• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, OBYEKTIVITAS,

INTEGRITAS DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT DI

PEMERINTAH DAERAH

(STUDI EMPIRIS PADA 5 KANTOR INSPEKTORAT PROVINSI BALI)

Ayu Kadek Prihartini [1], Luh Gede Erni Sulindawati [1], Nyoman Ari Surya Darmawan [2]

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{ayuprihartini045@gmail.com

,

ernisulindawatiayu@yahoo.co.id

,

arisurya.dharmawan@gmail.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah. Penelitian ini dilaksanakan pada 5 Kantor Inspektorat di Provinsi Bali.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling, dengan jumlah sampel 48 auditor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Metode pengumpulan dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS versi 19.00.

Hasil penelitian ini menunjukkan kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, independensi tidak bepengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, obyektivitas tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, akuntabilitas tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, dan secara simultan kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, dan akuntabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah.

Kata kunci: kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas dan akuntabilitas

Abstract

This study was aimed at finding out the effect of competence, independence, objectivity, integrity and accountability on the quality of audit in local government. This study was conducted at 5 offices of inspectorate of Bali Province.

The sampling was done by using Purposive Sampling method, with the sample size 48 auditors. The data used in this study were quantitative data. The data source was primary data source. The collection of data method was using questionnaires that were distributed to the respondents. The data analysis technique used was multiple regression by using SPSS version 19.00 program.

The result showed that competence has a positive and significant effect on audit quality, independence does not have a positive and significant effect on audit quality, objectivity does not have a positive and significant effect on audit quality, integrity has a positive and significant effect on audit quality, accountability does not have a positive and significant effect on audit quality, and simultaneously competence, independence, objectivity, integrity and accountability have a positive and significant effect on the quality of audit in local government.

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat dan harus diterapkan. Hal tersebut harus dilaksanakan, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan dan birokrasi. Septiari (2013:1) terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan.

Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan

.

Banyaknya berita di media massa dan elektronik terkait kasus-kasus penyalahgunaan dana mulai dari kasus yang dilakukan oleh pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Hal tersebut menjadikan kualitas audit yang dilaksanakan inspektorat dipertanyakan oleh publik. Salah satu penyebab masih banyaknya terjadi kasus penyelewengan seperti diatas, karena lemahnya pengawasan dalam penyelanggaraan pemerintah. Dengan meningkatkan kualitas audit, tentunya akan meningkatkan kinerja pemerintah dalam melaksanakan pengelolan keuangan Negara. Sehingga, kasus-kasus seperti ini tidak terulang kembali.

Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan

keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan beberapa indicator (Ayuningtyas, 2012:18).

Kualitas audit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama yang mungkin mempengaruhi kualitas audit adalah kompetensi. Auditor membutuhkan sebuah kompetensi. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau pengalaman yang tidak mereka miliki (Mulyadi, 2002:58). Penelitian mengenai kompetensi pernah dilakukan sebelumnya. Taufiq Efendy (2010), hasil penelitian menunjukkan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat Inspektorat. Berdasarkan hal tersebut diatas, hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut :

H1: Kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah

Faktor kedua yang mempengaruhi kualitas audit yaitu independensi. Mulyadi (2002:9) mendefinisikan independensi sebagai keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain dan akuntan publik yang independen haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Penelitian mengenai independensi sebelumnya pernah dilakukan oleh Indriyanti Linting (2013) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini berarti semakin tinggi independensi seorang auditor internal, maka akan menghasilkan kualitas audit yang semakin baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(3)

H2: Independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah

Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu obyektivitas. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain (Mulyadi, 2002:57. Penelitian mengenai obyektivitas sudah pernah dilakukan sebelumnya. Arianti (2014), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa obyektivitas berpengaruh terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah. Hal ini berarti semakin tinggi obyektivitas yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin meningkat pula kualitas audit yang dihasilkannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3: Obyektivitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah

Faktor keempat yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah integritas. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi (Mulyadi, 2002:57). Penelitian sebelumnya yang dilakukan Carolita dan Rahardjo (2012) menyatakan bahwa integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin tinggi integritas seorang auditor maka semakin baik kualitas audit yang dilakukannya.. Dengan demikian, dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

H4: Integritas Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah

Faktor kelima yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah akuntabilitas. Rizal (2010:78), akuntabilitas merupakan rasa pertanggungjawaban dan motivasi

auditor terhadap semua tindakan dan keputusan yang diambil dalam melaksanakan audit. Penelitian mengenai akuntabilitas dilakukan sebelumnya oleh Afif Bustami (2013) menunjukkan hasil bahwa variabel akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian, kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dapat ditingkatkan dengan adanya akuntabilitas yang dimiliki oleh auditor.

H5: Akuntabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah

Penelitian ini juga menguji pengaruh Kompetensi, Independensi, Integritas, Obyektivitas, dan Akuntabilitas terhadap kualitas audit Pemerintah Daerah secara simultan. Maka, hipotesis keenam yang diajukan sebagai berikut :

H6: Kompetensi, Independensi,Integritas, Obyektivitas, dan Akuntabilitas secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah

Berdasarkan paparan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: pertama, untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kompetensi terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah; kedua, untuk menganalisis pengaruh positif signifikan independensi terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah; ketiga, untuk menganalisis pengaruh positif signifikan obyektivitas terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah; keempat, untuk menganalisis pengaruh positif signifikan integritas terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah; kelima, untuk menganalisis pengaruh positif signifikan akuntabilitas terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah; keenam, untuk menganalisis pengaruh kompetensi, independensi, integritas, obyektivitas, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah

METODE PENELITIAN

Populasi penelitian yang digunakan adalah seluruh auditor yang bekerja di kantor Inspektorat Kabupaten Buleleng, Inspektorat Kabupaten Gianyar, Inspektorat Kabupaten Bangli, Inspektorat Kabupaten

(4)

Tabanan, dan Inspektorat Kabupaten Jembrana.

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling (Sugiyono, 2010:218), artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti Auditor yang bekerja pada 5 kantor Inspektorat di Provinsi Bali yakni pada Kabupaten Buleleng, Gianyar, Bangli, Tabanan dan Jembrana dan auditor yang mempunyai pengalaman kerja minimal dua tahun. Dipilih telah bekerja dua tahun, karena telah memiliki waktu dan pengalaman untuk beradaptasi serta menilai kondisi lingkungan kerjanya. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 responden.

Kantor Inspektorat di Provinsi Bali merupakan subyek dari penelitian ini, sedangkan untuk obyeknya adalah kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, akuntabilitas dan kualitas auditnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Variabel penelitian ada 6 yaitu : kompetensi (X1), independensi (X2), obyektivitas (X3), integritas, akuntabilitas (X5) dan kualitas audit (Y).

Pengujian instrumen yang digunakan adalah uji validitas dan reabilitas. Uji validitas ini digunakan untuk menguji apakah instrumen yang digunakan, dalam hal ini kuisioner memenuhi persyaratan validitas. Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilanjutkan dengan uji reabilitas. Instrumen yang reliabel adalah instrument yang konsisten dalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2010). Item-item pertanyaan atau pernyataan dapat dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60 (Ghozali, 2006:42).

Kemudian, uji asumsi klasik dengan melakukan: uji normalitas data, Uji normalitas mengujimodel regresi berdistribusi apakah berdistribusi normal, dengan grafik histogram dan kurva penyebaran P-Plot dan dapat dilakukan dengan melihat nilai Asymp Sig yang lebih besar dari 0,05 maka data tersebut memenuhi syarat normalitas.

Uji multikolinearitas, dalam uji multokolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pengujian multikolinearitas ini menggunakan

variance inflation factor apabila nilai nilai tolerance lebih besar dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas, penelitian ini akan menggunakan metode Uji Park guna menentukan gejala heteroskedastisitas variabel-variabelnya. Guna memastikan apakah ada gejala heteroskedastisitas, maka perlu dibandingkan nilai thitung dengan ttabel.

Selanjutnya, uji hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi berganda, dimana dalam pengujian ini akan dilakukan: uji koefisien determinasi (R2), uji parsial (uji t), dan uji simultan (uji F).

Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y =α+β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +€ HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif

Hasil statistik deskriptif data penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 48 sampel pengamatan yang telah memenuhi kriteria. Dari 56 kuesioner yang disebar, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 kuesioner

(85,72%),

sedangkan 8 kuesioner

(14,28%).

tidak dapat digunakan karena

dijawab dengan tidak lengkap.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, lama bekerja, dan tingkat pendidikan responden. Responden yang jenis kelamin pria sebanyak 28 responden (58,33%), dan jenis kelamin wanita 20 responden (41,6%). Responden yang bekerja <5 tahun sebanyak 19 orang (39,58%), auditor dengan lama kerja 5-10 tahun sebanyak 16 orang (33,33%), dan auditor dengan lama kerja >10 tahun sebanyak 13 orang (27,08%). Pendidikan responden yang memiliki tingkat pendidikan D3 adalah sebanyak 6 orang (12,5%), tingkat pendidikan S1 sebanyak 33 orang

(5)

(68,75%), dan auditor dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 9 orang (18,75%).

Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi pearson dan setelah dilakukan pengukuran dengan SPSS 19.00. Setiap butir pertanyaan kuisioner dikatakan valid jika rhitung>rtabel. Rtabel pada α 0,05 dengan derajat bebas df = jumlah responden – 2, jadi df adalah 48 – 2 = 46, r(0,05;46) pada uji satu arah = 0,2845. Berdasarkan uji validitas diketahui bahwa masing-masing item pertanyaan memiliki rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel), rtabel dari penelitian ini adalah 0,2845. Hal ini berarti masing-masing item pertanyaan dari variabel kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, akuntabilitas, dan kualitas audit adalah valid.

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa instrument yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas karena semua variabel menunjukkan nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (nilai cronbach alpha berkisar antara 0,691 sampai 0,878).

Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006). Hasil uji normalitas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar

0,655

dan signifikan pada

0,784

. Oleh karena nilai signifikansi (0,

784

) > α (0,05) maka artinya data residual berdistribusi normal.

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2011). Hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa model tersebut terbebas dari masalah multikolonieritas karena semua variabel menunjukkan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 (nilai Tolerance berkisar antara 0,229 sampai 0,964) dan mempunyai nilai VIF yang tidak lebih dari 10 (nilai VIF berkisar antara 2,200 sampai 4,364).

Uji heterokedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2011). Hasil

uji heteroskedastisitas dengan uji Park, menunjukkan hasil sebagai berikut: variabel kompetensi memiliki –ttabel(-1,682) ≤ thitung (-0,157) ≤ ttabel (1,682). Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi (X1) terjadi homoskedastisitas. Variabel independensi memiliki –ttabel (-1,682) ≤ thitung (0,378) ≤ ttabel (1,682). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independensi (X2) terjadi homoskedastisitas. Variabel obyektivitas memiliki –ttabel (-1,682) ≤ thitung (-1,319) ≤ ttabel (1,682). Hal ini menunjukkan bahwa variabel obyektivitas (X3) terjadi homoskedastisitas. Variabel integritas memiliki –ttabel (-1,682) ≤ thitung (-1,050) ≤ ttabel (1,682). Hal ini menunjukkan bahwa variabel integritas (X4) terjadi homoskedastisitas. Variabel akuntabilitas memiliki –ttabel (-1,682) ≤ thitung (1,176) ≤ ttabel (1,682). Hal ini menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas (X5) terjadi homoskedastisitas. Jadi model regresi layak dan terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar keterikatan atau keeratan variabel independennya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) diperoleh sebesar 0,617 atau 61,7%. Nilai ini menunjukkan bahwa 61,7% kualitas audit dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen yaitu kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, dan akuntabilitas sedangkan sisanya (100% 61,7% = 38,3%) dijelaskan oleh sebab lain di luar model.

Hasil uji t terhadap variabel kompetensi dengan nilai thitung 2,358 > ttabel (1,682) dengan nilai signifikansi (0,023) < α(0,05). Hal ini berarti kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Sehingga hipotesis pertama (H1) yang menyatakan kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit diterima.

Hasil uji t terhadap variabel independensi dengan nilai thitung(-1,358) < ttabel1,682 dan signifikansi (0,182) > 0,05, berarti independensi tidak berpengaruh

(6)

terhadap kualitas audit. Sehingga hipotesis kedua (H2) yang menyatakan independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit ditolak.

Hasil uji t terhadap variabel obyektivitas dengan nilai thitung 0,913 < ttabel 1,682 dan signifikansi (0,366) > 0,05. Hal ini berarti obyektivitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan obyektivitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit ditolak.

Hasil uji t terhadap variabel integritas dengan nilai thitung 3,243 > ttabel 1,682 dan signifikansi (0,002) < 0,05, berarti integritas berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga hipotesis keempat (H4) yang menyatakan integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit diterima.

Hasil uji t terhadap variabel akuntabilitas dengan nilai thitung 1,026 < ttabel 1,682 dan signifikansi (0,311) > 0,05, berarti akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga hipotesis kelima (H5) yang menyatakan akuntabilitas terhadap kualitas audit ditolak.

Berdasarkan pada tabel 1 maka dapat diformulasikan model regresi sebagai berikut:

Y = 3,594 + 0,439(X1) – 292 (X2) + 0,161(X3) + 0,435 (X4) + 120 (X5) Model regresi di atas bermakna bahwa nilai

k

onstanta sebesar 3,594 artinya kompetensi (X1), independensi (X2) obyektivitas (X3), integritas (X4), dan akuntabilitas (X5) memiliki nilai 0, atau faktor – faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit bernilai 3,594.

Tabel 1. Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3,594 5,869 0,612 0,544 X1 0,439 0,186 0,318 2,358 0,023 X2 -0,292 0,215 -0,252 -1,358 0,182 X3 0,161 0,176 0,160 0,913 0,366 X4 0,435 0,134 0,611 3,243 0,002 X5 0,120 0,117 0,137 1,026 0,311

Sumber : Data Primer diolah, 2015

Hasil uji F pada tabel 2 menunjukkan bahwa Fhitung yaitu sebesar 16,145 lebih besar dari nilai Ftabel 2,44 dengan angka signifikansi = 0,000 < α 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat

disimpulkan bahwa variabel kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, dan akuntabilitas auditor seraca simultan mempengaruhi variabel kualitas audit.

Tabel 2. Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 469,598 5 93,920 16,145 0,000a

Residual 244,318 42 5,817

Total 713,917 47

(7)

Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan hasil uji statistik, maka diketahui bahwa kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hasil pengujian hipotesis ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Krisnawati (2012) yang menyatakan bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Namun penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Efendy (2010) dan Linting (2013) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Untuk meningkatkan kualitas audit, seorang auditor sangat bergantung pada tingkat kompetensinya. Kompetensi auditor adalah kemampuan auditor untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat, intuitif, dan obyektif. Hal ini berarti semakin tinggi kompetensi seorang auditor internal, maka akan menghasilkan kualitas audit yang semakin baik. Seorang auditor yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, wawasan yang luas serta sering mengikuti pelatihan-pelatihan selama menjadi auditor merupakan dasar yang digunakan dalam melakukan audit untuk mencapai kualitas audit yang baik. Kompetensi sangat diperlukan oleh seorang auditor dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan dapat dipetanggungjawabkan.

Pengaruh Independensi terhadap

Kualitas Audit

Berdasarkan hasil uji statistik, maka diketahui bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardani (2010), Septiari (2013), Irawati (2011) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Efendy (2010) dan Krisnawati (2012) yang menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Secara teori, seorang auditor harus memiliki sikap independensi dalam menjalankan tugas auditnya. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan

menyatakan pendapatanya

(Mulyadi,2002:26).

Hipotesis kedua (H2) penelitian ini tidak berhasil dibuktikan, kondisi ini diduga karena sering terjadi mutasi pada sektor pemerintah sehingga auditor yang ada di inspektorat kemungkinan pernah bekerja di SKPD yang akan diaudit dan mereka sudah saling kenal mengenal atau memiliki hubungan sosial dan rasa kekeluargaan dengan auditee yang akan diaudit sehingga independensi auditor tersebut terganggu baik secara faktual maupun penampilan.

Pengaruh Obyektivitas terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan hasil uji statistik, maka diketahui bahwa obyektivitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arianti (2014) yang menyatakan bahwa obyektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah. Namun penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Indriyanti Linting (2013) yang menyatakan bahwa obyektivitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Berdasarkan teori, penelitian ini tidak sejalan dengan teori Arens et al., (2011:71) yang menyatakan bahwa obyektivitas artinya para auditor harus tidak kompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya. Hal ini mengharuskan auditor untuk menjaga perilaku yang netral ketika menjalankan audit, menginterpretasikan bukti audit dan melaporkan laporan keuangan yang

(8)

merupakan hasil dari penelaahan yang mereka lakukan.

Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan. Hal ini disebabkan karena auditor internal pada Inspektorat Pemerintah Daerah yang menjadi tempat penelitian belum cukup memiliki sikap obyektivitas dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Auditor internal masih ragu-ragu (netral) dalam memastikan kedudukannya. Audit internal harus terpisah dari departemen lain dalam perusahaan serta memastikan tidak adanya campur tangan manajer dalam kegiatan audit.

Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan hasil uji statistik, maka diketahui bahwa integritas berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Carolita dan Rahardjo (2011) serta Arianti (2014) yang menunjukkan bahwa integritas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Secara teori, penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan Mulyadi (2002:56) yang menyatakan bahwa integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.

Hasil tersebut dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan kualitas audit seorang auditor sangat bergantung pada sikap integritasnya. Auditor yang memiliki integritas yang tinggi akan mengungkapkan hasil pemeriksaan secara jujur dan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan sehingga tidak terdapat salah saji material dalam penyajian laporan keuangan dan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya.

Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan hasil uji statistik, maka diketahui bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rizal (2010), Bustami (2013) dan Arianti (2014) yang menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit. Namun penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Febriyanti (2014) yang menyatakan bahwa akuntabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Masdiasmo (2002:22) bahwa akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.

Seorang auditor yang memiliki akuntabilitas tinggi akan bertanggungjawab penuh terhadap pekerjaannya sehingga kualitas audit yang dihasilkan pun akan semakin baik, sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang penulis kemukakan sebelum dilakukannya penelitian. Kondisi itu terjadi karena kurang efektif dan efisiennya pelayanan jasa audit terhadap kualitas hasil audit yang disampaikan.

Kompetensi, Independensi, Obyektivitas, Integritas, dan Akuntabilitas secara Simultan Berpengaruh terhadap Kualitas Audit di Pemerintah Daerah

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel independen (kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas dan akuntabilitas) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen (kualitas audit). Berdasarkan hasil uji F, dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel kompetensi (X1), independensi (X2), obyektivitas (X3), integritas (X4) dan akuntabilitas (X3) yang

(9)

dimiliki oleh auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit (Y) yang dihasilkannya.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Fhitung sebesar 16,145 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari nilai signifikan 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kualitas audit. Secara lebih tepat, nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dimana jika Fhitung > Ftabel maka secara simultan variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada taraf α =0,05 dengan derajat kebebasan pembilang/df1 = k-1 = 6-1 = 5 dan derajat kebebasan penyebut/df2 = n-k = 48-6 = 42, dimana k adalah jumlah variabel (bebas+terikat) dan n adalah jumlah observasi/sampel pembentuk regresi. diperoleh nilai Ftabel 2,44 . dengan demikian, nilai Fhitung 16,145 lebih besar dari nilai Ftabel2,44. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, dan akuntabilitas auditor seraca simultan mempengaruhi variabel kualitas audit.

Hal ini berarti, semakin tinggi kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas dan akuntabilitas akan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan auditor. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas dan akuntabilitas akan semakin rendah pula kualitas audit yang dihasilkan auditor.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pengujian hipotesis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pertama, kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah. Hal ini berarti bahwa kompetensi dari seorang auditor dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya. Kedua, independensi tidak berpengaruh secara positif signifikan terhadap kualitas audit, sehingga independensi yang dimiliki auditor tidak menjamin apakah yang bersangkutan akan melakukan audit secara berkualitas.

Ketiga, obyektivitas tidak berpengaruh secara positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah. Keempat, integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah. Hal ini berarti bahwa sikap integritas dari seorang auditor dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya. Kelima, akuntabilitas tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah daerah. Keenam, secara simultan kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, dan akuntabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kompetensi, independensi, obyektivitas, integritas, dan akuntabilitas yang dimiliki oleh auditor, semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan auditor tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran sebagai berikut: pertama, penelitian ini dilakukan pada 5 Kantor Inspektorat Provinsi Bali, sehingga untuk mendapatkan hasil penelitian yang generalisir ke semua objek perlu dilakukan penelitian yang lebih luas. Kedua, penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian dengan dilengkapi metode wawancara langsung untuk mengumpulkan data. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keseriusan responden menjawab item pertanyaan yang ada, sehingga dapat mengurangi biasnya jawaban yang diberikan oleh responden. Ketiga, pada penelitian ini variabel independen yang diteliti berpengaruh terhadap variabel kualitas audit sebesar 61,7%, berarti bahwa ada pengaruh sebesar 38,3% dari variabel-variabel lain di luar model. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh variabel-variabel lain yang belum termasuk dalam model regresi pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Lilis. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit. Jurnal Majalah Ekonomi, No.3, Hal. 329-349.

(10)

Arianti, Komang Pariardi. 2014. Pengaruh Integritas, Obyektivitas, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit di Pemerintah Daerah (Studi pada Inspektorat Kabupaten Buleleng). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha.

Arens, Alvin A.,dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu. Jakarta: Salemba Empat.

Ayuningtyas. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Laporan Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Bustami, Afif. 2013. Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Carolita dan Rahardjo. 2012. Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektivitas, Integritas, Kompetensi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kualitas Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Semarang). Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, Nomor 2, Halaman 1-11. Efendy, Muh. Taufiq.2010. Pengaruh

Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit

Aparat Inspektorat dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis. Universitas Diponegoro.

Febriyanti, Reni. 2014. Pengaruh Independensi, Due Profesional Care dan akuntabilitas terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang dan

Pekanbaru). Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Vol 2, No. 2, Hal. 1-18. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Irawati, ST. Nur. 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Makasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Krinawati, Baiq. 2012. Pengaruh Kompetensi, Indepedensi, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di Inspektorat Kabupaten dan Kota se-Pulau Lombok). Jurnal Bisnis dan Kewiirausahaan, Vol. 8, No. 3, Hal. 158-169.

Linting, Indriyani. 2013. Pengaruh

Kompetensi, Obyektivitas,

Independensi, dan Kinerja Auditor Internal terhadap Kualitas Audit pada BRI Inspektorat Makasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin Makasar. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Rizal, Fahmi. 2010. Pengaruh Akuntabilitas, Indepedensi, dan Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit pada Klien yang Menerapkan Sistem Informasi

Berbasis Komputer. Skripsi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

Samsi, Nur. 2013. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol.1 No. 2, Hal.207-226.

Septiari, I. A. Angge. 2013. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada 5 Kantor Inspektorat Provinsi Bali). Skripsi. Singaraja: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono.2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Gambar

Tabel 2. Hasil Uji Simultan  (Uji F)

Referensi

Dokumen terkait

Usaha-usaha ini jelas akan besar manfaatnya bagi pembangunan kebudayaan nasional yang sedang kita bina bersama, karena diyakini bahwa dalam KKB itu terkandung nilai-nilai

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada siklus pertama, maka akan dilakukan tindakan pada pelaksanaan siklus II, langkah pelaksanaan masih sama seperti siklus I

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya..

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan