ada di Panti Asuhan Al-Mubarak. Di Panti Asuhan Al-Mubarak

jumlah pengurus dan pengasuh panti asuhan sebanyak 21 orang yang terdiri dari 12

orang pengurus dan 9 orang pengasuh dengan berbagai latar belakang pendidikan.

Namun, dari jumlah pengurus dan pengasuh tersebut terdapat beberapa orang yang

memiliki double job, yaitu pengasuh merangkap sebagai pengurus panti. Seperti yang

diungkapkan oleh SB (31 tahun) salah seorang pengurus di Panti Asuhan Al-Mubarak

yang menyatakan bahwa :

(19)

Dari hasil wawancara dengan pihak Panti Asuhan Al-Mubarak, peneliti

mengetahui bahwa didalam Panti Asuhan Al-Mubarak terdapat 9 orang pengasuh yang

telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Hal ini sesuai yang dikatakan

oleh SM (31 tahun) salah seorang pengasuh yang menjelaskan bahwa :

“Disini kita memiliki 9 orang pengasuh yang terdiri dari 2 orang juru masak, 2 orang pengasuh putri, 2 orang instalasi listrik dan air (pengasuh putra), 2 orang mengajar mengaji (2 pengasuh putra dan ketua pengasuh juga ikut membantu), 1 orang ketua pengasuh” (Wawancara 22 Juli 2013).

Dalam pelaksanaannya, untuk memberikan pelayanan terhadap 97 orang anak

asuh tidak mungkin Panti Asuhan Al-Mubarak berdiri sendiri tanpa adanya sumber

dana. Sumber keuangan Panti Asuhan Al-Mubarak terbagi menjadi dua sumber, yaitu

donatur tetap dan donatur tidak tetap. Donatur tetap yang pertama berasal dari

pemerintah, yang kedua berasal dari Asian Moeslim Charity Foundation (AMCF) yang

berlokasi di Dubai Uni Emirat Arab. Kemudian bantuan tidak tetap berasal dari swadaya

masyarakat. Hal ini seperti yang disampaikan oleh SM (31 tahun) salah seorang

pengasuh yang menjelaskan bahwa :

(20)

Pada tahap ini pada dasarnya semua tahapan telah dilakukan oleh pihak Panti

Asuhan Al-Mubarak, namun yang menjadi sorotan pada tahap perencanaan pelayanan

ini adalah mengenai fasilitas ruangan tempat tidur anak asuh, kemudian pemenuhan

kebutuhan standar makan anak asuh yang tidak melibatkan ahli gizi, hal ini dikarenakan

terkait masalah pendanaan panti asuhan yang minim. Selanjutnya mengenai Sumber

Daya Manausia (SDM) yang masih terdapat rangkap jabatan.

5.1.2.4Tahap Pelaksanaan Pelayanan

Panti asuhan sebagai lembaga pengganti orang tua untuk sementara bagi

anak-anak harus bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan. Panti asuhan harus

memahami bahwa setiap aspek bimbingan yang ada di panti asuhan ditujukan agar

pemenuhan bimbingan yang ada di panti asuhan dapat dilakukan secara menyeluruh.

Pada tahap pelaksanaan pelayanan ini terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi

bimbingan individu, kelompok, sosial, mental psikososial, pelatihan keterampilan, fisik

kesehatan, dan pendidikan kepada setiap anak asuhnya.

Bimbingan individu yang dilakukan Panti Asuhan Al-Mubarak lebih kearah

masalah pribadi dari setiap anak. Pihak panti melakukan pendekatan, motivasi, dan

penguatan mental kepada anak yang memiliki masalah sehingga pihak panti dapat

membantu mencari solusi dari masalah yang dialami oleh anak tersebut. Untuk

membantu anak yang sedang mengalami masalah, pihak panti melakukan asesment

terhadap permasalahan yang dihadapi anak tersebut dan pihak panti juga menjaga

informasi tentang permasalahan anak yang sifatnya rahasia. Hal ini seperti yang

dijelaskan oleh SB (31 Tahun) salah satu pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak yang

(21)

“Kita melakukan bimbingan individu lebih cenderung kearah masalah-masalah pribadi si anak, kami melakukan pendekatan, memberikan motivasi dan penguatan mental kepada anak asuh yang memiliki masalah sehingga kami dapat membantu mencari solusi dari masalah yang dihadapinya. Untuk membantu permasalahan yang dihadapi anak asuh, kami melakukan asesment terhadap permasalahan yang dihadapinya, dan kami sangat menjaga

kerahasiaan dari permasalahan anak asuh” (Wawancara 22 Juli 2013).

Hal ini sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Ya kak, pihak panti terkadang membantu kami kalau kami ada masalah, akan tetapi kami merasa canggung untuk menceritakan masalah pribadi kami kepada pengasuh, selain itu pengasuh disini sedikit kurang perhatian dan juga

kurang peka terhadap permasalahan kami kak” (Wawancara 27 Juli 2013).

Bimbingan kelompok yang diberikan Panti Asuhan Al-Mubarak terhadap anak

asuh berupa belajar bersama, membantu melaksanakan kegiatan sehari-hari yang

memerlukan tanggung jawab seperti sekolah, belajar, ibadah dan piket, namun tetap

proporsional dengan memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk bermain dan

beristirahat. Pihak panti juga membantu dalam memfasilitasi bimbingan kelompok

kepada anak asuh, melalui bimbingan kelompok ini diharapkan dapat menumbuhkan

rasa persaudaraan dan kebersamaan antara pihak panti dan penghuni panti, dan sesama

penghuni panti. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh MS (26 Tahun) salah satu pengasuh

di Panti Asuhan Al-Mubarak yang menjelaskan bahwa :

(22)

Hal ini diperkuat dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Ya kak, disini kami sering belajar bersama, sholat berjamaah dan piket di panti, kemudian disore harinya kami bermain dengan penghuni panti lainnya”

(Wawancara 27 Juli 2013).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kegiatan kerohanian yang

dilakukan Panti Asuhan Al-Mubarak terhadap anak asuhnya dilaksanakan sehabis sholat

Maghrib sampai menjelang sholat Isya. Proses pengajian dilakukan oleh para pengasuh

panti dan juga melibatkan anak asuh yang telah diseleksi dan diuji pembacaan

Al-Qur’annya untuk membantu pengasuh dalam mengajari anak asuh lainnya untuk

mengaji. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh SM (31 tahun) salah seorang pengasuh yang

menjelaskan bahwa :

“Untuk kegiatan kerohanian seperti mengaji, itu kita alokasikan waktunya sehabis Maghrib dek, jadi kegiatan mengaji anak asuh dimulai sehabis Sholat Maghrib sampai menjelang Sholat Isya, kemudian kita melakukan Sholat Isya secara berjamaah, yang mengajari mereka mengaji adalah para pengasuh disini, dan juga melibatkan para anak asuh yang telah kita seleksi dan kita uji yang bacaannya bagus dan fasih itu kita berikan mandat untuk membantu

pengasuh mengajari anak asuh lainnya” (Wawancara 27 Juli 2013).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti asuhan

YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Kami ngaji habis Sholat Maghrib sampai Isya Kak, yang mengajari kami ngaji para pengasuh disini Kak, ada juga dari sama-sama anak panti yang

lebih pintar mengajari kami mengaji” (Wawancara 27 Juli 2013).

Dari hasil observasi dan wawancara, dari 66 orang jumlah anak asuh putra dan

31 anak asuh putri yang ada di Panti Asuhan Al-Mubarak, tidak satupun anak asuh yang

melakukan Sholat Tahajud, hal ini dikarenakan pihak panti tidak mewajibkan Sholat

(23)

tersebut sejatinya atas kesadaran anak asuh sendiri yang melakukannya, akan tetapi

pihak panti asuhan tidak lepas tanggan begitu saja, pihak panti memberi saran serta

motivasi kepada anak asuh agar membiasakan Sholat Tahajud tersebut. Hal ini sesuai

yang dikatakan oleh SM (31 tahun) salah seorang pengasuh yang menjelaskan bahwa :

“Disini tidak ada aturan yang wajib untuk melakukan Sholat Tahajud, kita tidak mengharuskan anak asuh untuk melakukan Sholat Tahajud, akan tetapi kita membiasakan mereka untuk melakukan ibadah-ibadah sakral seperti itu”

(Wawancara 27 Juli 2013).

Dari ke 3 informan semuanya menjawab sama.

“Tidak Kak, cuma pengasuh selalu memberitahu kami menasehati untuk

membiasakan Sholat Tahajud” (Wawancara 27 Juli 2013).

Pada tahapan bimbingan sosial, kegiatan dan pendekatan yang harus dilakukan

panti asuhan terhadap anak asuh adalah dengan memberikan pemahaman bahwa masa

perkembangan anak adalah kunci bagi tahapan sosialisasi, sehingga anak perlu

memperoleh ruang dan kesempatan yang fleksibel untuk bersosialisasi secara aman dan

bertanggung jawab. Anak perlu memperoleh tanggung jawab sesuai kematangan usia

mereka sehingga diakui kapasitasnya untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam

membuat keputusan.

Pengasuh secara langsung memberikan bimbingan sosial terhadap anak asuh

dengan mengenali kebutuhan emosional, sosial dan budaya anak asuh sesuai dengan

usia dan tahap perkembangan dari anak asuh tersebut. Pihak panti mendorong anak asuh

untuk menjalin dan menjaga hubungan dengan teman seusia mereka, baik itu didalam

panti, sekolah, maupun dilingkungan sekitar panti untuk meningkatkan rasa percaya diri

mereka. Selain itu, pihak panti juga mendorong dan memfasilitasi anak asuh untuk aktif

(24)

fleksibel, dan dukungan lain yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan

oleh SB (31 Tahun) salah satu pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak sebagai berikut :

“Ya disini kita tuntun, kita bimbing adik-adik untuk bersosialisasi atau membangun hubungan dengan teman-teman seusia mereka, baik itu didalam panti, teman sekolah sampai kelingkungan sekitar panti. Selain itu kami pihak panti juga mendorong dan memfasilitasi mereka agar selalu aktif dalam kegiatan disekolah, pokoknya apapun yang menjadi kebutuhan mereka kami selalu berusaha untuk memenuhinya, mulai dari uang trasportasi, waktu yang untuk mereka melakukan kegiatan, dan keperluan-keperluan lainnya, dana yang kita pergunakan tersebut tentu bersumber dari keuangan panti”

(Wawancara 22 Juli 2013).

Hal ini diperkuat dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan AWS (18 tahun) sebagai berikut :

”Kalo ada kegiatan disekolah misalnya ekstrakulikuler, pihak panti sangat mendukung kami dalam kegiatan tersebut, kami juga diberi uang untuk naik

angkot pergi kesekolah” (Wawancara 27 Juli 2013).

Pihak panti asuhan juga mendukung relasi persaudaraan diantara anak-anak

penghuni panti dengan memperlakukan setiap anak secara adil dalam pemenuhan hak

dan tanggung jawab, membiasakan untuk saling berbagi dan menghargai, juga untuk

saling berdiskusi dan membuat keputusan bersama. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh MS (26 Tahun) salah satu pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak

sebagai berikut :

“Kami disini selalu menanamkan nilai-nilai persaudaraan terhadap anak asuh, kami selalu memperlakukan secara adil kepada seluruh anak asuh seperti pemenuhan hak dan tanggung jawab, membiasakan mereka untuk saling berbagi dan menghargai, dan bermusyawarah dalam membuat

keputusan bersama” (Wawancara 22 Juli 2013).

Untuk menghindari hubungan kekuasaan yang tidak sehat antara penghuni panti,

pihak panti memberi wewenang kepada penghuni panti yang lebih tua untuk melaporkan

(25)

membangun relasi antara penghuni yang lebih tua dan yang lebih muda, pihak panti

mengatur komposisi usia dalam kamar anak agar terciptanya situasi dimana anak dapat

bergaul dengan akrab. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh MS (26 Tahun) salah satu

pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak yang menjelaskan bahwa :

“Terkait dengan pertanyaan adek masalah kedisiplinan, merekakan masih kecil-kecil, jadi terkadang mereka ada yang tidak disiplin dan mungkin ada yang nakal, nah untuk mngantisipasi hal tersebut kami memberi wewenang kepada senior mereka untuk melaporkan pelanggaran dan mendisiplinkan penghuni panti yang lebih muda. Untuk membangun relasi antar penghuni panti yang senior dan junior, kami mengatur komposisi usia dalam kamar tidur mereka agar terciptanya situasi dimana anak dapat bergaul dengan akrab” (Wawancara 22 Juli 2013).

Bimbingan secara mental psikososial yang diberikan Panti Asuhan Al-Mubarak

terhadap anak asuh yaitu berupa memberikan pemahaman, penguatan mental, dan

motivasi yang beracuan kepada agama, sehingga anak asuh tersebut dapat termotivasi

dan terus bersemangat dalam menjalani kehidupannya untuk menjadi yang lebih baik.

Hal ini seperti yang dijelaskan oleh SG (38 Tahun) salah satu pengasuh di Panti Asuhan

Al-Mubarak yang menjelaskan bahwa :

“Kami memberikan bimbingan mental psikososial kepada anak asuh berupa pemahaman, penguatan mental, dan motivasi yang beracuan kepada agama, sehingga mereka termotivasi dan bersemangat kemnbali dalam

menjalanin kehidupannya” (Wawancara 22 Juli 2013).

Bimbingan pelatihan keterampilan yang diberikan Panti Asuhan Al-Mubarak

terhadap anak asuh masih sangat minim, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain sebagai berikut :

1. Ketersedianan dana yang kurang untuk memfasilitasi penghuni panti untuk

melakukan pelatihan keterampilan.

(26)

3. Minimnya jaringan kerja atau relasi dari pihak Panti Asuhan Al-Mubarak

terhadap pihak ketiga.

4. Jumlah anak asuh yang sebakin bertambah.

Hal inilah yang menyebabkan terhentinya hubungan kerja antara pihak panti

asuhan dengan pemberi pelatihan keterampilan, dikarenakan sebelumnya pihak panti

asuhan pernah menjalin hubungan kerja dengan pengrajin meuble, pelatihan komputer,

dan kursus menjahit. Akan tetapi, baru-baru ini ada relawan yang ingin memberikan

pelatihan keterampilan berupa keterampilan memangkas rambut dan perawatan rambut

di Panti Asuhan Al-Mubarak. Hal ini dilaksanakan setiap hari Minggu yang berlokasi di

Panti Asuhan Al-Mubarak. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh SG (38 Tahun) salah

satu pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak yang menjelaskan bahwa :

“Mengenai bimbingan keterampilan, dulu kami pernah bekerja sama dengan pengrajin meuble, terus pelatihan komputer, dan kursus menjahit, tetapi sekarang tidak lagi karena ada beberapa faktor, salah satu diantarannya adalah faktor ekonomi. Akan tetapi, baru-baru ini ada relawan yang ingin memberikan keterampilan memangkas dan perawatan rambut kepada anak asuh. Ini dilaksanakan setiap hari minggu lokasinya dipanti kita”

(Wawancara 22 Juli 2013).

Hal ini diperkuat namun sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh salah

satu penghuni panti asuhan YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Kalau dulu ada pengrajin meuble, belajar komputer dan kursus menjahit, tetapi sudah beberapa tahun terakhir kami tidak lagi dibekali keterampilan tersebut, beberapa bulan yang lalu kami belajar memangkas dan merawat

rambut, tetapi akhir-akhir ini sudah tidak lagi” (Wawancara 27 Juli 2013).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ditemukan bahwa untuk kegiatan

keterampilan di Panti Asuhan Al-Mubarak masih minim, seperti contoh untuk kegiatan

(27)

menjadi vakum, sebelumnya kegiatan ini dulu dilaksanakan oleh Panti Asuhan

Al-Mubarak, namun karena keterbatasan dana dan media kegiatan ini dihentikan. Hal ini

sesuai yang dikatakan oleh SM (31 tahun) salah seorang pengasuh yang menjelaskan

bahwa :

“Dulu kita memiliki grup nasyid dan rebana putra putri, namun untuk beberapa tahun terakhir ini anggota nasyid kita sudah tidak ada lagi karena banyak anak asuh yang sudah tamat, tetapi tahun ini kita melakukan seleksi kembali namun baru tahap awal, kemudian kita terbentur oleh media (alat-alat)

yang telah tua yang tidak bisa dipakai lagi” (Wawancara 27 Juli 2013).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti asuhan

YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Sejak kami masuk di panti ini memang tidak ada nasyid Kak”

(Wawancara 27 Juli 2013).

Bimbingan fisik kesehatan yang diberikan Panti Asuhan Al-Mubarak kepada

anak asuh yaitu senam pagi yang dilakukan sehabis Sholat Subuh. Disamping itu pihak

panti juga memanfaatkan kesempatan dari para mahasiswa dan mahasiswi kesehatan

yang melakukan penelitian di Panti Asuhan Al-Mubarak. Seperti yang dikemukakan

oleh SN (38 Tahun) informan yang merupakan salah satu pengasuh di Panti Asuhan

Al-Mubarak menjelaskan bahwa :

(28)

Hal ini diperkuat dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti

asuhan YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Disini sehabis Sholat Subuh kami selalu melakukan senam pagi kak, terus kadang-kadang kalau ada anak kesehatan penelitian disini kami diberikan

ilmu tentang kesehatan” (Wawancara 27 Juli 2013).

Untuk pemerikasaan kesehatan ke ahli medis atau kedokter, pihak Panti Asuhan

Al-Mubarak belum bisa menjadualkan secara rutin karena tergantung dengan kesibukan

anak asuh dan keuangan panti, akan tetapi pihak panti asuhan melakukan kerja sama

dengan mahasiswa dan mahasiswi tingkat akhir seperti akper dan akbid untuk

memberikan materi masalah kesehatan kepada anak asuh. Hal ini seperti yang dijelaskan

oleh SN (38 Tahun) adalah salah satu pengasuh di Panti Asuhan Al-Mubarak yang

menjelaskan bahwa :

“Untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebanyak 97 orang anak asuh kedokter kami belum bisa menjadualkan secara reguler, hal ini tergantung dengan kesibukan dari anak asuh sendiri dan hal yang sangat penting adalah masalah pendanaan. Tetapi kami melakukan kerja sama dengan mahasiswa atau mahasiswi dari akper dan akbid yang sudah semester atas untuk dapat memberikan sedikit banyak materi tentang kesehatan kepada anak asuh, hal ini sangat membantu kami dalam memberikan pendidikan fisik kesehatan

kepada adik-adik dipanti” (Wawancara 24 Juli 2013).

Pihak Panti Asuhan Al-Mubarak juga memfasilitasi, mengingatkan dan memberi

contoh kepada anak asuhnya untuk memelihara kebiasaan hidup bersih dan sehat dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menyediakan tempat sampah, membuang

sampah pada tempatnya, mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi setelah

makan dan sebelum tidur serta menjaga kebersihan lingkungan panti asuhan. Selain itu

pihak panti asuhan juga menyediakan informasi memadai tentang kesehatan termasuk

(29)

seperti yang dijelaskan oleh SN (38 Tahun) salah satu pengasuh di Panti Asuhan

Al-Mubarak yang menjelaskan bahwa :

“Disamping itu kami slaku pengasuh juga memfasilitasi, mengingatkan serta memberikan contoh kepada anak asuh untuk selalu membiasaka hidup bersih dan sehat seperti kami menyediakan tempat sampah, mengajari anak asuh untuk membuang sampah pada tempatnya, membiasakan mencuci tangan sebelum makan, mengosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur. Kemudian kami juga menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi, bahaya merokok dan bahaya NAPZA kepada anak panti kami” (Wawancara 24 Juli

2013).

Panti Asuhan Al-Mubarak bertanggung jawab secara penuh apabila terdapat

anak asuhnya ada yang sakit. Proses penanganan yang dilakukan yang dilakukan pihak

panti sesuai dengan sakit atau penyakit yang diderita oleh anak asuh, apabila penyakit

yang diderita anak asuh tersebut diharuskan dibawa ke rumah sakit atau ke dokter maka

pihak panti akan membawanya ke rumah sakit atau ke dokter. Namun, apabila penyakit

anak asuh tersebut dalam konteks skala ringan maka pihak panti tidak perlu

membawanya ke dokter, hal ini seperti yang disampaikan oleh SM (31 tahun) salah

seorang pengasuh yang menjelaskan bahwa :

“Kalau sakit tentu kita obati, masalah dibawa ke rumah sakit atau ke puskesmas itu tergantung penyakit yang dialami. Biasanya adek-adek mengalami infeksi ringan seperti gatal-gatal, flu, sakit kepala, hal-hal tersebut bisa pihak panti atasi. Dulu pernah ada anak asuh yang sakit malaria tipes dan itu kita bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih

lanjut” (Wawancara 27 Juli 2013).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti asuhan

YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Kalau kami sakit kami mengadu kepengasuh dan pengasuh yang

(30)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, di Panti Asuhan

Al-Mubarak pihak panti memberikan makan kepada anak asuh sebanyak tiga kali sehari

yaitu sebelum pergi sekolah, sepulang dari sekolah dan sesudah Magrib atau sesudah

Isya. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh SM (31 tahun) salah seorang pengasuh yang

menjelaskan bahwa :

“Kalau masalah makan tentu kami memberikan makan mereka 3 kali sehari, pertama pada saat sebelum pergi sekolah, kedua sepulang sekolah, ketiga menjelang Maghrib atau sesudah Isya tergantung dengan kesibukan, kalau sore ada kesibukan, makannya pada saat sesudah Sholat Isya, kalau sore tidak ada kesibukan makannya sebelum Sholat Maghrib” (Wawancara

27 Juli 2013).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti asuhan

YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Kami makan 3 kali Kak, pagi, siang dan malam” (Wawancara 27 Juli

2013).

Pendidikan formal, non-formal, dan informal yang diterima anak asuh adalah

bagian dari rencana pengasuhan anak sehingga harus disesuaikan dengan jenis

pengasuhan dan jangka waktu anak tinggal dipanti asuhan, baik dalam pengasuhan

darurat (maksimal 3 bulan), pengasuhan jangka pendek (3 s/d 18 bulan), dan

pengasuhan jangka panjang (lebih dari 18 bulan).

Pihak Panti Asuhan Al-Mubarak memfasilitasi anak untuk memperoleh

pendidikan formal baik didalam maupun diluar panti asuhan. Selain pendidikan formal,

pihak panti juga mendukung anak asuh menempuh pendidikan non-formal jika tidak

berhasil dalam jalur pendidikan formal, seperti melalui jalur paket A untuk setingkat

(31)

Hal ini sesuai yang disampaikan oleh BS (49 Tahun) salah satu pengurus panti

sebagai berikut :

“Mengenai masalah pendidikan, kami dari pihak panti asuhan tentu akan selalu berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak asuh, kami memberikan pendidikan formal baik didalam maupun diluar panti asuhan. Selain pendidikan formal, kami juga mendukungn anak asuh untuk menempuh pedidikan non formal apa bila tidak berhasil dijalur formal, seperti paket A, B dan C, alhamdulillah sejauh ini tidak ada anak asuh kita yang menempuh jalur non formal, semuanya menempuh pendidikan formal” (Wawancara 10

Oktober 2013).

Selain itu, anti Asuhan Al-Mubarak juga mendukung tercapainya tujuan akademi

pendidikan bagi anak selama mereka tinggal di panti asuhan, dengan memfasilitasi

penyediaan berbagai fasilitas penunjang pendidikan seperti peralatan belajar,

transportasi, bimbingan belajar dan fasilitas lainya. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh BS (49 Tahun) salah satu pengurus dari Panti Asuhan Al-Mubarak :

“Ya, seperti yang saya sampaikan tadi bahwa kami dari pihak panti asuhan tentu akan selalu berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak asuh, untuk itu kami memberikan fasilitas penunjang pendidikan mereka dengan memberikan mereka perlengkapan sekolah seperti alat tulis dll, kemudian kami juga memberikan uang transportasi untuk mereka, bimbingan belajar dan fasilitas lainnya untuk tercapainya tujuan akademi pendidikan

mereka selama mereka tinggal di panti” (Wawancara 10 Oktober 2013).

Panti Asuhan Al-Mubarak mendukung anak asuhnya untuk melakukan pilihan

yang terkait dengan pendidikan mereka selama tinggal di panti asuhan, dengan

memberikan informasi yang memadai dan pertimbangan bagi pilihan anak asuh,

memfasilitasi diskusi untuk membahas alternatif pilihan. Disamping itu panti asuhan

juga harus mendukung tercapainya fungsi sosial anak, pendidikan bagi anak selama

tinggal di panti asuhan, melalui keterlibatan dalam kegiatan ekstrakuliuler dan dalam

(32)

dengan pemberian izin, fleksibilitas waktu dan dukungan dana. Hal ini sesuai yang

disampaikan salah satu pengurus panti asuhan BS (49 Tahun) sebagai berikut :

“Kami disini tidak membatasi ruang gerak anak asuh untuk mereka memilih sekolah mana yang mereka inginkan, kami hanya memberikan informasi yang memadai dan pertimbangan pilihan anak asuh itu sendiri, kemudian kami memfasilitasi diskusi untuk membahas alternatif pilihan. Disamping itu kami pihak panti asuhan juga mendukung anak asuh untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan sosial lainnya yang dilakukan oleh sekolah mereka masing-masing demi tercapainya fungsi sosial dan pendidikan mereka. Tentu kami akan memberi kan izin, waktu dan

dukungan dana” (Wawancara 10 Oktober 2013).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti asuhan

YT (18 tahun) sebagai berikut :

“Pihak panti tidak pernah melarang kami untuk masuk kesekolah yang

kami inginkan” (Wawancara 27 Juli 2013).

Dalam tahap pelaksanaan pelayanan semua tahapan pada dasarnya telah

dilaksanakan oleh pihak panti, baik itu bimbingan secara individu, kelompok, sosial,

mental psikososial, pelatihan keterampilan, fisik kesehatan, dan pendidikan, hanya saja

ada beberapa tahapan yang sedikit menjadi masalah, yaitu pada tahap bimbingan

individu, anak asuh merasakan pengasuh kurang perhatian dan kurang peka terhadap

permasalahan yang mereka hadapi, kemudian yang yang menjadi permasalahan adalah

pada tahapan pelatihan keterampilan dan fisik kesehatan pihak panti asuhan mengalami

masalah dalam pendanaan, namun pihak panti asuhan mencari jalan alternatif atau solusi

agar tahapan tersebut tetap berjalan. Akan tetapi walaupun tahapan tersebut tetap

(33)

5.1.2.5Tahap Pasca Pelayanan

Didalam tahap pasca pelayanan terdapat empat tahapan yaitu penghentian

pelayanan, rujukan, pemulangan dan penyaluran, dan pembinaan lanjut. Penghentia

pelayanan di Panti Asuhan Al-Mubarak ada 3 macam, yang pertama adalah penghentian

dilakukan apabila anak asuh tersebut telah selesai menjalani proses pelayanan di panti

asuhan, yang kedua adalah penghentian dilakukan apabila pihak keluarganya yang

meminta anak asuh tersebut untuk pulang atau dalam arti kata pihak keluarga

mengambil ahli untuk merawat anak tersebut, yang ketiga adalah penghentian dilakukan

apabila anak asuh melanggar aturan di panti asuhan yang sifatnya berat. Pihak panti juga

memberitahu proses penghentian layanan tersebut bagi calon penghuni panti. Hal ini

sesuai dengan keterangan dari salah satu pengurus di Panti Asuhan Al-Mubarak BS (49

Tahun) sebagai berikut :

“Tentu ada penghentian pelayanan atau pengahiran pelayanan terhadap anak asuh disini. Penghentian pelayanan tersebut terdiri dari 3 macam, yang pertama penghentian pelayanan karena anak asuh telah menjalani proses pelayanan di Panti Asuhan Al-Mubarak, penghentian pelayanan yang kedua itu dilakukan kalau ada pihak keluarga aak asuh tersebut ingin memulangkan anak tersebut, artinya pihak keluarga yang akan merawat anak asuh tersebut, dan yang ketiga adalah apabila anak asuh tersebut melanggar peraturan yang berat di panti dan proses penghentian pelayanan tersebut selalu kami beritahu

kepada calon penghuni panti yang akan masuk kesini” (Wawancara 10

Oktober 2013).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu penghuni panti asuhan

YT (18 tahun) sebagai berikut :

(34)

Terkait dengan penghentian pelayanan dalam hal melanggar aturan yang sifatnya

berat, pihak panti asuhan harus memahami bahwa penegakan aturan dan disiplin

termasuk bagaimana cara disiplin tersebut ditegakkan merupakan upaya untuk

mendukung perilaku positif dan penghargaan terhadap orang lain, selain itu panti asuhan

memfasilitasi staf, pengasuh, orang dewasa didalam panti asuhan dan anak untuk

membangun kesepakatan akan sanksi yang harus diterima, apabila ada pihak yang

melanggar aturan dan sanksi tersebut bukan untuk memalukan atau merendahkan anak.

Dalam menetukan aturan disiplin dan sanksi, Panti Asuhan Al-Mubarak

melibatkan anak asuh bersama pengasuh dan pengurus untuk merumuskan berbagai

aturan yang mereka anggap penting untuk kehidupan bersama mereka dan kepentingan

yang terbaik untuk anak asuh. Hal ini sesuai dengan keterangan dari salah satu pengurus

di Panti Asuhan Al-Mubarak BS (49 Tahun) sebagai berikut :

“Ya, tentu disini kami memiliki peraturan yang mana praturan tersebut sebagai kontrol dalam menuntun kami agar kami disiplin. Kami harus mematuhi peraturan tersebut, kalau tidak tentu akan mendapatkan sanksi bagi setiap yang melanggarnya. Untuk menentukan aturan disiplin dan sanksi tersebut, kami melibatkan mulai dari anak asuh, pengasuh dan pengurus untuk merumuskan apa-apa saja yang dianggap penting dan tentu saja untuk

kepentingan yang terbaik anak asuh” (Wawancara 10 Oktober 2013).

Proses penghentian pelayanan atau pemberian sanksi terhadap anak asuh akan

dilakukan apabila anak tersebut telah melanggar aturan yang sifatnya berat. Hal ini

sesuai dengan keterangan dari salah satu pengurus di Panti Asuhan Al-Mubarak BS (49

Tahun) sebagai berikut :

(35)

pembunuhan, perzinahan, dan lain sebagainya yang termasuk katagori berat. Kita disini melakukan pengawasan 24 jam, jadi begitu ada informasi terjadi pelanggaran aturan maka langsung kita berikan tindakan keras, karena misi kita menyelamatkan masa depan mereka dan menjaga nama baik Panti

Asuhan Al-Mubarak” (Wawancara 10 Oktober 2013).

Pada tahapan proses rujukan pihak panti akan memfasilitasi rujukan tersebut

kepada pihak yang terkait, akan tetapi sampai saat ini belum ada kasus yang terjadi. Hal

ini sesuai dengan keterangan dari salah satu pengurus di Panti Asuhan Al-Mubarak BS

(49 Tahun) sebagai berikut :

“Apabila rujukan tersebut dianggap perlu maka kami akan akan memfasilitasi rujukan kapada pihak yang terkait, namun sejauh ini belum ada

kasus yang bersifat khusus terjadi” (Wawancara 10 Oktober 2013).

Proses pengembalian anak yang dilakukan di Panti Asuhan Al-Mubarak

dilakukan apabila anak tersebut telah selesai menempuh pendidikan hingga tamat SMA.

Kemudian pihak panti asuhan memangil atau menghubungi keluarga anak tersebut yang

masih ada dan menjelaskan bahwasannya anak tersebut telah selesai diasuh oleh pihak

panti asuhan. Untuk selanjutnya pihak panti asuhan akan mengantar anak tersebut

kembali kepada keluarganya. Hal ini sesuai dengan keterangan dari salah satu pengurus

di Panti Asuhan Al-Mubarak BS (49 Tahun) sebagai berikut :

“Pengembalian anak asuh kepada keluarganya dilakukan apabila anak asuh tersebut telah selesai menempuh pendidikan hingga tamat SMA. Selanjutnya kami menghubungi atau memanggil keluarga atau sanak saudaran anak asuh tersebut untuk menjelaskan bahwa anak tersebut telah selesai kami asuh. Selanjutnya kami mengantar anak asuh tersebut kembali keluarganya”

(Wawancara 10 Oktober 2013).

Dalam proses pembinaan lanjutan terhadap anak asuh, pihak panti melakukan

monitor atau memantau anak asuh tersebut apakah sudah bekerja atau kembali

(36)

yang telah selesai mengikuti proses pelayanan di panti asuhan untuk memilih ingin

kembali kekeluarganya atau tetap tinggal di panti asuhan, kalau anak tersebut memilih

untuk tetap tinggal di panti maka hal ini harus mendapatkan persetujuan dari pihak

keluarganya. Bagi anak asuh yang sudah dibina di panti dan mereka ingin kembali

kekeluarganya, pihak panti asuhan kesulitan dalam hal memantau atau untuk melakukan

monitoring terhadap anak tersebut. Untuk itu proses tersebut tidak dilaksanakan oleh

pihak panti. Hal ini sesuai dengan keterangan dari salah satu pengurus di Panti Asuhan

Al-Mubarak BS (49 Tahun) sebagai berikut :

“Tapi yang jelas, mereka setelah tamat SMA dan ingin lanjut kuliah mereka ingin tinggal disini boleh, mereka tidak kuliah dan ingin tinggal disini juga boleh, tetapi tetap dalam aturan yang berlaku di panti seperti tidak memberikan contoh yang buruk kepada adik-adik mereka, tentu saja dalam hal ini harus dapat persetujuan dari pihak keluarganya. Banyak senior, alumni yang masih tinggal disini bahkan ada yang sampai menikah, semua biaya itu dibantu oleh pihak panti. Tetapi bagi alumni atau senior-senior yang ingin kembali kekeluarganya kami tidak melakukan pemantauan lebih lanjut terhadap anak tersebut, kenapa tidak karena sulit bagi kami untuk melakukan hal tersebut, seperti SDM dan pendanaan yang tidak memungkinkan”

(Wawancara 10 Oktober 2013).

Berdasarkan pemaparan diatas, beberapa tahapan pasca pelayanan yang ada telah

berjalan sesuai standar tahapan yang ada, akan tetapi pada proses tahapan rujukan belum

dilaksanakan, hal ini dikarenakan belum adanya kasus yang terjadi, selain itu pada

tahapan pembinaan lajutan, pihak panti tidak melaksanakan tahapan tersebut dengan

(37)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Standar Pelayanan di Panti Asuhan Al-Mubarak 5.2.1.1Tahap Pendekatan Awal

Upaya untuk menentukan kebutuhan anak terhadap pengasuhan baik yang

berbasis keluarga maupun pengasuhan alternatif, dilakukan melalui tahapan yang

bersifat berkelanjutan mulai dari pendekatan awal, pengungkapan dan pemahaman

masalah, perencanaan pelayanan, pelaksanaan pelayanan dan pengakhiran pelayanan.

Pendekatan awal merupakan tahap pertama untuk menemukan kesesuaian antara

kebutuhan anak dan keluarganya terhadap pengasuhan, dengan pelayanan yang tersedia

di panti asuhan. Panti asuhan harus bertindak sebagai pihak yang memberikan sosialisasi

untuk anak-anak yang membutuhkan pengasuhan alternatif dan tidak secara proaktif

melakukan rekrutmen anak-anak dalam komunitas yang tidak membutuhkan

pengasuhan alternatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada tahap

pendekatan awal dapat dilihat pada tabel 5.2.1.1 sebagai berikut :

Tabel 5.2.1.1 Tahap Pendekatan Awal

No Tahap Pendekatan Awal Keterangan Maksimal/Belum Maksimal 1 Sosialisasi program di Panti Asuhan

Al-Mubarak

Dilaksanakan Maksimal

2 Penjaringan/ penjangkauan calon klien

Dilaksanakan Maksimal

3 Seleksi calon klien Dilaksanakan Maksimal

4 Penerimaan dan registrasi Dilaksanakan Maksimal

5 Konferensi kasus Dilaksanakan Belum Maksimal

(38)

Dari hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis menunjukkan bahwa semua

tahapan yang ada didalam pendekatan awal semuanya telah dilakukan oleh pihak Panti

Asuhan Al-Mubarak. Namun, pada tahapan konferensi kasus dalam hal ini sudah

dilakukan hanya saja belum maksimal. Hal ini dikarenakan pada tahapan konferensi

kasus hanya pihak panti saja yang melakukan tahapan tersebut. Kondisi ini tidak sesuai

dengan konsep konferensi kasus yang dikemukakan oleh Prayitno yang menjelaskan

bahwa konferensi kasus merupakan forum terbatas yang diupayakan oleh konselor untuk

membahas suatu kasus dan arah-arah penanggulangannya (Prayitno, 2012:335).

Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Artinya, tidak semua

pihak bisa disertakan dalam konferensi kasus, hanya mereka yang dianggap memiliki

pengaruh dan kepentingan langsung dengan permasalahan seseorang yang boleh

dilibatkan dalam konferensi kasus. Setiap pembicaraan yang muncul dalam konferensi

kasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh para peserta konferensi. (Akhmad

Sudrajat : 2008).

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:322) tujuan dari konferensi kasus

adalah :

a. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang

permasalahan siswa. Gambaran yang diperoleh itu lengkap dengan saling

sangkut paut data atau keterangan yang satu dengan yang lain.

b. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penaganan masalah itu menjadi

(39)

c. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya

penanganan itu lebih efektif dan efisien.

5.2.1.2Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah

Panti asuhan perlu melakukan asesmen secara menyeluruh kepada setiap anak

yang dirujuk ke panti asuhan untuk memahami isu-isu yang dihadapi oleh anak dan

situasi keluarganya dan kemungkinan solusinya. Asesmen adalah proses sistematis

dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan

kesulitan yang dihadapi seseorang pada saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa

yang sesungguhnya dibutuhkan. (James A Mc. Lounghlin & Rena B Lewis, 1998).

Asesmen dilakukan oleh pihak panti asuhan yang mendukung pelaksanaan tugas di panti

asuhan yang bekerja sama dengan Dinas Sosial atau instansi yang menyelenggarakan

tugas-tugas bidang sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada tahap

pengungkapan dan pemahaman masalah dapat dilihat pada tabel 5.2.1.2 sebagai berikut :

Tabel 5.2.1.2 Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah No Tahap Pengungkapan dan

Pemahaman Masalah

Keterangan Maksimal/Belum Maksimal

1 Analisi kondisi klien, keluarga dan lingkungan

Dilaksanakan Maksimal

2 Karakteristik masalah Dilaksanakan Maksimal

3 Kapasitas mengatasi masalah dan sumber daya

Dilaksanakan Maksimal

4 Konferensi kasus Dilaksanakan Belum Maksimal

Sumber : Hasil penelitian 22 Juli 2013

Dari hasil penelitian pada tahap pengungkapan dan pemahaman masalah

menunjukkan bahwa secara umum semua tahapan telah dilaksanakan oleh pihak Panti

(40)

oleh pihak panti asuhan, dalam hal ini pihak panti asuhan melaksanakan tahapan

konferensi kasus hanya tim dari panti asuhan saja, pihak panti tidak melibatkan

stakeholder dalam melaksanakan proses tahapan konferensi kasus tersebut. Walaupun

pihak panti telah melaksanakan tahapan tersebut, hal ini tidak sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Roebyantho (2010) yang menjelaskan bahwa konferensi kasus

dilakukan untuk menentukan bentuk pemberian perlakuan/ intervensi. Konferensi kasus

merupakan forum terbatas, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengikuti

kegiatan konferensi kasus, yaitu orang-orang yang dianggap dapat membantu

menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien. Baik memberi

keterangan, kemudahan, komitmen, dan sebagainya. Beberapa aspek yang

dipertimbangkan untuk memberikan intervensi antara lain aspek fisik, aspek mental

psikologis, dan aspek keterampilan. Selain itu kondisi daerah asal dan pasaran kerja pun

harus pula diperhatikan.

Oleh karena itu, konferensi kasus dapat dikatakan sebagai pertemuan tertutup.

Namun konferensi kasus juga dapat dikatakan sebagai pertemuan terbuka. Konferensi

kasus terbuka untuk kasus yang dibahas, artinya tidak hannya untuk membahas satu

macam kasus. Secara umum, tujuan konferensi kasus adalah mencari interpretasi dan

solusi-solusi yang dapat digunakan untuk membantu konseli secara bersama-sama

dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap konseli.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan konferensi kasus menurut

(41)

a. Mendalami seberapa jauh/luas permasalahan yang dihadapi klien.

b. Mengidentifikasi seluruh potensi klien, baik kelemahan maupun kemampuan

yang dimiliki dan lingkungannya.

c. Merencanakan penentuan program pelayanan sesuai hasil indentifikasi

permasalahan yang dihadapi klien.

Secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi layanan

bimbingan, yaitu :

a. Fungsi pemahaman

Semakin lengkap dan akurat data tentang permasalahan yang dibahas, maka

semakin dipahami secara mendalam permasalahan itu oleh konselor dan

pihak-pihak lain yang hadir dalam konferensi kasus.

b. Fungsi pencegahan

Dengan pemahaman yang sudah didapat, kita dapat menentukan langkah

selanjutnya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

c. Fungsi pengentasan

Dengan pemahaman itu juga, kita juga dapat menentukan arah pengentasan

masalah yang dihadapi oleh klien.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Konferensi kasus juga bertujuan untuk pemeliharaan dan pengembangan potensi

klien atau pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang sedang dibahas

(42)

Hasil yang diharapkan dalam konferensi kasus ini adalah untuk mendapatkan

data dan informasi yang terkait dengan bakat, minat, potensi-potensi diri yang

dimilikinya, kemampuan, harapan dan cita-cita kedepannya.

5.2.1.3Tahap Perencanaan Pelayanan

Direktorat Jenderal Pelayanan Sosial Anak dalam Pedoman Pelayanan Anak

Terlantar (Jakarta, 2007), menyatakan bahwa panti perlu mengembangkan jaringan kerja

untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan. Jaringan kerja mencakup

hubungan-hubungan kerja antara berbagai kelompok masyarakat maupun lembaga yang

berlangsung secara informal maupun formal dalam bentuk kerjasama dalam menunjang

pelayanan dipanti.

Panti asuhan harus menyusun rencana pengasuhan untuk setiap anak mulai dari

pengasuhan didalam keluarga sampai dengan pengasuhan alternatif baik untuk

pengasuhan darurat, jangka pendek dan jangka panjang, termasuk didalamnya proses

perencanaan pelayanan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada tahap pasca

perencanaan pelayanan dapat dilihat pada tabel 5.2.1.3 sebagai berikut :

Tabel 5.2.1.3 Tahap Perencanaan Pelayanan

No Tahap Perencanaan Pelayanan Keterangan Maksimal/Belum Maksimal 1 Penetapan tujuan pelayanan Dilaksanakan Maksimal 2 Penetapan jenis kebutuhan yang

dibutuhkan klien

Dilaksanakan Belum Maksimal

(43)

Pada dasarnya penetapan jenis kebutuhan yang dibutuhkan klien telah ada dalam

program perencanaan pelayanan di Panti Asuhan Al-Mubarak, akan tetapi pada saat

pelaksanaan dari kebutuhan yang dibutuhkan klien tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa pelaksanaan tersebut belum maksimal. Dari hasil penelitian yang dilakukan

mengenai fasilitas ruangan tempat tidur anak asuh tidak sesuai dengan standar,

Menurut Ernst Neufert, lebar, panjang, dan tinggi ruang yang dibutuhkan untuk

sebuah ruangan kamar untuk satu orang adalah 3,5 m2 dengan aktifitas belajar,

membaca atau melakukan hobi, selain itu ruangan ini juga diatur mengenai penataan

ruang agar penghuni didalamnya merasa nyaman.

Disisi lain peneliti juga menemukan bahwa pemenuhan kebutuhan makan anak

asuh belum maksimal dilaksanakan oleh pihak panti, hal ini dilihat dari tidak adanya

konsultasi dari pihak panti kepada ahli gizi untuk mendapatkan daftar menu makanan

yang sesuai dengan standar gizi. Tentu saja hal ini tidak sejalan dengan Keputusan

Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2004 tentang Standardisasi Panti Sosial yang

menegaskan bahwa salah satu jenis pelayanan yang diberikan oleh panti sosial (panti

asuhan) adalah pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi makan, pakaian, tempat

tinggal dan kesehatan. Khusus untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan makan klien,

pihak panti diharapkan untuk melakukan konsultasi dengan ahli gizi dari instansi

kesehatan setempat guna memperoleh daftar menu makan yang memenuhi standar gizi

dan kesehatan. Melalui konsultasi tersebut, maka pelayanan makan bagi penghuni panti

(terutama untuk anak-anak), tidak hanya bermanfaat secara fisik saja, akan tetapi juga

(44)

Menurut H. Hadari Nawawi (2000) yang dimaksudkan sebagai sumber daya

manusia adalah meliputi tiga pengertian yaitu :

1. Sumber Daya Manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu

organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan).

2. Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

dalam mewujudkan eksistensinya.

Gambar

Tabel 4.10.1 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti Berdasarkan Usia
Tabel 4.10.3 Gambaran Sumber Daya Manusia dan Penghuni Panti
Tabel 5.1.1 Karakteristik Informan berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 5.2.1.1 Tahap Pendekatan Awal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis pengamatan pada lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I belum mencapai

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kulikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang telah diperoleh dalam

Pasal 10 ayat (1) tidak lagi memenuhi dan melaksanakan Standar Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang berlaku berdasarkan Sertifikat Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Teknik alternatif yang digunakan seperti dispersi padat dapat digunakan untuk meningkatkan laju disolusi bahan obat dengan kelarutan yang buruk dan telah dibuktikan

Merupakan suatu jenis komputer yang bisa digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif (sangat banyak jumlahnya). Komputer Hibrid

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang mewakili Pemegang Saham untuk melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan

M aka t indakan yang dapat dilakukan oleh pemerint ah adalah mengurangi jumlah uang beredar dan meningkat kan persediaan barang.. perubahan fisik