• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DISKREPANSI PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 TAHUN 2013 DI SDNEGERI 1 BUSUNGBIU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DISKREPANSI PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 TAHUN 2013 DI SDNEGERI 1 BUSUNGBIU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DISKREPANSI PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM

2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 TAHUN 2013

DI SDNEGERI 1 BUSUNGBIU

Kt Ariningsih¹, I Wyn Suwatra², I Wyn Widiana³

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:Ariningsihketut@yahoo.co.id¹,wayansuwatra@yahoo.co.i²,

wayanwidiana@yahoo.co.id³

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan hasil pembelajaran, pengawasan proses pembelajaran, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemukan dalam pengimplementasian Kurikulum 2013 khususnya Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu .Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif dengan menggunakan model diskrepansi (discrepancy model). Sampel penelitian berjumlah 4 orang pendidik di SD Negeri 1 Busungbiu. Data berupa skor semua variabel dianalisis dengan menggunakan prosedur uji tanda berjenjang wilcoxon, dengan teknik ini akan didapatkan tanda beda besar menunjukan bahwa (1) Rerata perolehan skor perencanaan pembelajaran adalah 55,1 dengan besar beda – 44,9. Berarti terjadi kesenjangan sebesar 44,9% dengan kategori cukup besar (CB). (2) Rerata perolehan skor pelaksanaan adalah 79,5 dengan besar beda -20,5. Berarti terjadi kesenjangan sebesar 20,5% dengan kategori kecil (K). (3) Rerata perolehan skor variabel penilaian hasil belajar adalah 76,7 dengan besar beda 23,4. Berarti terjadi kesenjangan sebesar 23,4%. (4) Rerata perolehan skor pengawasan pembelajaran adalah 78,6 dengan besar beda -21,4. Berarti terjadi kesenjangan sebesar 21,4% dengan kategori kecil (K). Kesenjangan tersebut secara umum disebabkan pendidik belum sepenuhnya bisa memadukan mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya.

Kata-kata kunci: Diskrepansi, Pembelajaran, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013

Abstract

The goal of this research is to know how large the discrepancy the implementation of the curriculum in 2013 in SD Negeri 1 Busungbiu with Permendikbud No. 65 of 2013 in terms of lesson planning, implementation of learning, and learning outcomes

ssessmentprocess, monitoringthe learning process, and to knowthe constraints

thatare foundin the implementation of curriculum 2013 especially

PermendikbudNo. 65 of 2013 in SD Negeri 1 Busungbiu. This research includes

evaluative research using the model discrepancy (discrepancy model). These

samples included 4 educatorsin SD Negeri 1 Busungbiu. That has been decided.

The Analyzes result show that (1) The average of lesson plan score is 55,1 with deffrent amount–44,9. It means that there discrepancy 44,9 % with category sizable., (2) The average lesson implementation variable score is 79,5 different large – 20,5. There is discrepancy 20,5% with low category , (3) The average of lesson result assesment variable score is 76,7 difrrent amount – 23,4. There is discrepancy 23,4% with very low category. (4) The averge of lesson control variable score is 78,6. The diffrerence amount with standar is -21,4, there discrepancy 21,4% with low category.

(2)

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang

signifikan untuk mewujudkan proses

berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan

berbasis pada kompetensi sangat

diperlukan sebagai instrumen untuk

mengarahkan peserta didik menjadi

manusia berkualitas. Dengan demikian guru dalam merancang program pembelajaran

maupun melaksanakan proses

pembelajaran akan selalu berpedoman pada kurikulum. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai

tantangan internal maupun tantangan

eksternal (Kemendikbud, 2014:4).

Kurikulum menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 adalah

seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Senada dengan

pernyataan tersebut Dimyati dan Mudjiono (2006:265) menyatakan bahwa, “Kurikulum adalah sebagai mata dan isi pelajaran.” Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sebagai kegiatan

suatu rencana kegiatan proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan.”

Perubahan atau penyempurnaan kurikulum terus dilakukan dari Kurikulum 1994 disempurnakan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004.Pada tahun 2006, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) disempurnakan kembali

menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).Kemudian tahun 2013, kembali kurikulum disempurnakan dari KTSP menjadi Kurikulum 2013. Dengan adanya kurikulum 2013 diharapkan mutu pendidikan di Indonesia dapat tercapai secara optimal dan sekolah-sekolah yang

menerapkan kurikulum 2013 hanya

sekolah-sekolah yang sudah menjalankan lebih dari tiga semester. Berkaitan dengan

perubahan kurikulum tersebut, guru

memiliki peranan langsung dalam

mengelola proses pembelajaran di dalam

kelas. Guru diharapkan dapat menciptakan

suasana kelas yang besar dalam

pengelolaan kelas karena guru sebagai penanggung jawab dalam proses kegiatan belajar- mengajar di dalam kelas. Selain itu

juga guru harus menyiapkan media

pembelajaran yang optimal.Tegeh (2009:4) menyatakan bahwa, “Media pembelajaran

sangat penting untuk diketahui dan

dipahami oleh semua orang yang langsung maupun tak langsung berhubungan dengan

pembelajaran.”Sebagaimana yang

disampaikan oleh Sanjaya (2006:21)

menyatakan bahwa, “Peran guru sebagai sumber belajar sangat berkaitan erat

dengan penguasaan materi

pelajaran.”Tujuan pengembangan

kurikulum 2013 terutama adalah untuk mengatasi masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Kurikulum 2013 mengacu pada standar proses, yaitu Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Dalam Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 mencakup empat aspek pembelajaran, yaitu : 1) perencanaan

pembelajaran, 2) pelaksanaan

pembelajaran, 3) penilaian hasil belajar dan

4) pengawasan pembelajaran.Program

pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru

atau pengajar dalam melaksanakan

pengajaran.Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.

Evaluasi mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan belajar mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan

kelas. Untuk membuat proses

pembelajaran lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang

kondusif untuk pembelajaran. Untuk

melakukan evaluasi program lembaga pendidikan itu ada banyak model yang bisa digunakan, salah satunya yang dianggap relatif sederhana untuk dilakukan adalah

(3)

evaluasi ketidaksesuaian (discrepancy) yang dikembangkan oleh Malcolm Provus.

Model ini yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa

untuk mengetahui kelayakan suatu

program, evaluator dapat membandingkan

antara apa yang seharusnya dan

diharapkan terjadi (standar) dengan apa

yang sebenarnya terjadi (performance)

sehingga dapat diketahui ada tidaknya

kesenjangan (discrepancy) antara

keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja yang sesungguhnya.

Model Evaluasi Provus yang

bertujuan untuk menganalisis suatu

program layak diteruskan, ditingkatkan

atau

sebaiknya

dihentikan

mementingkan terdefinisikan

standar,

performance,

dan

discrepancy

secara

rinci dan terukur.

Maka dari pernyatan-pernyatan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah program penting di evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat

keberhasilan dari kegiatan yang

direncanakan. Evaluasi mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan belajar mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting,

yaitu mengatur dan mengemudikan

kegiatan kelas.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.

Proses pembelajaran didalam kelas

diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi diingatnya itu

untuk kehidupan sehari-hari. Untuk

meningatkan mutu dan kualitas pendidikan

yang tinggi haruslah berpijak pada

peningkatan kemampuan guru sebagai pelaku proses pembelajaran, manajemen dan lingkungan sekolah, pengembangan

kurikulum serta peningkatan sarana

prasarana sekolah sebagai pendukung

kegiatan pembelajaran. Salah satu

permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah secara

terus menerus berupaya telah

mengembangkan program peningkatan

mutu pendidikan melalui berbagai

pendekatan seperti peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, pengembangan manajemen pendidikan, peningkatan kualitas belajar

mengajar dan perubahan-perubahan

kurikulum pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses

ilmiah. Karena itu kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan

saintifik atau ilmiah dalam pembelajaran. Marjan (2014:24) menyatakan bahwa,

“Pendekatan saintifik adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif membentuk konsep, hukum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan mengamati,

merumuskan masalah, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, hukum atau prinsip yang ditemukan.Metode saintifik pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan

data. Langkah-langkah pembelajaran

dengan pendekatan saintifik adalah

kegiatan mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan informasi, Menalar

atau mengumpulkan informasi,

mengkomunikasikan. Menurut Sudarman, (dalam Marjan, 2014), pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dengan rahmat tuhan yang maha esa menteri dan kebudayaan republik

indonesia, bahwa dalam rangka

pelaksanaan ketentuan pasal 24 peraturan peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Proses

(4)

Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar

proses sesuai dengan Permendikbud

Nomor 65 Tahun 2013 memuat 4 (empat) komponen, yakni perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil belajar dan

pengawasan pembelajaran. Berikut

penjabaran dari keempat komponen

tersebut. Perencanaan proses

pembelajaran . Perencanaan adalah

menentukan apa yang akan dilaksanakan yang mengandung rangkaian dari putusan

dari tujuan. Hamalik (2008:137)

menyatakan bahwa perencanaan berfungsi

sebagai rencana jangka panjang (general

long-rang planning) untuk sekolah,

Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Persyaratan dalam pelaksanaan proses

pembelajaran sesuai dengan

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 terdiri atas: alokasi waktu jam tatap muka dalam

pembelajaran, buku teks pelajaran,

digunakan untuk meningkatan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan

dengan kebutuhan peserta didik,

pengelolaan kelas, dalam hal ini peran dan

inovasi guru sangat dibutuhkan.

Persyaratan dalam pelaksanaan proses

pembelajaran sesuai dengan

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 terdiri atas: alokasi waktu jam tatap muka dalam

pembelajaran, buku teks pelajaran,

digunakan untuk meningkatan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan

dengan kebutuhan peserta didik,

pengelolaan kelas, dalam hal ini peran dan inovasi guru sangat dibutuhkan.

Untukmemantau kemajuan yang dicapai oleh subyek selama proses berlangsung

diperlukan assessment formatif. Dengan

demikian asessment formatif dapat

memberikan umpan balik selama proses berlangsung sehingga dapat dipergunakan guru untuk melakukan perbaikan terhadap kekurang-kurangan yang ditemukan.

Dan pengawsan pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan serta tindak

lanjut secara berkala dan

berkesinambungan. Pemantauan proses

pembelajaran dilakukan pada tahap

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar. Dalam pelaporan hasil

kegiatan pemantauan, supervisi, dan

evaluasi proses pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan.

Tindak lanjut pengembangan

keprofesionalan pendidik secara

berkelanjutan, penguatan dan penghargaan

diberikan kepada guru yang telah

memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar, guru diberi

kesempatan untuk mengikuti

pelatihan/penataran lebih lanjut. Dengan dilakukan pengawasan oleh kepala sekolah maupun pengawas satuan pendidikan akan

mempengaruhi perilaku guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Proses pembelajaran tidak hanya diketahui guru itu sendiri, guru akan merasa

tertantang dan termotivasi dalam

mempersiapkan rencana dan strategi

pembelajaran untuk meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik.

Selama ini di SD Negeri 1 Busungbiu salah satu sekolah yang masih

mengimplementasikan kurukilum 2013

untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian

untuk mengetahui seberapa besar

kesenjangan (diskrepansi) pembelajaran di sekolah dengan Standar Proses khususnya di Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan suatu penelitian tentang Analisis Diskrepansi Pembelajaran

Dengan Kurikulum 2013 Berdasarkan

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu.

METODE PENELITIAN

Tempat, Penerapan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015 hanya dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang telah menjalankan lebih dari tiga semester. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Busungbiu karena sekolah ini salah satu yang menerapkan kurikulum 2013 di Kabupaten Buleleng.

Rancangan Penelitian, Secara

metodologis penelitian ini termasuk

penelitian evaluatif karena berorientasi pada analisis berdasarkan pendekatan

evaluasi program yang menganalisis

kesenjangan program dengan variabel-variabel dalam acuan dengan diskrepansi

(5)

dikonfirmasikan dengan target sasaran yang merupakan acuan (standar) suatu program. Penelitian difokuskan pada guru kelas, yakni guru kelas 1, 2, 4 dan 5.

Populasi dan Sampel Penelitian Sugiyono (2010:61) menyatakan bahwa, “Populasi sekumpulan orang/subyek dan obyek yang diamati.” Senada dengan pernyataan tersebut Koyan (2012) menyatakan bahwa populasi adalah himpunan dari unsur-unsur yang sejenis. Sedangkan Kanca (2010:19) menyatakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama.” Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang dijadikan sebagai bahan peneliti (penelahan) dengan ciri mempunyai karaktersitik yang sama.

Sugiyono (2010:62) menyatakan

bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.”Senada dengan pernyataan

tersebut Supangat (2008:4) menyatakan bahwa, “Sampel adalah bagain dari populasi.”Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Evaluasi tentang analisis deskrepansi pembelajaran dengan

pendekatan scientific approach berbasis

kurikulum 2013 berdasarkan permen 65 Tahun 2013 melibatkan empat variabel pokok komponen pembelajaran sebagai sistem yaitu 1) perencanaan proses pembelajaran (P1); 2) pelaksanaan proses pembelajaran (P2); 3) penilaian hasil pembelajaran (P3); 4) pengawasan proses pembelajaran (P4).

Variabel perencanaan pembelajaran diukur dengan alat ukur berupa lembar

studi dokumentasi terhadap

indikator-indikator variabel perencanaan

pembelajaran yang dibuat oleh pendidik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran

peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Komponen RPP terdiri atas:

1)_Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan 2) Indentitas mata pelajaran

atau tema/subtema 3) kelas/semester 4) Alokasi waktu 5) Tujuan pembelajaran 6) Kompetensi dasar 7)Materi pembelajaran 8)

Metode pembelajaran 9)Media

pembelajaran 10) sumber belajar 11)

langkah-langkah pembelajaran 12)

penilaian hasil belajar.

Variabel pelaksanaan pembelajaran diukur dengan lembar observasi terhadap keterlaksanaan indikator-indikator variabel pelaksanaan pembelajaran. Informasi yang

diperoleh dianalisis dan dibandingkan

dengan indikator-indikator pada standar proses. Kemudian dievaluasi hambatan dan

alternatif solusinya secara prosedural

sehingga diperoleh gambaran mengenai

diskrepansi pelaksanaan pembelajaran

dibandingkan dengan standar proses.

Variabel penilaian hasil dan proses

pembelajaran dapat diukur dengan alat

ukur berupa lembar studi dokumentasi

untuk menilai hasil pembelajaran dan

lembar observasi untuk menilai proses

pembelajaran. Hal yang diukur adalah

indikator-indikator

variabel

penilaian

hasil dan proses pembelajaran yang

dilakukan pendidik. Hasil pengukuran

tersebut dianalisis dan dibandingkan

dengan indikator-indikator pada standar

proses.

Variabel pengawasan

pembelajaran dapat diukur dengan alat ukur berupa kuisioner terhadap

indikator-indikator variabel pengawasan

pembelajaran. Informasi yang diperoleh

dianalisis dan dibandingkan dengan

indikator-indikator pada standar proses.

Agung (2005:54) menyatakan

bahwa, “Tujuh jenis metode pengumpulan data yang dapat di jelaskan adalah metode

observasi, metode interview atau

wawancara, metode kuesioner, metode

inventory, metode sosiometri, metode

pencatatan dokumen, metode tes.”

Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode dokumentasi,

wawancara, observasi, kuesioner. Metode dokumentasi untuk mencermati silabus dan RPP yang dibuat pendidik kelompok mata

pelajaran, Metode wawancara untuk

menggali pendapat beberapa warga

(6)

pelaksanaan pembelajaran, pengawasan pembelajaran, penilaian, pembelajaran.

Metode Observasi untuk menggali data yang terkait dengan pelaksanaaan pembelajaran, dan metode kuesioner untuk menggali pendapat pendidik yang terkait

dengan perencanaan, pelaksanaan

pembelajaran, penilaian pembelajaran dan pengawasan pembelajaran.

Dalam evaluasi ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pola instrument tertutup dan terbuka. Pola

instrument tertutup digunakan melalui

pemanfaatan instrument berupa angket atau kuesioner. Pedoman pelaksanaan penskoran dalam studi dokumentasi pada

variabel perencanaan pembelajaran

dilakukan dengan membandingkan

keberadaan setiap komponen atau indikator dalam dokumen yang dibuat oleh pendidik dengan komponen atau indikator dalam standar yang ditetapkan pada standar proses. Sugiyono (2010:352) menyatakan bahwa, “Sebelum digunakan, instrument

yang berupa kuisioner perencanaan

pembelajaran (P1), Kuisioner

pelaksanaannya pembelajaran (P2),

Kuisioner penilaian pembelajaran (P3), dan kuisioner pengawasan pembelajaran (P4) perlu dilakukan validasi.” Validasi instrumen dilakukan dengan meminta penilaian dari expert judgment.Dengan tujuan apakah instrument tersebut telah menggambarakan indikator dari variable yang dimaksud atau belum. Adapun kriteria atau indikator instrumen yaitu: 1) kesesuaian antara butir dengan indikator; 2) kesesuaian antara indikator dengan subkomponen yang dinilai;

3) kesesuaian subkomponen dengan

komponen dari standar proses

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Setelah melalui proses penilaian dari para ahli maka akan diketahui seberapa jauh

instrumen yang dirancang telah

mencerminkan keseluruhan aspek yang hendak diukur. Untuk menentukan koefisien validitas isi, maka dilakukan pengujian dengan Product Moment.

2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rXY Koyan, 2012

Penelitian ini menggunakan uji non parametrik dengan mengikuti prosedur uji jenjang bertanda Wilcoxom. Uji jenjang

bertanda Wilcoxom bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata (kesenjangan) antara standar acuan dengan pelaksanaan standar proses oleh pendidik pada satuan pendidikan. Menurut Dantes dalam tesis Rarasmaya, prosedur uji tanda didasarkan pada tanda negatif

atau positif dari perbedaan antara

pasangan data ordinal dan besarnya beda antara acuan dengan program yang sedang berjalan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data penelitian diperoleh dari 104 butir instrument yang terdiri dari 40 butir instrument studi dokumentasi perencanaan pembelajaran, 33 butir instrument observasi

pelaksanaan pembelajaran, 6 butir

instrument studi dokumentasi penilaian

hasil dan proses pembelajaran

pembelajaran, 25 butir instrument studi

observasi pengawasan proses

pembelajaran. Jumlah responden yang

dijadikan sampel penelitian adalah

sebanyak 4 orang guru SD Negeri 1 Busungbiu, terdiri dari 1 orang guru kelas I, 1 orang guru kelas II, 1 orang guru kelas IV, dan 1 orang guru kelas V. Disamping itu penelitian ini juga melibatkan 132 orang

siswa sebagai responden untuk

memperoleh data sekunder tentang

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran, yang terdiri dari 36 orang siswa kelas I, 39 orang siswa kelas II, 28 orang siswa kelas IV, dan 29 orang siswa kelas V, dan 4 orang guru untuk

memperoleh data sekunder tentang

pengawasan pembelajaran. Data tentang silabus terdiri atas 12 RPP, data tentang RPP terdiri dari 18 data, dan tentang prinsip pentyusunan RPP terdiri dari 10 data. Untuk mengetahui tingkat kesenjangan pelaksanaan standat proses secara nyata di lapangan dnegan kondisi ideal (standar) yang ditetapkan, dilakukan analisis data. Data dianalisis menggunakan prosedur uji

tanda berjenjang Wilcoxom, yaitu

membandingkan kondisi nyata dengan

kondisi ideal (standar) yang telah

(7)

menghitung besar beda bertanda negatif (-), dan memasukkan ke dalam kategori.

Secara keseluruhan hasil analisis data pelaksanaan standar proses di SD Negeri 1 Busungbiu diperoleh dengan menjumlahkan rata-rata perolehan skor tiap variabel. Kemudian dicari besar beda dengan kondi ideal atau standar yang

ditetapkan. Komponen-komponen

pembelajaran berdasarkan Permendikbud

Nomor 65 Tahun 2013 meliputi

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil dan proses pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.

Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -17,4. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 17,4% dan tergolong kategori sangat kecil (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Rata-rata perolehan skor pelaksanaan standar proses yang dilakukan oleh guru kelas II adalah sebesar 61,1. Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -39,0. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 39,0% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal.

Rata-rata perolehan skor

pelaksanaan standar proses yang dilakukan oleh guru kelas IV adalah sebesar 70,3. Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -29,8. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 29,8% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Rata-rata perolehan skor pelaksanaan standar proses yang dilakukan oleh guru kelas V adalah sebesar 76,0. Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -24,0. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 24,0% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal.

Rata-rata perolehan skor komponen perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di SD Negeri 1 Busungbiu

adalah sebesar 55,1. Besar beda

perencanaan pembelajaran adalah sebesar

-44,9. Hal tersebut berarti terdapat

kesenjangan sebesar 44,9% dan tergolong

kategori cukup besar (CB), sehingga dapat

dikatakan bahwa kondisi riil belum

mencapai standar atau kondisi ideal.

Berdasarkan hasil analisis

komponen perencanaan pembelajaran

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidik

di SD Negeri 1 Busungbiu belum

sepenuhnya memenuhi standar

persyaratan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Rata-rata perolehan skor komponen pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di SD Negeri 1 Busungbiu adalah sebesar 79,5. Besar beda pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar -20,5. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 20,5% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal.

Rata-rata perolehan skor

komponen penilaian hasil dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di SD Negeri 1 Busungbiu adalah sebesar 76,7 Besar beda penilaian hasil dan proses pembelajaran adalah sebesar -23,4. Hal

tersebut berarti terdapat kesenjangan

sebesar 23,4% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal.

Rata-rata perolehan skor

komponen pengawasan proses

pembelajaran di SD Negeri 1 Busungbiu adalah 78,6. Besar beda pengawasan proses pembelajaran adalah sebesar -21,4. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 21,4% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal.

Rata-rata variabel pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 adalah sebesar 72.5. Besar beda variabel pembelajaran adalah sebesar

-27,5. Hal tersebut berarti terdapat

kesenjangan sebesar 27,5% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Berdasarkan hasil analisis variabel pembelajaran tersebut,

dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan di SD Negeri 1 Busungbiu belum sepenuhnya memenuhi standar

(8)

persyaratan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

Pembahasan

Variabel perencanaan

pembelajaran terdiri dari tiga komponen meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), dan prinsip

penyusunan (RPP), Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK,

KD, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi, penilaian alokasi waktu, dan sumber belajar.

Silabus dikembangkan oleh

satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi Isi (SI) dan standar Kompetensi lulusan SKL, serta paduan penyusunan Kurikulum 2013.

Dalam menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

hendaknya memperhatikan perbedaan

individu peserta didik, mendorong

partisipasi aktif peserta didik,

mengembangkan budaya membaca dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan dan keterpaduan, menerapkan teknologi dan komunikasi.

Hasil analisis RPP terhadap

keberadaan indikator-indikator sesuai

dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 yang telah disusun oleh pendidik di SD Negeri 1 Busungbiu adalah sebesar 66,4. Besar beda RPP sebesar -33,6. Hal

ini menunjukka terjadi kesenjangan

(diskrepansi) sebesar 33,6% dan tergolong

pada kategori cukup besar (CB).

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui ada beberapa indikator-indikator yang belum sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

Hasil analisis prinsip penyusunan RPP sebesar 63,0. Besar beda adalah

sebesar -37,0. Hal ini menunjukkan

terdapat kesenjangan (diskrepansi) sebesar 37,0% dan tergolong pada kategori cukup besar.

Data pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan observasi menggunakan pedoman lembar observasi. Berdasarkan observasi dan hasil analisis terhadap persyaratan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di SD Negeri 1 Busungbiu

rata-rata perolehan skor adalah sebesar 85,4. Besar beda dengan acuan adlah sebesar -14,6. Hal ini menunjukka adanya kesenjangan (diskrepansi) sebesar 14,6% dan tergolong pada kategori sangat kecil (SK).

Selanjutnya, hasil analisis

terhadap pelaksanaan pembelajaran

diperoleh rata-rata sebesar 73,6. Besar beda adalah sebesar -26,4. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan sebesar 26,4% dan tergolong pada kategori kecil (K). Berdasarkan paparan di atas dan skor

rata-rata hasil analisis pelaksanaan

pembelajaran adalah sebesar 79,5. Besar beda adalah sebesar -20,5. Hal ini

menunjukkan adanya kesenjangan

(diskrepansi) sebesar 20,5% dan tergolong pada kategori sangat kecil (K).

Berdasarkan studi dokumentasi dan hasil analisis diperoleh skor untuk pendekatan penilaian sebesar 75.0. Besar

beda adalah sebesar -25. Hal ini

menunjukkan adanya kesenjangan

(diskrepansi) sebesar 25 % dan tergolong pada kategori kecil (K). Berdasarkan paparan dan hasil analisis diperoleh rata-rata skor penilaian hasil dan proses pembelajaran sebesar 76,7. Besar beda adalah sebesar -23,3. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan sebesar 23,3% dan tergolong dalam kategori sangat kecil (K).

Berdasarkan pemaparan dan hasil

analisis rata-rata perolehan skor

pengawasan proses pembelajaran adalah sebesar 78,6. Besar beda adalah -21,4 Hal

ini menunjukkan terjadi kesenjangan

(diskrepansi) sebesar 21,4% dan tergolong pada kategori kecil (K).

PENUTUP

Studi evaluasi tentang analisis

diskrepansi pelaksanaan pembelajaran

dengan Kurikulum 2013 berdasarkan

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu untuk mengetahui

besarnya kesenjangan pelaksanaan

pembelajaran oleh pendidik di sekolah

dibandingkan dengan standar acuan

(Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013).

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan dapat disimpulkan adalah sebagai berikut.

(9)

Besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun

2013 ditinjau dari perencanaan

pembelajaran adalah sebesar 44,9 % dan tergolong kategori cukup besar (CB), Besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun

2013 ditinjau dari pelaksanaan

pembelajaran adalah sebesar 20,5% dan tergolong kategori kecil (K), besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari penilaina hasil dan proses pembelajaran adalah sebesar 23,4% dan tergolong kategori kecil (K), Besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di Negeri 1 Busungbiu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013

ditinjau dari pengawasan proses

pembelajaran adalah sebesar 21,4 % dan tergolong kategori kecil (K)kendala-kendala

yang ditemukan dalam

pengimplementasian pembelajaran dengan Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 di SD Negeri 1 Busungbiu meliputi: kendala perencanaan pembelajaran, yaitu 1) sulit menentukan media pembelajaran agar sesuai yang ada dalam buku penunjang karena sekolah ini berkejauhan dengan kota sehingga peserta didik kurang aktif mengikuti kegiatan

pembelajaran di kelas, kendala

pelaksanaan pembelajaran yaitu 1) guru-guru merasa sulit memadukan mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya sehingga guru-guru masih sering mengajar atau menjelaskan materi kepada peserta didik dengan permata pelajaran

atau masih terkotak-kotak, kendala

penilaian hasil dan proses pembelajaran, yaitu 1) penilaian hasil dan proses pembelajaran masih terdapat diskrepansi

(kesenjangan) terhadap standar atau

acuan, kendala pengawasan proses

pembelajaran, yaitu 1) kepala sekolah belum bisa memberikan penghargaan kepada guru yang telah memenuhi standar karena terjadi pergantian kepala sekolah.

Saran

Hasil penelitian di SD Negeri 1 Busungbiu menunjukkan bahwa pendidik

telah melaksanakan pembelajaran

berdasarkan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 dengan cukup baik, meskipun terdapat beberapa kesenjangan. Untuk meningkatkan pelaksanaan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 dalam pembelajaran oleh pendidik, maka kepada pihak-pihak terkait dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut.Pendidik hendaknya lebih sering mengikuti kegiatan pelatihan dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013,

baik melalui kegiatan pelatihan, KKG, maupun dengan memanfaatkan teknologi informasi, dan lebih sering aktif bertanya jika ada yang belum diketahui tentang

pengimplementasian kurikulum 2013,

Pendidik selalu berinovasi dan berkreasi di

dalam penyusunan perencanaan

pembelajaran dan melaksanakan

pembelajaran sehingga terjadi proses

pembelajaran yang interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang dan

memotivasi, Kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan hendaknya

melaksanakan pengawasan terhadap

proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik secara intesif, dan memberikan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan baik berupa penghargaan kepada pendidik yang telah memenuhi standar maupun memberikan kesempatan bagi pendidik yang belum memenuhi standar untuk memperoleh bimbingan dan pelatihan lebih lanjut. Memberikan kesempatan bagi guru-guru yang belum memenuhi standar untuk mengikuti pelatihan. Penelitian tentang

evaluasi terhadap implementasi

pembelajaran hendaknya sering

dilaksanakan sehingga dapat diketahui

kesenjangan-kesenjangan ataupun

komponen-komponen yang belum

terlaksana dengan baik, sehingga dapat

diambil langkah perbaikan terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang belum memenuhi standar untuk kedepannya,

Pemerintah hendaknya tidak hanya

melibatkan para akademisi pendidikan

dalam penyusunan standar nasional

pendidikan hendaknya melibatkan guru-guru selaku praktisi di bidang pendidikan untuk memudahkan mengimplementasikan

(10)

pada satuan pendidikan, Pemerintah

hendaknya melaksanakan sosialisasi

secara intensif melalui kegiatan pelatihan, workshop, seminar, lokakarya, lomba-lomba desain pembelajaran, atau kegiatan lain dengan melibatkan semua pihak baik

pendidik, kepala satuan pendidikan,

pengawasa satuan pendidikan, dan instansi

terkait, Pemerintah hendaknya

memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan secara tepat dan tepat, khususnya buku penunjang pembelajaran untuk siswa yang masih sering mengalami keterlambatan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung Gede. 2005. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dimyati, dan Mudjiono. 2006 Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kanca I Nyoman. 2010 Metode Penelitian

Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum Tahun 2014 SD Kelas I. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber daya Manusia

Pendidikan dan kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Marjan Johari. 2014. Pengaruh

Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA.Mu’allimat Nahdlatul Wathan Pancor Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis Program Studi Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana: Undiksha.

Sanjaya Wina. 2010 Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiyono, 2010 Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta CV.

Sunartana dan Nurkancana. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Supangat Andi, 2008. Statistika Dalam

Kajian Deskritip Infrensi dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tegeh, I Made. 2009. Media Pembelajaran. Singaraja: Universitas Ganesha.

Referensi

Dokumen terkait

Enam indikator tersebut adalah (1) perhatian siswa terhadap model pada saat membaca puisi, (2) keingintauan siswa terhadap keterampilan membaca puisi, (3)

Latainer dalam Sutrisno (2011:87) mengartikan disiplin sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan

Hughes (1990: 6-7) menjelaskan secara lebih rinci alasan mengapa pelatihan penggunaan bahasa kelas sangat penting dilakukan yaitu: (1) bahasa merupakan alat

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka pokok permasalahan yang menjadi agenda besar dan

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan penelitian tentang penerapan integrated learning pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadist

Examine agreement in the opinion of workers in education regarding the importance of standard school scripts as an element of language and personal identity based on three

Kemudian tahun ajaran 2014/2015 penilaian praktek mata pelajaran melakukan penataan rambut modifikasi SMK Negeri 8 Medan jumlah siswa 32 orang, yaitu ada sebanyak 10