• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul METODE PENELITIAN SOSIAL - Bina Darma e-Journal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Modul METODE PENELITIAN SOSIAL - Bina Darma e-Journal"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PERTEMUAN KE- 1

SILABUS

METODE PENELITIAN SOSIAL

PENDAHULUAN

 PENGERTIAN PENELITIAN  JENIS-JENIS PENELITIAN

 TUJUAN DAN PERANAN PENELITIAN  METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN  PROSES PENELITIAN ILMIAH

LANDASAN FILOSOFIS DAN TEORITIK METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL

 METODOLOGI PENELITIAN POSITIVISTIK (KUANTITATIF) DAN KARAKTERISTIKNYA

 METODOLOGI PENELITIAN POST POSITIVISTIK/

PHENOMENOLOGY (KUALITATIF) DAN KARAKTERISTIKNYA

DESAIN DAN PROPOSAL PENELITIAN

a. PENGERTIAN&BENTUK DESIGN PENELITIAN b. PENGERTIAN&BENTUK PROPOSAL PENELITIAN c. PROPOSAL SKRIPSI

PENGGUNAAN TEORI DALAM PENELITIAN SOSIAL

a. HUBUNGAN ANTARA PARADIGMA,TEORI DAN METODOLOGI b. STRUKTUR TEORI

TOPIK, MASALAH PENELITIAN, JUDUL, TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN SOSIAL

a. TOPIK DAN MASALAH PENELITIAN b. JUDUL PENELITIAN

c. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN d. TUJUAN PENELITIAN

STUDI KEPUSTAKAAN

a. PENGERTIAN STUDI KEPUSTAKAAN b. FUNGSI STUDI KEPUSTAKAAN

c. CARA MELAKUKAN STUDI KEPUSTAKAAN d. LANDASAN TEORI/KERANGKA TEORI e. KERANGKA FIKIR

(2)

KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

a. KONSEP PENELITIAN b. VARIABEL PENELITIAN c. HIPOTESIS PENELITIAN

POPULASI PENELITIAN,SAMPEL/INFORMAN DAN TEHNIK SAMPLING/INFORMAN

a. PENGERTIAN POPULASI-SAMPEL DAN SUBYEK-INFORMAN b. ALASAN PEMILIHAN SAMPEL/INFORMAN

c. SYARAT DAN UKURAN SAMPEL/INFORMAN

d. TEHNIK-TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL/INFORMAN

METODE PENGUMPULAN DATA

a. PENGERTIAN DATA DAN JENISNYA b. PENGUMPULAN DATA

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

(3)

PERTEMUAN KE- 2 DAN 3

PENELITIAN SOSIAL (SOCIAL RESEARCH)

RISET berasal dari kata Re=kembali, Search=mencari.

RISET atau PENELITIAN adalah:

Kegiatan mencari ulang, mengungkapkan kembali gejala atau kenyataan yang sudah ada untuk direkonstruksi guna memperoleh kebenaran tentang sesuatu yang dipertanyakan dalam riset (5 W+1H)dengan tujuan mendapatkan pengetahuan baru.

Secara garis besar, kategori riset dapat dibedakan menjadi 2 kelompok keilmuan, yaitu:

A. Riset untuk ilmu-ilmu eksakta (ilmu pasti).

B. Riset untuk ilmu-ilmu sosial (rumpun ilmu humaniora).

Apa perbedaan keduanya:

Substansi Ilmu Eksakta Ilmu Sosial

Sifat Objek Materi Manusia (Sifat dan Perilaku)

Berwujud Abstrak Bisa dimanipulasi dan

direkayasa Sulit atau bahkan tidak mungkin dimanipulasi dan direkayasa

(4)

PROSES BERFIKIR ILMIAH: BERFIKIR INDUKTIF & DEDUKTIF

GAMBAR 1

KOMPONEN INFORMASI, KONTROL METODOLOGIS DAN TRANSFORMASI INFORMASI DALAM PROSES ILMIAH

TAHAP 1: BERTEORI (Deduktif)

Peneliti berteori terhadap persoalan yang sedang dihadapi. Misalnya: Peneliti melihat pertumbuhan jumlah kaki lima (ini dilihat sebagai suatu gejala masalah pengangguran yang kemudian akan menelusuri berbagai literatur yang ada, terutama teori sosial dan ekonomi, kemudian mulai menjelaskan (berteori) mengenai kaki lima tersebut)

TAHAP 2: BERHIPOTESIS

Peneliti diarahkan oleh produk berpikir deduktif untuk memberi jawaban logis terhadap apa yang sedang menjadi pusat perhatian dalam penelitian, dan akhirnya produk berpikir deduktif menjadi jawaban sementara terhadap apa yang dipertanyakan dalam penelitian dan menjadi perhatian itu. Jawaban tersebut dinamakan hipotesis.

(5)

menjadi permasalahan dalam proses penelitian. Hipotesis diajukan dalam bentuk dugaan kerja atau dugaan teoretis yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan adanya hubungan tersebut.

TAHAP 3: PENYEDIAAN PERANGKAT PENELITIAN

Berupa : Metode Penelitian, yaitu sebuah proses yang terdiri dari:  Rangkaian tata cara pengumpulan data;

 Diteruskan dengan merekam data di lapangan (hipotesis diadili);

 Penerimaan atau penolakan hipotesis. Hipotesis penelitian diterima berarti fakta "menolak" hipotesis, sedang apabila "diterima" berarti sebaliknya.

TAHAP 4: PROSES ANALISIS INDUKTIF

 Simpulan-simpulan fakta atas hipotesis menjadi jawaban "sebenarnya" pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini. Namun belum berhenti sampai suatu proses ilmiah dari penelitian tersebut.

 Karena setelah selesai mengumpulkan data dan pengujian-pengujian hipotesis, peneliti harus melakukan serangkaian proses analisis. Berarti peneliti berjalan dari hal-hal yang khusus (fakta) menuju kepada hal-hal yang umum, yaitu teori keilmuan yang merupakan sumber hipotesis dalam proses ilmiah ini.

Inilah bobot proses dari penelitian dan ilmu pengetahuan yang sempurna, yang membuat keduanya tak mungkin dipisahkan satu sama lain.

CONTOH KASUS AWAL PENELITIAN

 Masyarakat di beberapa kelurahan sekitar pembangunan jembatan Surabaya-Madura merasa terganggu atas isu penculikan anak untuk dijadikan tumbal pembangunan jembatan tersebut. Banyak ibu-ibu yang bertanya-tanya benarkah isu tersebut. Untuk menghindari risiko mereka terpaksa meningkatkan perhatiannya terhadap anak-anak mereka.

 Seorang gadis yang menyenangi seorang pemuda, juga bertanya-tanya apakah pemuda tersebut juga menyukai dirinya, atau mungkin pemuda itu telah memiliki pacar, bahkan perlukah dia yang lebih dulu mengungkapkan isi hati kepada pemuda pujaannya.

(6)

berkali-kali ia memindahkan usahanya dari satu tempat ke tempat lain, dari satu usaha ke usaha lainnya. la kemudian bertanya-tanya, mungkinkah ia tidak memiliki bakat berwiraswasta, atau secara magis ia dihalang-halangi oleh kekuatan tertentu dalam menjalankan usahanya.

SIKAP PEMBUKTIAN PENELITIAN

 Ibu-ibu akan mengambil jalan pintas dalam pembuktiannya dengan cukup hanya mendatangi dukun, dan bertanya apakah benar peristiwa itu benar-benar terjadi di sekelilingnya.

 Sang gadis, ia dapat menggunakan seseorang untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari sang pemuda. Dicarilah teman dekat pemuda itu dan darinya ia mengorek banyak informasi mengenai pemuda yang ditaksir itu, ia pun dapat memperoleh jawaban dari informasi tersebut.

 Sarjana ekonomi yang gagal berusaha, ia menginginkan cara-cara yang lebih masuk akal untuk menjawab persoalannya. Sebagai sarjana dia menginginkan cara-cara pembuktian yang ilmiah sehingga dia menggunakan cara yang kompleks. la kemudian menggunakan metode evaluasi diri untuk mengukur kemampuan dirinya, kemudian ia memulai menghimpun berbagai informasi mengenai berbagai peluang-peluang usaha untuk memulai usaha baru, ia pun mulai mengamati lingkungan masyarakat untuk menganalisis kemungkinan membuka usaha di tempat itu. Langkah ini belum pernah dilakukan sebelumnya, sejak ia memulai usaha yang lama sampai ia berkali-kali gagal. Akhirnya ia memutuskan menggunakan metode penelitian iimiah untuk membuktikan dan menjawab rasa ingin tahunya.

KESIMPULANNYA:

 Semua orang telah melakukan penelitian. Penelitian tidak dilakukan oleh kalangan-kalangan ilmuwan saja, tetapi juga sering dilakukan oleh kalangan awam. Kita tinggal membatasinya, tingkat penelitian mana yang dilakukan oleh kalangan awam dan tingkat penelitian mana yang pula dilakukan oleh kalangan ilmuwan

(7)

kebenaran ilmiah itu, cara itu adalah penelitian ilmiah (scientifk research) atau disebut dengan metode penelitian

PERSPEKTIF/PARADIGMA/PENDEKATAN

DALAM PENELITIAN SOSIAL

1. Positivist (Deduktif-Umum Khusus): Mencari fakta atau sebab musabab gejala sosial dengan tidak memperhatikan keadaan subjek individu, bertolak dari hal yang umum (teori, hukum, dalil).

2. Post-Positivist (Induktif-Khusus Umum): Memahami perilaku manusia dari kerangka berfikir pelaku, bertolak dari hal yang khusus, kenyataan tertentu, fenomena tertentu

Apa Perbedaan Keduanya?

No Substans

i Positivist/Kuantitatif Positivist/ Post-Kualitatif

1. Konsep/

Teori Sangat penting sebagai landasan perumusan hipotesis (teori, hukum, dalil, model).

Tidak terlalu penting, pijakan awal

pemahaman Variabel dan hipotesis suatu

kemutlakan

Tidak mengenal istilah variabel dan hipotesis Uji teori (hipotesis) Merumuskan teori melalui proposisi 2. Data/

Informasi Didominasi data angka dan sesuatunya cenderung dikuantifikasi Dominan data verbal (teks, wawancara). Angka hanya untuk penyebutan 3. Format Proposal

Kaku, rigit dan sangat ketat Fleksibel dan tentatif 4. Kerangka

Pikir

Lebih menunjukkan hubungan antar variabel (XYZ)

Lebih menunjukkan kronologis fakta/fenomena yang disertai konsep/teori/ model untuk memahaminya 5. Metode

(8)

Instrumen Pengump ulan Data

Angket yang sudah didesain sesuai variabel dan manipulasi indikator (utama) Peneliti dilengkapi guide interview untuk melakukan wawancara mendalam Informasi tambahan diperoleh melalui

dokumen, wawancara dan observasi

Observasi dan penilaian subyek (informan) penelitian terhadap fenomena/fakta tertentu. Penjabara n Masalah Definisi Konseptual Definisi Operasional Variabel Penelitian Indikator Fokus Penelitian Dimensi yang dikaji Penyajian

data Tabulasi angka (table sheet) Tabulasi teks (verbal hasil wawancara, observasi dan pengakuan subyek) Pembaha san (Analisis dan interpreta si)

Menggunakan bantuan statistik sesuai dengan karakter masalah, jenis dan skala data.

Uraian singkat tentang arti hasil perhitungan dan

mengkomparasikannya dengan teori.

Double heurmenetic (penyampaian prolog emic/ meaning; kupasan prolog etic dan perang tanding data dengan teori untuk ‘value loaden data’ è

proposisi

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SOSIAL SECARA UMUM

1. Mencari data dan sumber informasi awal melalui (studi pustaka dan pra-riset)

2. Identifikasi dan perumusan masalah awal 3. Penyusunan rancangan penelitian:

 Penentuan Topik; Latar Belakang; Rumusan Masalah; Tujuan dan Kegunaan

 Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir

(9)

 Menentukan sumberdaya yang diperlukan untuk pelaksanaan riset

4. Observasi untuk memperoleh data empiris 5. Penyajian dan Analisis data

6. Pembuatan laporan penelitian

PERTEMUAN KE- 4 dan 5

PENDEKATAN POSITIVISTIK : LANDASAN FILOSOFIS METODE KUANTITATIF

1. Metodologi penelitian kuantitatif + teknik statistiknya (abad ke-18, Aguste Comte- abad ini). Didukung teknologi komputer, berkembang teknik-teknik analisis statistik yang mendukung pengembangan penelitian kuantitatif.

2. Metodologi penelitian kuantitatif statistik menjadi lebih bergengsi, lebih-lebih sejumlah kenyataan calon ilmuwan+mahasiswa menggunakan metodologi kualitatif,

alasan dan bukti menunjukkan ketidakmampuan para mahasiswa mmenguasai teknik-teknik analisis statistik

(10)

PENELITIAN KUANTITATIF (PENGERTIAN)

 Metode penelitian yang mengejar sesuatu yang terukur, teramati, yang menggunakan logika matematik, dan membuat generalisasi atas rerata; mengakomodasi deskripsi verbal menggantikan angka, atau menggabungkan olahan statistik dengan olahan verbal dengan pola pikir tetap kuantitatif.

CIRI-CIRI METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF :

1. Mengejar hal yang terukur, teramati

2. Generalisasi atas rerata keragaman individual atau rerata frekuensi

3. Rancangan penelitian yang menspesifikkan obyeknya secara eksplisit dieliminasikan dari obyek-obyek lain yang tidak diteliti.

4. Tata fikir logik, yaitu: korelasi, kausalitas, dan interaktif

TAHAPAN METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF (DIRANCANG SEBELUM TERJUN KE LAPANGAN)

1. Penetapan obyek studi yang spesifik, dieliminasikan dari totalitas atau konteks besarnya; sehingga eksplisit jelas obyek studinya.

2. Disusun kerangka teori sesuai dengan obyek studi spesifiknya. 3. Dari situ ditelorkan hipotesis atau problematik penelitian, instrumentasi pengumpulan data, dan teknik sampling serta teknik analisisnya;

4. Juga rancangan metodologik lain, seperti: penetapan batas signifikansi, teknik-teknik penyesuaian bila ada kekurangan atau kekeliruan dalam hal data, administrasi, analisis, dan semacamnya.

PROSES PENELITIAN KUANTITATIF

Proses penelitian = kerangka kerja peneliti yang dimulai dari masalah sampai laporan penelitian.

Proses-prosesnya:

1. Mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti.

(11)

5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. 6. Mendesain laporan hasil penelitian.

TOPIK-TOPIK YANG MENGGUNAKAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF

1. Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja PNS BKD Kab. OKU;

2. Hubungan Kualitas Sumberdaya Aparatur dengan Kinerja Aparatur (Studi tentang Pelayanan Bidang Kependudukan di Kec. Baturaja Timur);

3. Pengaruh Pelatihan MSDM terhadap Produktivitas Karyawan PT. Telkom Cabang Baturaja;

4. Tingkat Kepuasan Masyarakat (Studi Tentang Tanggapan Pelanggan Di Kec. Peninjauan Terhadap Mutu Pelayanan PT. PLN Ranting Baturaja)

PENDEKATAN POSTPOSITIVISTIK : LANDASAN FILOSOFIS METODE KUALITATIF

PENELITIAN KUALITATIF (PENGERTIAN)

Menurut Bogdan&Taylor,1975

 Proses penelitian yang bertujuan mengumpulkan, mendeskrisikan, menganalisis data deskriptif berupa: tulisan, ungkapan dan prilaku manusia yang diamati;

 Tidak bertujuan menguji teori/hipotesis, namun menyusun, mengembangkan teori/hipotesis dan mendeskripsikan kenyataan sosial;

 Mengumpulkan, menganalisis bukti empirik (data) secara sistematik untuk memahami dan menjelaskan kehidupan sosial yang dikaji secara mendalam;

 Data yang dikumpulkan yang berupa angka, melainkan kata-kata, kalimat, ungkapan panjang (walau data numerik tidak diharamkan), dan;

 Fokus: Subjective meaning, makna-makna, simbol, deskripsi kasus khusus atas berbagai kehidup sosial.

CIRI-CIRI METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF Menurut Newman (1996)

Mengutamakan konteks sosial, di mana tindakan sosial itu terjadi, setting alamiah dan kerangka pikir subjek (contoh: kawin lari di Lampung, sambung ayam di Bali)

(12)

dalam, mendetail untuk temukan pola, tindakan, sikap orang-orang dalam konteks sosial secara utuh.

Mengutamakan integritas peneliti: hubungan dekat dengan subjek tidak terjebak pada subjektivitas.

Membangun teori dr data: berangkat dr masalah penelitian,bukan teori

Mencermati proses : Mengamati proses, urutan peristiwa dari kasus yang diteliti untuk lihat perkembangan kasus terus menerus (waktu agak lama).

Intepretasi kaya dan mendalam, mulai dari:

a) The first interpretation menginterpretasikan data dengan cara menemukan bagaimana orang-orang yang diteliti memberi makna atas dunia mereka sendiri;

b) The second interpretation, peneliti mengkonstruksikan makna tadi dalam kaitannya dengan makna lain sesuai konteksnya;

c) The third interpretation, Peneliti bergerak lebih jauh, yaitu menghubungkan interpretasi tahap-tahap dengan teori umum (general theory).

TAHAPAN METODOLOGI PENEL KUALITATIF

Menurut Lincoln dan Guba;

1. NATURAL SETTING, Dimulai dengan menetapkan masalah dan tujuan penelitian, kemudian tetapkan setting alamiahnya;

2. HUMAN INSTRUMENT, Manusia peneliti utama untuk atasi situasi tidak terduga, karena: a) punya kepekaan untuk interaksi, adaptasi dengan lingkungan; b) mampu menangkap sesuatu secara utuh; c) mampu memproses data secara cepat; d) mampu merespon hal-hal unik/tidak lazim; e) Menggunakan keterampilan untuk pahami latar sosial;

3. QUALITATIVE METHODS & TACIT KNOWLEDGE, Menggunakan metode kualitatif dengan manusia sebagai intrumen, untuk mengungkap pengetahuan tak terkatakan/ tersembunyi agar dapat diinterpretasikan, diberi makna dan dikomunikasikan dengan orang lain;

4. PURPOSIVE SAMPLING, Untuk mengungkap dan interpretasi tacit knowledge, menggunakan sampel yang bertujuan untuk dapat informasi sebanyak-banyak sesuai dengan konteks untuk tujuan penyusun teori (beberapa teknik sampel dan key informan);

(13)

makna bersama hanya dapat dilakukan setelah dilihat jelas dan dihayati bersama);

6. INDUKTIVE DATA ANALYSIS, Dianalisis secara induktif untuk temukan kategori inti dengan prosesnya; a) Unitizing-data mentah ditransformasikan dalam unit-unit sehingga dapat memberikan deskripsi yang tepat tentang karakteristik isi fenomena; b) Categorizing-data di atas diorganisasikan dalam kategori-kategori dalam latar/konteks di mana data itu berasal;

7. GROUNDED THEORI, Menyusun teori dari dasar, yang bersumber dari data;

8. KEABSAHAN DATA, Untuk mendapatkan generalisasi dengan melakukan: cridibility (triangulasi, ketekunan pengamatan, kaji kasus negatif), transferability (uraian cermat, dalam, kesamaan etic-emic), dependability (proses audit), confirmability (konfirmasi dengan pihak ketiga, pakar, teori), dan;

9. LAPORAN HASIL PENELITIAN.

TOPIK-TOPIK YANG MENGGUNAKAN METODE PENELITIAN KUALITATIF

1. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN DI KEC GADINGREJO TAHUN 2005

2. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PENGGUNAAN SIAKAD ONLINE DALAM PEMBERIAN LAYANAN AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNILA TA. 2000-2002

3. KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PEMKOT BANDAR LAMPUNG TA.2004 (STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA)

Catatan: Buat topik-topik/judul-judul berkaitan dengan pendekatan kualitatif

PERBEDAAN POSITIVIS DAN POST POSITIVIS UNSUR POSITIVIS/

KUANTITATIF

POST/KUALITATIF

POLA PIKIR Deduktif : bertolak dari hal umum (teori, hukum,dalil)

Induktif : bertolak dari hal khusus (kenyataan, fenomena tt)

PENDEKATAN PENELITIAN

Kuantitatif, uji hipotesis, teori

Kualitatif, tidak harus ada hipotesis

JENIS PENELITIAN Deskriptif dan eksplanasi Deskriptif, historis, grounded research SAMPEL Representatif terhadap

populasinya (random, stratifikasi, cluster)

(14)

snowball, saturated) PENGUMPULAN DATA Prioritas kuesioner,

ditunjang

interview,observasi,lebih cepat dalam pengumpulan data

Prioritas observasi, ditunjang interview, kuesioner, lebih lama dalam pengambilan keputusan

ANALISA DATA Menggunakan statistik parametik dan non parametik

Tidak menggunakan statistik parametik, mendeskripsikan (proporsi, persentase, rata-rata)

DIMENSI YANG

DIGUNAKAN Etik, pemahaman sipeneliti, kesimpulan mengarah ke makro

Emik, pemahaman dari yang diteliti dan peneliti, kesimpulan mengarah ke mikro LEVEL ABSTRAKSI Menjawab “what” sampai

pada inference (kesimpulan) dan generalisasi

Menjawab “Why” sampai pada isi/uraian dan reduksi (mereduksi, sintesa) PENEKANAN GEJALA

YANG DITELITI Menekankan produk/hasil Menekankanproses pada PROSES ANALISIS Proses analisis dimulai stl

data telah terkumpul Proses Analisis dimulaisejak peneliti mengamati data

KETERLIBATAN

PENELITI Non partipan Terlibat, ikut mewarnaikondisi

PERTEMUAN KE- 6

(15)

PERTEMUAN 7 DAN 8

UNSUR-UNSUR PENELITIAN ILMIAH

KONSEP

 UNSUR PENELITIAN YANG TERPENTING DAN

MERUPAKAN DEFINISI YANG DIPAKAI PENELITI UNTUK MENGGAMBARKAN SECARA ABSTRAK FENOMENA SOSIAL

Contoh:

 Menggambarkan pencurian, pemerkosaan, pembunuhan dengan konsep KRIMINALITAS;

 Mengonsepsi perilaku salah prosedur dalam birokrasi sebagai kategori dari fenomena penyalahgunaan wewenang;

 Kebiasaan membolos kerja sebagai kategori dari fenomena

ketidakdisiplinan;

 Kebiasaan melakukan pencatatan terhadap pengeluaran aliran keuangan perusahaan sebagai kategori manajemen keuangan perusahaan yang baik.

PROPOSISI

 PERNYATAAN TENTANG SIFAT DARI REALITAS YANG DAPAT DIUJI KEBENARANNYA (BIASANYA BERUPA PERNYATAAN TENTANG HUBUNGAN 2 KONSEP /LEBIH)

Contoh:

Penerimaan Kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang nilai ekonomis anak

TEORI

 RANGKAIAN LOGIS DARI SATU PROPOSISI/LEBIH YANG MENYATAKAN HUBUNGAN SISTEMATIS ANTARA FENOMENA SOSIAL YANG HENDAK DITELITI

VARIABEL

(16)

Contoh:

 Fenomena jenis kelamin manusia. Kalau dikelompokkan hanya ada dua jenis kelamin, yaitu manusia laki-laki dan manusia perempuan.

 Tingkat Pendidikan, Status Keluarga.

JUDUL PENELITIAN:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT HARGA DASAR MINYAK TERHADAP TINGKAT HARGA SEMBAKO

VARIABEL :Tingkat harga dasar minyak dan

VARIABEL: Tingkat harga Sembako

HIPOTESIS

 KESIMPULAN SEMENTARA/PROPOSISI TENTATIF

TENTANG HUBUNGAN ANTARA 2 VARIABEL/LEBIH

Contoh:

 Tingkat penggunaan Kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang nilai ekonomis anak;

 Semakin Positif persepsi suami istri pedesaan tentang nilai ekonomis anak semakin tinggi penggunaan kontrasepsi oleh mereka;

 Ada hubungan positif antara tingkat harga dasar minyak dengan tingkat harga sembako, dan;

 Naiknya harga dasar minyak akan diikuti oleh naiknya harga sembako.

DEFINISI OPERASIONAL

 PENGUKURAN DARI SUATU VARIABEL MELALUI

PARAMETER/INDIKATOR Contoh:

 KONSEP STATUS SOSIAL EKONOMI

Variabel (Operasionalisasi

Konsep) Indikator

Berbagai penghasilan seseorang

 Penghasilan tetap sebulan  Penghasilan tidak tetap sebulan Semua kekayaan material

seseorang

(17)

dimasyarakat  Kedudukan informal

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT HARGA DASAR MINYAK TERHADAP TINGKAT HARGA SEMBAKO

VARIABEL TINGKAT HARGA DASAR MINYAK, OPERASIONALISASINYA:

 Isu politik

 Harga minyak internasional  Kepentingan dalam negeri  Tekanan dalam negeri

VARIABEL TINGKAT HARGA SEMBAKO,

OPERASIONALISASINYA:  Prilaku spekulan  Prilaku konsumen  Kondisi pasar

PEMILIHAN DAN PERUMUSAN MASALAH

PENELITIAN

MASALAH PENELITIAN:

 KETIDAKSERASIAN/KESENJANGAN ANTARA KEADAAN SEHARUSNYA (DAS SOLLEN) DAN KEADAAN SENYATANYA (DAS SEIN) SEHINGGA MENIMBULKAN KETIDAKPUASAN, KEINGINTAHUAN

KONTRADIKSI DATA EMPIRIS, PENGALAMAN ,KONSEP/ TEORI, KEBUDAYAAN,PERATURAN/KEBIJAKAN DAN UNSUR-UNSUR LAINNYA.

SUMBER MASALAH PENELITIAN:

 Pengamatan terhadap alam sekitar (lingkungan)  Kegiatan manusia yang didorong oleh rasa ingin tahu.

 Membaca referensi dan sumber informasi lain (buku, koran, majalah, jurnal dll).

 Dorongan dalam diri yang memunculkan intuisi.  Yang penting adalah eksplorasi :

(18)

2. Dari pengalaman berinteraksi dengan anggota masyarakat, di mana saja dan kapan saja;

3. Semakin banyak orang membaca (iqra) lingkungannya, semakin banyak dan mudah pula dia menemukan topik-topik penelitian. Lingkungan sebenarnya memberi peluang yang amat sangat luas bagi kegiatan eksplorasi ini. Lingkungan adalah sumber aspirasi manusia untuk berkarya, dan dari lingkungannyalah seseorang menemukan dirinya;

4. Dalam aktivitas formal eksplorasi sumber topik dan masalah penelitian dapat dilakukan terhadap berbagai lembaga riset yang ada di perguruan tinggi, instansi swasta maupun instansi pemerintah;

5. Selain itu pula, topik-topik penelitian dapat dieksplorasi dari berbagai diskusi dengan orang-orang tertentu, seperti calon sponsor, calon konsultan atau calon pembimbing2, atau juga dengan calon promo tor atau

copromotor, dan;

6. Dapat juga berdiskusi dengan teman sejawat atau teman mahasiswa seangkatan.

PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH MASALAH

1. Pertimbangan Objektif

Didasari kualitas masalah dan dapatnya masalah dikonseptualisasikan.

Ciri-Ciri Kualitas Masalah:

(1) Nilai penemuan yang tinggi

(2) Dirasakan kebanyakan orang adanya masalah (3) Bukan replikasi (pengulangan),

(4) Memiliki referensi teoretis yang jelas,

Ciri-Ciri Masalah dapat dikonseptualisikan apabila masalah tersebut dapat menjawab pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah masalah itu memiliki batasan-batasan yang jelas; 2. Bagaimana bobot dimensi operasional dari masalah itu;

3. Apakah masalah penelitian itu dapat dihipotesiskan seandainya diuji nanti;

4. Apakah masalah penelitian memiliki sumber data yang jelas seandainya diteliti;

(19)

6. Apakah masalah itu memberi peluang peneliti menggunakan alat analisis statistik yang jelas apabila diuji nanti.

2. Pertimbangan Subjektif

Berkisar kredibilitas peneliti (calon peneliti) terbadap apa yang akan ditelitinya yaitu:

1. Sesuai minat peneliti;

2. Sesuai keahlian dan disiplin ilmu peneliti;

3. Peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoretis; 4. Cukup banyak hasil-hasil penelitian sebelumnya; 5. Cukup waktu;

6. Biaya yang tersedia, dan;

7. Alasan-alasan politik dan situasional masyarakat (pemerintah).

CONTOH MASALAH PENELITIAN: JUDUL PENELITIAN :

Responsivitas Perusahaan Daerah Air Minum Kota Baturaja dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengadaan Air Bersih bagi Pelanggan tahun 2009-2010.

Realitas sosial Buruknya Pelayanan (PDAM):  Air tidak rutin keluar;

 Air berbau dan berwarna;  Pembayaran rutin dilakukan;  Media pengaduan tidak jalan;  Proses rumit;

 kompetensi petugas rendah;  Konflik masyarakat dan PDAM;  UU Konsumerisme.

Realitas sosial ketidakdisiplinan birokrat  Sering bolos;

 Datang terlambat, pulang cepat;  Media kontrol tidak jalan;

 Sanksi tidak tegas;

 Keluar saat jam kerja (pasar, mall, berkunjung ke instansi lain);  Keluhan masyarakat akan pelayanan birokrat lamban, tidak

ada ditempat.

Realitas Penganggaran bias Gender (APBD)

 Penyusunan RASK/SKPD tidak didasari kepentingan perempuan dan laki-laki;

(20)

 Tidak dijalankannya pengarusutamaan jender (Inpres No.9/2000);

 Tim panang legislatif dan eksekutif didominasi laki-laki;  Konflik internal legislatif dan eksekutif;

JUDUL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN

 Identitas atau cermin jiwa penelitian.

 Wujudnya merupakan kalimat pernyataan bukan kalimat pertanyaan; kata-katanya konkrit bukan kata-kata umum.  Jelas (tidak kabur); singkat (tidak bertele-tele); deskriptif

(berkaitan/runtut); tidak terlalu puitis/bombastis; dan dibuat semenarik mungkin; informatif.

FUNGSI UTAMA JUDUL PENELITIAN

Bagi peneliti: kompas dalam melakukan penelitian (penentu data yang diperlukan, sumber, instrumen dan teknik pengumpulan data) dan menyusul laporan riset (pengolahan, penyajian data, dan analis data).

Bagi pembaca: memberikan informasi singkat tentang obyek/substansi telaah, wilayah dan metode riset.

DASAR PERUMUSAN JUDUL PENELITIAN:  Mengetahui status sesuatu.

Contoh: Tanggapan masyarakat tentang pelaksanaan Otonomi Daerah bagi peningkatan kualitas layanan publik.  Membandingkan dua fenomena atau lebih.

Contoh: mekanisme penyusunan APBD Berdasarkan Perda dan Kepmendagri

 Mengetahui hubungan atau pengaruh dua fenomena atau lebih.

Contoh: Hubungan antara Diklat Pegawai dengan Kemampuan Aparatur Publik.

UNSUR-UNSUR JUDUL PENELITIAN  Sifat dan jenis penelitian.

 Objek telaah/substansi yang diteliti.  Subjek penelitian.

 Lokasi.

 Tahun/waktu terjadinya pristiwa.

(21)

Responsivitas Perusahaan Daerah Air Minum Kota Baturaja dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengadaan Air Bersih bagi Pelanggan tahun 2009-2010.  Kualitatif : Sifat/Jenis Penelitian.

 Responsivitas: Objek telaah.  PDAM Baturaja: Subjek penelitian.  Pelanggan: Subjek penelitian

 PDAM Baturaja OKU: Lokasi penelitian.

 Tahun 2009-2010: Rentang waktu kejadian yang diteliti.

Hubungan antara Diklat Pegawai dengan Kemampuan Aparatur Publik di Pemkab OKU Tahun 2010

 Kuantitatif : Sifat/Jenis Penelitian.

 Diklat dan Kemampuan aparatur: Objek telaah.  Pegawai: Subjek penelitian.

 Pemkab OKU: Lokasi penelitian.

 Tahun 2010: Rentang waktu kejadian yang diteliti.

TUGAS:

1. Buat/angkat 5 macam realitas sosial tertentu. 2. Dari 5 realitas tadi, buat judulnya masing-masing. 3. Buat perumusan masalah masing-masing.

4. Buat tujuan masing.

PERUMUSAN MASALAH

PERUMUSAN MASALAH :

 Pernyataan masalah (statement of problem), yaitu pernyataan singkat tentang masalah yang akan diteliti.

CARA MERUMUSKAN MASALAH:

 Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (kalimat tanya: apa, mengapa, bagaimana, seberapa besar, adakah).

 Singkat (padat) dan jelas (informatif).

 Memiliki implikasi tentang ketersediaan data untuk memecahkan masalah.

 Merupakan dasar penentuan hipotesis.

TUJUAN PERUMUSAN MASALAH:

 Dasar pemecahan masalah riset sebelumnya dan dasar riset selanjutnya

 Mencari sesuatu untuk memuaskan hasrat akademis seseorang (kelompok).

(22)

CONTOH:

Bagaimanakah Responsivitas Perusahaan Daerah Air Baturaja Kab. OKU dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengadaan Air Bersih bagi Pelanggan tahun 2009-2010?

Apakah ada Hubungan antara Diklat Pegawai dengan Kemampuan Aparatur Publik di Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kab. OKU Tahun 2009.

Seberapa Besar Hubungan antara Diklat Pegawai dengan Kemampuan Aparatur Publik di Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kab. OKU Tahun 2009.

TUJUAN PENELITIAN

TUJUAN PENELITIAN

 Berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

 Rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.

 Jawaban yang dikehendaki atas rumusan masalah.

SIFAT YANG HARUS DIPENUHI TUJUAN PENELITIAN (RUMUSAN TUJUAN RISET YANG BAIK):

 Spesifik  Terbatas  Dapat diukur

 Dapat diperiksa dengan melihat hasil penelitian.

CONTOH

 Untuk menjelaskan bentuk hubungan antara diklat dengan kemampuan aparatur publik.

 Untuk menemukan besarnya pengaruh diklat terhadap kinerja aparatur publik.

(23)

PERTEMUAN KE- 9

(24)

PERTEMUAN KE- 10 DAN 11

STUDI KEPUSTAKAAN

(PENELUSURAN PUSTAKA, LANDASAN TEORITIS & KERANGKA PIKIR PENELITIAN)

A. STUDI KEPUSTAKAAN

PENGERTIAN STUDI KEPUSTAKAAN/PENELUSURAN PUSTAKA

 Kegiatan melakukan ‘penelusuran kepustakaan dan menelaahnya’. Karenanya seorang peneliti yang mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain) untuk menunjang penelitiannya disebut mengkaji bahan pustaka

KRITERIA STUDI KEPUSTAKAAN YANG BAIK :

1. Relevansi : kecocokan antara hal-hal (variabel-variabel) yang diteliti dengan teori-teori yang dikemukakan.

2. Kelengkapan : banyaknya kepustakaan yang dibaca.

3. Kemutakhiran : berkenaan dengan dimensi waktu (baru atau lama) kepustakaan yang digunakan. Makin baru kepustakaan yang digunakan, makin mutakhir kepustakaan tersebut, makin baik studi kepustakaan.

FUNGSI STUDI KEPUSTAKAAN

1. Untuk mempertajam permasalahan, artinya dengan adanya studi kepustakaan itu, maka permasalahan yang dikemukan akan semakin jelas arah dan bentuknya.

2. Untuk mencari dukungan fakta, informasi atau teori-teori dalam menentukan landasan teori atau kerangka berpikir atau alasan bagi penelitiannya.

3. Untuk mengetahui dengan pasti apakah permasalahan yang dipilih belum pernah diteliti ataukah sudah pernah diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu.

4. Untuk mengetahui, apakah terdapat masalah-masalah lain yang mungkin lebih menarik dari masalah yang sedang diteliti.

5. Untuk memperlancar penyelesaian penelitian.

6. Untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang mungkin ada.

(25)

1. Menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah ditemukan oleh para ahli terdahulu;

2. Mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti;

3. Memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih (mempertajam masalah /mengetahui apakah ada permasalahan yang lebih menarik) ;

4. Memanfaatkan data sekunder;

5. Menghindarkan duplikasi penelitian(permasalahan pernah diteliti sebelumnya);

6. Manfaat lain yang cukup penting adalah ‘dapat mempelajari bagaimana cara mengungkapkan buah pikiran secara sistematis, kritis dan ekonomis’.

CARA MELAKUKAN STUDI KEPUSTAKAAN

1. Mengetahui jenis pustaka, yang dibutuhkan yaitu: a. berdasarkan bentuk pustaka, dibedakan atas:

(i) sumber tertulis, seperti buku-buku pengetahuan, surat kabar, majalah, dan lain-lain.

(ii) sumber tidak tertulis, seperti film, slide, manuskrip, relief, dan sebagainya,

b. berdasarkan isi pustaka, dibedakan atas:

1. sumber primer, merupakan sumber bahan yang dikemukakan sendiri oleh orang/pihak pada waktu terjadinya peristiwa/mengalami peristiwa itu sendiri, seperti buku harian, notulen rapat, dan sebagainya,

2. sumber sekunder, merupakan sumber bahan kajian yang dikemukakan oleh orang atau pihak yang hadir pada saat terjadinya peristiwa/tidak menga-lami langsung peristiwa itu sendiri, seperti buku-buku teks.

2. Mengkaji dan mengumpulkan bahan pustaka.

Menggunakan alat bantu yang disebut kartu bibliografi atau

kartu kutipan. Kartu ini, biasanya terbuat dari kertas manila warna-warni yang berukuran kira-kira 10X15 cm. Pengelompokkan dilakukan sesuai dengan jenis warna. Pengkajian dan pengumpulan hasil kajian dalam kartu bibliografi minimal harus mencakup:

1. nama variabel atau pokok masalah,

2. nama pengarang atau pencetus ide tentang pokok masalah,

(26)

4. tahun yang menunjukkan pada waktu sumber tersebut dibuat atau diterbitkan,

5. nama instansi (lembaga, unit, penerbit dan sebagainya) yang bertanggung- jawab atas penerbitan sumber kajian, 6. nama kota tempat penulisan atau penerbitan sumber

kajian,

7. isi penjelasan tentang variabel atau pokok masalah.

3. Menyajikan studi kepustakaan.

Penyajian studi kepustakaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu;

Cara kutipan langsung, yaitu jika dalam menuangkan hasil kajian, peneliti memindahkan hasil karya orang lain masih dalam bentuk asli, baik utuh maupun sebagian, dan

Cara kutipan tidak langsung, yaitu jika dalam menuangkan hasil kajian, peneliti terlebih dahulu meramu atau mengambil intisari dari beberapa sumber kajian.

B. LANDASAN TEORI/KERANGKA TEORI/ TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN

 Bagian dari penelitian yang memuat teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang berasal dari studi kepustakaan yang berfungsi sebagai kerangka teori dalam menyelesaikan pekerjaan penelitian.

 Berisi deskripsi teori, yaitu uraian sistematis mengenai teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan topik kajian/ variabel yang sedang diteliti. Melalui ini, dikemukakan/ dijelaskan variabel atau fokus yang diteliti, melalui pendifinisian, dan uraian lengkap serta mendalam, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel/fokus penelitian. Dengan demikian, variabel/ fokus penelitian menjadi ‘lebih jelas dan terarah’.

 Landasan teori sering disebut kerangka teori atau tinjauan pustaka.

(27)

teori yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian.

SYARAT LANDASAN TEORI

1. Landasan teori hendaknya lengkap, meliputi konsep-konsep variabel pokok/fokus yang ada dalam permasalahan penelitian.

2. Landasan teori bukan hanya langsung memberikan penjelasan tentang variabel yang dimaksud, tetapi mulai dari beberapa penjelasan umum kemudian mengarah pada alternatif yang dimaksud.

3. Landasan teori tidak selalu hanya dicari dari sumber yang menyangkut bidang yang diterangkan, tetapi dapat juga diambil dari bidang-bidang lain yang relevan,

4. Hendaknya diusahakan agar sumber kajian pustaka bukan hanya yang berbahasa Indonesia.

5. Hendaknya diusahakan agar terdapat imbangan yang serasi antara jumlah kutipan yang bersifat teori dengan kutipan hasil penelitian.

OPERASIONALISASI MENYUSUN LANDASAN TEORI  Tetapkan nama variabel/fokus yang akan diteliti.

 Cari sumber bacaan (buku, kamus keilmuan, jurnal, laporan penelitian yang relevan).

 Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan variabel/fokus yang diteliti.

 Cari definisi setiap variabel/fokus penelitian, bandingkan dengan sumber lainnya, pilih definisi yang sesuai.

 Baca seluruh isi topik buku, lakukan analisis, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri.

Deskripsikan teori yang sudah dibaca kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.

IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DI SUMATERA SELATAN OBJEK/VARIABEL: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN/PROGRAM

TEORI-TEORI :

1. KEBIJAKAN PUBLIK

2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK 3. MSDAP

4. PROGRAM K3

5. HASIL PENELITIAN RELEVAN

(28)

PENGERTIAN

 Penggambaran alur fikir peneliti yang memberikan penjelasan tentang objek (Variabel/fokus) permasalahan,mengapa peneliti memiliki anggapan sebagaimana diutarakan dalam hipotesis.

 Sintesis tentang hubungan antarvariabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

MANFAAT KERANGKA BERFIKIR :

 Kerangka menentukan apa dan siapa yang akan atau tidak akan dikaji;

 Kerangka menegaskan adanya hubungan yang ditunjukkan dengan tanda panah;

 Dasar rumusan hipotesis;

 Penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel pokok/pokok masalah yang ada dalam penelitian.

ISI KERANGKA BERFIKIR :

 Variabel-variabel atau dimensi/fokus kajian yang akan diteliti;  Hubungan antar variabel dan ada teori yang mendasarinya;  Menampakkan apakah hubungan (+) atau (-), berbentuk

simetris, kausal atau timbal balik;

 Menampakkan pelaku dan aktivitasnya akan dikaji;  Hubungan dan hasil yang diharapkan.

ANJURAN BENTUK KERANGKA BERFIKIR

 Kerangka berpikir sebaiknya memanfaatkan bentuk diagram, grafik daripada teks;

 Seluruh kerangka digambarkan pada satu halaman saja, sehingga menggiring peneliti untuk menemukan bingkai-bingkai/model yang merangkum fenomena yang jelas, memetakan hubungan-hubungan, membagi variabel yang berbeda secara konseptual dan fungsional dan meneliti dengan seluruh informasi sekaligus.

TAHAPAN PEMBUATAN KERANGKA BERFIKIR

(1) Menetapkan variabel/fokus kajian yang akan diteliti; (2) Membaca buku dan hasil penelitian;

(3) Deskripsi teori dan hasil penelitian;

(4) Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian;

(5) Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian; (6) Sintesis/kesimpulan yang sifatnya sementara;

(29)

A. VARIABEL, SKALA PENGUKURAN DAN

HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

A. JENIS & MACAM VARIABEL PENELITIAN

1. VARIABEL BEBAS/INDEPENDENT VARIABLE: Variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung dan bebas/lepas dari posisi variabel tergantung;

2. VARIABEL TERGANTUNG TERIKAT/TERPENGARUH/

DEPENDENT VARIABLE: Variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas;

Contoh:

 Hubungan antara Diklat Pegawai dengan Kemampuan Aparatur Publik di Pemkab OKU Tahun 2006;  Tingkat kualitas kebijakan tergantung pada proses

perumusan kebijakan (dengan kata lain proses yang baik akan mengakibatkan meningkatnya kualitas kebijakan, sedangkan kualitas kebijakan menurun apabila proses perumusan jelek).

3. VARIABEL PENYELA/ANTARA (INTERVENING

VARIABLE): Variabel yang berada diantara variabel bebas dan terikat, ia mempengaruhi variabel tergantung, tapi berada di luar pengaruh variabel bebas. Hal ini terjadi karna adakalanya perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak semata-mata disebabkan oleh variabeL bebas.

Contoh:

Tingkat penerimaan dan kesiapan birokrasi di Sumsel terhadap Teknologi Informasi (TI). Salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat penerimaan dan kesiapan birokrasi di Sumsel terhadap TI adalah budaya asal birokrat. Maka diukur pula variabel penyela, yaitu ketersediaan perangkat TI dan kebijakan.

4. VARIABLE KONTROL (CONTROL VARIABLE): Variabel yang tidak banyak dipengaruhi oleh variabel bebas dan merupakan variabel tandingan dari variabel tergantung

Contoh:

Kualitas keterampilan Karyawan FISIP UNBARA (VB) --Pelatihan khusus karyawan, kualitas mesin, kesejahteraan, lingkungan kerja(VK) ---Kualitas produk pelayanan Karyawan Fisip Unila(VT)

(30)

OPERASIONALISASI VARIABEL

 PENGUKURAN DARI SUATU VARIABEL MELALUI

PARAMETER/INDIKATOR

Contoh:

 KONSEP STATUS SOSIAL EKONOMI

Variabel (Operasionalisasi

Konsep)

Indikator

Berbagai penghasilan seseorang

 Penghasilan tetap sebulan  Penghasilan tidak tetap

sebulan Semua kekayaan

material seseorang  Harta carianHarta bawaan Kedudukan seseorang

dimasyarakat  Kedudukan formalKedudukan informal

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT HARGA DASAR MINYAK TERHADAP TINGKAT HARGA SEMBAKO

VARIABEL TINGKAT HARGA DASAR

MINYAK,OPERASIONALISASINYA :  Isu politik

 Harga minyak internasional  Kepentingan dalam negeri  Tekanan dalam negeri

VARIABEL TINGKAT HARGA SEMBAKO,

OPERASIONALISASINYA :  Prilaku spekulan

 Prilaku konsumen  Kondisi pasar

SKALA PENGUKURAN VARIABEL PENGERTIAN

 Bagaimana peneliti mengukur indikator variabel melalui skala-skala pengukuran

 Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang dijadikan acuan menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur yang akan menghasilkan data kuantitatif

JENIS SKALA PENGUKURAN

1. SKALA/PENGUKURAN NOMINAL: Skala yang diberikan pada objek/kategori yang sifatnya hanya sekedar label saja

(31)

2. SKALA/PENGUKURAN ORDINAL: Skala yang diberikan pada objek/kategori yang sifatnya menyatakan tingkat dengan jarak/rentang yang tidak harus sama atau data didasari atas jenjang dalam atribut tertentu, jenjang tertinggi dan terendah ditetapkan menurut kesepakatan dan jaraknya/satuan pengukurannya tidak tetap. Contoh Tingkat kehadiran pegawai, frekuensi menonton acara TV.

3. SKALA/PENGUKURAN INTERVAL: Skala yang diberikan pada objek/kategori yang sifatnya menyatakan tingkat dengan jarak/rentang yang harus sama, namun tidak terdapat titik absolut (dapat dikalikan, dibagi, dijumlah namun selisih tetap). Contoh: Mengukur pendapatan dalam setahun

4. PENGUKURAN RATIO: Skala yang diberikan pada objek/ kategori yang sifatnya menghimpun semua sifat dari ke-3 skala lainnya dan memiliki permulaan angka nol mutlak. Contoh Umur : 0, 1, 2, 3; tinggi bayi di tahun pertama.

Variabel Indikator Pengukuran Alat Ukur

Disiplin pegawai

Kehadiran di tempat kerja

Nominal Hadir-tidak hadir

Frekuensi

menonton TV Seberapa sering menonton TV Ordinal 1,2,3,4 . . . Dalam sehari Tingkat

penjualan Jumlah produk terjual dalam sehari Interval 0-100100-200 dst Kualitas

produksi Jumlah produksi perhari Rasio 120, 140, 150, 160,170

C. JENIS HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

MACAM HUBUNGAN VARIABEL

1. HUBUNGAN SIMETRIS : Apabila variabel yang satu tidak disebabkan/dipengaruhi oleh yang lainnya.

Contoh:

 Jantung berdenyut cepat dibarengi keluar keringat tanda kecemasan

 Meningkatnya pelayanan kesehatan dibarengi oleh meningkatnya jumlah pesawat udara

 Seorang bayi yang ditimbang meninggal keseesokan harinya

(32)

Contoh :

 Penanaman modal mendatangkan

keuntungan (bisa berlaku sebaliknya)

3. HUBUNGAN ASIMETRIS : Apabila variabel yang satu menjadi sebab/mempengaruhi variabel lainnya (hub variabel pengaruh&terpengaruh)

Contoh :

 Pengaruh Metode mengajar dengan

prestasi belajar

 Hubungan antara kepercayaan

dengan kecenderungan memakai obat tradisional

 Hubungan antara jumlah jam

belajar dengan nilai ujian yang diperoleh

MACAM HUBUNGAN ASIMETRIS

1. HUB ASIMETRIS 2 VARIABEL (HUB BIVARIAT) Contoh:

Frekuensi menonton TV ---Sikap keterbukaan ide baru (X) (Y)

2. HUB ASIMETRIS 2 VARIABEL (HUB MULTIVARIAT)

a) Harga (X1) b) Promosi (X2)

c) Tempat/pasar (X3)

d) Produk (X4) Tkt penjualan e) Kebutuhan&keinginan(X5) --- Produk tas f) Biaya pelanggan(X6) Merk JJ (Y) g) Kemudahan(X7)

h) Komunikasi(X8)

PERTEMUAN KE- 12

DAN

13

(33)

POPULASI PENELITIAN

Populasi = serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.

Populasi penelitian = keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian

RAGAM POPULASI

1. Dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat dibedakan:

a) Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif. Misalnya. jumlah murid (remaja) SLTA di Surabaya pada tahun 2004 sebanyak 150.000 siswa, terdiri dari 78.000 murid putra dan 72.000 murid putri.

b) Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Oleh karenanya, luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat dijelaskan secara kualitatif. Misalnya, jumlah gelandangan di Indonesia. Ini berarti harus dihitung jumlah gelandangan di Indonesia dari tahun ke tahun, dan tiap kota.

2. Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan:

a) Populasi homogen: Yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat-sifat yang relatif sama satu sama lainnya.

Contohnya:

 Seorang ibu membuat secangkir kopi, untuk mengetahui kadar gula yang diinginkan. Secangkir kopi tersebut, cukup hanya dengan mencoba setitik cairan kopi.

 Ciri yang menonjol dan populasi homogen:tidak ada perbedaan basil tes dari jumlah tes populasi yang berbeda.

b) Populasi heterogen: Yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, di mana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.

(34)

 Seorang ibu membuat secangkir kopi, untuk mengetahui kadar gula yang diinginkan. secangkir kopi tersebut, cukup hanya dengan mencoba setitik cairan kopi.

 Ciri yang menonjol dan populasi homogen:tidak ada perbedaan basil tes dari jumlah tes populasi yang berbeda

3. Selain pembedaan-pembedaan di atas, populasi juga dapat dibedakan antara populasi sampling dan populasi sasaran.

Contoh:

apabila kita mcngambil rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanyalah rumah tangga yang bekerja sebagai nelayan, maka keseluruhan rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedang: seluruh nelayan dalam wilayah penelitian disebut populasi sasaran.

SAMPEL PENELITIAN

Dalam penelitian sosial, dikenal hukum kemungkinan — hukum

probabilitas — yaitu kesimpulan yang ditarik dari sampel dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi. Kesimpulan ini dapat dilakukan karena pengambilan sampel dimaksud adalah untuk mewakili seluruh populasi.

Sampel = wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi.

Tidak semua penelitian menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian pada penelitian tertentu dengan skala kecil, yang hanya memerlukan beberapa orang sebagai objek penelitian, ataupun beberapa penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap objek atau populasi kecil, biasanya penggunaan sampel penelitian tidak diperlukan. Hal tersebut karena keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Objek penelitian yang kecil ini disebut sebagai sampel total, yaitu,keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian.

(35)

kemungkinan cenderung menggunakan sampel penelitian.

Jelasnya apabila suatu penelitian menggunakan suatu sampel penelitian, maka penelitian tersebut menganalisis hasil penelitiannya melalui statistik inferensial, dan berarti hasil penelitian tersebut adalah suatu generalisasi.

Untuk mencapai pada generalisasi yang baik maka yang perlu diperhatikan :

 tata cara penarikan kesimpulan diperhatikan,

(36)

Untuk penjelasan ini, dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

MERANCANG SAMPEL PENELITIAN

Untuk merancang sampel penelitian perlu ditekankan memiliki bobot representatif yang diharapkan. Untuk mencapai bobot yang diharapkan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sampel dalam suatu penelitian, yaitu:

1.Derajat keseragaman (degree of homogeneity) populasi.  Populasi homogen cenderung memudahkan penarikan sampel, sampai pada menentukan besar kecil sampel yang dibutuhkan.

 Semakin homogen populasi, maka semakin besar kemungkinan penggunaan sampel dalam jumlah kecil. Pada populasi heterogen, kecenderungan menggunakan sampel besar kemungkinan sulit dihindari, karena sampel harus dipenuhi oleh wakil-wakil unit populasi. Oleh karena itu, semakin kompleks atau semakin tinggi derajat keberagamran, maka semakin besar pula sampel penelitian.

2. Derajat kemampuan peneliti mengenal sifat-sifat khusus populasi.

(37)

3. Presisi (kesaksamaan) yang dikehendaki penelitian.  Populasi penelitian amat besar, sehingga derajat

kemampuan peneliti dalam mengenal sifat-sifat populasi amat rendah. Oleh karenanya, apabila suatu penelitian menghendaki derajat presisi yang tinggi, maka merupakan keharusan dari penelitian itu menggunakan sampel dalam jumlah yang besar, karena derajat presisi menentukan besar kecil sampel. Pada permasalahan ini, presisi juga tergantung pada tenaga, biaya, dan waktu.

4. Penggunaan teknik sampling yang tepat. Penggunaan teknik sampling juga harus betul-betul diperhatikan kalau mau mendapatkan sampel yang representatif. Salah penggunaan teknik sampling berarti salah pula dalam memperoleh sampel. Suatu contoh, pada populasi yang berstrata dengan ciri-ciri khusus, tidak mungkin sampel diambil secara random, karena nantinya ada beberapa strata atau unit-unit khusus yang tak terwakili. Seharusnya untuk populasi semacam itu, amat bijaksana kalau digunakan teknik nonrandom, seperti strata sampling.

UKURAN SAMPEL

(38)

1. Rancangan Sampel Probabilitas (Probability Sampling Design) = Sampling Acakan/Random

 penarikan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel, unit-unit populasi harus di random. Oleh karenanya, rancangan ini juga disebut sebagai sampling acakan—karena cara kerjanya yang acakan itu.

Teknik penggunaan rancangan sampel probabilitas, yaitu:

A. Mengundi Unit-unit Populasi

Tata cara pengundian dapat dilakukan dengan:

1. Buatlah daftar unit populasi pada lembaran khusus lengkap dengan kode-kode khusus sebagai lambang setiap unit populasi.

2. Tulislah kode-kode khusus tersebut dalam lembaran-lembaran kecil dan dilipat atau digulung satu per satu.

3. Masukan lembaran-lembaran kecil itu dalam suatu tempat kemudian dikocok.

4. Akhirnya, ambillah lembaran-lembaran tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan.

Ada beberapa kesukaran dalam cara undian ini, terutama pada populasi penelitian yang sangat besar. Pada penelitian yang berpopulasi ribuan ke bawah, kemungkinan cara undian masih mudah dilakukan. Akan tetapi dapat dibayangkan kalau populasi berjumlah sampai jutaan, bahkan lebih dari itu

B. Mengundi Tabel Bilangan Random

Pertama, unit-unit populasi telah didaftarkan dalam rekapitulasi tertentu dan telah diberi nomor urut. Pemberian nomor urut pada rekapitulasi unit populasi ini, selalu meperhatikan berapa angka yang tertera pada jumlah total unit populasi yang ada. Contohnya, total populasi ada 1000. Berarti unit populasi terakhir berangka empat. Oleh karena itu, unit populasi awal juga harus diberi angka empat pula, yaitu 0001.

Kemudian peneliti mempersiapkan daftar bilangan random,

(39)

Penggunaan atau pelaksanaan undian tabel bilangan random,

dapat dimulai dengan memilih sendiri angka-angka vang tertera dalam tabel tersebut sebagai pedoman angka awal. Namun agar tidak berkesan bahwa peneliti sengaja memilih angka awal, maka dapat dilakukan dengan menjatuhkan pensil pada permukaan tabel bilangan random.

Angka bilangan random yang kejatuhan pensil tersebut, dapat langsung dijadikan petunjuk dimulainya pengambilan unit-unit populasi menjadi sampel, contoh:

72 38 94 83 82 38 73 94 85 73 61 93 86 88 91 63 91 77 88 76 99 77 6293816352 63 84 87 63 55 66 81 94 85 77 68 47 62 73 (64) 95 82 09 83 94 70 84 73 60 0172 74 63 48 86 73 74 56 74 53 62 74 91 64 63 74 83 84 75 73 72 83 74 75 86 98 94 73 74 74 86 85 65

(40)

0674, 0867, 0758, 0494, dan seterusnya, adalah unit-unit populasi yang dijadikan sampel pehelitian nanti.

Ada beberapa catatan yang diperlihatkan dalam penggunaan rancangan ini.

Pertama, apabila angka akhir dari daftar rekapitulasi unit-unit populasi adalah dua angka, maka satu angka saja sudah cukup untuk mengidentifikasi anggota sampel yang pertama. Kemudian apabila angka terakhir lebih kecil dari 100, maka hams diambi I dua angka sebagai sampel pertama, sedangkan kalau angka terakhir adalah lebih kecil dad 1000, maka tiga angkalah yang dipakai untuk sampel yang pertama. Begitu pula dengan angka-angka yang lebih besar lainnya, semuanya dapat berpedoman seperti penjelasan di atas.

Kedua, kalau pada penarikan angka dalam tabel bilangan

random ternyata terdapat penggulungan angka, misalnya apabila pada penarikan pertama sudah terdapat nomor OT 7, kemudian pada penarikan kedua juga terdapat; nomor 017, maka pemunculan nomor 017 yang terakhir dibatalkan dan diteruskan dengan peaarikan selanjutnya.

Ketiga, penarikan angka dari daftar bilangan random sebanyak yang dibutuhknn sesuai dengan banyaknya sampel yang dibutuhkan. Contohnya, keseluruhan populasi atau unit populasi terdaftar 500 unit. Sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 250 sampel, maka penarikan angka pada tabel bilangan random,

harus sampai mencapai 250 sampel.

Namun biasanya, penarikan tersebut melebihi jumiah sampel yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan hanyalah sebagai persiapan dalam arti rnempersiapkan cadangan, seandainya ke-250 sampel ada yang berhalangan, maka dapat diganti dengan cadangan tersebut. Sebenarnya ada beberapa ahli penelitianyang memberi uraian lebih terperinci dalam hal penggunaan rancangan mengundi tabel bilangan random. Namun sebenarnya, maksud-nya tidak berbeda dengan penjelasan di atas. Karena pada intinya bahwa dalam mengguna-kan rancangan ini, peneliti harus lepas dari kecenderungan-kecenderungannya untuk memilih angka-angka tertentu dengan maksud tertentu pula.

C. Pengambilan Sampel Sistematis

(41)

angka pertama diacak antara angka 2 sampai 5, hal ini dilakukan agar tidak terjadi angka kelipatan dengan jarak yang terlalu besar, atau terlalu kecil.

Pelaksanaan rancangan ini pada permulaannya tidak berbeda dengan rancangan pengundian tabel bilangan random, yaitu sebelumnya telah mempersiapkan daftar rekapitulasi unit-unit populasi. Setelah itu dilakukan penentuan angka kelipatan awal, yaitu mengacak bilangan 2 sampai 5. Apabila ternyata angka 4 yang terpilih sebagai angka kelipatan, maka terpilih angka 8, 12, 16, 20, 24, 28,32, 36, 40, 44, dan seterusnya. Hal ini berarti unit populasi yang kebetulan bernomor tersebut di atas dan seterusnya adalah unit populasi yang dijadikan sampel penelitian. :Sebenamya penggunaan rancangan ini dapat

digunakan secara lebih lunak, yaitu hanya dengan kesepakatan-kesepakatan.

Misalnya, apabila peneliti bersepakat menjadikan angka ganjil sebagai nomor-nomor yang dijadikan sampel penelitian, maka rancangan tersebut dapat dilakukan. Dapat juga dengan kasepakatan setiap angka lima, maka dialah sampel penelitian dan sebagainya. Pokoknya tidak ada kesengajaan peneliti untuk memilih unit-unit populasi sebagai sampel penelitian.

2. Rancangan Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling Design)

 tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian. Hal ini karena sifat populasi itu sendiri yang heterogen sehingga terdapat diskriminasi tertentu dalam unit-unit populasi. Oleh karena itu, harus ada perlakuan khusus lainnya.

 Untuk menggunakan rancangan ini, peneliti membutuhkan kejelian ekstra dalam mengamati sifat-sifat tertentu sehingga nantinya dapat secara akurat menentukan teknik mana yang harus dipakai dalam menentukan sampel penelitian.

Ada beberapa sifat populasi, yang kalau tidak terjadi tumpang-tindih satu dengan yang lainnya, maka terlihat sifat-sifat sebagai berikut:

A. Populasi Berstrata

(42)

Contoh :

suatu penelitian yang berpopulasi pedagang dikota Surabaya. Pedagang-pedagang tersebut dapat dibagi menjadi: pedagang kecil, pedagang menengah, dan pedagang besar. Kalau populasi penelitian mahasiswa, maka dapat dibagikan menjadi mahasiswa semester I, II, III, IV, sampai dengan semester VIII. Kalau kita meneliti jumlah pendapatan petani, maka petani dapat dibagi menjadi: petani berpenghasilan kecil, petani berpenghasilan sedang dan petani berpenghasilan besar.

B. Populasi Area

Sifat populasi area adalah amat mudah ditentukan, asalkan penelitian mengetahui batas-batas area tersebut. Kalau penelitian menggunakan pembatasan suatu area dilihat dari pembatasan sistem pemerintahan, maka unit populasi adalah dukuh, desa, kecamatan, kabupaten dan seterusnya.

Contoh:

(43)

C. Populasi Cluster

Populasi ini menunjukkan unit-unit yang berumpun atau berkelompok, tanpa ada pada tingkatan masing-masing kelompok atau rumpun yang ada. Kalau populasinya adalah umat beragama, maka ada umat: Kristen, Protestan, Hindu, Buddha, dan Islam. Kalau populasi adalah penduduk berdasarkan etnis, maka ada penduduk: Jawa, Ambon, Batak, Sunda, Kalimantan, Irian, Sulawesi, Tionghoa, dan sebagainya.

D. Populasi dengan Beraneka Sifat

(44)

populasi berstrata. Akan tetapi kalau diamati lebih jauh lagi sebenarnya tidak berstrata saja, tetapi juga merupakan rumpun-rumpun tertentu, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa unit-unit populasi memiliki wilayah-wilayah tertentu.

Dalam rancangan nonprobabilitas, pemantauan sifat-sifat populasi yang akurat saja tidak atau belum menjamin dihasilkannya sampel yang representatif. Kemudian sifat populasi dipadukan dengan tujuan atau permasalahan penelitian itu sendiri, dari hal tersebut diambil sampel yang representatif.

Pengambilan sampel melalui rancangan nonprobabilitas, seperti dari beberapa macam bentuk, seperti:

(a) Stratified Sampling

Rancangan ini digunakan apabila populasi menunjukkan sifat berstrata. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan pada waktu menggunakan teknik sampling ini, yaitu:

1. Setiap unit strata harus memiliki kriteria yang jelas, yang dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan anggota unit strata.

2. Setiap unit strata harus dapat diketahui secara pasti jumlah anggotanya.

Contoh:

Kalau populasi dibagi menjadi 3 strata, yaitu anggota Karang Taruna RT I, RTII, dan RT III. Masing-masing anggota Karang Taruna tersebut harus diketahui

 berapa jumlahnya.

 kita menentukan jumlah masing-masing perwakilan dari setiap strata yang ada.

Bila persoalan ini disepelekan, mungkin teknik stratified sampling ini sudah berubah dari sifatnya semula. Kalau kita berbicara teknik ini secara khusus, maka penentuan jumlah perwakilan setiap strata yang bergabung dalam struktur sampel penelitian tidak menjadi persoalan. Hal yang penting bahwa setiap unit strata dalam keseluruhan populasi penelitian yang ada harus ada wakilnya dalam struktur sampel, ini sebenarnya esensi dari stratified sampling.

(b) Area Sampling

(45)

udara dari daerah yang diteliti. Peta atau potret udara ini diperlukan untuk menentukan segmen-segmen wilayah, yang dalam teknik ini menjadi unit-unit populasi. Jika peneliti telah mengetahuil segmen-segmen wilayah populasi tersebut— katakan saja populasi dibagi menjadi daerah pemukiman mahasiswa, daerah pemukiman gelandangan, real estate,

perkantoran, pertokoan, nelayan, dan daerah industry. Kemudian daerah-daerah atau unit-unit populasi ini sesuai dengan tujuan penelitian—diambil wakilnya sebagai sampel.

(c) Cluster Sampling

 Kalau kita mengadakan penelitian, pada penelitian tersebut mengisyaratkan populasi dalam bentuk unit-unit khusus seperti agama, golongan, suku, bangsa, atau dapat dikatakan populasi kita adalah populasi cluster, maka penggunaan teknik cluster sampling adalah jawaban dari pertanyaan bagaimana kita menarik sampel dari populasi seperti ini.

cluster sampling tidak memilih individu-individu sebagai anggota unit sampel, tetapi memilih rumpun-rumpun populasi sebagai anggota unit populasi.

Contoh

 kita hendak meneliti pendapat umum tentang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, maka kita dapat mengelompokkan masyarakat Indonesia dalam cluster suku atau asal daerah masing'masing. Misalnya, masyarakat Indonesia dibagi menjadi asal daerahnya: Jawa, Medan, Palembang, Padang, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, dan Denpasar. Dari cluster tersebut kita minta pendapat tentang SARA. Pendapat tentang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari cluster tersebut dianalisis sebagai pendapat umum bangsa Indonesia tentang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

(d) Sampling Gugus Bertahap

Kalau kita mengadakan penelitian dengan populasi dari sebuah provinsi, sedangkan yang harus menjadi sampel hanya sepuluh buah desa saja. Ini berarti kita harus menyeleksi sekian banyak desa yang ada dalam provinsi tersebut untuk dijadikan sampel. Oleh karena itu, teknik Sampling Gugus Bertahap dapat digunakan untuk keperluan tersebut.

Contoh:

(46)

yang kita butuhkan hanya 8 desa, dengan perbandingan empat desa surplus pertanian dan empat desa lagi adalah desa minus pertanian. Untuk mendapat delapan desa dengan kriteria masing-masing tersebut, kita pilih beberapa kabupaten. Misalnya kita memilih dua kabupaten, yang terdiri dari satu kabupaten surplus pertanian dan satu kabupaten lagi adaah minus pertanian. Dari dua kabupaten tersebut, kita ambil empat kecamatan, dengan perbandingan dua kccamatan surplus pertanian dan dua kecamatan minus pertanian. Dari setiap kecamatan tersebut kita ambil lagi masing-masing dua desa dengan perbandingan surplus-minus seperti di atas sehingga keseluruhannya ada delapan desa yang merupakan desa sampel. Untuk gambaran ini dapat dilihat pada skema pada gambar berikut:

(d) Proposional Sampling

 Teknik sampling ini agak lebih leluasa dalam penggunaannya, maksudnya teknik ini dapat digunakan pada populasi berstrata, populasi area ataupun populasi cluster.

 Hal yang terpenting dalam teknik ini adalah penggunaan perwakilan berimbang, karena itulah sebelum menggunakan teknik ini, peneliti harus mengenal lebih dulu ciri-ciri tertentu dari populasi yang ada. Peneliti harus mengetahui besar kecil unit-unit pcpulasi yang ada. Kemudian dengan pengetahuan ini peneliti mengambil wakil dari unit-unit populasi tersebut dengan sistem perwakilan yang berimbang.

Contoh:

(47)

strata ini, peneliti harus mengetahui jumlah individu yang tergabung di dalam struktur strata tersebut, karena mungkin saja setiap unit strata memiliki jumlah individu yang berbeda. Umpamanya sebagai berikut:

(Unit I) Pegawai golongan I : 300orang (Unit II) Pegawai golongan II : 300orang (Unit III) Pegawai golongan III : 250orang (Unit IV) Pegawai golongan IV : 250 orang Jumlah : lOOOorang

Setelah mengetahui jumlah setiap unit populasi yang ada, penelitian kemudian mengambil wakil dari setiap unit di atas secara berimbang. Peneliti dapat menggunakan persentase untuk menakar pembagian yang berimbang. Kalau peneliti menetapkan masing-masing unit diwakili oleh 10% jumlah seluruh unit, maka unit I diwakili oleh 30 orang, unit II30 orang, unit III 25 orang, unit IV 15 orang, total seluruhnya adalah 100 orang yang akan menjadi sampel penelitian.

(e) Purposive Sampling

Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian. Walaupun demikian, untuk menggunakan teknik ini peneliti seharusnya orang yang pakar terhadap karakteristik populasi. Berdasarkan pengetahuan yang jeli terhadap populasi, maka unit-unit populasi yang dianggap "kunci", diambil sebagai sampel penelitian.

Contoh:

 Kalau kita meneliti pendapat umum tentang mutu siaran televisi di Indonesia, maka kita akan menjadikan semua pemilik televisi sebagai sampel penelitian. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa pemilik televisi adalah orang yang lebih banyak tahu tentang acara televisi.

 meneliti jenis kembang gula mana yang disenangi masyarakat, maka sampel penelitian diambil dari anak-anak berumur 5 sampai 10 tahun, karena biasanya anak-anak berumur inilah yang paling menyukai kembang gula.

(e) Quata Sampling

(48)

Gambar

GAMBAR  1KOMPONEN INFORMASI, KONTROL METODOLOGIS DAN TRANSFORMASI
Tabel tabulasi ini dapat berbentuk dibawah ini.
Tabel analisis dapat berbentuk:

Referensi

Dokumen terkait