• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mulsa dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Mulsa dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) - Repository utu"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentumMill.)

SKRIPSI

OLEH

CUT ROSMAWATI

07C10407026

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentumMill.)

SKRIPSI

OLEH

CUT ROSMAWATI

07C10407026

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

Judul : Pengaruh Mulsa dan Dosis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentumMill. )

Nama Mahasiswa : Cut Rosmawati

N I M : 07C10407026

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Muhammad Jalil, SP., M.P

NIDN. 0115068302

Dewi Fithria, SP., M.P

NIDN. 0108117201

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

Diswandi Nurba, S.TP., M.Si

NIDN. 0128048202

Jasmi, SP., M.Sc

NIDN. 0127088002

(4)

1

1.1. Latar Belakang

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) termasuk family

solanaceae yang berasal dari daratan Amerika latin tepatnya di sekitar Peru dan

Akuador (Wiryanta, 2002). Tomat merupakan tanaman asli Benua Amerika yang

tersebar dari Amerika Tengah hingga Amerika Selatan, tanaman tomat pertama

kali dibudidayakan oleh suku Inca dan suku Aztec pada tahun 700 SM. Pada

mulanya penyebaran tomat terkonsentrasi di Amerika Selatan dan beberapa

Negara di Eropa, Afrika dan Asia, terutama di kawasan India bagian Barat.

sampai tahun 1974, FAO melaporkan bahwa tanaman tomat berkembang pesat di

beberapa Negara yang sedang berkembang, tetapi rata-rata produksinya bervariasi

dan masih rendah (Rukmana, 1994).

Penyebaran tomat di Indonesia dimulai dari Filipina dan Negara –negara Asia lainnya pada abad ke -18. Di Indonesia pengembangan budidaya tanaman

tomat mendapat prioritas perhatian sejak tahun 1961. Terbukti pada periode tahun

1961-1965 sudah di budidayakan rata-rata seluas 41.000 hektar/tahun, dan periode

tahun 1973-1977 naik menjadi 59.000 hektar. Dari areal seluas itu sebagian besar

masih berpusat di Pulau Jawa, terutama di daerah dataran tinggi diatas 1000 meter

dari permukaan laut (dpl). Pusat pertama yang di duga sebagai daerah penyebaran

tanaman tomat di Indonesia antara lain: Lembang, Pangalengan, Salatiga,

Bondowoso, Malang, dan Tanah karo (Rukmana,1994).

Dari rata-rata hasil per hektar tomat di Indonesia, relatif masih sangat

(5)

varietas unggul tomat dibelahan dunia, mengakibatkan potensi hasil hingga 40

ton ha-1. Jenis tomat yang dikembangkan di berbagai Negara maju sudah

beragam, termasuk tomat. sementara di Indonesia umumnya baru terbatas tomat

kelompok Lycopersicum esculentum, dikalangan petani tertentu saja. Selain di

konsumsi segar buah tomat juga dimanfaatkan untuk berbagai industri misalnya

sambal, saus, minuman, jamu dan kosmetik ( Bernadinus, 2002).

Produksi buah tomat persatuan lahan bervariasi, tergantung varietasnya.

Pada pertanaman yang baik dan di pelihara secara intensif, dapat berproduksi

antara 10-60 ton ha-1. Bahkan potensi produksi tomat hibrida seperti precious 375

dan new kingkong yang produktivitasnya antara 5-8 kg/tanaman, dapat

menghasilkan minimal 80 ton ha-1 bila populasinya antara 16000 - 18000

tanaman. Sementara produktivitas tomat hibrida seperti santa rata-rata 500 butir

buah/tanaman dan beratnya ± 4 gram/buah, dapat berproduksi antara 32-36 ton ha

-1

. Sekalipun potensi produksi tomat varietas unggul cukup tinggi, tetapi produksi

rata-rata tomat nasional masih rendah karena berbagai hambatan, antara lain

teknik budidayanya belum memadai secara intensif, adanya serangan penyakit

yang berbahaya, dan masih terbatasnya varietas tomat yang tahan (toleran)

terhadap suhu panas di daerah tropis (Rukmana, 1994).

Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas

yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan

hama/penyakit kurang efesien (Kartapradja dan Djuariah, 1992). Oleh karena itu,

perbaikan system budidaya perlu terus dilakukan dalam upaya meningkatkan

(6)

Salah satu aspek budidaya dalam upaya meningkatkan produksivitas

tanaman tomat adalah dengan pemberian mulsa. Mulsa adalah bahan yang sengaja

dihamparkan ke permukaan tanah untuk penutup tanah, pemberian mulsa dapat

membantu pertumbuhan tanaman yang lebih baik, manfaat mulsa antara lain dapat

menghemat penggunaan air yang menekan laju evaporasi dari permukaan lahan,

memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan akar

dan mikro organisme tanah, memperkecil laju erosi dan menghambat

pertumbuhan gulma (Lakitan, 1995).

Keuntungan pemberian mulsa antara lain dapat menjaga suhu tanah,

cadangan air tanah serta dapat menjaga kerusakan struktur tanah akibat dari air

hujan. Selain itu pemberian mulsa juga dapat mempercepat dekomposisi bahan

organik dan dapat menambah unsur hara dari bahan mulsa alami (Indradana,

1986).

Selain pemberian mulsa dalam upaya meningkatkan produksivitas

tanaman tomat, pemberian pupuk juga perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat

fisik, kimia dan biologi tanah. Pemberian pupuk dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih baik (Moenandir, 2004).

Pemupukan organik merupakan salah satu usaha untuk menambah hara

makro dan mikro bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah (Musmanar,

2006).

Kandungan unsur hara bahan organik sangat penting dalam menyediakan

hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg dan Si. Meningkatkan

kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion logam untuk

(7)

menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi (Setyorini,

2005).

Pupuk organik merupakan hasil akhir atau hasil dari perubahan peruraian

bagian dari sisa tanaman dan hewan misalnya bungkil, guano dan tepung tulang.

Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam

unsur meskipun ketersedian dalam jumlah sedikit (Samekto, 2006 ).

Dari permasalah yang telah diuraikan diatas maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui jenis mulsa dan dosis pupuk organik yang tepat agar

diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang optimal.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa dan dosis

pupuk organik terhadap petumbuhan dan hasil tanaman tomat serta nyata

tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

1.3. Hipotesis

1. Mulsa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat

2. Dosis pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman tomat

3. Terdapat interaksi antara jenis mulsa dan dosis pupuk organik terhadap

(8)

5

2.1.Botani Tanaman Tomat 2.1.1. Sistematika

Menurut Tugiyono (1999), kedudukan tanaman tomat dalam sistematika

tanaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Family : Solanaceae

Genus : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentumMill

2.1.2. Morfologi

a. Akar

Tanaman tomat berakar pancar, namun relatif tidak dalam akar datarnya

halus dan cukup tebal.Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh

menembus ke dalam tanah dan akar-akar cabang yang tumbuh menyebar kesemua

arah pada kedalaman 60-70 cm (Rukmana,1999 ).Akar tanaman tomat berbentuk

serabut yang menyebar ke segala arah (Wiryanta,2002).

b. Batang

Batang tanaman tomat berbentuk bulat dan membengkak pada

buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang bekelenjar. Mudah

(9)

dibantu dengan beberapa ikatan dibiarkan melata cukup rimbun dan menutupi

tanah(Rukmana 1994). Batang tanaman tomat berbentuk bulat,bercabang banyak

sehingga secara keseluruhannya berbentuk perdu dan teksturnya lunak,tetapi

setelah tua batangnya berubah menjadi bersudut berstektur keras dan berkayu.

Tinggi tanaman tomat mencapai 2-3 m (Wiryanta,2002).

Batang tanaman tomat berfungsi sebagai organ lintasan air dan mineral

dari akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh

bagian tumbuhan (Purwati, 2007).

c. Daun

Daun tomat berwarna hijau dan berbulu. Panjangnya sekitar 20-30 cm.

Daun tomat ini tumbuh didekat ujung dahan atau cabang. Sementara itu tangkai

daunnya berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 cm

(Wiryanta,2002).

Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat

fotosintesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula

(glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil-hasil fotosintesis akan diangkut oleh

pembuluh tapis dan diedarkan keseluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan

melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel didaun. Daun

juga berperan penting dalam transpirasi yang merupakan peristiwa penguapan

pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya

berlangsung melalui daun. Melalui transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk

uap air akan dikeluarkan melalui stomata ke udara. Adanya transpirasi

menyebabkan aliran dan mineral dari akar, batang dan tangkai daun terjadi secara

(10)

d.Bunga

Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan

dengan jumlah 5-10 bunga perdompolan atau tergantung varietasnya. Kuntum

bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada

serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk

bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik.Bunga tomat dapat melakukan

penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. meskipun demikian

tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang (Wiryanta, 2002).Bunga

tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda membentuk jurai yang terdiri atas

dua baris bunga.Mahkota bunganya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya

ada yang bulat panjang berbentuk bola atau jorong melintang, (Rismundar, 1995)

e. Buah

Buah tomat berbentuk bulat,bulat lonjong,bulat pipih atau oval. Buah

yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu buah yang

sudah tua berwarna merah cerah atau merah gelap, merah kekuning-kuningan atau

merah kehitaman. Buah tomat ada juga berwarna kuning tergantung jenis dan

varietasnya (Wiryanta,2002).

2.2. Syarat tumbuh Tanaman Tomat

1. Iklim

Tanaman Tomat dapat tumbuh dalam musim hujan ataupun musim

kemarau namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik hasilnya, iklim

yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang.

Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat

(11)

kekeringan namun tidak berarti tomat dapat tumbuh dengan subur dalam keadaan

kering tanpa pengairan oleh karena itu didataran tinggi maupun dataran rendah

pada musim kemarau tomat memerlukan penyiraman atau pengairan demi

kelangsungan hidup dan produksinya.

Untuk pertumbuhan tanaman tomat yang memuaskan dalam bentuk

vegetatif maupun generatif diperlukan :

- Curah hujan yang cukup tidak deras dalam masa pertumbuhan bunga dan

buahnya.

- Suhu udara rata-rata 20-300C pada siang hari, 10-200C pada malam hari

untuk menjamin perairan yang baik

- Angin yang tidak kering dan kecepatan yang sedang.

Persyaratan iklim lain yang dikehendaki tanaman tomat adalah memerlukan sinar

matahari minimal 8 jam perhari dan curah hujan pada kisaran 750 - 1,250 mm

pertahun.

2. Tanah

Tanaman tomat dapat tumbuh dan berproduksi baik pada berbagai jenis

tanah tetapi paling baik adalah pada tanah liat yang mengandung pasir, hal yang

paling penting keadaan tanah tersebut subur, gembur banyak mengandung bahan

organik (Humus) sirkulasi udara dan tata air dalam tanah baik serta memiliki pH

antara 3-6 dan dapat menahan air dengan baik.

Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam tomat ditentukan oleh sifat-sifat

(12)

a.Sifat-sifat fisik tanah.

Keadaan fisis tanah yang baik akan meningkatkan peredaran oksigen dan

menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah. dengan demikian, aktivitas mikro

organisme tanah dalam menguraikan bahan-bahan organik tanah menjadi zat yang

dapat diserap oleh tanaman juga meningkat (Silvi dan Rian, 2008).

Ketersedian oksigen didalam tanah sangat penting untuk pernapasan akar

tanaman dan meningkatkan drainase, sehingga dapat mencegah pengenangan air

yang dapat merugikan kehidupan tanaman tomat. Pertumbuhan tanaman tomat

akan baik pada tanah yang mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,

permeabilitas. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air

yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan (Silvi dan

Rian, 2008).

b.Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Sifat kimia yang sangat berpengaruh tersebut adalah derajat keasaman tanah (pH)

dan keadaan sanilitas (kadar garam) dalam tanah. Tanaman tomat dapat tumbuh

optimal pada tanah dengan pH 5,5 – 6,8. Namun, tanaman tomat masih toleran pada derajad keasaman hingga dengan pH 5 hingga 7 (Pracaya, 1998).

c.Sifat biologis tanah.

Sifat biologis tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisis tanah yang akan

berpengaruh baik terhadap sifat biologis tanah. Sifat biologis tanah yang baik

membantu melarutkan unsur-unsur hara yang tidak larut, dan dapat menyimpan

(13)

menyuburkan tanah dan membantu melancarkan peredaran udara didalam tanah

(aerasi) (Pracaya, 1998).

2.3. Mulsa

Mulsamerupakanmaterial penutup tanaman budidayayang dimaksudkan

untuk menjaga kelembabantanah serta menekan pertumbuhan gulma danpenyakit

sehingga membuat tanaman tersebuttumbuh dengan baik dan optimal (Lesmana,

2010). Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah yang berfungsi

untuk menhindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan

gulma (Adisarwanto 1999).Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan

pertumbuhan gulma,mempertahankan agregat tanah dari hantamam air

hujan,memperkecil erosi permukaan tanah,mencegah penguapan airdan

melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. juga dapat membantu memperbaiki

sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat

tanah.Umboh (2000) menyatakan bahwa pemberian mulsa pada permukaan tanah

dapat mengurangi air, mengontrol tanaman pengganggu, mengatasi perbedaan

suhu, memperbaiki dan mencegah erosi. Keuntungan pemberian mulsa antara lain

suhu tanah rendah, cadangan air tanah lebih besar, kerusakan struktur tanah akibat

dari air hujan dan penyiraman berkurang, dekomposisi bahan organik tanah tidak

terlalu cepat dan bahkan menambah unsur hara dalam bahan mulsa alami

(Indradana, 1986).

Mulsa jerami sesuai digunakan untuk tanaman semusim atau non-semusim

yang tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun lebat dengan sistem

perakaran dangkal. Tanaman-tanaman yang selama ini sukses diberi mulsa jerami

(14)

dengan adanya mulsa jerami yang memilki efek menurunkan suhu tanah, kentang

pada dataran medium sampai rendah dapat menghasilkan umbi.Rata-rata

kandungan unsur hara yang terkandung dalam jerami adalah 0,4 % N, 0,02 % P,

1,4 %K dan 5,6 % Si.

Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan

sangat terhalang. akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa

kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. tidak adanya

kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan

yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya. Noorhadi (2003) menambahkan

bahwa mulsa jerami padi merupakan mulsa yang bersifat sarang dan dapat

menahan suhu dan kelembaban tanah, memperkecil penguapan air tanah sehingga

tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut dapat tumbuh dengan baik. Mulsa

jerami manpu mengurangi pertumbuhan gulma dan dapat menjaga kestabilan

kelembaban dalam tanah sehingga mendorong aktifitas mikro organisme tanah

tetap aktif dalam mendekomposisi untuk mengsuplai kebutuhan unsur hara yang

dibutuhkan pada pertumbuhan organ vegetatif tanaman (Ramli, 2009). Nurhayati

(1986) juga menjelaskan bahwa salah satu tujuan pemberian mulsa jerami padi

adalah untuk menghambat penguapan yang cukup tinggi khususnya pada

daerah-daerah tropis.

2.4. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk

memenuhi tersedianya unsur hara bagi pertubuhan dan produksi tanaman

(15)

mengalami kerusakan yang hebat. jadi pupuk organik merupakan satu-satunya

jawaban pertanian kita kedepan.

Pupuk organik merupakan hasil akhir atau hasil dari perubahan peruraian

bagian dari sisa tanaman dan hewan misalnya bungkil, guano dan tepung tulang.

Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam

unsur meskipun ketersedian dalam jumlah sedikit (Samekto,2006 ).Pupuk organik

tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa

tanaman,hewan,dan manusia.Ada beberapa macam kelebihan dari pupuk organik

ini sehingga ia sangat disukai petani, diantaranya sebagai berikut.

Memperbaiki struktur tanah.ini dapat terjadi karena organisme tanah saat

penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat

mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.Menaikkan daya

serap tanah terhadap air.Bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap

air tanah. itulah sebabnya pupuk organik sering berpengaruh positif terhadap hasil

tanaman,terutama pada musim kering.Menaikkan kondisi kehidupan di dalam

tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang

memanfaatkan bahan organik menjadi makanan.oleh karena itu,pupuk organik

seperti pupuk kandang yang diberikan pada tanah harus diuraikan terlebih dahulu

oleh jasad renik melalui proses pembusukan atau peragian sebelum diisap oleh

akar tanaman.

Dari proses pembusukan ini,jasad renik memperoleh makanan dan sumber

tenaga. Semakin banyak pula jasad renik dalam tanah.sebagai sumber zat

makanan.Pupuk organik mengandung zat makanan yang lengkap meskipun

(16)

lambat dibanding pupuk anorganik. itulah sebabnya untuk mencapai hasil

maksimal,pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk

anorganik agar keduanya saling melengkapi. dengan demikian,akan tercipta tanah

pertanian yang kaya zat hara,strukturnya gembur atau remahdan berwarna coklat

kehitaman. Jenis pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang.pupuk

kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak,baik berupa kotoran

padat(feses) yang bercampur sisa makanan maupun(urine). itulah sebabnya pupuk

kandang terdiri dari dua jenis,yaitu padat dan cair(Lingga,2008)

Pupuk kandang adalah pupuk alam yang berasal dari kotoran ternak yang

bercampur dengan sisa makanan yang membusuk dan urine (Tim Penyusun

Kamus PS, 2003 dalam Nova, 2012). Kandungan unsur hara yang terkandung

dalam pupuk kandang kotoran sapi adalah Air (H2O) 85%, N 0,40%, P2O50,20%

dan K2O 0,10% (Sutejo, 2002).

Penggunaan pupuk kandang organik dapat memperbaiki kesuburan tanah

dan meningkatkan efesien penggunaan pupuk anorganik sehingga mempercepat

pertumbuhan tanaman. Kandungan N, P, K dalam pupuk kandang tidak terlalu

tinggi dapat memperbaikipermeabilitas tanah, porositas, struktur tanah, daya

menahan air dan kandungan kation tanah. Pemberian pupuk kandang pada

tanaman dapat membantu menetralkan pH tanah, meningkatkan kesuburan tanah

dan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur (Samekto, 2006).

2.5. Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman.

2.5.1. Nitrogen (N).

Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman

(17)

komponen pembentuk lemak, protein dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit,

2001). Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses

pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk

struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan

mempengaruhi warna daun. ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen,

warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen

akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, tangkai

tinggi kurus dan warna hijau daun menjadi pucat.

Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui pemupukan.

Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk

pupuk makro. sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini

didominasikan oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain didalamnya lebih bersifat

sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk nitrogen

yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan

NH4(ammonium) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan

merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi. Kandungan N berkisar antara 45–

46 % (Marsono dan Sigit, 2001).

2.5.2. Phosfor (P).

Phosfor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini

terlibat lansung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur P adalah hara kedua setelah

nitrogen dalam frekuensi atau kegunaanya sebagai pupuk. Keperluan P

kadang-kadang lebih kritik dari pada N pada tanah-tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambat

oleh mikroba dari udara, tetapi unsur P hanya berasal dari batuan. Tanpa

(18)

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak berlangsung secara optimal (Balai

Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 1991).

Phosfor berperan dalam meransang pertumbuhan dan perkembangan akar,

sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,

mempercepat proses penbungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah

(Marsono dan Sigit, 2001). Parker (2004) menambahkan phosfor berperan dalam

mestimulasi pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam

proses fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur phosfor akan menyebabkan

warna keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah.

Menurut Tan (1996) phosfor merupakakan hara tanaman esensial dan

diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anaorganik :H2PO4. phosfor diperlukan

dalam perkembangan akar untuk mempertahankan vigor tanaman, untuk

pembentuk benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga

merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan ATP

(Adenosine Th Phospate), yang bersama-sama memerankan bagian penting dalam

fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phosfor

juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).

2.5.3. Kalium

Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat,

memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibody tanaman terhadap

penyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001). Kalium tidak disintensis

menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion

didalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang

(19)

terlibat dalam sintensis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang

berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan

dalam mengatur tekanan turgor sel. berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini,

peran yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan,

2004). Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan

kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada

tanaman kedelai (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat diperoleh dari pemupukan. Salah

satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl (Marsono dan Sigit, 2001).

Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas karena selain

mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat

dalam tanah. Efektifitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan

memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium

secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan berlebihan oleh tanaman

luxury Consumption”. Pada tanah yang mengandung kalium cukup tersedia

pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. dibandingkan tanaman pangan,

tanaman perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan pupuk kalium

(20)

17

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat mulai dari tanggal3 Juni sampai

15 September 2012.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Benih

Benih tomat yang digunakan dalam penelitian iniadalah varietas hibrida

montero disediakan sebanyak 10 grm.

2. Mulsa

Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa jerami padi

diambil dari desa Pulo Ie kecamatan Kuala,Kabupaten Nagan Raya danmulsa

serbuk gergajidiambil dari desa Suak Puntong.

3. Kapur

Kapur pertanian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dolomit.

4. Pupuk

Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk

kandang dari kotoran sapi yang telah terdekomposisidiambil dari desa Suak

Puntong kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dan pupuk Urea, KCl

(21)

5. Polybag

Polibag yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag kecil atau

babybag untuk persemaian.

6. Pestisida

Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah furadan, selvin

dithane M-45 dansynbus.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Cangkul, garu, Parang, Pisau, ajir, tali rapia, timbangananalitik, hand

spayer, jangka sorong,papan nama, cat, gembor, ember, sekop, ayakan pasir,

meteran dan alat-alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan maka

terdapat 9 kombinasi perlakuan sehingga terdapat 27 unit satuan percobaan.

Faktor yang di teliti meliputi mulsa dan dosis pupuk kandang.

Faktor Mulsa (M) yang terdiri dari 3 taraf yaitu

M0= Tanpa Mulsa

M1= Mulsa Jerami

M2= Mulsa Serbuk Gergaji

Faktor Dosis Pupuk Organik (P) terdiri dari 3 taraf yaitu :

P1= 10 ton ha-1(2,25 gr bedengan-1)

P2= 20ton ha-1(4,50 gr bedengan-1)

(22)

Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan masing-masing

perlakuan di ulang sebanyak 3 kali sehingga berjumlah 27 satuan percobaan.

Susunan kombinasi perlakuan antara mulsa dan dosis pupuk organik dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Mulsa dan Dosis Pupuk Organik

No Kombinasi

Model matematis yang akan digunakan adalah :

Yijk= µ + βi+ Mj+ Pk+(MP)jk+

ε

ijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor mulsa taraf ke–j, faktor dosis pupuk

organik taraf ke- k dan ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

βi = Pengaruh ulangan ke-i (i =1,2,3)

Mj = Pengaruh faktor mulsa ke-j(j=1,2,3)

Pk = Pengaruh faktor dosis pupuk organik ke-k (k=1,2,3)

(MP)jk = Interaksi mulsa pada taraf mulsa ke–j, taraf dosis pupuk organik ke-k

ε

ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor mulsa taraf ke-j, faktor

(23)

Apabila Hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka

dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Dengan rumus

sebagai berikut:

BNT0,0,5 = t0,0 5 (;dbg)

Dimana :

BNT0,0 5 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%

t0,0 5 (;dbg) = Nilai baku t pada taraf 5%

KTg = Kuadrat Tengah Galat

r = Jumlah ulangan.

3.4.Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul sedalam 20 cm. setelah

tanah dicangkul kemudian diratakan dan dibuatkan bedengan dengan ukuran lebar

1,5 m panjang 1,5 m.

2. Pengapuran

Untuk mengurangi keasaman tanah maka dilakukan pengapuran.

Pengapuran dilakukan dengan cara mencampur atau mengaduk dengan tanah

hingga rata dengan dosis 2 ton ha-1 ( 450 gr bedengan-1), kapur yang di gunakan

adalah dolomit.

3. Persemaian

Benih terlebih dahulu disemai, Sebelum disemai benih direndam dalam

air selama 30 menit kemudian benih dibiarkan berkecambah didalam pletidis

selama 3 hari setelah benih sudah berkecambah lalu disemaikan dalam polybag

(24)

bagian pupuk kandang ), dan benih yang sudah di semai ke dalam polybag kecil

atau babybag ditaruh di tempat penyemaian yang sudah disediakan dan ditutup

kembali dengan naungan guna untuk melindungi dari pancaran sinar matahari

supaya tidak terlalu panas, selanjutnya ditaburkan furadan guna untuk menhindari

tanaman semai dari gangguan hama semut.

4.Pemupukan

Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Urea, KCl dan

SP-36. Dengan dosis Urea 150 kg ha-1, KCl 100 kg ha-1 dan SP-36 100 kg ha-1.

Pupuk dasar diberikan pada saat tanam dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman.

Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik

dari kotoran sapi yang telah terdekomposisi dengan sempurna, dengan dosis

pemberian pupuk organik sesuai dengan perlakuan yaitu (P1) 2,25 kg plot-1, (P2)

4,50 kg plot-1, (P3) 6,75 kg plot-1yang diambil di desa Suak Puntong Kecamatan

Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, pupuk perlakuan diberikan sebelum

penanaman.

4.Pemberian mulsa

Pemberian mulsa dilakukan sesuai perlakuan yaitu tanpa mulsa, mulsa

jerami dan mulsa serbuk gergaji. Pemberian mulsa jerami dan mulsa serbuk

gergaji dilakukan bersamaan dengan waktu penanaman, ketebalan masing-masing

mulsa 2 cm yang diambil dari desa Pulo Ie Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan

Raya.

5.Penanaman

Pemindahan bibit kelapangan dilakukan setelah bibit berumur 15 hari

(25)

dipindahkan kemedia tanam yang telah disediakan, bibit ditanam ditengah-tengah

lubang tanam dengan jarak tanam 70 x 70 cm, selanjutnya disiram hingga cukup

basah.

6. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi :

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan hati-hati diusahakan air tidak mengenai

batang dan daun tanaman. Air disiram sekitar tanaman saja. Penyiraman

dilakukan pada pagi dan sore hari dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

b.Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau

kurang baik pertumbuhannya. Bibit pengganti dipilih yang baik pertumbuhannya.

Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam.

c.Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir pada tanaman tomat dilakukan pada saat tanaman berumur

14 HST, yang berfungsi untuk penompang tanaman dan buah.

c. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan terhadap tunas-tunas muda dan pucuk batang. Pada

setiap batang cukup ditinggalkan 2 cabang utama. Tujuan pemangkasan adalah

untuk menjaga waktu berubah. Biasanya tanaman yang bercabang

banyak,buahnya menjadi kerdil dan terlalu lama masak. Selain itu tanaman yang

(26)

d.Pengendalian hama dan penyakit

Untuk mengendalikan hama dan penyakit digunakan insektisida selvin

dithane M-45, Furadan yang menyerang percabangan tanaman tomat dengan cara

ditabur di sekitar tanaman yang terkena serangan, sedangkan selvin dithane M-45

dilakukan dengan cara disemprot. Penyemprotan insektisida synbus dilakukan

pada hama yang menyerang pembusukan buah terhadap tanaman tomat.

7. Panen

Pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan buah 75% yaitu ketika buah

berwarna kuning kemerahan saat tanaman berumur 60 hari setelah tanam. Kondisi

buah saat dipanen kulit buah berubah kekuning-kuningan.

3.5.Pengamatan

Adapun peubah– peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukurpangkal

batang sampai titik tumbuh tertinggipada umur 15, 30 dan 45 HST dengan

menggunakan meteran dalam satuan centi meter.

2. Diameter Pangkal Batang (mm)

Pengamatan diameter pangkal batang dilakukan dengan cara mengukur

diameter pangkal batang pada umur 15, 30 dan 45 HST dengan menggunakan

(27)

3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah).

Pengamatan jumlah buah pertanaman dilakukan dengan menghitung

buah pada umur 60, 65 dan 72 HST.

4. Berat Buah Per Tanaman (gr)

Pengamatan berat buah per tanaman dilakukan dengan cara menimbang

buah tomat yang sudah dipanen pada umur 60, 65 dan 72 HST dengan

menggunakan timbangan analitik dalam satuan gram.

5.Produksi Per Hektar (Ton)

Produksi tomat per hektar dihitung dengan cara mengkonversikan berat

(28)

25

4.1. Pengaruh Jenis Mulsa

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18)

menunjukkan bahwa mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan

diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST,jumlah buah pertanaman, berat

buah pertanaman dan produksi per hektar.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan6) menunjukkan

bahwamulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45

HST.Rata- rata tinggi tanaman tomat pada berbagaimulsa umur 15, 30 dan 45

HST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rataTinggi Tanaman Tomat Pada BerbagaiMulsa Umur 15, 30dan45 HST

Mulsa Tinggi Tanaman (cm)

15 HST 30 HST 45 HST

M0 Tanpa mulsa 32,71 60,02 63,64

M1 Jerami 32,02 59,69 68,14

M2 Serbuk Gergaji 30,42 60,84 67,54

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tomat tertinggi umur 15 HST

cenderung ditunjukkan pada perlakuan tanpa mulsa (M0) dan pada umur 30 HST

tanaman tomat tertinggi dijumpai pada mulsa serbuk gergaji (M2), sedangkan

pada umur 45 HST tanaman tomat tertinggi dijumpai padamulsa jerami (M1)

meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan

perlakuan lainnya.

Hal ini diduga karena penggunaan mulsa terhadap tinggi tanaman tidak

(29)

tanaman tomat terhambat. Adanya peningkatan pertumbuhan tanaman juga

disebabkan akan unsur hara terpenuhi bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai

dengan pendapat Umboh (2002) yang menyatakan bahwa pada tanah-tanah yang

tidak diberi mulsa ada kecenderungan menurunnya bahan organik tanah dan

sebaliknya pada tanah yang diberi mulsa kandungan organiknya mantap dan

cenderung meningkat. Selanjutnya mulsa dapat mengurangi penguapan dalam

kurun waktu yang lama dank arena dapat menambah bahan organik tanahmaka

kemampuan untuk menahan air menjadi meningkat.

2. Diameter Pangkal Batang (mm)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8,10 dan12) menunjukkan

bahwamulsa berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang umur 15,

30 dan 45 HST.Rata- rata diameter pangkal batang tanaman tomat pada

berbagaimulsa umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Tanaman Tomat Pada Berbagai Mulsa Umur 15, 30 dan 45 HST

Mulsa Diameter Pangkal Batang (mm)

15 HST 30 HST 45 HST

M0 Tanpa mulsa 7,79 11,31 12,24

M1 Jerami 7,78 11,41 13,18

M2 Serbuk Gergaji 7,59 10,46 13,09

Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tanaman tomat

terbesar pada umur 15 HST dijumpai pada perlakuan tanpa mulsa (M0)

sedangkan umur 30 dan 45 HST diameter pangkal batang tanaman tomat terbesar

dijumpai pada jenis mulsa jerami (M1).Meskipunsecara statistik menunjukkan

(30)

Hal ini disebabkan karena penggunaan mulsa tidak sesuai dengan keadaan

setempat atau dipengaruhi oleh faktor lingkunganyaitu terjadinya erosi. Menurut

Arsyad (1989) erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang yang subur

dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah

untuk menyerap dan menahan air. Schwahs et al. (1964) menyatakan bahwa

kehilangan unsur hara melalui erosi sama pentingnya dengan kehilangan tanah itu

sendiri. Erosi menyebabkan terrangkutnya bahan organik dan pertikel- partikel

tanah yang halus.

3. Jumlah Buah PerTanaman (buah)

Hasil uji F pada analisis ragam(Lampiran 14) menunjukkan bahwa mulsa

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah pertanaman. Rata-rata jumlah

buah pertanaman tanaman tomat pada berbagai perlakuan mulsa dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Buah Pada Perlakuan BerbagaiMulsa

Mulsa Jumlah Buah Per Tanaman

(buah)

M0 Tanpa mulsa 8,18

M1 Jerami 8,83

M2 Serbuk Gergaji 6,19

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada

perlakuanmulsa jerami (M1),meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan

yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Hal ini diduga bahwa pengunaan mulsa organik tidak sesuai dengan

tempat tumbuh tanaman tomat.Menurut Fithriadi (1997), kelemahan pemberian

mulsa di lahan pertanian adalah Bahan-bahan mulsa dapat menjadi sarang

(31)

keadaaniklim yang terlampau basah, mulsa sukar ditebarkan secara merata pada

lahan-lahan yang sangat miring sehingga pertumbuhan dan perkembagan tanaman

akan terganggu.

4. Berat Buah Per Tanaman (gr)

Hasil uji F pada analisis ragam(Lampiran 16) menunjukkan bahwamulsa

berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah pertanaman. Rata-rata berat buah

pertanaman pada perlakuan berbagaimulsa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Berat Buah PerTanaman Pada BerbagaiMulsa

Mulsa Berat Buah Pertanaman

(gr)

M0 Tanpa mulsa 237,76

M1 Jerami 262,20

M2 Serbuk Gergaji 177,67

Tabel 5 menunjukkan bahwa berat buah tertinggi dijumpai pada mulsa

jerami (M1). Sedangkan berat buah terendah terdapat pada mulsa serbuk gergaji

(M2),meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada

perlakuan lainnya.

Hal ini diduga bahwa penggunaan mulsa organik dapat merangsang

timbulnya hama pengganggu sehingga, pertumbuhan dan perkembagan tanaman

tomat terhambat. Menurut Winasa (2001) melaporkan bahwapemberian mulsa

organik atau jerami padi pada tanaman tomat meningkatkan kelimpahan

kelompoklaba-laba dan semut merah yang menganggu pertubuhan tanaman.

5. Produksi Per Hektar (ton)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa mulsa

berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi per

(32)

Tabel 6.Rata-rata ProduksiPer Hektar Pada Berbagai Perlakuan Mulsa

Mulsa Produksi per Hektar

(ton)

M0 Tanpa mulsa 4.85

M1 Jerami 5.35

M2 Serbuk Gergaji 3.63

Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertingggi dijumpai

pada perlakuan mulsa jerami (M1). Sedangkan produksi per hektar terendah

terdapat pada perlakuan mulsa serbuk gergaji (M2). Meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada perlakuan lainnya.

Hal ini diduga karena perkembagan tanaman tomat tidak memberikan hasil

yang maksimal. Menurut Vos (1994) mulsa organik jerami menurunkan suhu

tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan waktu pembentukan buah lebih

cepat, tetapi tidak ditemukan adanya pengeruh nyata terhadap produksi tanaman

tomat.

4.2. Pengaruh Dosis Pupuk Organik

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18)

menunjukkan bahwa dosis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman dan diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST,jumlah buah

pertanaman, berat buah pertanaman dan produksi per hektar.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2,4 dan 6)Menunjukkan

bahwa dosis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

umur 15, 30 dan 45 HST.Rata- rata tinggi tanaman tomat pada berbagai dosis

(33)

Tabel7.Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Organik Tinggi Tanaman (cm)

Simbol (ton ha-1) 15 HST 30 HST 45 HST

P1 10 29,52 58,35 66,70

P2 20 32,69 60,29 64,48

P3 30 32,93 61,91 68,14

Tabel7 menunjukkan bahwa tanaman tomat tertinggi pada umur 15, 30

dan 45 HST dijumpai pada dosis pupuk organik 30 tonha-1 (P3). Meskipun

secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa

dosis pupuk organik yang dicobakan menunjukkan bahwa tanaman tomat tertinggi

cenderung dijumpai pada dosis pupuk organik 30 ton ha-1(P3), diduga karena pada

dosis 30 ton ha-1 merupakan dosis yang tepat yang dapat menghasilkan

penyerapan unsur hara.

Meningkatkan laju pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada perlakuan

ini,disebabkan pada dosis tersebut unsur hara yang diberikan tersedia dalam

jumlah optimum bagi tanaman. Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh

unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan dan hasil tanaman akan maksimal jika

unsur hara yang tersedia berada dalam keadaan yang optimum

(Leiwakabessy,1988). Hal ini sejalan dengan pendapat Wattimena (1990) yang

menyatakan bahwa unsur hara yang berada dalam keadaan optimum dalam

jaringan tanaman akan memacu kegiatan metabolisme dan pembentukan sel

pertumbuhan.

2. Diameter Pangkal Batang (mm)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8,10 dan 12)menunjukkan bahwa

(34)

umur 15, 30 dan 45 HST. Rata- rata diameter pangkal batang tanaman tomat

umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai dosis pupuk organik dapat dilihat pada

Tabel8.

Tabel8. Rata-rata Diameter Pangkal BatangTanaman Tomat Pada Umur 15, 30 dan 45 HST Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik.

Dosis Pupuk Organik Diameter Pangkal Batang (mm)

Simbol (ton ha-1) 15 HST 30 HST 45 HST

P1 10 7,42 11,78 13,30

P2 20 7,89 10,35 12,35

P3 30 7,85 11,05 12,85

Tabel8 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tanaman tomat

terbesar pada umur 15 HST dijumpai pada dosis pupuk organik 20 tonha-1(P2)

dan pada umur 30 dan 45 HST dijumpai padadosis pupuk organik 10 tonha-1

(P1). Meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada

perlakuan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk organik berpengaruh

tindak nyata terhadap diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST.

Berdasarkan dosis pupuk organik yang dicobakan diameter pangkal batang

terbesar dijumpai pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1pada umur 15 HST,

sedangkan pada umur 30 dan 45 HST diameter pangkal terbesar dijumpai pada

dosis pupuk organik 10 ton ha-1.

Hal ini diduga bahwa unsur hara tidak seimbang dengan kebutuhan

tananam sehingga pertumbuhan akan tumbuh tidak normal. Menurut Suhardi

(1993) menyatakan bahwa kekurangan dan kelebihan unsur hara menyebabkan

pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Tanaman yang kekurangan unsur hara

akan terganggu proses metabolismenya sehingga pertumbuhan akan menyebabkan

(35)

3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14) menunjukkan bahwa

mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah

pertanaman.Rata-ratajumlahbuah pertanaman tanaman tomat pada berbagai dosispupuk organik

dapat dilihat pada Tabel9.

Tabel 9. Jumlah Buah Per Tanaman Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik.

Dosis Pupuk Organik Jumlah Buah per Tanaman (buah)

Simbol (ton ha-1)

P1 10 6,39

P2 20 10,25

P3 30 6,55

Tabel9menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada dosis pupuk

organik 20 tonha-1 (P2). Sedangkan jumlah buah yang terendah padadosis pupuk

organik 10 tonha-1 (P1).Meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang

tidak nyata pada perlakuan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak

dijumpai pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1 diduga dosis 20 ton ha-1

merupakan dosis yang sangat tepat yang dapat menghasilkan penyerapan unsur

hara dan pembuahan. Meninggkatnya laju pertumbuhan dan hasil tanaman tomat

pada perlakuan ini, disebabkan pada dosis tersebut unsur hara yang diberikan

tersedia dalam jumlah optimum bagi tanaman. Pertumbuhan dan hasil tanaman

dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan dan hasil tanman akan

maksimal jika unsur hara yang tersedia berada dalam keadaan yang optimum

(36)

4. Berat Buah Per Tanaman (gr)

Hasil uji Fpada analisis ragam (Lampiran 16) menunjukkan bahwa mulsa

berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah pertanaman.Rata-rata berat buah

pertanaman pada berbagai dosis pupuk organik dapat dilihat pada Tabel10.

Tabel10. Rata-rata Berat Buah PerTanaman Pada Perlakuan Dosis Pupuk Organik

Dosis Pupuk Organik Berat BuahPer Tanaman (gr)

Simbol (ton h-1)

P1 10 201,16

P2 20 273,34

P3 30 203,13

Tabel10 menunjukkan bahwa berat buah tertinggi cenderung

ditunjukkan pada dosis pupuk organik 20 tonha-1 (P2).Meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dicobakan menunjunkkan bahwa berat

buah pertanaman tertinggi dijumpai pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1diduga

dosis 20 ton ha-1merupakan dosis yang sangat tepat untuk mengaktifkan

penyerapan unsur hara dari pupuk yang diberikan, sehingga menghasilkan

tanaman yang tanaman berproduksi tinggi. Dosis 20 ton ha-1 merupakan

perlakuan P2.

5. Produksi Per Hektar (Ton)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis

pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata

produksi per hektar pada perlakuan dosis pupuk organik dapat dilihat

(37)

Tabel 11. Rata-rata Produksi Per Hektar Pada Perlakuan Dosis Pupuk Organik.

Dosis Pupuk Organik Produksi Per Hektar (ton)

Simbol (tonha-1)

P1 10 4.11

P2 20 5.58

P3 30 4.15

Tabel 11 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi cenderung

ditunjukkan pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1 (P2). Meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Hal ini diduga bahwa unsur hara untuk pertumbuhan dan hasil tanaman

tomat tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga tanaman tumbuh kerdil.

Dartius (1990) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan

tanaman yang berada dalam keadaan cukup,maka hasil metabolismenya akan

berjalan lancar dan apabila sebaliknya tanaman kekurangan unsur hara akan

menghambat proses pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

4.3. Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18)

menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara mulsa dan dosis pupuk

organik pada berat buah pertanaman dan produksi per hektar, namun terdapat

interaksi yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter pangkal batang

umur 15, 30 dan 45 HST dan jumlah buah pertanaman.

1. Berat Buah Per Tanaman (gr)

Rata-rata berat buah pertanaman akibat perlakuan mulsa dan dosis

(38)

Tabel 12. Rata-rata Berat Buah PerTanaman Akibat Perlakuan Mulsa dan Dosis Pupuk Organik.

PengaruhMulsa Dosispupukorganik

BNT0,05 Simbol Mulsa 10 (P1) 20 (P2) 30 (P3)

M0 Kontrol 130,16 ab 274,76 ab 308,37 b

160.53

M1 Jerami 261,10 ab 268,76 ab 256,76 ab

M2 Serbuk Gergaji 212,23 ab 276,50 ab 44,26 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang samatidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNT0,05) .

Tabel 12 menunjukkan bahwa berat buah tertinggi dijumpai pada tanpa

mulsa (M0) dengan dosis pupuk organik 30 ton ha-1 (P3) yang berbeda nyata

dengan mulsa serbuk gergaji (M2) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain

nya. Rata-rata berat buah pertanaman tomat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Berat Buah Pertanaman pada Berbagai Dosis Pupuk Organik.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi terbaik

dijumpai pada kontrol tanpa mulsa dan 30 ton ha-1. Hal ini diduga bahwa mulsa

tidak sesuai dengan kebutuhan tempat tumbuh tanaman. Sedangkan pupuk

organik yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman tomat. Menurut

Umboh (2000) yang menyatakan bahwa pemberian mulsa pada permukaan tanah

dapatmenghindari kehilangan air dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Tapi hal

130.16

(39)

ini berbeda dengan pendapat diatas karena tanpa mulsa tanaman lebih berproduksi

tinggi. Dikarenakan ruang udara dan cahaya lebih baik diperoleh akar tanaman

sehingga proses pengambilan unsur hara akan berlangsung baik. Pertumbuhan dan

hasil tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan dan hasil

tanaman akan maksimal jika unsur hara yang tersedia berada dalam keadaan yang

optimum (Leiwakabessy,1988). Hal ini sejalan dengan pendapat Wattimena

(1990) yang menyatakan bahwa unsur hara yang berada dalam keadaan optimum

dalam jaringan tanaman akan memacu kegiatan metabolisme dan pembentukan sel

pertumbuhan.

2. Produksi Per Hektar (ton)

Rata-rata produksi per hektar akibat perlakuan mulsa dan dosis pupuk

organik setelah diuji dengan BNT0,05dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata Produksi Per Hektar Pada Berbagai Mulsa dan Dosis Pupuk Organik.

Tabel 13 menunjukkan bahwa produksi tomat tertinggi dijumpai pada

perlakuan tanpa pemberian mulsa (M0) dengan dosis pupuk organik 30 ton ha-1

(P3) yang berbeda nyata dengan mulsa serbuk gergaji (M2) dengan dosis pupuk

organik 30 ton ha-1 (P3). Namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain

(40)

Gambar 2. Produksi Per Hektar Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik.

Gambar 2 menunjukkan bahwa produksi tomat tertinggi dijumpai pada

perlakuan tanpa pemberian mulsa (M0) dengan dosis pupuk organik 30 ton ha-1

(P3) yang berbeda nyata dengan mulsa serbuk gergaji (M2) dengan dosis pupuk

organik 30 ton ha-1 (P3). Namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain nya.

Hal ini diduga karena dosis 30 ton ha-1 (P3) merupakan dosis yang sangat tepat

untuk penyerapan unsur hara sehingga menghasilkan tanaman yang berproduksi

tinggi. MenurutWibawa (1998) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman

yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

dan hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis yang

optimum.

(41)

38 A. Kesimpulan

1. Mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dandiameter pangkal

batang umur 15, 30 dan 45 HST,jumlah buah pertanaman, berat buah

pertanaman dan produksi per hektar.

2. Dosis pupuk organikberpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan

diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST,jumlah buah pertanaman,

berat buah pertanaman dan produksi per hektar.

3. Terdapat interaksi yang nyata antaramulsa dan dosis pupuk organik terhadap

berat buah pertanaman dan produksi per hektar. Produksi tanaman tomat

terbaik dijumpai pada perlakuan tanpa mulsa dengan dosis 30 ton ha-1.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap mulsa dan dosis pupuk

organik yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman holtikultura

(42)

39

Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 1991. Efektivitas Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum L). Program studi Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. http://repositoryIpb.Ac.Id/tstream/handle/123456789/5283/BAB%201% Tinjauan%20 Pustaka. Pdf? Sequence=3 di akses pada tanggal 10/7/2012. Bernadinus, T. 2002. Pembudiaan secara komersial. Jakarta.

Indradana, H. K. 1986. Pengolahan Kesuburan Tanah. Bisma Aksara. Jakarta 90 hal.

Kartapradja, R dan D. Djuariah, 1992. Pengaruh Tinggkat Kematangan Buah Tomat terhadap Daya Kecambah, Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Buletin penelitian holtikulturaVol XXIV/2.

Kartasapotra.1988. Ilmu tanah. (terjemahan soegiman) Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Koryati T, 2004. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai merah (Capsicum annum L). Dalam J. Penelitian Bidang Ilmu Pertanian volume 2. Hal 13-16.

Lakitan, B. 2004. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Cetakan I PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lakitan. 1995. Hortikutura (teori budidaya dan paska panen) Raja Gravindo Persada. Jakarta. 219 hal.

Leiwakabessy, F. M. 1998. Ilmu Kesuburan Tanah dan Penuntun Praktikum. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 163 hlm. Dalam skripsi Cut Indrawati, 2002, Pengaruh Mulsa dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentumMill) 62 hlm.

Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lesmana d, 2010. Dampak Teknologi Mulsa Plastik terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Tomat (Lycopersicum esculentummill) di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara

Linggap dan Marsono.2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.150 hlm.

Marsono dan P. Sigit, 2001. Jenis Pupuk dan Aplikasinya. PT Penebar swadaya, Jakarta.

Moenandir, J., 2004. Prinsip-prinsip Utama Cara Menyukseskan Produksi Pertanian. Unibraw, Malang.

(43)

40

Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L). Fakultas Pertanian. UTU. Aceh Barat.

Parker, 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Pracaya, 1998. Bertanam Tomat. Kanisius, Yogyakarta.

Purwati, 2007. Budidaya Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ramli, 2009. Pengaruh Berbagai Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Mangga (Mangifera indica L). Dalam J. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Sulawesi tengah.

Rismunandar. 1995. Tanaman Tomat. Penebar Swadaya, Bandung. 60 hlm Rukmana. 1994. Budidaya Tomat. Kanisius. Yogjakarta.

Runhayat, 1995. Pengguna Pupuk dalam Budidaya Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Samekto, R . 2006 . Pupuk Kompos. Yogjakarta

2006. Pupuk Kandang. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Setyorini, D., 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian, (http://www. Pustaka-deptan.go.Id).

Silvi dan Rian, 2008. Meraup Rizki dengan Bertanam Tomat. Pringgadani, Bandung 85 Hlm.

Sutejo, M. M, 2002. Pupuk dan Pemupukan. Pustaka Buana. Bandung.

Tan, 1996. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California.

Tugiono, H. 1999, Bertanam Tomat. Penebar swadaya. Jakarta. 38 hal.

Umboh. A. H. 2000 Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar swadaya, Jakarta. 89 hal.

Wattimena,G. A., 1990. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh-tumbuhan pada Perbanyakan Propagula Tanaman, Prosiding Seminar Agrokimia Fakultas Pertanian UNPAD Bandung.

Wibawa, A. 1998. Intensifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao Melalui Pemupukan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 14 (3): 245-262.

Gambar

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Mulsa dan Dosis Pupuk Organik
Tabel 2.Rata-rataTinggi Tanaman Tomat Pada BerbagaiMulsa Umur 15,
Tabel 3. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Tanaman Tomat Pada BerbagaiMulsa Umur 15, 30 dan 45 HST
Tabel 4. Jumlah Buah Pada Perlakuan BerbagaiMulsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

kecanduan obat-obatan atau narkoba, tidak “ngawadon ” artinya tidak main perempuan. Jika warga masyarakat melanggar adat Naga, mereka terkena sanksi adat yaitu tidak diakui

Berdasarkan jenis temuan megalitik dan luas masing-masing situs tersebut, disimpulkan bahwa situs Allangkanange mungkin mempunyai strata sosial permukiman yang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa distrik di Kabupaten Teluk Bintuni, adapun tinggalan kolonial Belanda yang berhasil dilakukan pendataan adalah tangki

Jaringan pipa minyak di Tarakan dibedakan atas dua bagian, yaitu pertama jaringan pipa yang berfungsi sebagai saluran distribusi minyak dari sumur-sumur ladang minyak disatukan

Lokasi penelitian ini adalah Pusat Kuliner Pratistha Harsa yang merupakan sebuah tempat relokasi para PKL yang berpindah dari daerah sekitar alun-alun Purwokerto dan di sekitar

Di samping pengertian normatif tersebut di atas, pengertian praktis dan operasional Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah semua aktivitas yang dilakukan

Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna mi yang paling disukai (suka dan sangat suka) adalah mi garut dengan perlakuan A yaitu

11 Penelitian lain menyebutkan bahwa secara signifikan (p=0,001) terjadi penurunan kadar glukosa darah setiap minggu pada tikus diabetes yang diberi pakan