• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi ah atau Akad lain yang tidak. bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi ah atau Akad lain yang tidak. bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

20 A. Simpanan Berdasarkan Akad Mudharabah

1. Simpanan

Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah

dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Simpanan mudharabah merupakan produk penghimpunan dana oleh

lembaga keuangan syariah yang menggunakan akad mudharabah muthlaqoh.

Dimana, LKS bertindak sebagai mudharib dan nasabah sebagai shahibul

maal.

2. Mudharabah

2.1 Pengertian Mudharabah

Secara etimologi, mudharabah berasal dari kata dharb, yang

berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam

menjalankan usaha.1

Menurut istilah fiqh, kata mudharabah adalah akad perjanjian

antara kedua belah pihak, yang salah satu dari keduanya memberi modal

1Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah dari teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hlm 95

(2)

kepada yang lain supaya dikembangkan sedangkan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai dengan ketentuan yang disepakati. Kerugian

financial menjadi beban pemilik dana (shahibul maal), apabila kerugian

itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola (mudharib).

Berdasarkan prinsip mudharabah LKS akan berfungsi sebagai

mitra baik dengan deposan maupun nasabah pembiayaan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana, LKS bertindak

sebagai mudharib (pengelola) sementara deposan sebagai shahibul maal

(penyandang dana). Sedangkan LKS sebagai penyalur dana, LKS

bertindak sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib. Antara

keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian

keuntungan masing-masing pihak. 2.2 Dasar Hukum Mudharabah

Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih

mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal itu tampak dalam ayat-ayat dan hadist, serta ijma’ dan qiyas.

a. Al-qur’an

ا يِف َن ْوُب ِرْضَي َن ْوُرَخاَء َو

َ

ِ ِ ْضَف ْنِ َن ْوُ َ ْبَي ِ ْر

….

Artinya :

Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah ” (Al-Muzammil: 20)2

2

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahan, Semarang: CV. Asy Syifa’, hlm 990

(3)

Yang menjadi argumen surah Al-Muzammil: 20 adalah adanya

kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti

melakukan suatu perjalanan.

ا ًرْيِثَك َ ا ْوُرُكْذا َو ِ ِ ْضَف ْنِ ا ْوُ َ ْبا َو ِ ْرَ ْا ىِف ا ْوُرِشَ ْناَف ُةاولَّصلا ِتَي ِضُق اَذِإَف

َن ْوُ ِلْ ُ ْ ُكَّلَ َّل

Artinya:

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung ” (Al-Jumu’ah: 10)3

ْ ُكبِّبَّر ْنِ ً ْضَف ا ْوُ َ ْبَ ْنَا حٌااَنُ ْ ُكْيَلَ َ ْيَل

Artinya :

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari tuhanmua ” (Al-Baqarah: 198)4

Dari surah Al-Jumuah: 10 dan Al-Baqarah: 198 intinya akad berisi dorongan bagi setiap manusia untuk melakukan perjalanan usaha dalam dunia modern seperti sekarang ini. Siapa saja akan menjadi lebih mudah untuk melakukan investasi yang benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

b. Hadist

Berikut ini beberapa hadist yang berkenaan dengan al-mudharabah

1. Hadist dimana Ibnu Majah meriwayatkan dari Suhaib ra. Bahwa

nabi Muhammad bersabda: 3

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahan, Semarang: CV. Asy Syifa’, hlm 933

4

(4)

َ اَق َ َلَس َو ِهِلآ َو ِهْيَلَ ُ ىَّلَص ُيِبَّنلا َّنَا

:

ُةَك َرَبْلا َّنِهْيِف حٌث َلََث

:

لٍ َ َا ىَلِا ُ ْيَبْلَا

,

ِ ْيَبْلِل َ ِتْيَبْلِل ِرْيِ َّشلااِب َّرُبلا ُ ْلَخ َو حٌهَضَراَ ُ لا َو

Artinya :

“Nabi bersabda : Tiga hal padanya terdapat berkah: jual beli dengan pembayaran kemudian, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan jelai untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk diijual ”5

2. Hadist riwayat Thabrani yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Ia

berkata

َ اَق ُهْنَا اَ ُهْنَ ُ َي ِضَر ُ اَّبَ ُنْبِا ُها َوَر

:

ِدْبَ ُنْب ُ اَّبَ لااَنُدبِّيَس َناَك

ا ًر ْ َب ِهِب َكُلْسَي َ ْنَا ِهِبِ اَص ىَلَ َ َرَ ْشِا ًةَبَراَضُ َ اَ ْلا َ َفَد اَذِإ ِببِّلَ ُ ْلا

,

اًيِدا َو ِهِب َ ِزْنَي َ َو

,

لٍةَب ْ َر لٍدِبَك َتاَذ ًةَّباَد ِهِب َ ِرَ ْشَي َ َو

,

َنِ َض َ َ َف ْنِاَف

,

َغَلَبَف

ُه َزا َ اَف َ َّلَس َو ِهْيَلَ ُ ىَّلَص ُ َ ْوُسَر ُهُ ْرَش

Artinya :

“ Bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah. Ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi aturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun membolehkannya ”.6

Dari hadist diatas menunjukan bahwa mudharabah

merupakan kerja sama dimana pihak shahibul maal yang

menyediakan dana 100% akan menanggung resiko kehilangan

modal. Sehingga pihak mudharib selaku pengelola dana harus

benar berhati-hati dan selalu melaksanakan akad mudharabah

5

Kitab At-tijarah, dikutip oleh Muhammad Syafi’i Antonio, dalam bukunya Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm 108

6

(5)

dengan penuh itikad baik. Sehingga apabila kesalahannya menyebabkan kerugian, maka ia juga bertanggung jawab atas dana

yang telah diberikan oleh shahibul maal.

c. Ijma’

Sebelum Rasulullah diangkat menjadi rasul, Rasulullah SAW

pernah melakukan mudharabah dengan Khadijah, dengan modal dari

Khadijah. Beliau pergi ke Syam dengan membawa modal tersebut untuk diperdagangkan.

Ibnu Hajar, sebagaimana dikutip dalam kitabnya Nasbu

Ar-Rayah telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan

legitimasi pengolahan harta anak yatim secara mudharabah.

Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutip

oleh Abu Ubaid dalam kitabnya Al-Amwal

Rasulullah saw. Telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didianmkan sehingga termakan oleh zakat ”7

Indikasi dari hadist diatas adalah menginvestasikan harta anak

yatim secara mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah

dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat disini, seandainya harta

tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on

investment (keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta

amanat tersebut akan senantiasa berkembang, bukan berkurang.8

7

Kitab Al-amwal, dikutip Muhammad Syafi’i Antonio, ibid, hlm 459

8

Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm 15

(6)

d. Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang miskin dan ada yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan tersebut, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam

rangka memenuhi kebutuhan mereka.9

2.3 Rukun dan Syarat Mudharabah

a. Rukun Mudharabah

Adapun rukun yang harus ada dalam akad mudharabah yaitu10

1) Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana

Ketentuan yang berlaku untuk pelaku akad mudharabah

diantaranya :

a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh

b) Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan

non muslim

c) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha

tetapi ia boleh mengawasi

9

Rachmat Syafe'I, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hal. 226

10

Syafi’i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta: Tazkia Institue, 1999, hlm 174

(7)

2) Objek Mudharabah

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan

dilakukannya akad mudharabah. Ada 2 objek mudharabah, yaitu :

a) Modal

Ketentuan syariah untuk modal dalam akad mudharabah

diantaranya :11

1. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset

lainnya, harus jelas jumlah dan jenisnya

2. Modal harus tunai dan tidak utang

3. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga

dapat dibedakan dari keuntungan

4. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk

memudharabahkan kembal modal mudharabah, dan apabila terjadi akan dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana

5. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal

menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.

b) Kerja

Adapun ketentuan syariah untuk kerja dalam akad mudharabah

adalah

11

(8)

1. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, dan lain-lain

2. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi

oleh pemilik dana

3. Pengelola dana harus menjalankan usahanya sesuai syariah

3) Ijab Kabul

Adalah pernyataan dan ekspresi saling rela diantara pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis atau menggunakan cara-car komunikasi modern

4) Nisbah Keuntungan

Adapun ketentuan nisbah keuntungan dalam akad mudharabah,

yaitu :

a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian

keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh

b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak

c. Shahibul maal tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.

(9)

b. Syarat Mudharabah12

Adapun syarat mudharabah yang harus dipenuhi, yaitu :

1) Dana mudharabah (modal)

Syarat ketentuan yang ada untuk dana mudharabah adalah

a) Harus dalam bentuk uang tunai dan dinyatakan jelas jumlahnya

b) Harus segera diserahkan kepada mudharib, agar dapat

melakukan usaha.

2) Keuntungan

Syarat ketentuan untuk keuntungan mudharabah adalah

a) Pembagian keuntungan antara mudharib dan shahibul maal

berdasarkan nisbah sesuai kesepakatan awal

b) Nisbah pembagian keuntungan harus dicapai melalui negosiasi

dan dituangkan dalam akad secara tertulis

c) Pembagian keuntungan hanya untuk satu pihak, tidak sah

akadnya.

d) Bersifat mutlak artinya tidak mengikat mudharib dalam

usaha-usahanya memperoleh keuntungan 2.4 Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum, jenis mudharabah dibagi menjadi 2 yaitu, mudharabah

muthlaqoh dan mudharabah muqayyadah.

12

Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah,

(10)

a. Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah muthlaqoh merupakan bentuk kerja sama antara

shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh jenis usaha, waktu, tempat, perusahaan dan pelanggan. Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan atau lembaga keuangan syari’ah lainnya (non bank) diaplikasikan pada tabungan

dan deposito.13

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari muhdarabah muthlaqoh. Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu,

dantempat usaha. Adanya pembatasan ini sering kali

mencerminkankecenderungan umum si shohibul al-maal dalam

memasuki dunia usaha.

B. Bagi Hasil

1. Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit

sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.

Secara definitif profit sharing diartikan: “Distribusi beberapa bagian dari laba

pada para pegawai dari suatu perusahaan”.14

13

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perangsurasian Syari’ah di Indonesia, Edisi I, Jakarta: PT. Pranada Media, 2004, hlm. 84

14Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Islam dari Teori dan Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, hlm 18

(11)

Bagi hasil merupakan konsep yang paling lazim dan tidak ada keraguan

didalamnya, dan hampir seluruh ulama sepakat dengan transaksi bagi hasil.15

Transaksi bagi hasil yang dapat diterapkan dalam lembaga keuangan syari’ah

pada umumnya dibagi dalam 2 jenis transaksi, yakni mudharabah dan

musyarakah. Dalam teori bagi hasil menyatakan, bahwa lembaga keuangan

syari’ah akan memberikan sumber pembiayaan (financial) yang luas kepada

peminjam (debitur) berdasarkan atas bagi resiko baik menyangkut keuntungan

maupun kerugian. Hal ini berbeda dengan pembiayaan (financial) dengan

sistem bunga pada lembaga keuangan konvensional yang semua resikonya

ditanggung oleh peminjam (debitur).16

2. Metode Bagi Hasil

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

15/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah dengan pertimbangan, bahwa pembagian hasil usaha di antara para pihak (mitra) dalam suatu bentuk usaha kerjasama boleh didasarkan pada :

 Prinsip Bagi Untung (Profit Sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari

pendapatan setelah dikurangi modal dan biaya-biaya.

15Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut bankir Indonesia, Bank Syari’ah: Konsep, Produk dan Implementasi operasional, Jakarta: Djambatan, 2001, hlm. 69

16

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis dan Interprestasi Kontemporer tentang Riba dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm 90

(12)

 Prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan;

Dalam fatwa tersebut ditetapkan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue

Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya.

2. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian hasil usaha

sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing).

3. Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati

dalam akad.

2.1 Profit Sharing

Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi

keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit

secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total

revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost).

Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi modal dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan

(13)

hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari

pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan.17

Dalam menerapkan pembagian hasil usaha berdasarkan prinsip bagi

untung (profit sharing), bank syariah harus membuat dua laporan laba rugi

yang terpisah, yaitu laporan laba rugi bank sebagai institusi keuangan

syariah dan laporan pengelolaan dana mudharabah dimana bank sebagai

mudharib.

1) Laporan hasil usaha mudharabah (bank sebagai mudharib)18

Laporan hasil usaha mudharabah ini dibuat sebagai

pertanggungjawaban bank syariah dalam mengelola dana mudharabah

mutlaqah yang telah dipercayakan shahibul maal (deposan) kepada

bank syariah sebagai mudharib. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam laporan ini yaitu:

a. Pendapatan operasi utama

Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam pembagian hasil usaha

pada prinsip bagi untung (profit sharing) ini adalah pendapatan dari

pengelolaan dana (penyaluran) sebesar porsi dari dana mudharabah

(investasi tidak terikat) yang dihimpun.

b. Beban mudharabah

Bank syariah harus dapat memisahkan beban yang menjadi tanggungan bank syariah sendiri dan beban yang dibebankan pada

pengelolaan dana mudharabah.

17

Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, hlm 101

18

(14)

c. Laba atau rugi mudharabah

Pendapatan operasi utama dikurangi dengan beban mudharabah

inilah yang akan menghasilkan laba atau rugi.

2) Laporan laba rugi bank syariah (bank sebagai institusi keuangan syariah) Data-data yang ada pada laporan ini adalah data-data untuk kepentingan bank syariah sendiri dalam mengelola institusi keuangan syariah, khususnya beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah dan data-data yang telah diperhitungkan dalam pembuatan laporan

pengelolaan dana mudharabah. Dalam laporan laba rugi ini, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Pendapatan bank sebagai mudharib

Pendapatan yang ada dalam laporan ini adalah bagian pendapatan atas

pengelolaan dana mudharabah yang diperoleh bank syariah dan

pendapatan penyaluran yang menjadi milik bank syariah sendiri.

b. Pendapatan operasi lainnya

Pendapatan operasi ini adalah pendapatan yang sama dengan pendapatan operasi lainnya dalam prinsip bagi hasil.

c. Beban operasi

Beban-beban dalam laporan ini adalah beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai institusi keuangan syariah sendiri tidak ada

kaitannya dengan pengelolaan dana mudharabah, baik beban tenaga

(15)

Penentuan beban-beban ini merupakan unsur distribusi hasil usaha apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha adalah

pembagian laba (profit sharing), karena dalam prinsip ini hasil usaha yang

akan dibagikan antara mudharib dan shahibulmaal merupakan keuntungan

yang diperoleh yaitu pendapatan pengelolaan dana mudharabah dikurangi

dengan beban-beban yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan

dana mudharabah.

2.2 Revenue Sharing

Revenue sharing secara etimologi berarti bagi hasil/pendapatan.

Revenue dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang dan jasa yang dihasilkannya dari

pendapatan penjualan (sales revenue). Berarti juga perhitungan bagi hasil

didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan tersebut.19

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi hasil usaha

berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) adalah sebagai berikut:20

1) Pendapatan Operasi Utama

Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan distribusi hasil

usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini adalah pendapatan

(revenue) dari pengelolaan dana (penyaluran) sebesar porsi dana

19

Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000

20

(16)

mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun tanpa adanya pengurangan beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah.

2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat

Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat merupakan porsi bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan) yang diserahkan oleh bank

syariah kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah (investasi tidak

terikat). Penentuannya dilakukan dalam perhitungan distribusi hasil

usaha yang sering disebut dengan profit distribution.

3) Pendapatan operasi lainnya

Pendapatan operasi lain yang diperoleh bank syariah adalah pendapatan atas kegiatan usaha bank syariah dalam memberikan layanan jasa keuangan dan kegiatan lain yang berbasis imbalan seperti pendapatan

fee inkaso, fee transfer, fee LC dan fee kegiatan yang berbasis imbalan

lainnya.

4) Beban Operasi

Pembagian hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing)

semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai mudharib,

baik beban untuk kepentingan bank syariah sendiri maupun untuk

kepentingan pengelolaan dana mudharabah, seperti beban tenaga kerja,

beban umum dan administrasi, beban operasi lainnya ditanggung oleh

(17)

Gambar. 2.1

Prinsip Pembagian Hasil Usaha

(-/-) Revenue sharing

(+/+) (-/-)

(-/-)

=

=

Sumber : Wiroso, 2005, hal. 119

3. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil

a. Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung (direct factor) yang mempengaruhi

perhitungan bagi hasil adalah21

1) Investment rate merupakan presentase aktual dana yang diinvestasikan

dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebaesar 80

persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

21

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, hlm 110

=

P or si S ha hi b ul M aa l P r of it S h a r in g

Prinsip Profit Sharing Laporan Hasil

Usaha Mudharabah (Bank sbg

Mudharib) Prinsip Revenue Sharing Laporan

Laba Rugi (Bank sbg LKS)

(1) Pendapatan

Operasi Utama (1) Pendapatan Operasi

Utama

 Bagi hasil (prinsip bagi hasil)

 Margin (prinsip jual beli)

 Pendapatan neto Sewa

 Lainnya (SWBI, IMA

dsb)

(2) Hak pihak ke 3 atas bagi hasil ITT

Perhitungan Pembagian Hasil Usaha

(2) Beban Mudharabah  Beban tenaga kerja  Beban

administrasi  Beban penyusutan  Beban opr lainnya (3) Pendapatan operasi Lainnya (4) Beban Operasi (Tenaga kerja, Adm, Opr Lainnya) Shahibul maal (3) Laba/Rugi Mudharabah (5) Laba/ rugi

(18)

2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode:

a) Rata-rata saldo minimum bulanan

b) Rata-rata total saldo harian

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

3) Nisbah (Profit Sharing Ratio)

a) Salah satu ciri al mudharabah adalah nisbah yang harus

ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

b) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda.

c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank,

misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account

lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

b. Faktor Tidak Langsung

Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi hasil adalah22

1. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya.

Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.

22

(19)

b) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing.

2. Kebijakan akunting (Prinsip dan Metode Akuntansi)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

C. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil

Dalam melakukan perhitungan bagi hasil untuk penyimpan dana terdapat poin-poin yang harus diperhitungkan. Adapun Poin-poin tersebut adalah sebagai berikut:

a. Saldo Rata-rata Harian

Langkah-langkah untuk menghitung saldo rata-rata harian adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tanggal berapa keuntungan yang diperoleh dari penempatan dana akan dibagihasilkan.

2) Jumlah hari yang dihitung dalam satu bulan adalah sesuai dengan hitungan kalender.

b. Pendapatan yang akan dibagihasilkan

Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank berasal dari hasil penempatan dana pihak ketiga melalui pembiayaan yang berakad jual beli,

maupun syirkah atau jasa. Hasil dari pendapatan tersebut dibagi hasilkan

(20)

Untuk menghitung jumlah pendapatan yang akan didistribusikan, terdapat 3 (tiga) alternatif pendekatan. Pendapatan yang akan dibagi hasil dihitung berdasarkan:

a. Sumber dana pihak ketiga dari dana mudharabah saja.

b. Sumber dana pihak ketiga dari dana mudharabah dan wadiah.

c. Seluruh sumber dana.

Pendapatan untuk bagi hasil dihitung dengan rumus:23

Jumlah Rata-rata Saldo Sumber Dana

Jumlah Rata-rata Saldo Harian Pembiayaan × Jumlah Pendapatan

Rumus perhitungan bagi hasil tabungan dan deposito yang dikemukakan oleh

Muhammad Syafi’i Antonio dalam bukunya ”Bank Syariah dari Teori ke

Praktek” dan Muhammad dalam bukunya “Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah” adalah sebagai berikut :

Nominal Deposito

Total dana deposito × Keuntungan yang diperoleh × nisbah bagi hasil Untuk lebih jelas, sebagai illustrasinya adalah sebagai berikut : Contoh Kasus 1 :

Pada bulan Januari, Pak Rafli mempunyai rekening simpanan mudharabah di

Bank A dengan saldo simpanan Rp 4.000.000. Beliau menyetorkan uangnya pada awal bulan yaitu tanggal 2. Bila diasumsikan total saldo simpanan adalah Rp. 350.000.000 dan pendapatan yang dibagihasilkan untuk produk simpanan

mudharabah pada bulan Januari sebesar Rp. 1.250.000. Bagi hasil antara bank dan nasabah adalah 70% : 30%. Berapa Bagi hasil yang diperoleh Bapak Rafli?

23

Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009, hlm 375

(21)

Cara perhitungan bagi hasil untuk nasabah antara lain

a. Pengendapan dana Bapak Rafli selama bulan Januari

02/01/2014 – 31/01/2014 = Rp 4.000.000

30 hari ×4.000.000=120.000.000

b. Perhitungan saldo rata-rata Bapak Rafli

120.000.000

31 =3.870.968

c. Bagi hasil nasabah

saldo rata-rata simpanan

total rata-rata simpanan × Keuntungan yang diperoleh × nisbah bagi hasil Bagi hasil =350.000.0003.870.968 × 1.250.000 × 30% = 4.147

Contoh kasus 2

Bapak rafli mendepositkan uangnya sebesar Rp 1.000.000 ke Bank B. Jangka waktu yang diambil 1 bulan. Bagi hasil antara bank dan nasabah adalah 45% : 55%. Bila diasumsikan total dana deposito adalah Rp 200.000.000 dan pendapatan yang dibagihasilkan untuk dana deposito sebesar Rp 3.000.000. Maka bagi hasil yang diperoleh Bapak rafli adalah

Nominal Deposito

Total dana deposito × Keuntungan yang diperoleh × nisbah bagi hasil

= 1.000.000

200.000.000 ×3.000.000 ×45% = 82.500

Jadi uang yang diterima Bapak Rafli atas deposito berjangka 1 bulan adalah Rp 1.000.000 + Rp 82.500 = Rp 1.082.500

(22)

Referensi

Dokumen terkait

- Memberikan informasi kepada apotek mengenai interaksi obat pada peresepan penyakit kulit dan kelamin yang diberikan kepada pasien di Apotek Kimia Farma “X”

Hari Kamis, 19 Oktober 2017, sesuai kesepakatan dengan subjek, peneliti mengambil skala yang berada di gedung Antonius yaitu di sekretariat fakultas hukum dan komunikasi

Saya  menyadari  bahwa  saya  hanya  manusia  biasa  yang  penuh  dengan  kekhilafan  dan  kealpaan.  Saya  mohon  maaf  apabila  ada  kata‐kata  yang  salah 

Perangkat ajar atau CAI (Computer Aided Interface) juga dapat diartikan sebagai salah satu alat bantu pengajaran berbasis komputer dengan program yang interaktif terhadap

Perbandingan tersebut dapat dilambangkan pada persamaan 2.1 dimana A adalah luas penampang plat logam, d adalah jara k antar plat, dan ε adalah konstanta dari bahan

Keberhasilan yang saya capai setelah mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi penunjang pelaksanaan pembelajaran

Dalam rangka mencapai target sasaran strategis yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Renstra Bappeda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021, telah

Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu, tiga candi itu disebut