• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOMPAK-JRF Pascagempa Dan tsunami 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKOMPAK-JRF Pascagempa Dan tsunami 2006"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pada 27 Mei 2006 pukul 5:53:57 WIB, gempa tektonik yang berasal dari sesar aktif Opak dengan kekuatan 5.9 skala richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Pusat gempa diperkirakan pada 8.00 Lintang Selatan – 110.31 Bujur Timur atau sekitar 37,2 kilometer sebelah selatan Kota Yogyakarta pada kedalaman sekitar 33 kilometer. Gempa tersebut menimbulkan puluhan ribu warga luka berat, ribuan meninggal dunia dan meluluhlantakkan

Kabupaten Bantul, DIY dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah karena kedua kabupaten tersebut terletak di Patahan Opak

(Opak Fault) yang merupakan garis patahan memanjang

sepanjang 60 kilometer yang berpangkal di Sanden, Bantul dan berujung di Tulung, Klaten. Karena itu, dari 161.389 unit rumah rusak berat di DIY, 119.879 unit diantaranya berada di Kabupaten Bantul, sedangkan 96.303 unit rumah rusak berat di Jateng, 94.879 unit diantaranya adalah rumah di Kabupaten Klaten.

Gempa dan Tsunami DIY, Jateng dan Jabar

REKOMPAK-JRF

Pascagempa Dan tsunami 2006

6 Februari 2007 - 30 Mei 2012

(2)

Tanggal 17 Juli 2006 pukul 15.16 WIB kembali terjadi gempa dengan kekuatan 6.8 Skala Richter terjadi di pesisir selatan Pulau Jawa. Pusat gempa berada pada 9.295 LS – 107.347 Bujur Timur atau sekitar 260 kilometer selatan Kota Bandung dengan kedalaman sekitar 8 kilometer. Diperkirakan terjadi mekanisme gerak sesar naik di dasar samudera dengan patahan berarah U 270° - 300° T dengan kemiringan 7° ke utara. Patahan tersebut kemungkinan besar berhubungan dengan pergerakan dan runtuhan dari prisma akresi yang dipicu aktivitas penunjang lempeng Indo-Australia. Patahan menyebabkan terjadi dislokasi masa batuan yang kemudian mendorong sejumlah besar volume air laut membentuk gelombang pasang yang bergerak secara vertikal secara radial menjauhi pusat gempa. Sekitar 20 menit pascagempa, terjadilah tsunami dengan ketinggian sekitar 3 hingga 7 meter dengan rambahan 75 – 500 meter di sepanjang pantai Kebumen, Cilacap dan Pangandaran.

Wilayah Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat mengalami kerusakan paling parah karena kedalaman air pantai Pangandaran relatif dangkal yang menyebabkan gelombang tsunami saat menghantam pantai menimbulkan titik pasang tertinggi dengan rambahan yang panjang ke daratan yang menimbulkan korban manusia yang luka berat 621 orang, hilang 32 orang dan meninggal dunia 429 orang. Sedangkan rumah warga

yang rusak berat 1.210 unit, 61 unit hotel hancur/rusak berat dan 974 unit kios hancur/rusak berat. Sedangkan jalan sepanjang pantai tertutup pasir setebal 40 cm.

Membangun Harapan Pascabencana

Membangun kembali daerah pascabencana, selain membutuhkan dana besar, juga memerlukan perhitungan dan perencanaan yang matang dan menuntut keterlibatan penuh warga masyarakat yang juga korban bencana. Pascabencana gempa 2006, pemerintah menetapkan kebijakan penanganan bencana yang dijabarkan dalam tiga tahap, yaitu Tanggap Darurat, Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Kerangka ini disebut sebagai Tahapan Pemulihan Pascabencana yang dijabarkan oleh Bappenas. Pada setiap tahap ditetapkan target yang harus dipenuhi. Fokus kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi mencakup tiga hal penting. Pertama, rehabilitasi rumah dan permukiman penduduk, kedua, rehabilitasi sarana publik dan ketiga, mengaktifkan kembali kondisi perekonomian daerah dan masyarakat. Rehabilitasi rumah dan permukiman penduduk ditetapkan menjadi prioritas utama karena kerusakan akibat gempa banyak terjadi pada industri berbasis rumah tangga yang juga rumah penduduk. Rehabilitasi rumah yang dilakukan secara cepat diharapkan dapat memacu sektor perekonomian.

(3)

Sesuai dengan lingkup tugasnya, rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dan permukiman penduduk menjadi tanggungjawab Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (sekarang Kementerian Pekerjaan Umum). Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, yakni menempatkan masyarakat menjadi pelaku utama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman di wilayahnya sendiri. Berdasarkan pengalaman merehabilitasi dan merekonstruksi pascagempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, kombinasi dari pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada kelompok masyarakat dengan pembangunan yang bertumpu pada nilai-nilai telah menunjukkan hasil yang positif. Pendekatan inilah yang diterapkan pada rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana gempa dan tsunami 2006.

P2KP Peduli

Dengan mempertimbangkan fasilitator P2KP sudah di lapangan serta kebutuhan masyarakat untuk segera merehabilitasi rumahnya maka Ditjen Cipta Karya bergerak cepat dengan menugaskan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan, salah satu program dibawah pengendalian Ditjen Cipta Karya, untuk segera melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dan permukiman penduduk di wilayah Klaten dan Bantul. Medio Juni 2006 atau tiga minggu pascagempa yang memporakporandakan Bantul dan Klaten, Tim P2KP sudah

bergerak di lapangan. Selama 8 bulan (Juni 2006 - Februari 2007) P2KP berhasil memfasilitasi pembangunan 6.480 unit rumah warga, masing-masing 4.080 unit di Kabupaten Klaten dan 2.400 unit di Kabupaten Bantul.

REKOMPAK-JRF

Mulai Februari 2007 kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dilanjutkan melalui proyek Rehabilitasi Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (REKOMPAK), salah satu proyek dibawah pengendalian Ditjen Cipta Karya, yang mendapat dukungan dana dari

Java Reconstruction Fund (JRF) melalui Grant Agreement

yang ditandatangani pada 6 Februari 2007.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, Ditjen Cipta Karya membentuk Project Management Unit (PMU) yang bertugas memantau dan mengendalikan kegiatan dan menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri Pekerjaan Umum serta melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terkait. PMU dibantu oleh Satuan Kerja (Satker) Rehabilitasi Rekonstruksi Rumah Pasca Gempa Bumi DIY dan Jateng. Dalam melaksanakan tugas ini PMU didukung oleh National Management Consultant (NMC) dan 3 District Management Consultant (DMC). Selama 16 bulan (Maret 2007 – Juni 2008) REKOMPAK berhasil memfasilitasi pembangunan 15.153 unit rumah warga, masing-masing 11.820 unit di Kabupaten Bantul dan 3.333 unit di Kabupaten Klaten.

(4)

REKOMPAK melaksanakan kegiatan pembangunan rumah melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)/Tim Perencana Kegiatan (TPK), yakni Organisasi Masyarakat Warga yang dipercaya warga untuk memimpin kegiatan pembangunan di desanya. Langkah awal yang dilakukan BKM/TPK adalah mengadakan Rembug warga yang dirancang sebagai forum sosialisasi tentang kegiatan Bantuan Dana Rumah (BDR) REKOMPAK untuk membangun rumah pascabencana gempa.

Sosialisasi dilakukan sebagai wujud pendekatan pembangunan yang mengedepankan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan rumah mereka. Sebagai pelaku utama, warga berhak mengetahui prinsip

dan nilai yang berlaku di REKOMPAK dan mekanisme pelaksanaan pembangunaan rumah serta hak dan kewajibannya sebagai penerima manfaat BDR. Dengan pemahaman tersebut masyarakat diharapkan dapat menerima atau menolak BDR yang disediakan dengan penuh kesadaran.

Ketika masyarakat memutuskan menerima maka saat itu pula mereka mempunyai hak dan kewajiban sebagai penerima manfaat, diantaranya: berhak ikut terlibat dalam seluruh tahapan kegiatan, mengusulkan prioritas penerima manfaat dan berkewajiban menegakkan prinsip dan nilai dalam proses kegiatan serta wajib ikut serta dalam perencanaan dan mengawasi pelaksanaannya.

ALUR PENETAPAN PENERIMA

BDR REKOMPAK

Upaya Mewujudkan Hunian Sesuai Harapan

Sosialisasi BDR Pendataan Korban Bencana Data Korban Verifikasi Calon Penerima BDR LOLOS Uji Publik 7 Hari LOLOS Daftar Penerima BDR Pembentukan KP

Pelatihan & Penyusunan DTPP

Pelatihan, Pengadaan Material, Konstruksi

Dihuni

Usulan Desa/Dusun Kompilasi data Bappeda Isi Form : Lembar

Penilaian Calon Penerima BDR

Ya

Kriteria :

1. Rumah rusak berat/roboh 2. KK tidak ganda 3. Cek lahan tapak semula OK 4. Prioritas termiskin dan terparah

Tidak POKMAS Diusulkan ke Bantuan APBN Tidak Tim : DMC, NMC, Pemda, Pemdes, BKM dan Wakil Penerima Manfaat Sanggahan Komplain Ya SK Bupa ti

(5)

Langkah berikutnya, BKM/TPK melakukan rembug warga untuk menetapkan kriteria penerima manfaat dan menetapkan prioritasnya berdasarkan prinsip dan nilai-nilai yang dikembangkan di REKOMPAK serta menetapkan Tim yang ditugaskan sebagai wakil penerima manfaat dalam melakukan pendataan dan verifi kasi calon penerima manfaat. Verifi kasi lapangan dilakukan oleh Tim bersama terdiri dari unsur BKM/TPK, pemerintah desa, pemerintah daerah, wakil penerima manfaat dan REKOMPAK.

Kriteria utama dari penerima manfaat BDR REKOMPAK adalah warga yang rumahnya rusak berat atau hancur. Bagi warga yang lolos verifi kasi dimasukkan dalam daftar prioritas penerima bantuan dan diumumkan kepada warga dengan menempel daftarnya di tempat-tempat strategis di lingkungan desa setempat. Masyarakat diberi waktu tujuh hari untuk memberi komentar dan sanggahan pada daftar tersebut. Jika ada yang keberatan/menolak nama yang masuk daftar prioritas penerima bantuan, mereka bisa mengajukan keberatannya ke BKM/TPK dan pemerintah desa. Nama yang ditolak warga akan dilakukan verifi kasi ulang sedangkan daftar prioritas yang tidak ditolak warga akan diteruskan kepada pemerintah daerah untuk ditetapkan sebagai penerima manfaat BDR REKOMPAK.

Warga yang telah ditetapkan sebagai penerima BDR segera membentuk Kelompok Pemukim (KP), setiap KP terdiri atas 10 -15 KK yang lokasi rumahnya berdekatan. Anggota KP segera memilih koordinator, sekretaris dan bendahara yang akan bertugas untuk mengendalikan kegiatan pembangunan di tingkat KP. Selanjutnya,

BKM/TPK membentuk Panitia Pembangunan (PP) yang anggotanya terdiri atas perwakilan dari KP-KP yang bertugas mengendalikan pembangunan di tingkat desa. Sebelum KP dan PP melakukan tugasnya, REKOMPAK memberikan pelatihan yang berkaitan dengan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya.

Pengurus KP segera memimpin rembug-rembug untuk menyepakati pembukaan rekening KP di bank yang dipilih, desain rumah, gambar kerja, rencana anggaran belanja (RAB) dan rencana kerja serta Dokumen Teknis Pembangunan Perumahan (DTPP). Hasil rembug KP tersebut disusun menjadi proposal pembangunan rumah. Setelah diverifi kasi oleh Tim REKOMPAK, proposal tersebut diajukan kepada Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL Provinsi untuk mendapatkan BDR tahap pertama (40%).

Setelah 40% BDR diterima di rekening bersama KP, pengurus KP wajib mengumumkan pada warga dengan menempelkannya di beberapa papan informasi yang strategis. Pelaksanaan konstruksi rumah bisa dimulai setelah REKOMPAK memberikan pelatihan kepada KP tentang pengadaan jasa dan material serta pelatihan tentang teknis pembangunan rumah tahan gempa kepada para tukang. Setelah berkoordinasi dengan BKM dan pemahaman tukang dianggap memadai maka pelaksanaan konstruksi bisa dimulai. Apabila pelaksanaan 40% BDR tahap pertama bisa dipertanggungjawabkan, KP berhak mengajukan pencairan 40% BDR tahap kedua dan 20% BDR tahap ketiga akan dicairkan apabila KP sudah bisa mempertanggungjawabkan 40% BDR tahap kedua.

"Bila diberi kepercayaan dalam pengambilan keputusan,

masyarakat cenderung mengikuti aturan : taat azas. Penerima

manfaat juga berkeinginan untuk membangun rumahnya lebih

(6)

Rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman di wilayah terkena bencana dilakukan dalam rangka mencegah, menghindari dan meminimalkan terjadinya kerusakan akibat bencana yang akan terjadi serta mengurangi korban jiwa. Hal yang paling mendasar untuk mewujudkan upaya tersebut adalah mengenali ancaman bencana dan karakteristik wilayah setempat. Dari pengenalan tersebut selanjutnya disusun rencana yang matang berdasarkan kebutuhan wilayahnya.

Dalam mekanisme REKOMPAK, proses menemukenali tersebut dilakukan melalui kegiatan Pemetaan Swadaya

(PS), yang merupakan salah satu tahapan dari proses perencanaan pembangunan desa yang dilakukan oleh komunitas dengan pendampingan fasilitator REKOMPAK. Hasil pengenalan dan perencanaan tersebut dituangkan dalam dokumen Rencana Penataan Permukiman (RPP)/

Community Settlement Plan (CSP). RPP memuat rencana program dan kegiatan pembangunan desa/kelurahan selama kurun waktu 5 tahun. Program dan kegiatan pembangunan infrastuktur yang ditetapkan sebagai kegiatan prioritas dan mendukung upaya pencegahan dan pengurangan risiko bencana akan difasilitasi REKOMPAK melalui Bantuan Dana Lingkungan (BDL).

Membangun Kembali Lingkungan Yang Lebih Baik

ALUR VERIFIKASI DAN PELAKSANAAN

BDL REKOMPAK

RPP Investasi Daftar usulan Kegiatan Th. I Verifikasi Usulan Kegiatan disetujui Rembug Kegiatan Prioritas Sesuai Alokasi BDL Prioritas Kegiatan akan dilaksanakan masuk DTPL Rembug Pembentukan PP Pelatihan, Penyusunan DED, Penyusunan DTPL, Pencairan Termin Pelatihan, Pengadaan Material, Konstruksi BDL Rembug Evaluasi & LPJ Usulan Desa/Dusun Kompilasi data Bappeda Ditolak Ya Kriteria :

1. Rekons. pras. rusak akibat bencana 2. Sarpras PRB/Mitigasi Bencana 3. Sarpras peningkatan lingk. dan kesehatan 4. safeguard lingk, sosial, lahan

Tidak BDL putaran berikut/ channeling sumber dana lain Tidak Tim : DMC, NMC, Pemda, Pemdes, BKM dan Wakil Penerima Manfaat Ya Daftar Kegiatan Hasil Verifikasi Pengelola O&P, Pelatihan O&P, Operasi & Pemeliharaan

DTPL adalah dokumen rencana teknis untuk pelaksanaan BDL yang disusun oleh komunitas Disetujui NMC, DMC, Bappeda Review RPP

(7)

Semua pembangunan infrastuktur yang difasilitasi oleh REKOMPAK selalu merujuk pada prioritas program dan kegiatan yang ada dalam RPP/CSP. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan kegiatan pembangunan infrastruktur akan dipimpin oleh BKM/TPK dengan pendampingan dari fasilitator REKOMPAK. Mekanisme pelaksanaannya diawali dengan BKM/TPK mengusulkan jenis kegiatan yang mendesak beserta anggarannya, untuk diverifi kasi oleh Tim bersama yang terdiri atas pemerintah desa, Pemda, BKM/TPK dan REKOMPAK. Verifi kasi dilakukan untuk menseleksi, memastikan dan memutuskan prioritas kegiatan pembangunan infrastuktur berikut dengan pembiayaanya.

Langkah berikutnya, BKM/TPK mengadakan rembug warga untuk menyusun prioritas pelaksanaan kegiatan fi sik dari kegiatan yang telah lolos verifi kasi. Setelah disetujui REKOMPAK dan pemda maka kegiatan tersebut difasilitasi BDL putaran pertama. Setelah itu, BKM segera mengadakan rembug warga untuk membentuk Panitia Pembangunan (PP) yang akan diberi tanggungjawab melaksanakan pengendalian kegiatan pembangunan fi sik BDL yang telah ditetapkan.

REKOMPAK segera memberikan pelatihan kepada anggota PP tentang penyusunan Dokumen Teknis Penataan Lingkungan (DTPL), yaitu dokumen yang memuat gambar teknis infrastruktur (Design Engineering Detail/DED), rencana anggaran biaya (RAB), spesifi kasi pekerjaan berikut rencana dan prasyarat pelaksanaanya, jadwal pengadaan material/alat, jadwal pelaksanaan pembangunan, jadwal pengadaan tenaga kerja dan pengiriman material. Setelah PP dilatih, mereka menyusun DTPL yang akan menjadi proposal pembangunan infrastruktur permukiman. Proposal pencairan BDL termin pertama (40%) yang telah diverifi kasi oleh REKOMPAK diajukan kepada SNVT PBL Provinsi. Pada saat yang sama, REKOMPAK memberikan

pelatihan kepada PP, meliputi pelatihan pengadaan jasa dan material, tata administrasi pembukuan, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban pemanfaatan BDL. Dalam skema REKOMPAK, jasa dan material yang dibutuhkan untuk kebutuhan pekerjaan fi sik dilakukan melalui lelang terbuka.

Setelah BDL termin pertama masuk rekening BKM, sebagai wujud transparansi pengelolaan dana, BKM wajib menyebarluaskan kepada warga dan menempelkan informasinya pada papan pengumaman di 5 titik strategis. Setelah itu, BKM mengadakan koordinasi dengan PP untuk menyepakati skedul kegiatan pelaksanan fi sik. Sebelum kegiatan fi sik dimulai, REKOMPAK memberikan pelatihan teknis dan kontruksi kepada para tukang.

Pada saat pelaksanaan BDL termin pertama selesai dikerjakan, BKM/TPK mengadakan rembug warga guna mengevaluasi pemanfaatan dana dan pekerjaan fi sik yang telah selesai dikerjakan untuk menyusun pertanggungjawaban sebagai prasyarat pengajuan BDL termin kedua. Setelah BDL termin kedua (60%) selesai dikerjakan kembali BKM melakukan evaluasi melalui rembug warga dan menyusun laporan pertanggungjawaban akhir (LPJ) .

Agar sarana dan prasarana dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada masyarakat, REKOMPAK memberikan pelatihan mengenai tata cara mengoperasikan dan memeliharaan sarana dan prasarana kepada Organisasi Pengelola (OP). OP dibentuk oleh masyarakat pengguna/ pemanfaat sarana melalui proses musyawarah yang demokratis yang difasilitasi oleh BKM/TPK. REKOMPAK juga telah menerbikan dan mendistribusikan buku Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Dasar Desa sebagai media pembelajaran mengenai pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana desa.

Penataan infrastruktur pascabencana perlu memperhatikan aspek fungsi

dan konstruksi. Fungsi berarti infrastruktur tersebut harus mampu mewadahi

kebutuhan sesuai kegunaannya sekaligus fungsi mendukung kegiatan

pengurangan risiko bencana. Sedangkan konstruksi berarti infrastruktur fi sik

(8)

Salah satu tahapan penting dalam penyusunan RPP/CSP adalah Pemetaan Swadaya (PS), yaitu

proses Identifi kasi Kebutuhan secara partisipatif. Dalam proses ini, masyarakat melakukan :

• Penggalian

informasi; tentang masalah-masalah lingkungan yang meliputi sarana

dan prasarana lingkungan, perumahan, tataguna lahan, saluran dan pemenuhan

air bersih, pengelolaan sampah dan air limbah serta masalah sosial, ekonomi dan

kerawanan bencana yang dihadapi desa.

• Pengkajian; informasi dan fakta yang ada dianalisis dan dikaji bersama secara

kritis untuk dicari akar masalahnya. Setiap informasi yang ada akan dianalisis untuk

memastikan apakah hal tersebut merupakan masalah yang sebenarnya atau hanya

merupakan gejala saja.

• Perumusan

masalah; kelompok masalah yang sudah ditemukan dan disepakati

bersama (pengorganisasian masalah), dianalisis hubungan sebab akibatnya melalui

metodologi pohon masalah.

Semua proses penggalian informasi, analisis dan rumusan masalah dilakukan oleh

masyarakat sendiri. Sedangkan fasilitator sebagai 'orang luar/

outsider

' hanya memfasilitasi

masyarakat agar mereka belajar menganalisa dan mencari alternatif pemecahan masalah

dan mengembangkan gagasan yang dibutuhkan.

Hasil PS sekurangnya adalah tersusunnya peta tematik desa, diantaranya; a. peta desa, b. peta

sosial desa, c. peta perekonomian desa, d. peta tata guna lahan, e. peta kawasan ekonomi, f.

peta rawan bencana, g. peta jaringan irigasi, h. peta jaringan drainase, i. dan lain-lain;

peta-peta tersebut sangat membantu untuk melakukan kajian dalam memahami kondisi

dan kebutuhan desa.

“Penggalian, pengkajian dan perumusan masalah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat

dapat meminimalkan bias – bias dalam penelitian, karena ‘orang luar’ dalam meneliti seringkali

melihat dan mengkaji berdasarkan sudut pandangnya yang belum tentu sesuai dengan sudut

pandang masyarakat”.

(9)

Tim Perencana (TP) melakukan survey lapangan didampingi oleh fasilitator

Tim Perencana menggambar peta tematik didampingi oleh fasilitator

(10)

1. Tersusunnya Rencana Penataan Permukiman (RPP) yang disusun komunitas di 265 desa/

kelurahan;

2. Terbangunnya 15,153 unit rumah, yaitu 3,333 unit di Jawa Tengah dan 11,820 unit di DI

Yogyakarta. 100% rumah telah ditempati dan 95% penerima manfaat merasa puas atas

rumah yang dibangun REKOMPAK;

3. Merehabilitasi dan merekonstruksi 4.333 titik kegiatan infrastruktur permukiman yang

tersebar di 265 desa/kelurahan pada 9 Kota/Kabupaten;

4. Memfasilitasi 4.441 kegiatan Sosialisasi yang diikuti oleh 175.638 orang;

5. Memfasilitasi 637 kegiatan Pelatihan diikuti oleh 41.863 orang, terdiri atas 156 kegiatan

Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan 27.951 peserta dan 531 pelatihan

Tenaga Inti Perencana (TIP) dan relawan dengan 13.912 peserta. Sekitar 25% peserta

pelatihan adalah perempuan;

6. Memfasilitasi 159 pelatihan Operasi dan Pemeliharaan (O & P). Sarana dan Prasarana

dasar yang dibangun diharapkan akan memberikan manfaat jangka panjang oleh karena

itu, masyarakat perlu diberi kemampuan dalam mengoperasikan dan memeliharanya;

7. Penataan Kawasan Pusaka atau Heritage di Kotagede, Kota Yogyakarta dan Kabupaten

Bantul serta Desa Jiwowetan dan Bakung Kabupaten Klaten. Penataan kawasannya bukan

hanya berupaya mewujudkan lingkungan permukiman yang lebih aman terhadap risiko

bencana namun juga melestarikan pusaka budaya setempat;

8. Pilot Penanganan Wilayah Rawan Longsor. Merelokasi hunian warga yang tinggal di

wilayah rawan longsor dengan memfasilitasi pembangunan 69 rumah tahan gempa di

Desa Wukirsari, Srimartani dan Wonolelo Kabupaten Bantul. Prosesnya dimulai dengan

membangun adanya sinergi antara komunitas dengan pemerintah daerah dalam

merencanakan penataan lingkungan permukiman sebagai upaya pengurangan risiko

bencana longsor;

9. Pilot kegiatan Tata Kelola Pemerintahan yang baik (

Good Governance)

yang dikembangkan

di Desa Sumbermulyo dan Potorono, Kabupaten Bantul serta Desa Ngerangan dan

Kebon, Kabupaten Klaten yang bertujuan untuk mendorong terwujudnya pelaksanaan

kebijakan pelayanan publik yang berbasis aspirasi komunitas;

10. Kegiatan REKOMPAK berhasil menumbuhkan kembali kapital sosial masyarakat yang

diwujudkan dalam kegiatan gotong royong. Nilai gotong royong warga yang dicatat

sebagai swadaya masyarakat mencapai Rp20.478.918.500,- atau 10.33% dari Total BDL

yang tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta, Rp8.125.441.500,-, Provinsi Jawa Tengah,

Rp10.327.282.000,- dan Provinsi Jawa Barat Rp2.026.195.000,-. Tingkat swadaya 10.33%

pada kegiatan di lokasi bencana dikategorikan cukup baik.

(11)

No Jenis K egia tan K ota/Kabupa ten Ban tul K ota Jogja Sleman Gunung Kidul K ulon Pro g o Kla ten M agelang B o y olali Ciamis Total Jumlah 1 Bak Kontr ol 0 0 0 0 0 810 3 1 2 2

Lapangan evakuasi, Bangsal dan dapur umum

1 0 1 0 0 200 0 4 3

Bangunan Heritage dan Rumah

Tr adisional 7 1 9 0 00 1 8 00 0 4 4 4 Berm/Bahu Jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 16 16 5 Bo x/Plat Decker 4 0 0 1 19 142 23 17 199 405 6 Br onjong , Dam/bendungan 3 9 3 0 00 310 4 5 0 7 Drainase , S elok

an, SAH, SAL

333 40 4 1 4 5 2 346 144 102 75 1110 8 Jalan - C or Bet on/Blok dan P aving Blok 34 2 2 5 3 13 313 69 71 270 800 9 Jembatan 37 0 8 0 6 24 0 5 4 8 4 10 O

ther (penerangan dan rambu evakuasi)

1 2 2 0 1 4 0 8 24 40 11 P a rapet 5 0 0 0 0 000 1 6 12 P

enampung Air Hujan, Embung

12 0 0 9 0 0 0 14 0 3 5 13 P enataan Lingkungan 4 5 0 1 0 200 0 1 2 14 S ondir , P enguruk an Tanah 00 0 0 0 1 5 0 2 2 1 9 15 P intu S o rong , P intu Air , pipa distribusi 0 0 0 0 1 218 2 1 4 16 R ailing 0 0 0 0 0 304 8 1 5 17 Rumah (r elok asi war ga dari ar ea ra wan long-sor) 6 9 0 0 00 000 0 6 9 18

Air bersih dan instalasin

ya, Sanitasi, MCK 90 7 1 4 6 37 63 26 8 9 3 344 19

Sumur Dalam, sumur r

esapan, SP AH 34 18 1 1 0 3 0 5 1 6 3 20 Talud 112 1 1 1 5 18 615 77 129 125 1093 21 T iang pengaman, E WS, P emadam kebak aran 7 2 2 8 00 267 2 4 7 8 22 TP A, Ger

obak Sampah, tutu saluran

30 0 0 1 1 3 0 0 3 2 0 Jumlah 792 119 74 40 148 1578 348 380 854 4,333

SEBAR

AN KEGIA

TAN

INFR

ASTRUK

TUR PERMUKIMAN REK

OMP

(12)

R

E

K

O

M

P

A

K

J

R

F

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Referensi

Dokumen terkait