• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA HASIL DAN KETAHANAN GALUR-GALUR KACANG TANAH TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA HASIL DAN KETAHANAN GALUR-GALUR KACANG TANAH TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA HASIL DAN KETAHANAN GALUR-GALUR KACANG

TANAH TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI

Novita Nugrahaeni dan Joko Purnomo Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang Jalan Raya Kendalpayak KM 8 P.O.Box. 66 Malang (65101) Telp. (0341) 801468,

email: novita_n@hotmail.com ABSTRAK

Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum dapat mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan kualitas biji pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penanaman varietas tahan merupakan salah satu cara yang mudah, murah, dan efektif dalam menekan kehilangan hasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hasil dan tingkat ketahanan galur-galur kacang tanah progeni persilangan yang menggunakan empat tetua tahan penyakit layu bakteri (Lokal Pati, Turangga, GH 502, dan ICGV 93370). Sebanyak 30 genotipe (termasuk varietas pembanding) diuji daya hasilnya di KP Jambegede pada MK2 2011, dan dievaluasi ketahanannya terhadap penyakit layu bakteri di Tayu, Pati. Pati adalah salah satu daerah endemik layu bakteri Ralstonia. Daya hasil galur-galur kacang tanah yang diuji cukup tinggi, terdapat 18 galur yang mempunyai hasil polong kering lebih dari 3 t/ha. Ketahanan galur-galur tersebut terhadap penyakit layu bakteri Ralstonia beragam dari sangat peka hingga tahan. Terdapat sembilan galur yang mempunyai ketahanan lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding tahan, namun jumlah galur yang berdaya hasil tinggi sekaligus tahan terhadap penyakit layu bakteri sangat terbatas. Pemuliaan untuk ketahanan terhadap penyakit layu bakteri sekaligus berdaya hasil tinggi sulit didapatkan dari persilangan tunggal yang menggunakan ke empat genotipe (Lokal Pati, Turangga, GH 502, dan ICGV 93370) sebagai tetua sumber ketahanan.

Kata kunci: kacang tanah, layu bakteri, tahan, hasil ABSTRACT

Yield potential of groundnut lines and its resistance to bacterial wilt disease. Bacterial wilt disease cause substantial yield loss and reduce seed quality in groundnut (Arachis hypogaea L.). Adoption of resistant cultivars by Indonesian groundnut farmers is the best option to overcome yield loss. The objective of the research was to evaluate the resistance and pod yield level of groundnut lines derived from resistant genotypes (Local Pati, Turangga, GH 502, and ICGV 93370). A total of 30 genotypes (including check varieties) were evaluated for pod yield in Jambegede Experimental Station during dry season of 2011, and were evaluated for their resistances to bacterial wilt disease in Tayu sub-district, Pati region. This region is one of Ralstonia bacterial wilt endemic areas in Indonesia. Pod yield of the tested lines were high, there were 18 lines with dry pod yield higher than 3 t ha-1. The resistance levels of the tested lines were varied from highly susceptible to resistant. There were nine lines with higher resistance compared to the resistant check variety, but the number of lines with high yield as well as resistant to bacterial wilt disease were limited. Breeding for resistance to bacterial wilt disease as well as high-yielding apparently difficult to obtain from single crosses using those resistant genotypes (Local Pati, Turangga, GH 502 and ICGV 93370) as resistant parental crosses.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu kendala biotik dalam peningkatan produktivitas kacang tanah di Indonesia adalah penyakit layu bakteri (Saleh dan Adisarwanto 1996), yang disebabkan oleh

Ralstoniasolanacearum (E.F. Smith 1896) Yabuuchi et al. 1996 (Euzéby 2002). Penyakit layu bakteri Ralstonia merupakan satu-satunya penyakit bakteri penting pada kacang tanah (Middleton et al 1994). Layu bakteri telah menjadi kendala produksi kacang tanah yang serius di Indonesia selama berpuluh tahun, sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1905 di daerah Cirebon (van Breda de Haan dalam Mehan dan Liao 1994). Bolhuis (dalam Machmud 1986) melaporkan, setelah tahun 1920 seluruh tanah di Jawa telah terkontaminasi oleh bakteri layu R. solanacearum. Kehilangan hasil akibat penyakit layu bakteri berkisar antara 15−35% pada varietas tahan, dan mencapai 60−100% pada varietas rentan yang ditanam di lahan dengan infestasi tinggi (Machmud dan Hayward 1992; Nugrahaeni dkk. 1998a).

Semua stadia tumbuh kacang tanah peka terhadap penyakit layu bakteri. Tanaman yang tertular penyakit tersebut akan layu dan kemudian mati. Tingkat kematian tanaman dapat mencapai 100% pada tanaman peka dari stadia kecambah hingga sebelum ber-bunga. Penyakit layu bakteri dapat ditularkan melalui biji, dengan tingkat tular 5−8% (Mahmud 1992). Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian penyakit layu yang paling mudah dan efektif.

Meskipun telah tersedia banyak varietas unggul tahan, penyakit layu bakteri R. solanacearum masih menjadi masalah serius di sebagian besar sentra produksi kacang tanah di Indonesia. Penyakit layu bakteri Ralstonia semakin sering dilaporkan dari daerah-daerah yang bukan merupakan daerah-daerah endemik penyakit layu bakteri, di antaranya Malang, Probolinggo, Pasuruan, Tuban, dan Banjarnegara. Varietas unggul Komodo dan Biawak yang ditanam di Malang mengalami layu bakteri hingga 80%. Intensitas layu yang mencapai 60% terjadi pada varietas Domba dan Singa di Banjarnegara, lebih dari 90% pada varietas Bima yang ditanam di Bogor dan Pati. Ketahanan galur-galur harapan maupun varietas unggul lebih rendah dibandingkan dengan varietas lokal apabila ditanam di daerah endemik penyakit layu bakteri seperti Pati, Jepara, dan Boyolali.

Selama kurun waktu 1950−2011, pemerintah telah melepas 34 varietas unggul kacang tanah, 18 di antaranya dideskripsikan sebagai tahan penyakit layu bakteri. Dari 18 varietas unggul tahan layu bakteri tersebut, 12 varietas di antaranya mendapatkan sumber ketahanan dari Schwarz 21, baik secara langsung maupun tidak langsung. Schwarz 21 adalah varietas unggul kacang tanah tahan layu pertama yang dilepas pada tahun 1925 (Somaatmadja 1974).

Dari kegiatan penyaringan koleksi plasma nutfah kacang tanah berhasil diidentifikasi sejumlah genotipe tahan yang terdiri dari tipe varietas yang berbeda (Spanish, Valencia

dan Peruviana) sehingga diharapkan dapat meningkatkan keragaman sumber ketahanan (Machmud 1992; Mehan et al. 1986; Nugrahaeni dkk. 1998a,b; 1999; 2000a,b; Saleh

dkk. 1997). Pemanfaatan gen-gen ketahanan tersebut dalam pemuliaan tanaman telah di-lakukan melalui persilangan buatan pada tahun 2004. Hingga generasi F4 populasi bahan seleksi ditanam di lahan kering dan mendapat cekaman penyakit layu yang tinggi seperti ditunjukkan oleh intensitas penyakit layu pada genotipe indikator rentan Chico yang mencapai 100%. Galur-galur homozigot terpilih selanjutnya diuji daya hasil dan ketahanannya terhadap penyakit layu bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk

(3)

mengevaluasi daya hasil dan ketahanan beberapa galur kacang tanah terhadap penyakit layu bakteri.

BAHAN DAN METODE

Sebanyak 30 genotipe (termasuk varietas pembanding) kacang tanah diuji potensi hasilnya di KP Jambegede pada MK2 2011, dan dievaluasi ketahanannya terhadap penyakit layu bakteri di Tayu, Pati. Pati adalah salah satu daerah endemik layu bakteri

Ralstonia. Rata-rata dan kisaran intensitas layu pada galur-galur kacang tanah yang pernah diuji di Pati adalah 79,7% (45−100%) (Nugrahaeni dkk. 1998b), 76,1% (57,5−87,7%) (Nugrahaeni dkk. 1999), 71,4% (28,3−100%) (Nugrahaeni dkk. 2000a,b), 57,8% (0−100%), dan 51,8% (9,7−100%) (Nugrahaeni dkk. 2001). Varietas lokal Pati digunakan sebagai pembanding di kedua lokasi percobaan. Rancangan percobaan adalah acak kelompok yang diulang tiga kali. Setiap galur ditanam pada plot berukuran 2,4 m x 4,5 m, dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm dan disisakan satu tanaman per lubang. Pupuk 45 kg N + 50 kg P2O5 + 60 kg K2O/ha diberikan seluruhnya bersamaan pada saat tanam.

Pemeliharaan meliputi pengendalian gulma, hama penyakit (selain layu), dan pengairan dilakukan sesuai budi daya baku tanaman.

Pengamatan di KP Jambegede meliputi jumlah tanaman tumbuh, umur berbunga, jumlah tanaman dipanen, hasil polong, bobot 100 biji, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong isi, dan jumlah polong hampa. Tanaman dipanen pada umur 90−100 hari, bergantung pada umur masak genotipe. Pengamatan di Pati meliputi jumlah tanaman tumbuh dan jumlah tanaman layu pada lima minggu setelah tanam. Penilaian ketahanan kacang tanah terhadap penyakit layu bakteri dinyatakan dalam intensitas penyakit atau persentase tanaman hidup. Klasifikasi ketahanan mengikuti Machmud dan Rais (1994). Suatu genotipe dinyatakan tahan apabila lebih dari 85% tanaman dapat bertahan hidup, rentan apabila kurang dari 65% tanaman yang hidup. Genotipe dengan persentase tanaman layu 15−25% termasuk agak tahan, dan agak rentan apabila persentase tanaman layu berkisar antara 25−35%.

HASIL DAN PEMBAHASAN KP Jambegede

Sidik ragam karakter agronomik galur-galur kacang tanah yang dievaluasi di KP Jambegede Malang, ditampilkan pada Tabel 1. Genotipe berpengaruh nyata terhadap semua karakter yang diamati, kecuali jumlah polong hampa. Jumlah polong hampa kacang tanah sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama kepadatan populasi, kadar air, dan kesuburan tanah (Kvien dan Bergmark dalam Coolbear 1994). Koefisien kera-gaman relatif rendah untuk semua karakter, kecuali jumlah polong hampa (Tabel 1), yang menunjukkan keragaman yang cukup tinggi antarulangan. Rata-rata dan kisaran jumlah polong isi, ukuran biji, dan hasil polong cukup tinggi, menunjukkan keragaman potensi genetik galur-galur yang dievaluasi (Tabel 2).

Varietas lokal Pati, varietas pembanding pada percobaan ini, mempunyai habitus tanaman sedang, umur genjah (90 hari), jumlah polong banyak (>20 polong isi per tanaman), dan ukuran biji sedang. Sebagian besar galur mempunyai habitus tanaman sedang, hanya galur-galur ChiIc-2004-JG09-72A dan LpTr-2004-JG09-24A yang mempu-nyai habitus relatif besar dengan tinggi tanaman lebih dari 44 cm dan jumlah cabang lebih

(4)

tergolong Spanish yang dicirikan oleh adanya bunga pada batang utama, tipe pembu-ngaan majemuk, dan jumlah biji per polong 2/1/3. Jumlah biji per polong 2/1/3 berarti lebih dari 60% polong berbiji dua, polong lainnya berbiji satu atau tiga.

Tabel 1. Sidik ragam beberapa karakter agronomik galur-galur kacang tanah. KP Jambegede, MK1 2011.

Kuadrat tengah Karakter

Ulangan Galur Galat KK (%) Umur berbunga (hari) 1,3778 ns 1,6111 ** 0,4812 2,1 Tinggi tanaman (cm) 24,793 ns 32,722 ** 8,568 7,6 Jumlah cabang/tan 0,6973 ns 3,0769 ** 0,6996 12,1 Jumlah polong isi/tan 40,98 ns 75,94 * 44,69 18,7 Jumlah polong hampa 28,7004 ** 0,6598 ns 0,9326 41,2 Bobot 100 biji (g) 36,24 ns 103,76 ** 18,27 9,2 Hasil polong (t/ha) 0,3269 ns 0,2821 ** 0,1337 12,0

Umur masak galur-galur yang dievaluasi berkisar antara 90–100 hari, sebagian besar galur dipanen pada umur 100 hari dan mempunyai jumlah polong isi lebih sedikit dengan ukuran biji lebih besar daripada varietas pembanding lokal Pati (Tabel 2). Hasil polong 30 genotipe berkisar antara 2,30−3,75 t/ha. Sebanyak 18 galur mempunyai hasil polong >3,0 t/ha, namun hanya galur ChiIc-2004-JG09-72A, LpTr-2004-JG09-4A, ChiGh-2004-JG09-37B, dan GH-21A yang memberikan hasil polong kering yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding lokal Pati (Tabel 2).

Analisis korelasi antarkarakter menunjukkan hasil polong mempunyai korelasi dengan tinggi tanaman dan ukuran biji, sementara ukuran biji berkorelasi dengan tinggi tanaman (Tabel 3). Tidak didapatkan korelasi antara jumlah polong isi per tanaman dengan hasil polong. Jumlah polong per tanaman merupakan komponen hasil yang berperan penting yang menentukan tingkat hasil polong. Menurut Murthy dan Reddy (1993), korelasi positif antara hasil polong dan jumlah polong per tanaman dilaporkan di lebih 29 pustaka. Ketidaklinearan korelasi antara jumlah polong isi dan hasil polong pada populasi ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan atau peran hubungan tidak langsung antara jumlah polong isi dan ukuran biji terhadap hasil polong. Jumlah polong isi mempunyai korelasi negatif dengan ukuran biji yang diukur berdasarkan bobot 100 biji. Ukuran biji kacang tanah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kecil (<40 g/ 100 biji), sedang (40−55 g/100biji), dan besar (>55 g/100biji). Profil ini menunjukkan hasil polong tinggi didapatkan pada galur-galur dengan postur tanaman yang relatif lebih tinggi dan ukuran biji lebih besar. Ukuran biji kecil didapatkan pada galur-galur dengan jumlah polong lebih banyak, sehingga tidak mudah mendapatkan galur-galur dengan ukuran biji lebih besar dengan jumlah polong lebih banyak pada populasi yang dikaji.

(5)

Tabel 2. Karakteristik agronomi galur-galur kacang tanah. KP Jambegede, MK 2011.

Genotipe panen Umur

(hari)

Tinggi

tan (cm) Jumlah cab

Jumlah polong isi Jumlah polong hampa Bobot 100 biji (g) Hasil polong kering (t/ha) ChiIc-2004-JG09-72A 100 45,4 6,2 30,4 2,4 53,2 3,75 LpTr-2004-JG09-4A 100 40,7 6,3 31,1 2,1 48,9 3,62 ChiGh-2004-JG09-37B 100 40,7 7,3 36,3 1,9 51,3 3,44 GH-21A 100 34,7 6,8 35,3 1,9 43,2 3,43 ChiIc-2004-JG09-43A 100 36,7 7,3 31,3 2,4 57,3 3,28 LpTr-2004-JG09-74B 100 42,6 6,1 32,8 1,7 43,4 3,22 LpTr-2004-JG09-122A 100 36,0 8,5 35,7 2,5 55,2 3,20 ChiIc-2004-JG09-16a 100 39,4 6,5 31,3 2,1 49,1 3,17 ChiIc-2004-JG09-61A 100 35,8 8,5 44,7 2,9 43,3 3,15 LpTr-2004-JG09-107B 100 39,6 7,1 35,3 2,7 48,5 3,15 ChiIc-2004-JG09-8A 100 38,1 6,8 34,0 2,3 53,5 3,13 IcLp-2004-JG09-33B 100 42,8 5,4 30,7 2,5 46,3 3,13 LpTr-2004-JG09-51B 90 39,1 5,6 41,9 3,0 38,8 3,11 ChiIc-2004-JG09-68B 100 39,6 7,3 35,1 2,4 46,7 3,09 ChiLp-2004-JG09-129B 90 33,1 6,9 45,5 2,3 39,4 3,08 ChiIc-2004-JG09-68A 100 35,0 7,6 36,7 2,8 45,3 3,08 ChiIc-2004-JG09-29B 95 38,1 6,4 34,8 1,6 48,8 3,02 LpTr-2004-JG09-24A 100 44,0 9,0 33,8 1,4 54,5 3,02 ChiLp-2004-JG09-67B 100 35,7 5,5 35,1 2,5 42,3 2,98 LpTr-2004-JG09-39B 100 37,5 5,8 29,9 2,1 47,4 2,93 IcLp-2004-JG09-14B 95 38,1 5,5 30,3 1,9 45,0 2,93 ChiLp-2004-JG09-22B 90 43,1 6,0 41,5 2,7 42,8 2,84 Lokal Pati 90 40,1 7,3 38,3 2,7 45,5 2,82 IcLp-2004-JG09-58A 100 40,7 6,9 32,5 1,5 45,3 2,81 ChiIc-2004-JG09-84A 100 39,9 6,1 27,5 2,4 55,6 2,79 Chi-25B 100 32,6 8,3 46,8 2,7 33,7 2,71 LpTr-2004-JG09-70A 100 36,2 6,7 38,9 2,7 42,1 2,66 ChiLp-2004-JG09-99B 100 33,7 9,0 42,5 2,2 34,3 2,64 PntrChi-2004-JG09-65A 100 36,0 7,6 32,5 1,2 48,5 2,58 ChiIc-2004-JG09-64A 100 35,6 7,2 39,7 2,7 44,2 2,30 Nilai min 90,0 32,6 5,4 27,5 1,2 33,7 2,30 Nilai maks 100,0 45,4 9,0 46,8 3,0 57,3 3,75 Rataan 98,3 38,4 6,9 35,7 2,3 46,4 3,04 BNT0,05 4,7 1,3 10,9 1,5 6,9 0,59

Tabel 3. Korelasi antar karakter pada galur homozigot kacang tanah. KP Jambegede, 2011 Umur panen Tinggi tanaman Jumlah cabang Jumlah po-long hampa Jumlah polong isi Berat 100 biji (g) Tinggi tanaman -0,051ns Jumlah cabang 0,27ns -0,35ns

Jumlah polong hampa -0,23ns -0,21ns -0,05ns

Jumlah polong isi -0,41* -0,52** 0,44* 0,48**

Berat 100 biji (g) 0,31ns 0,46** -0,02ns -0,27ns -0,72**

Hasil polong/ha 0,11ns 0,39* -0,19ns -0,05ns -0,31ns 0,40* Pati, Jawa Tengah

Intensitas penyakit layu bakteri Ralstonia pada percobaan ini cukup berat dan respon ketahanan galur-galur yang diuji ditunjukkan pada Tabel 4. Tingkat ketahanan galur-galur

(6)

yang diuji terhadap penyakit layu beragam dari sangat peka hingga tahan. Varietas lokal Pati bereaksi tahan dengan intensitas tanaman layu 10,6%. Berdasarkan kategori reaksi ketahanan Machmud dan Rais (1994) terdapat 10 galur yang tergolong tahan, sembilan di antaranya mempunyai ketahanan lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lokal Pati (Tabel 5). Berdasarkan tetua sumber ketahanan terhadap penyakit layu bakteri, ICGV 93370 paling prospektif digunakan dalam pemuliaan ketahanan terhadap penyakit layu bakteri.

Tabel 4 Sidik ragam intensitas penyakit layu bakteri pada galur-galur kacang tanah. Pati, MK 2012

Sumber Keragaman db Kuadrat tengah F

Ulangan 2 766,5 4,68*

Genotipe 29 4398,8 26,9**

Galat 58 163,7

KK (%) 28,6

Tabel 5. Intensitas tanaman layu pada galur-galur kacang tanah pada lahan endemik layu di Tayu, Pati, MK 2012.

Pedigri Intensitas tanaman layu (%)1) Hasil polong (t/ha)2) ketahanan Kategori

ChiIc-2004-JG09-8A 2,2 3,13 T ChiIc-2004-JG09-84A 3,3 2,79 T ChiIc-2004-JG09-68A 5,5 3,08 T ChiIc-2004-JG09-64A 6,5 2,30 T ChiGh-2004-JG09-37B 6,6 3,44 T LpTr-2004-JG09-122A 7,0 3,20 T ChiLp-2004-JG09-99B 7,1 2,64 T LpTr-2004-JG09-107B 7,1 3,15 T LpTr-2004-JG09-39B 7,2 2,93 T Lokal Pati-1A 10,6 2,82 T ChiLp-2004-JG09-129B 12,9 3,08 T ChiLp-2004-JG09-22B 16,4 2,84 AT IcLp-2004-JG09-33B 20,1 3,13 AT Chi-25B 23,5 2,71 AT LpTr-2004-JG09-51B 31,7 3,11 R LpTr-2004-JG09-70A 34,2 2,66 R ChiIc-2004-JG09-68B 42,0 3,09 R IcLp-2004-JG09-14B 45,9 2,93 R ChiIc-2004-JG09-61A 48,4 3,15 R ChiIc-2004-JG09-16a 75,9 3,17 R LpTr-2004-JG09-24A 79,4 3,02 R ChiIc-2004-JG09-72A 81,4 3,75 R ChiIc-2004-JG09-29B 88,6 3,02 R LpTr-2004-JG09-74B 88,9 3,22 R LpTr-2004-JG09-4A 92,9 3,62 R IcLp-2004-JG09-58A 95,8 2,81 R PntrChi-2004-JG09-65A 100,0 2,58 R ChiLp-2004-JG09-67B 100,0 2,98 R ChiIc-2004-JG09-43A 100,0 3,28 R GH-21A 100,0 3,43 R

1)Hasil pengujian di Tayu, Pati; 2) Hasil pengujian di KP Jambegede.

Di antara galur-galur berpotensi hasil tinggi (Tabel 2), hanya ChiGh-2004-JG09-37B dan LpTr-2004-JG09-122A yang bereaksi tahan. Kisaran hasil polong pada galur tahan

(7)

adalah 2,3−3,44 t/ha, dengan rata-rata 2,96 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa galur-galur tahan penyakit layu bakteri dengan daya hasil tinggi terbatas jumlahnya. Liao et al. dalam

Liao et al. (1994) melakukan karakterisasi pada kacang tanah tahan dan peka layu dan mendapatkan bahwa genotipe peka umumnya mempunyai akar utama yang panjang dan kuat. Genotipe tahan mempunyai akar lateral yang panjang, nodul pada akar dan kadar nitrogen lebih rendah dibandingkan kultivar peka. Kadar nitrogen yang rendah pada genotipe tahan kemungkinan merupakan penyebab rendahnya hasil.

Ketahanan tanaman terhadap penyakit layu bakteri dikendalikan oleh gen-gen aditif, sehingga perlu digunakan materi yang sangat tahan sebagai tetua persilangan untuk mendapatkan progeni yang mempunyai ketahanan yang tinggi. Multidirectional crossing merupakan metode efektif dalam memanfaatkan materi plasma nutfah yang mempunyai ketahanan sedang tetapi mempunyai karakter agronomik yang lebih baik. Dalam pemuliaan tanaman, seleksi hasil dapat dilakukan pada generasi F4-5 pada saat tingkat ketahanan dari famili terpilih telah stabil (Liao et al. 1990).

KESIMPULAN

Daya hasil kacang tanah cukup tinggi, terdapat 18 genotipe yang mempunyai hasil polong kering lebih dari 3 t/ha. Ketahanan genotipe tersebut terhadap penyakit layu bakteri Ralstonia beragam dari peka hingga tahan. Terdapat sembilan genotipe yang mem-punyai ketahanan lebih tinggi daripada varietas pembanding tahan, namun jumlah galur dengan daya hasil tinggi sekaligus tahan terhadap penyakit layu bakteri sangat terbatas. Pemuliaan tanaman untuk ketahanan terhadap penyakit layu bakteri sekaligus berdaya hasil tinggi sulit didapatkan dari persilangan tunggal yang menggunakan ke empat tetua (lokal Pati, Turangga, GH 502, dan ICGV 93370) sebagai tetua tahan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Paidi, Sdr. Sunoto, Ir. Hary Prasetiono, dan Kepala KP Jambegede yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Coolbear P. 1994. Reproductive biology and development. p138−172 in J Smart (ed). The Groundnut Crop : A Scientific Basis for Improvement. Chapman & Hill, UK.

Euzéby, J.P. 2002. List of Bacterial Names with Standing in Nomenclature: Names validly published by announcement in a validation lists. http://www.bacterio.cict.fr. Tanggal 27 Mei 2003.

Liao B.S., Y.Y. Wang, X.M.Xia, G.Y. Tang, Y.J.Tang, and D.R. Sun. 1990. Genetic and Breeding Aspects of Resistance to Bacterial Wilt in Groundnut. pp.39−43. In K.J. Middleton and A. C. Hayward (eds.). Bacterial Wilt of Groundnut. Proceedings of an ACIAR/ICRISAT collaborative research planning and meeting held at Genting Highlands, Malaysia on 18−19 March, 1990. ACIAR Proceedings No.31.

Liao B.S., N.X. Duan, Y.Y. Wang, D.R. Sun, and V.K. Mehan. 1994. Host-plant Resistance to Groundnut Bacterial Wilt: Genetic Diversity and Enhancement. pp.91−96. In V. K. Mehan and D. McDonald (eds.). Groundnut Bacterial Wilt in Asia. ICRISAT, Patancheru, Andhra Pradesh 502 324, India.

Machmud, M. 1986. Bacterial Wilt in Indonesia. pp.30−34. In G.J. Persley (ed.). Bacterial Wilt Disease in Asia and the South Pacific. Proceedings of an Internat. Workshop held at PCARRD, Los Banos, Philippines, 8−10 October 1985. ACIAR Proceedings No.13.

(8)

Machmud, M. 1992. Pengelolaan Penyakit Bakteri Layu Kacang Tanah. hal.7−18. Dalam N. Saleh, T. Adisarwanto, dan A. Winarto (Penyunting). Perbaikan Komponen Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Balittan, Malang.

Machmud, M. and A.C. Hayward. 1992. Genetic and Cultural Control of Peanut Bacterial Wilt. pp.19−25. In G.C. Wright and K.J. Middleton (eds.). Peanut Improvement: A Case Study in Indonesia. Proceedings of an ACIAR/AARD/QDPI Collaborative Review Meeting held at Malang, East Java, 19−23 August 1991. ACIAR Proceedings No.40.

Machmud, M. and S.A. Rais. 1994. Status of Groundnut Bacterial Wilt Research in Indonesia. pp.115−119. In V.K. Mehan and D. McDonald (eds.). Groundnut Bacterial Wilt in Asia. ICRISAT, India.

Mehan, V.K. and B.S. Liao. 1994. Groundnut Bacterial Wilt: Past, Present, and Future. pp.67−88. In V.K. Mehan and D. McDonald (eds.). Groundnut Bacterial Wilt in Asia. ICRISAT, Patancheru, Andhra Pradesh 502 324, India.

Mehan, V.K., B.S. Liao, Y.J. Tan, A. Robinson-Smith, D. McDonald, and A.C. Hayward. 1994. Bacterial Wilt of Groundnut ICRISAT. Information Bulletin No. 35. ICRISAT, Patancheru, Andhra Pradesh 502 324, India.23p.

Mehan, V.K., D.McDonald, and P. Subrahmanyam. 1986. Bacterial Wilt of Groundnut: Control with Emphasis on Host Plant Resistance. pp.112−119. In G.J. Persley (ed.). Bacterial Wilt Disease in Asia and the South Pacific. Proceedings of an Internat. Workshop held at PCARRD, Los Banos, Philippines, 8−10 October 1985. ACIAR Proceedings No.13.

Middleton KJ, S Pande, SB Sharma, DH Smith. 1994. Diseases. P. 336−394. In J Smart (ed) The Groundnut Crop, A Scieentific Basis for Crop Improvement. Chapman and Hall, London, UK. Murthy, T.G.K. and P.S. Reddy. 1993. Cytogenetics and Genetics of Groundnut. ICAR, Junagadh,

India. p.145−303.

Nugrahaeni, N., J. Purnomo, A. Kasno. 1998a. Evaluasi Ketahanan Galur-galur Kacang Tanah terhadap Penyakit Layu Bakteri. Laporan Penelitian CLAN/RILET. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.12hal.

Nugrahaeni, N., J. Purnomo, A. Munip, dan A. Kasno. 1998b. Pembentukan Varietas Unggul Kacang Tanah Toleran Penyakit Daun. Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 1997/1998.28hal.

Nugrahaeni, N., J. Purnomo, A. Munip, H. Prasetiono, dan A. Kasno. 1999. Pembentukan Varietas Unggul Kacang Tanah Toleran Penyakit Daun.Laporan Teknis Balitkabi Tahun 1998/1999. 21hal.

Nugrahaeni, N., J. Purnomo, H. Prasetiono, A. Munip, dan A. Kasno. 2000a. Uji Multilokasi Galur-galur Harapan Kacang Tanah Toleran Penyakit Daun. Laporan Penelitian PAATP.23hal. Nugrahaeni, N., J. Purnomo, H. Prasetiono, A. Munip dan A. Kasno. 2000b. Pembentukan Varietas

Unggul Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun. Laporan Teknis Balitkabi Tahun 1999/2000. 28hal.

Nugrahaeni, N., J. Purnomo, H. Prasetiono, A. Munip dan A. Kasno. 2001. Pembentukan Varietas Unggul Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun. Laporan Teknis Balitkabi Tahun 2000. 25hal.

Saleh, N. and T. Adisarwanto. 1996. The Status of Technologies used to Achieve High Groundnut Yields in Indonesia. pp. 41−50. In C.L.L. Gowda, S.N. Nigam, C. Johansen, and C. Renard (eds.). Achieving High Groundnut Yields. Proceedings of an Internat. Workshop, 25−29 August 1995. Shandong Peanut Research Institute,

Saleh, N., N. Nugrahaeni, Y. Baliadi, and Trustinah. 1997. Evaluation of Groundnut Genotypes Resistance to Leaf Spot, Rust, and Bacterial Wilt Diseases. pp.48−62. In M.J.Mejaya, N.Nugrahaeni, T.Adisarwanto, and Suyamto (eds.) Yield Improvement of Legumes and Cereals. Rilet Special Edition No.11−1997.

Somaatmadja, S. 1974. Pemuliaan Kacang Tanah. Latihan Penelitian Kacang-kacangan, LP3-Bogor. 32hal.

Gambar

Tabel 1.   Sidik ragam beberapa karakter agronomik galur-galur kacang tanah. KP Jambegede,  MK1 2011
Tabel 2. Karakteristik agronomi galur-galur kacang tanah. KP Jambegede, MK 2011.
Tabel 5.   Intensitas tanaman layu pada galur-galur kacang tanah pada lahan endemik layu di  Tayu, Pati, MK 2012

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan struktur ukuran ikan dilakukan berdasarkan data ukuran panjang dan berat ikan, maka diperoleh 7 kelas berdasarkan ukuran panjang ikan dari keseluruhan sampel

rendahnya kesadaran masyarakat atas keselamatan berkendara. Teori-teori yang menjadi rujukan penyusunan konsep operasional yaitu Teori Kritik Seni yang mendukung

(Aristoteles ym. 1992, 84–89; Knuuttila 2000, 17.) Tästä kiinteästä ajan ja liikkeen välisestä suhteesta seuraa loo- gisesti se, että tutkimuksen

Secara teknis, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu air pendingin primer masuk dan ke luar penukar panas, diantaranya membersihkan pelat penukar

Berdasarkan pengamatan, hal yang harus diperhatikan terkait pelaksanaan kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan adalah waktu kegiatan yang masih kurang/terbatas jika

Hal ini dikarenakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 masih belum terlalu kuat karena KPPU dalam organisasinya tidak memiliki upaya sita dan KPPU tidak memiliki

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs Sejahtera Bersama Rambah Samo seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan behwa,

Dia berfirman “apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui “ (Al Zumar : 9) karena itulah mulailah menjelajahi kekuatan pikiran yang positif..