• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BAHAN RUJUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BAHAN RUJUKAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BAHAN RUJUKAN

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

Akuntansi pada dasarnya merupakan sistem informasi, yang membedakan akuntansi sebagai sistem informasi suatu perusahaan dengan sistem informasi perusahaan lainnya adalah sistem informasinya (akuntansinya). Melihat akuntansi sebagai bahasa bisnis dan sistem informasi, maka sistem informasi akuntansi sangat diperlukan oleh suatu organisasi perusahaan. Bagi suatu perusahaan, sistem informasi dibangun dengan tujuan untuk mengolah atau memproses data dan transaksi yang berasal dari berbagai sumber yang berguna untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoperasikan perusahaan.

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi Akuntansi yang dijalankan oleh perusahaan adalah untuk meningkatkan informasi bagi pihak manajemen. Adapun pengertian Sistem Informasi Akuntansi, menurut Krismiaji (2002:4), adalah :

“Sistem informasi akuntansi merupakan sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoperasikan bisnis”.

Sedangkan menurut Widjajanto (2001:11), Sistem Informasi Akuntansi adalah : “Sistem Informasi Akuntansi merupakan susunan berbagai formulir, catatan, peralatan termasuk komputer dan peralatannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan yang menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa sistem informasi akuntansi meliputi formulir-fomulir, catatan-catatan, peralatan, tenaga pelaksana, dan laporan-laporan guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk perencanaan, pengendalian, dan pengoperasian dalam suatu perusahaan.

(2)

2.1.2 Tujuan Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi

Tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi menurut Husein (2004 : 5) diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mendukung operasi harian

2. Untuk mendukung pembuatan keputusan oleh pembuat keputusan intern perusahaan.

1. Memenuhi kawajiban yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan .

Sedangkan menurut La Midjan (2001:19), Tujuan Sistem Informasi Akuntansi yang diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.

2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang ada, baik mengenai mutu ketepatan pengujian maupun struktur informasinya. 3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu

untuk memperbaiki tingkat keandalan atau (Realiability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

2.1.3 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi.

Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari: 1. Formulir-formulir.

Formulir yang didesain dengan baik akan berfungsi menciptakan informasi dan mengembangkan sistem pengendalian internal.

Pertimbangan utama penggunaan formulir adalah sebagai berikut:

a. Sebagai alat untuk menetapkan pertanggungjawaban dalam melakukan, mencatat atau melengkapi suatu transaksi usaha. b. Sebagai alat untuk mengirimkan informasi atau instruksi dari satu

bagian atau seorang petugas kepada petugas lainnya.

c. Sebagai alat untuk mengurangi kemungkinan kesalahan atau mengurangi kegiatan “clerical work” dalam menulis atas kalimat yang berulang-ulang untuk formulir yang sama.

d. Sebagai alat untuk mencatat transaksi yang telah lewat secara lengkap.

(3)

e. Sebagai alat untuk mempertanggungjawabkan atas kegiatn transaksi.

f. Sebagai alat melaksanakan pesanan .

g. Sebagai alat untuk pengendalian dan pembuktian. 2. Catatan-catatan.

Berisi jurnal-jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi ynag berhubungan dengan produksi.

3. Prosedur.

Prosedur adalah suatu urut-urutan pekerjaan yang biasanya melibatkan beberapa petugas dalam suatu bagian yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan yang seragam dari suatu transaksi yang berulang-ulang dalam suatu perusahaan, di mana masing-masing prosedur dalam suatu sistem biasanya mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi sistem tersebut secara keseluruhan.

4. Alat-alat.

Merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan sehingga dapat dihasilkan laporan, seperti: alat tulis, kalkulator, komputer.

5. Laporan.

Laporan ini digunakan sebagai media untuk mendapatkan keterangan-keterangan administrasi serta pengendalian yang dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan dalam menetapkan perencanaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menjalankan perusahaan.

2.2. Proses Produksi.

Proses produksi sangat penting dalam perusahaan produksi karena proses produksi merupakan suatu proses perubahan bentuk mulai dari bahan baku, sampai menjadi barang jadi atau barang selesai. Perubahan bentuk tersebut menurut Susanto (2001:48), menyangkut masalah sebagai berikut :

1. Pengalokasian kuantitas bahan baku.

2. Pengalokasian biaya, baik bahan baku, upah/gaji maupun biaya tak langsung (overhead cost).

(4)

3. Penentuan nilai penyusutan atas barang yang diolah baik menyangkut rendeman maupun efisiensi. Sehingga perlu dipikirkan masalah sistem biaya (cost system), alokasi biaya (cost allocation) dan pusat-pusat biaya (cost center).

2.2.1 Pengertian Proses Produksi

Pengertian proses produksi menurut Assuari (2004:75) adalah sebagai berikut:

“Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana) yang ada”.

2.2.2 Jenis Proses Produksi.

Menurut Susanto (2001:216), dikatakan bahwa jenis proses produksi, dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Jenis proses produksi satuan, contoh pada perusahaan konstruksi, kapal, mobil merk Roll Royce, furniture. Barang tersebut diproduksi atas dasar pesanan. Sifat dari jenis produksi tersebut adalah proses produksi terputus-putus (intermitten) artinya dari proses produksi dan hasil yang telah selesai mungkin tidak akan diulang lagi.

2. Jenis proses produksi massa, contoh pada perusahaan tekstil, pabrik tepung terigu, cat dan lain-lain. Sifat proses produksi tersebut adalah terus menerus. 3. Jenis proses produksi seri satuan, contoh kontraktor perumahan membangun

rumah tipe A,B, dan lain-lain.

4. Jenis proses produksi seri masa, contoh sepeda motor Honda tipe Tiger 2000 diproduksi 20.000 unit, kemudian tidak produksi lagi. Kain printing untuk 10.000 meter saja, dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan mengenai jenis proses

produksi.

1. Produksi Satuan

Produksi satuan merupakan perusahaan yang akan berproduksi atas dasar pesanan yang masuk ke dalam perusahaan saja. Dengan demikian perusahaan semacam ini hanya akan berproduksi apabila terdapat pesanan yang masuk ke dalam perusahaan yang bersangkutan. Seandainya tidak ada pesanan sama

(5)

sekali kedalam perusahaan tersebut, maka secara teoritis perusahaan semacam ini tidak akan berproduksi, atau tidak terdapat kegiatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan.

Di samping kegiatan produksi di dalam perusahaan semacam ini yang tergantung kepada ada dan tidaknya pesanan yang masuk, maka desain, bentuk, ukuran warna dan komponen produk tersebut akan disesuaikan dengan selera dari pemberi order, pemesan atau konsumen.

2. Produksi Massa

Produksi massa ini merupakan perusahaan yang berproduksi untuk persediaan atau untuk pasar. Untuk perusahaan semacam ini, baik ada pesanan maupun tidak ada pesanan, perusahaan akan tetap memproduksi barang. Dengan kata lain, produksi untuk perusahaan semacam ini tidak akan tergantung kepada adanya pesanan yang masuk kedalam perusahaan yang bersangkutan. Apabila pada saat-saat tertentu penjualan perusahaan menurun jumlahnya, maka sebagian dari hasil produksi dalam perusahaan tersebut akan disimpan sebagai persediaan produk akhir (barang jadi) dalam perusahaan tersebut. Persediaan produk akhir ini akan dikeluarkan kembali pada saat pejualan perusahaan jumlahnya naik, atau pasar dari produk perusahaan ini sedang ramai. Desain, bentuk, warna, dan ukuran produk perusahaan semacam ini pada umumnya adalah merupakan ukuran-ukuran standar yang sudah ditentukan oleh perusahaan sebelum kegiatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut dimulai.

2.3. Sistem Informasi Akuntansi Proses Produksi

Sistem informasi akuntansi proses produksi merupakan sistem, prosedur-prosedur dan pencatatan terhadap kegiatan proses produksi, mulai dari pemakaian bahan sampai pada pengolahan bahan menjadi barang jadi. Penerapan sistem informasi akuntansi bagi proses produksi dimaksudkan agar pimpinan perusahaan memperoleh data mengenai seluruh kegiatan proses produksi guna pengendalian, khususnya jumlah produksi.

(6)

2.3.1 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Proses Produksi.

Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Proses Produksi, menurut La Midjan (2001 : 227), yang diuraikan sebagai berikut :

1. Proses produksi menyangkut masalah perubahan bentuk mulai dari bahan baku sampai menjadi barang jadi, dimana perubahan bentuk tersebut pada umumnya akan menghilangkan sifat asal bahan baku yang digunakan. Artinya sistem informasi akuntansi proses produksi yang kurang ditata dengan baik akan menyebabkan kerugian.

2. Proses produksi menyangkut masalah pemakaian bahan, upah dan biaya-biaya lainya yang sangat menentukan hasil produksi baik kuantitas, kualitas dan harga pokok produksi. Sistem informasi akuntansi proses produksi dan biaya yang kurang ditata dengan baik akan menciptakan ketidak efisienan.

3. Proses produksi harus berjalan sesuai dengan rencana, dimana hasil produksi harus selesai tepat waktu, just in time (JIT). Sistem informasi akuntansi proses produksi yang memadai apabila kurang didesain dengan baik dapat menyebabkan hasil produksi mungkin tidak akan selesai tepat pada waktunya, sehingga akan mengganggu bonafiditas perusahaan. 4. Sebagian besar kekayaan perusahaan tertanam dalam barang yang sedang

diproses, oleh karena itu perlu diamankan dan dikendalikan dengan sebaik mungkin.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari sistem informasi akuntansi proses produksi adalah sebagai berikut:

1. Menghindari kerugian, karena proses produksi menyangkut masalah perubahan bentuk dari bahan baku menjadi barang jadi, di mana perubahan bentuk tersebut pada umumnya akan menghilangkan sifat asal bahan baku.

2. Menghindari ketidakefisienan, karena proses produksi menyangkut pemakaian bahan, upah, dan biaya lainnya yang menentukan atas hasil produksi baik kuantitas, kualitas, dan harga pokok produksi.

3. Menjaga bonafiditas perusahaan, karena proses produksi harus berjalan sesuai dengan rencana dan hasil produksi harus selesai pada waktunya. 4. Mengamankan dan mengendalikan kekayaan perusahaan yang tertanam

(7)

2.3.2 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi Proses Produksi

Sistem informasi akuntansi proses produksi meliputi unsur-unsur sebagai berukut :

1. Formulir-formulir

Formulir yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi proses produksi adalah sebagai berikut:

a. Order Produksi, yaitu surat perintah yang dikeluarkan oleh PPC (production Planning and Control) kepada bagian pabrik untuk memproduksi suatu produk tertentu atau untuk mengerjakan operasi tertentu.

b. Daftar Kebutuhan Bahan (bill of materials), yaitu daftar jenis dan kuantitas bahan baku yang diperlukan untuk mengerjakan suatu order produksi.

c. Surat Permintaan Bahan, yaitu formulir yang digunakan untuk mengambil bahan-bahan dari gudang.

d. Daftar Uraian Pekerjaan (operation list), yaitu suatu daftar pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengerjakan suatu perintah produksi. Kegiatan ini diurutkan menurut urutan yang diperlukan dan disebutkan juga mesin atau peralatan lain yang digunakan serta waktu standarnya. e. Kartu Keliling (traveler card atau route card), yaitu operation list

yang dibuat dalam bentuk kartu yang diikatkan pada bahan atau tempat bahan. Tiap tahap pekerjaan telah selesai, maka kartu keliling dibawah ketempat kerja selanjutnya.

f. Kartu Kerja atau Order Kerja (job ticket), yaitu kartu kerja yang diambil dari arsip dan dicap setelah jam kerja dimulai, demikian juga pada saat jam kerja selesai. Kartu kerja ini dipakai sebagai dasar membuat daftar gaji atau upah.

g. Bon penyerahan hasil jadi ke gudang. h. Kartu mesin.

(8)

j. Bon permintaan antar bagian 2. Catatan-catatan

Berisi jurnal-jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan produksi.

3. Prosedur-prosedur

Yaitu prosedur pengendalian produksi dan persediaan. 4. Alat-alat

Yaitu alat-alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan, seperti: alat tulis, kalkulator, komputer.

5. Laporan

Laporan yang dihasilkan oleh bagian produksi antara lain: laporan produksi, laporan pemakaian bahan, laporan inspeksi yang digunakan sebagi media untuk memperoleh informasi mengenai kelancaran proses produksi serta pengendalian produksi.

2.3.3 Sistem dan ProsedurProses Produksi

Secara umum di dalam prosedur proses produksi harus ada tahapan-tahapan pekerjaan yang teratur antara lain sebagai berikut:

1. Adanya perintah untuk melaksanakan perintah produksi

Perintah produksi ini biasanya diberikan oleh manajer produksi sebagai akibat adanya order penjualan, kebutuhan akan persediaan, dan lain-lain. Dalam perintah produksi tersebut, dicantumkan jenis produksi, jumlah yang akan diproduksi serta waktu penyelesaian produk jadi tersebut.

2. Dengan adanya order produksi ini, bagian produksi menyiapkan daftar kebutuhan bahan baku dan bahan-bahan lainnya yang kemudian bagian produksi tersebut menghubungi bagian gudang untuk permintaan bahan baku yang diperlukan dengan persetujuan dari manajer produksi.

3. Proses produksi dilaksanakan sesuai dengan urutan kegiatan pembuatan produk yang bersangkutan.

(9)

4. Pengawasan atas kualitas produk dilakukan selama proses produksi berlangsung.

5. Laporan dibuat untuk setiap produk jadi yang dihasilkan dan penyimpangan atau kerusakan yang ditemui selama proses produksi berlangsung, juga mengenai penanggulangannya.

Dalam kegiatan proses produksi ini digunakan formulir-formulir dan catatan-catatan yang akan berfungsi sebagai pengendalian. Dalam pengadaan bahan baku, sistem dan prosedur adalah meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pencatatan. Dalam suatu perusahaan industri, kebijakan pengadaan bahan baku mencakup tiga hal, yaitu:

1) Berapa jumlah bahan baku yang diperlukan 2) Kapan saat pengadaan bahan baku dilaksanakan 3) Kepada siapa pengadaan bahan baku dilakukan.

Ketika pesanan bahan baku telah tiba, kemudian dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu mengenai jenis, jumlah dan mutu dari bahan baku tersebut. Bahan baku tersebut harus benar-benar harus diawasi agar jangan sampai terjadi kerusakan atau kehilangan.

Dalam penanganan bahan baku, kepala gudang bertanggung jawab untuk mengamankan dan menjaga bahan baku yang sudah diterimanya. Sedangkan cara penyimpanannya harus disesuaikan dengan sifat atau karakteristik dari bahan baku tersebut. Bahan baku yang ada di gudang harus dijaga dengan baik sehingga tidak akan ada bahan baku yang keluar dari gudang tanpa ada bagian lain yang membutuhkan dengan disertai surat permintaan bahan baku dan persetujuan dari kepala bagian produksi jika ingin melakukan permintaan bahan.

Pengawasan gudang juga sangat perlu diperhatikan dan dilakukan dengan baik, gudang harus dijaga dan dikunci, bagian gudang juga harus melakukan pencatatan dalam kartu gudang yang digunakan untuk mencatat keluar dan masuknya bahan baku, sehingga setiap pengeluaran bahan baku dari gudang hanya dilakukan bila benar-benar ada permintaan dari bagian yang berwenang, misalnya atas permintaan bagian produksi.

(10)

Selanjutnya sistem dan prosedur yang tidak dapat dipisahkan dengan bagian produksi adalah sistem dan prosedur pengupahan, karena upah merupakan salah satu unsur yang membentuk biaya produksi di samping biaya gahan baku dan biaya overhead.

2.4 Perencanaan dan Pengawasan Produksi

2.4.1 Pengertian Perencanaan dan Pergawasan Produksi

Perencanaan dan Pengawasan Produksi merupakan salah satu fungsi yang terpenting dalam usaha untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.

Adapun yang dimaksud dengan Perencanaan dan Pengawasan Produksi menurut Assuari (2004:124) adalah :

“Penentuan dan penetapan kegiatan-kegiatan produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai”.

Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan dan pengawasan produksi merupakan kegiatan pengorganisasian dari bagian-bagian yang terdapat dalam proses produksi.

2.4.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan dan Pengawasan Produksi

Maksud dan tujuan perencanaan dan pengawasan produksi menurut Assuari (2004:126), adalah :

1. Untuk mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan barang modalnya seoptimal mungkin.

2. Untuk mengusahakan agar perusahaan dapat memproduksi pada tingkat efisien dan efektivitas yang tinggi.

3. Untuk mengusahakan agar perusahaan dapat menguasai pasar atau bagian pasar yang luas. Hal ini hanya dimungkinkan apabila perusahaan dapat : a. Berproduksi dengan biaya yang rendah, sehingga perusahaan dapat

menentukan harga jual yang cukup rendah dan mampu bersaing dengan perusahaan lain.

b. Menjual produknya dalam jumlah yang banyak, sehingga volume produksinya menjadi lebih besar lagi. Hal ini akan mengakibatkan penggunaan faktor-faktor produksi di dalam perusahaan terutama barang-barang modal (capital equipment) dapat lebih ekonomis,

(11)

sehingga perusahaan akan mampu berproduksi dengan biaya yang lebih rendah dan dapat menentukan harga jual yang lebih rendah lagi serta mampu bersaing. Sehingga tentu akhirnya perusahaan dapat menjual produknya lebih besar lagi.

4. Untuk mengusahakan agar kesempatan kerja (employment) yang ada pada perusahaan menjadi rata dalam waktu tertentu, dan lambat laun employment ini dapat naik sesuai dengan pergembangan dan kemajuan perusahaan.

5. Untuk dapat memperolah keuntungan yang cukup besar bagi pengembangan dan kemajuan perusahaan.

2.4.3 Prosedur Pengawasan Produksi

Prosedur Pengawasan Produksi, menurut Susanto (2001:219), adalah sebagai berikut :

1. Prosedur pengawasan produksi berdasarkan perintah spesifik (specific order production control procedure)

Prosedur pengawasan produksi berdasarkan perintah spesifik adalah perintah produksi yang diberikan untuk membuat suatu bagian dari unit produksi tertentu dan bagian unit produksi tersebut diidentifikasikan (dibedakan dari bagian unit produksi yang lain) dengan adanya nomor seri, tergantung pada kemungkinan atau kebutuhan untuk mengidentifikasikan masing-masing bagian dari unit produksi.

2. Prosedur pengawasan produksi berdasarkan perintah berulang-ulang (Repetitive order production control procedure).

Prosedur pengawasan produksi berdasarkan perintah berulang-ulang adalah perintah yang dikeluarkan untuk membuat barang-barang tertentu dalam suatu waktu, misalnya satu bulan. Identifikasi bagian-bagian produksi tidak mungkin dilakukan atau memang tidak dapat dilakukan. Produksi diawasi dengan jalan menentukan apakah rencana produksi benar-benar dipenuhi. Contoh prosedur pengawasan produksi berdasarkan perintah produksi adalah pada pabrik semen, pabrik gula, pabrik terigu. Dalam pabrik-pabrik tersebut tidak mungkin dibedakan masing-masing bagian produk, karena bahan-bahannya menjadi satu bagian dan mengalami satu proses produksi.

2.4.4 Rencana Pengawasan Produksi

Rencana pengawasan produksi, menurut La Midjan (2001:220) adalah sebagai berikut :

1. Barang-barang yang dibuat keseluruhan atas dasar selera pemesan (custom goods) dan menurut spesifikasi pemesan, untuk segerah

(12)

diserahkan setelah barang tersebut selesai dikerjakan, misalnya hasil percetakan.

2. Barang mode (Style good) adalah barang-barang yang dibuat atas dasar pesanan, dengan spesifikasi sebagian besar dari perusahaan tetapi dengan tetap memperhatikan keinginan dari pemesan yang dalam hal ini memberikan beberapa spesifikasi. Barang diserahkan dalam suatu musim (musim panas atau dingin) pada tanggal-tanggal yang dijanjikan oleh bagian penjualan.

3. Produksi suku cadang (spre part) yang dibuat sebagai persediaan dan dikeluarkan dari persediaan untuk dijual langsung (sub assembling). 4. Barang buatan proses tertentu, adalah barang-barang yang dibuat

berdasarkan rumus/ formulir atau resep tertentu.

2.4.5 Prinsip Pengendalian Proses Produksi

Manajer produksi tidak dapat mengawasi secara keseluruhan jalannya proses produksi, untuk itu diperlukan adanya suatu pengendalian internal pada proses produksi. Menurut La Midjan (2001:219), prinsip yang harus ada pada pengendalian proses produksi adalah sebagai berikut :

1. Harus terdapat organisasi intern yang memadai dimana terdapat pemisahan fungsi dan pembagian kerja yang baik dan tegas diantara : a. Fungsi perencanaan produksi dan pengawasan produksi oleh biro

produksi (PPC).

b. Fungsi pelaksanaan produksi oleh bagian produksi atau pabrik. c. Fungsi penyimpanan bahan baku dan hasil produksi oleh gudang

bahan baku dan hasil jadi.

d. Fungsi pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi didalam proses produksi oleh bagian akuntansi produksi atau biaya.

2. Terdapat sistem pencatatan, prosedur, metode, dan pelaporan yang memadai dalam proses produksi.

3. Terdapat standar/ norma dan budget dalam pemakaian bahan, jam kerja dan jam mesin berikut hasil produksi.

4. Terdapat pengawasan atas proses produksi (on the job control) yang sedang berjalan maupun hasil akhir (inspection, quality control).

5. Bagian inspection dan quality control harus berdiri sendiri di luar bagian pembelian, bagian penjualan maupun pabrik dan memegang fungsi staf. Dapat juga bagian inspection dan quality control berada pada biro produksi.

(13)

2.5 Akuntansi Biaya Proses Produksi

Salah satu tujuan akuntansi biaya dalam proses produksi adalah untuk menentukan harga pokok produksi. Dalam penentuan harga pokok produksi perlu dipahami prses dari pembuatan produk yang akan dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi. Akuntansi biaya harus mengikuti proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Setiap pengolahan bahan baku diperlukan pengorbanan sumber ekonomi, sehingga akuntansi biaya dapat digunakan untuk mencatat setiap sumber ekonomi yang dikorbankan dalam setiap langkah pemprosesan untuk menghasilkan produk jadi. Biaya produksi terdiri dari tiga kelompok yaitu :

1. Biaya Bahan Baku

Mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh apa yang akan digunakan dalam proses produksi

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Merupakan biaya upah yang akan dibayarkan kepada pekerja yang terlibat langsung dalam pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Upah ini termasuk dalam biaya tenaga kerja langsung.

3. Biaya Overhead Pabrik

Semua biaya selain bahan baku dan biaya tenaga kerja yang diperlukan sehubungan dengan aktivitas produksi, akan tetapi dapat diidentifikasikan dan dibebankan langsung terhadap barang jadi.

Perhitunga Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi adalah : - Biaya Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenaga kerja langsung RP. xxx Biaya overhead pabrik Rp. xxx +

(14)

- Harga Pokok Produksi :

Persediaan barang daalm proses awal periode Rp. xxx

Biaya produksi Rp. xxx +

Rp. xxx Persediaan barang dalam proses akhir periode Rp. xxx -

Total Harga Pokok Produksi Rp. xxx

Adapun pencatatan biaya-biaya yang terjadi adalah sebagai berikut: 1. Pencatatan pembelian bahan baku dan bahan penolong.

Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku adalah : Dr. Persediaan bahan baku xx

Cr. Utang Dagang / Kas xx

Jurnal untuk mencatat pembelian bahan penolong adalah : Dr. Persediaan bahan penolong xx

Cr. Utang Dagang / Kas xx

2. Pencatatan pemakaian bahan baku dalam produksi

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dalam proses produksi adalah: Dr. BDP-biaya bahan baku xx

Cr. Persediaan bahan baku xx

3. Pencatatan biaya tenaga kerja

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja adalah: Dr. BDP-biaya tenaga kerja xx

(15)

4 Pencatatan biaya overhead pabrik

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik pada produk adalah: Dr. BDP-Biaya overhead pabrik xx

Cr. Biaya overhead yang dibebankan xx

4. Pencatatan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang

Jumlah harga pokok proses produksi yang selesai dapat dihitung dengan melihat kartu harga pokok proses produksi yang selesai.

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai ynag ditransfer ke gudang adalah:

Dr. Persediaan produk jadi xx

Cr. BDP-bahan baku xx

BDP-biaya tenaga kerja langsung xx BDP-biaya overhead pabrik xx

2.5.1 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Dalam pemrosesan produk terdapat biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya non produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produksi.

Perhitungan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi yang digunakan oleh suatu perusahaan. Secara garis besar cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua, yaitu produksi massa dan produksi atas dasar pesanan.

(16)

Oleh karena itu metode perhitungan harga pokok terbagi atas dua, yaitu: 1. Metode Harga pokok proses

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa yang melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang, sedangkan perhitungan harga produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses (process cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi untuk suatu periode tertentu dikumpulkan dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

2. Metode Harga Pokok Pesanan

Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan melaksanakan pengolahan produksinya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar, sedangkan perhitungan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order costing method). Di dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk suatu pesanan tertentu dan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

2.5.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

Metode pengumpulan biaya produksi dengan harga pokok proses, memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Produk dibuat secara massal

2. Barang jadi antara produk satu dengan produk lainnya relatif sama 3. Tidak untuk memenuhi pesanan

(17)

2.5.3 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan berpengaruh terhadap metode pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individu.

2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: Biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dengan pesanan yang bersangkutan.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Usulan pemberhentian pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h,

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional , yang bertujuan untuk mengetahui hubungan keberadaan jentik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi para investor dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki pada pasar modal, khususnya dalam

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Hasil analisis menunjukkan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aset berpengaruh negatif dan tidak

Sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka dengan ini

Gambar 1 menunjukkan bahwa kalus yang tidak diberi perlakuan NaCl (0 g/l) mempunyai warna putih hingga putih kekuningan, perlakuan konsentrasi NaCl 4 g/l

Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti selam proses pembelajaran berlangsung dengan siswa kode MKW menyatakan bahwa siswa ini