• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah tentang najis trans untuk mencapai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah tentang najis trans untuk mencapai"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bersih atau suci dan najis bergantung pada pandangan syariah karena manusia terkadang menganggap baik sesuatu yang keji dan menganggap keji sesuatu yang baik. Oleh sebab itu, asal segala sesuatu itu adalah suci. Jadi, orang yang mengatakan sesuatu itu najis, ia harus membuktikannya dengan tepat. Sebaliknya, orang yang mengatakan sesuatu itu suci, tidak perlu memaparkan dalil.

Apabila sesuatu itu diciptakan untuk kita, dapat disimpulkan bahwa kita boleh memanfaatkannya sesuai dengan kemauan kita. Sedangkan, suatu yang najis tidak dimanfaatkan bagaimanapun bentuknya. Sesuatu yang najis adalah semua hewan yang tidak dapat dimakan selain manusia, hewan yang darahnya tidak mengalir, dan binatang yang sulit dimakan, seperti kucing.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan makalahnya sebagai berikut : 1. Apa Pengertian Najis?

2. Apa Saja Benda-Benda Yang Termasuk Najis? 3. Apa Saja Jenis-Jenis Najis?

4. Bagaimana Cara Istinja’?

5. Apa Saja Najis yang dimaafkan?

6. Bagaimana Cara Mencuci Benda Yang Terkena Najis?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian najis 2. Untuk mengetahui jenis-jenis najis

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Najis

Najis merupakan lawan dari thaharah ( suci ), Secara etimologi najis berarti sesuatu yang dapat mengotori,menjijikan. Sedangkan menurut istilah syara’, najis adalah sesuatu yang kotor dan dapat menghalangi keabsahan shalat selama tidak ada sesuatu yang meringankan atau Sesuatu yang menjijikkan atau benda yang kotor yang wajib di bersihkan oleh setiap muslim1. Menurut beberapa tokoh pengertian najis adalah:

1. Menurut Sayyid Sabiq Najis adalah kotoran yang bagi setiap muslim wajib mensucikan diri dari padanya dan mensucikan apa yang dikenainya.

2. Menurut Imam Maliki , Najis adalah sesuatu sifat yang menurut syar’i dilarang mengerjakan shalat dan memakai pakaian yang terkena najis atau di tempat yang ada najisnya.

3. Menurut Musthafa Kamal Pasha Najis adalah suatu perkara yang dipandang kotor dan menjijikan.

B. Dalil tentang Najis

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

: ةرقبلا) . نيرهطتملا بحيو نيباوتلا بحي ل ا 222

(

Artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 222).

Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

(ملسم هاور) ِنَمْيِلاُرُطَشُرْوَهّطلا

Kesucian itu sebagian dari iman.”(HR. Muslim).

ْرّهَطَف َكَباَيِثَو

ْرُجْهاَف َز ْجّرلاَو

Artinya : Dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala jauhilah ( qs. Al-mudatsir : 4 )

(3)

C. Benda-Benda Yang Termasuk Najis2

1) Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat manusia

Adapun bangkai binatang laut seperti ikan dan bangkai binatang darat yang tidak berdarah ketika masih hidupnya seperti belalang serta mayat manusia,

semuanya suci. Firman Allah Swt:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai.” (Al-Maidah: 3)

Adapun bangkai ikan dan binatang darat yang tidak berdarah, begitu juga mayat manusia, tidak masuk dalam arti bangkai yang umum dalam ayat tersebut karena ada keterangan lain. Bagian bangkai, seperti daging, kulit, tulang, urat, bulu, dan lemaknya semuanya itu najis menurut madzab syafi’i. Menurut madzab Hanafi, yang najis hanya bagian-bagian yang mengandung roh(bagian-bagian yang

bernama) saja, seperti daging dan kulit. Bagian-bagian yang tidak bernyawa, seperti buku, tulang, tanduk, dan bulu, semuanya itu suci. Bagian-bagian yang tak

bernyawa dari anjing dan babi tidak termasuk najis. Sabda Rasulullah saw :

(ةعامجلا هاور) .اَهُم ْحَل ٍةَياَوِر ىِفَو اَهُلْكَا َمُرَح اَمّنِا “sesungguhnya yang haram ialah memakannya.” Pada riwayat lain ditegaskan bahwa yang haram ialah “dagingnya”. (H.R. Jama’ah)

Adapun dalil bahwa mayat manusia itu suci adalah firman Allah SWT :

َمَدٰا ْىِنَب اَنْمّرَك ْدَقَلَو

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam (manusia)”. (Q.S. Al-Isra : 70)

Adapun bangkai yang tidak di kategorikan pada najis3 :

a) Bangkai ikan dan belalang

Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُلاَحّطلاَو ُدِبَكْلاَف ِ اَمّدلا اّمَأَو ُداَرَجْلاَو ُتوُحْلاَف ِ اَتَتْيَمْلا اّمَأَف ِ اَمَدَو ِ اَتَتْيَم اَنَل ْتّلِحُأ

2 M.imam pamungkas, fqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta

(4)

Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah kan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.

b) Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir

Contohnya adalah bangkai lalat, semut, lebah, dan kutu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda,

ًءاَد ِرَآخا ىِفَو ًءاَفِش ِهْيَحاَنَج ِدَحَأ ىِف ّ ِإَف ، ُهْحَرْطَيْل ّمُث ، ُهّلُك ُهْسِمْغَيْلَف ، ْمُكِدَحَأ ِءاَنِإ ىِف ُباَبّذلا َعَقَو اَذِإ

Apabila seekor lalat jatuh di salah satu bejana di antara kalian, maka celupkanlah lalat tersebut seluruhnya, kemudian buanglah. Sebab di salah satu sayap lalat ini terdapat racun (penyakit) dan sayap lainnya terdapat penawarnya.”

c) Tulang, tanduk, kuku, rambut dan bulu dari bangkai

Semua ini termasuk bagian dari bangkai yang suci karena kita kembalikan kepada hukum asal segala sesuatu adalah suci. Mengenai hal ini telah diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq (tanpa sanad),

beliau rahimahullah berkata,

ِفَلَس ْنِم اًساَن ُتْكَرْدَأ ِهِرْيَغَو ِليِفْلا َو ْحَن ىَتْوَمْلا ِماَظِع ىِف ّىِرْهّزلا َلاَقَو . ِةَتْيَمْلا ِشيِرِب َسْأَب َل ٌداّمَح َلاَقَو اًسْأَب ِهِب َ ْوَرَي َل ، اَهيِف َ وُنِهّدَيَو ، اَهِب َ وُطِشَتْمَي ِءاَمَلُعْلا

Hammad mengatakan bahwa bulu bangkai tidaklah mengapa (yaitu tidak najis). Az Zuhri mengatakan tentang tulang bangkai dari gajah dan

semacamnya, ‘Aku menemukan beberapa ulama salaf menyisir rambut dan berminyak dengan menggunakan tulang tersebut. Mereka tidaklah

menganggapnya najis hal ini’.”

2) Darah

Segala macam darah itu najis selain hati dan limpa. Firman Allah SWT yang artinya

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi”. (Q.S Al-Maidah : 3)

Sabda Rasulullah SAW :

(5)

“Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, ikan dan belalang, hati dan limpa”.(H.R Ibnu Majah)

Dikecualikan juga darah yang tertinggal di dalam daging binatang yang sudah disembelih, begitu juga darah ikan. Kedua macam darah ini suci atau dimaafkan, artinya diperbolehkan atau dihalalkan.

3) Nanah

Segala macam nanah itu najis, baik yang kental maupun yang cair, karena nanah itu merupakan darah yang sudah busuk.

4) Segala benda yang keluar dari dua pintu

Semua itu najis selain mani, baik yang biasa seperti tinja, air ataupun yang tidak biasa seperti mazi, baik dari hewan yang halal dimakan ataupun yang haram dimakan. Sabda rasulullah SAW :

ِهِذّه َلاَقَو َةَث ْوّرلاّدَرَو ِنْيَرَجَحْلاَذَآَا,اَهِب َىِجْنَتْسَيِل ِةَث ْوَرَو ِنْيَرَجَحِب ُهَل َء ْىِج اّمَل َمّلَسَو ِهْيَلَع ُل ىّلَص ُهّنِا (يرخبلا هاور) ٌسْكِر

“sesungguhnya Rasulallah saw diberi dua biji batu dan sebuah tinja keras untuk dipakai istinja. Beliau mengambil dua batu saja, sedangkan tinja beliau kembalikan dan berkata, tinja itu najis”. (H.R. Bukhari)

5) Arak, setiap minuman yang memabukkan

Semua najis dapat dicuci kecuali arak. Jika ia sudah menjadi cuka dengan sendirinya, maka ia menjadi suci apabila cukup syarat-syaratnya begitu juga kulit bangkai dapat menjadi suci setelah disamak.

Sesuai Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan” (Q.S Al-Maidah : 90)

6) Anjing dan babi

Semua hewan suci, kecuali anjing dan babi. Sabda Rasulullah SAW :

ٍبارّتلاِب ّنُهَل ْوُا ٍتاّرَم َعْبَس ُهَلِسْغَي ْ َا ُبْلَكْلا ِهْيِف َغَلَواَذِا ْمُكِدَحَا ِءاَنِاَر ْوُهَط.

(6)

7) Bagian badan binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup

Hukum bagian-bagian badan binatang yang diambil selagi hidup ialah seperti bangkainya. Maksudnya, kalau bangkainya najis, maka yang dipotongnya najis seperti babi atau kambing. Kalau bangkainya suci yang dpotong sewaktu hidupnya pun suci pula seperti yang diambil dari ikan hidup. Kecuali bulu hewan yang halal dimakan hukumnya suci. Firman Allah SWT :

لحنلا.اًثاَثَااَ̃هِراَعْشَاَواَهِراَبْوَاَو اَهِفاَوْصَا ْنِمَو .

٨

“dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga”.(Q.S An-Nahl : 80)

8) Kotoran dan Kencing Hewan Yang Haram Dimakan Dagingnya

Setiap binatang yang tidak boleh (haram) dimakan dagingnya menurut syari’at islam seperti keledai, maka semua yang keluar dari binatang-binatang tersebut adalah najis, baik itu kotoran maupun kencingnya. Adapun dalil bahwa mayat manusia itu suci adalah firman Allah swt :

ءارسلا.َمَدٰا ْىِ̃نَب اَنْمّرَك ْدَقَلَو .

٧

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam (manusia).”(Al-isra:70).

Arti dimuliakan itu hendaknya jangan dianggap sebagai kotoran (najis). Lagi pula seandainya mayat manusia itu najis,tentunya kita tidak disuruh memandikannya,karena kita tidaklah disuruh mensuci najis-najis ‘ain lainnya,bahkan najis-najis ‘ain lainnya itu tidak dapat dicuci.Maka suruhan terhadap kita untuk memandikan mayat itu adalah suatu tanda bahwa mayat manusia bukan najis,hanya ada kemungkinan terkena najis sehingga kita disuruh memandikannya.

9) Hewan Jalalah (Liar)

Jalalah adalah hewan liar yang memakan kotoran, baik kotoran unta, sapi, kamping, ayam, angsa, dan lain-lainnya, sehingga hewan tersebut berubah baunya.

10) Khamr

(7)

11) Wadi

Wadi adalah cairan kental yang biasanya keluar setelah seseorang selesai dari buang air kecilnya (kencing). Wadi ini dihukumi najis dan harus disucikan seperti halnya kencing, tetapi tidak wajib mandi.

12) Madzi

Madzi adalah cairan bening sedikit kental yang keluar dari saluran kencing ketika bercumbu atau nafsu syahwat mulai terangsang. Terkadang tidak

merasakan akan proses keluarnya. Hal itu sama-sama dialami oleh laki-laki dan juga wanita, akan tetapi jumlahnya lebih banyak.

13) Kencing dan Muntah Manusia

Menurut kesepakatan para ulama, keduanya adalah najis. 14) Mani

Mengenai mani, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama, yang mana sebagian dari mereka menganggapnya najis. Yang jelas ia tetap suci.

D. Jenis-Jenis Najis4

Untuk membahas bagaimana cara bersuci dari najis,marilah kita kaji beberapa macam najis menurut syariat islam,yaitu sebagai berikut :

1. Najis Mukhaffafah ( Ringan )

Yaitu termasuk najis yang ringan. Misalnya kencing anak laki-laki yang belum memakan makanan lain selain ASI. Mencuci benda yang kena najis ini sudah memadai dengan memercikkan air pada benda itu,meskipun tidak mengalir. Adapun kencing anak perempuan yang belum memakan makanan apa-apa selain ASI,kaifiat mencucinya hendaklah dibasuh sampai air mengalir di atas benda yang kena najis itu dan hilang rasa baunya. Untuk itu marilah kita renungkan beberapa riwayat dibawah ini :

Rasulullah saw bersabda :

ُلَسْغُي ِةَيِراَجلْا ُلْوَبَو ُحَضْنُي ِم َلُغلْا ُلْوَب Artinya :

“Kencing bayi laki-laki itu (cukup) diperciki dengan air saja,sedangkan bayi perempuan (harus) di cuci.(HR.Ibnu Majah dari Ummu Kuraz ra).

Sabdanya lagi :

ِم َلُغلْا ِل ْوَب ْنِم ّشَرُيَو ِةَيِراَجلْا ِل ْوَب ْنِم ُلَسْغُي

(8)

Artinya :

“Kencing bayi perempuan harus di cuci,kencing bayi laki-laki cukup diperciki. (HR.Abu Dawud,Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abi Sumah pembantu Rasulullah saw).

Pada suatu hari Ummu Qais ra.binti Muhshin ra membawa bayi laki-laki yang belum memakan apa-apa kecuali air susu ibu saja. Kemudian bayi tersebut kencing sehingga membasahi baju Rasulullah. Lalu beliau meminta air dan memercikkannya ke atas baju beliau yang kena kencingnya bayi laki-laki tersebut dan Rasulullah tidak mencucinya

Makna Memerciki dengan Air pada Pakaian yang Kena Kencing Bayi Laki-laki.

 Menurut Imam Al Haramain (Al-Juwaini) dan ahli-ahli taqiq telah mengatakan bahwa makna An-Nadhoh dalam hadits tersebut ialah

memerciki dengan air yang agak banyak,sehingga air tidak sampai mengalir dan tidak menetes. Itulah pendapat yang shahih dan terpilih (dipegang).

 menurut Syekh Abu Muhammad Al Juwaini Qadhi Husaid dan Al

Baghawi,mengatakan bahwa makna “An-Nadhoh” adalah memercikkan air ketempat yang dikenal kencing sampai merata mengenai bagian yang kena kencing tersebut.

Alasan Keringanan bagi Bayi Laki-laki

Adanya keringanan untuk memercikkan air5 pada kencing bayi laki-laki

adalah mengingat berbagai alasan sebagai berikut :

a. Karena kencing bayi laki-laki itu lebih halus dari kencing bayi perempuan,sehingga kencing bayi laki-laki tidak banyak menempel (melekat) di tempatnya kencing seperti halnya kencing bayi perempuan. b. Kencing bayi perempuan itu lebih berbau bila dibandingkan dengan bau

kencing bayi laki-laki.

c. Bayi laki-laki apabila kencing,maka kencingnya itu,berserakan ke mana-mana(tidak mengumpul),sedang kencing bayi perempuan itu

mengumpul.

2. Najis Mutawassitah (Sedang)

(9)

Yaitu najis pertengahan yang tidak ringan juga tidak berat. Termasuk dalam jenis najis ini adalah segala sesuatu yang keluar dari qubul maupun dubur apapun bentuknya. Adapun cara menyucikannya adalah dibasuh dengan air sampai hilang sifatnya. Apabila sudah berulang kali dicuci,tetapi bekasnya masih ada juga,maka hukumnya dianggap suci,dan dimaafkan.

Jenis najis ini ada 2 macam,yaitu sebagai berikut :

a. Najis ainiyah yaitu najis yang tampak zatnya secara lahir dan jelas warna dan bau serta rasanya. Cara mencuci najis ini adalah dengan membasuhnya dengan air sampai hilang ketiga sifat tersebut. Adapun kalau sukar

menghilangkannya,sekalipun sudah dilakukan berulang kali,maka najis tersebut dianggap suci dan dimaafkan.

b. Najis Hukmiyah yaitu najis yang kita yakini adanya (menurut hukum),tetapi tidak tampak ketiga sifatnya,seperti kencing yang sudah lama kering

sehingga sifatnya hilang. Cara mencuci najis ini adalah cukup dengan mengalirkan air kepada benda yang terkena najis.

3. Najis Mughalazhah (Berat)

Yaitu najis yang berat. Termasuk dalam najis ini adalah anjing dan babi termasuk babi hutan serta keturunannya atau keturunan salah satu dari

keduanya.

Adapun cara mencuci najis atau benda yang terkena najis ini adalah dengan mencucinya dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan debu atau tanah yang suci.

Dalam hal ini Rasululllah saw bersabda:

ُبْلَكلْا ِهْيِف َغَلَواَذِا ْمُكِدَحَا ِءاَنِا ُرْوُهَط: َمّلَسَو ِهْيَلَع ِل ىّلَص ِل ُلْوُسَر َلاَق:َلاَق ُهْنَع ُل َيِضَر َةَرْيَرُه ىِبَأ ْنَع (ملسم هاور) ِباَرّتلاِب ّنُه َلْوَا ٍتاّرَم َعْبَس ُهَلِسْغَي ْ َا

Artinya:

“Abu Hurairoh ra berkata,Rasulullah saw bersabda,Sucinya bejana seseorang di antara kamu apabila telah dijilat anjing maka hendaklah dibasuh tujuhkali yang salah satu dari tujuh itu dicampur dengan tanah.(HR.Muslim).

(10)

1. Percikan kencing yang amat sedikit, yang tidak bisa ditangkap oleh mata telanjang, manakala percikan itu mengenai pakaian maupun tubuh. Begitu pula percikan najis-najis lainnya, baik najis mughalazhah, mukhaffafah maupun mutawassithah.

2. Sedikit darah, nanah, darah kutu dan tahi lalat atau najisnya, selagi hal itu tidak diakibatkan oleh perbuatan dan kesengajaan orang itu sendiri.

3. Darah dan nanah dari luka, sekalipun banyak, dengan syarat berasal dari orang itu sendiri, dan bukan atas perbuatan dan kesengajaannya, sedang najis itu tidak melampaui dari tempatnya yang biasa.

4. Tahi binatang yang mengenai biji-bijian ketika ditebah, dan tahi binatang ternak yang mengenai susu di kala diperah, selagi tidak terlalu banyak sehingga

merubah sifat susu itu.

5. Tahi ikan dalam air apabila tidak sampai merubahnya, dan tahi burung-burung di tempat yang sering mereka datangi seperti masjid al-haram di

Mekah, Masjid Nabawi di Madinah, dan masjid Umawi. Hal itu karena tahi binatang tersebut telah merata di mana-mana, sehingga sulit dihindarkan. 6. Darah yang mengenai baju tukang jagal, apabila tidak terlalu banyak. Dan

Darah yang masih ada pada daging.

7. Mulut anak kecil yang terkena najis mutahannya sendiri, apabila ia menyedot tetek ibunya.

8. Debu di jalan-jalan yang mengenai orang.

9. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir. Maksudnya, binatang itu sendiri tidak mempunyai darah, apabila bangkainya itu tercebur dalam benda cair, seperti lalat, lebah dan semut, dengan syarat binatang itu tercebur sendiri dan tidak merubah sifat benda cair yang diceburi.

F. Perkara Yang Menyucikan Najis

1.

Air Muthlaq: Air suci dan menyucikan , menurut kesepakatan para ulama madzhab.

2. Tanah :Dapat menyucikan telapak kaki dan alas kaki yang dipergunakan berjalan diatas tanah , ataupun menggosok sesuatu yang melekat diatas alas kaki.

3. Debu : Bagi seorang yang berhalangan menggunakan air karena sesuatu maka diperbolehkan membersihkan hadist dengan debu.

4.

Benda Keras : Benda-benda yang suci dari asalnya dan tidak terkena hadist semisal, batu, kayu, tanah keras, dan sebangsanya yang dapat menyucikan dari najis dan kotoran.

(11)

1. Pakaaian atau Anggota Badan yang Terkena Najis

Pakaian atau anggota badan yang terkena najis, wajib dicuci dengan air bersih(air yang suci dan mensucikan), sedemikian rupa sehingga zat najis itu hilang warnanya, baunya dan rasanya. Jika, setelah cukup dicuci, masih juga ada sedikit warna atau bau yang sukar dihilangkan, hal itu dimaafkan.

2. Zat Najis yang Tidak Tampak

Bila zat najis itu tidak tampak; seperti kencing yang sudah lama kering, sehingga telah hilang tanda-tandanya atau sifat-sifatnya, cukup mengalirkan air diatasnya, walaupun hanya satu kali saja.

3. Bejana yang Terkena Jilatan Anjing

Bejana yang bagian dalamnya terkena jilatan anjing, dibasuh tujuh kali, yang pertama atau salah satunya dicampur dengan tanah. Boleh juga

menggantikan tanah dengan sabun, atau pembersih lain yang kuat. Dan juga anggota badanatau lainnya , yg tersentuh anjing, wajib mencucinya sampai benar-benar bersih.

4. Cara Menyucikan Kencing Bayi

Kencing bayi (laki-laki atau perempuan) berusia dibawah dua tahun dan tidak makan makanan selain air susu manusia (baik dari ibinya sendiri atau ataupun seorang wanita lainnya), cukup diperciki air bersih diatasnya dan sedikit lagi dibawahnya.

5. Tanah yang Terkena Najis

Untuk menyucikan tanah yang terkena najis, cukup dengan menuangkan air diatasnya, sehingga meliputi tempat najis tersebut.

6. Mentega yang Terkena Najis

Mentega, minyak yang bekudan yang serupa dengan itu, apabila terkena zat najis(misalnya kejatuhan bangkai cicak dan lainnya) cukup dibuang bagian yang terkena najis tersebut dan sekitarnya saja. Akan tetapi, jika najis itu menyentuh bahan makanan yang cair, seperti minyak goreng misalnya, maka semuanya manjadi najis.

7. Kaca, Pisau dan Keramik

Untuk membersihkan kaca, pisau, pedang keramik dan segala benda yang permukaannya licin seperti itu, apabila terkena najis, cukup dengan mengusapnya sehingga hilang bekas-bekas najis tersebut.

8. Sepatu dan Sandal

Bagian bawah sepatu, sandal dan sebagainya, apabila terkena najis, cukup dibersihkan dengan cara menggosoknya ketanah sehingga hilang zat dari najisnya.

(12)

Tali jemuran yang pernah digunakan untuk menjemur pakaian yang terkena najis, dapat dianggap suci kembali jika telah mengering, baik karena panas matahari atau hembusan angin.

10. Tetesan Air yang Meragukan

Apabila seseorang terkena tetesan air atau percikan air yang tidak jelas najis atau tidaknya, maka tidak wajib menanyakan hal itu dan menyucinya. Akan tetapi jika ia telah diberitahu oleh orang terpercaya bahwa air itu adalah najis, maka wajib manyucinya.

11. Pakaian yang Terkena Lumpur Jalanan

Pakaian yang terkena lumpur jalanan, tidak harus dicuci walaupun jalanan tersebut biasanya terkena najis. Kecuali jika ia yakin bahwa yang mengotorinya itu zat najis.

12. Melihat Najis di Pakaian Setelah Selesai Shalat

Jika seseorang telah menyelesaikan shalatnya, lalu melihat najis di pakaian atau tubuhnya, sedangkan sebelum itu ia tidak mengetahuinya, atau telah mengetahui tetrapi terlupa maka ia hanya wajib mengulangi shalatnya yang terakhir saja. Yakni sebelum mengetahui adanya najis tersebut.

13. Najis yang Tidak Dikenali Tempatnya

Jika seseorang mengetahui adanya najis pada pakaiannya tetapi kini ia tidak tahu lagi di bagian manakah najis tersebut, wajiblah ia mencuci semuanya, karena hanya dengan begitu ia dapat meyakini kesuciannya.

14. Menyamak Kulit Bangkai

Kulit bangkai, selain anjing dan babi, dapat menjadi suci setelah melalui proses penyamakan.

15. Menggunakan Alat-Alat Makan-Minum Orang-Orang Non-Muslim

Dirawikan bahwa abu Tsa’labah Al-Khusyani pernah bertanya, “Ya Rasulullah, adakalanya kami berada di negeri Ahl’l-Kitab. Bolehkah kami makan dengan menggunakan alat-alat makan-minum mereka? Jawab Nabi Saw., “jika ada yang lainnya, sebaiknya tidak menggunakan alat-alat mereka. Tetapi jika tidak ada, cucilah dan kemudian makanlah”. (HR. Bukhari dan Muslim)6

BAB III

(13)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Najis adalah bentuk kotoran yang setiap muslim diwajibkan untuk membersihkan diri darinya atau mencuci bagian yang terkena olehnya.

Benda yang termasuk najis antara lain : Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat manusia, Darah, Nanah, Segala benda cair yang keluar dari dua pintu, Arak, Anjing dan Babi dll.

Najis terbagi menjadi tiga yaitu : Najis Mughalladhoh (tebal), Najis Mukhaffafah (ringan), Najis Mutawassitah (pertengahan). Dan najis pertengahan terbagi menjadi dua yaitu : Najis hukmiah, yaitu yang kita yakini adanya. Najis ‘ainiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa, dan baunya, kecuali warna atau bau yang sangat sukar menghilangkannya.

B. Saran

Dari pembahasan di atas dan kesimpulan yang telah ada, kita telah mengetahui Pengertian Najis. Untuk itu setelah kita mengetahuinya, tahap selanjutnya memahaminya dan bisa tahu Cara mensucikanya dan beberapa contohnya.. Supaya kita mengerti tentang najis untuk di jalan allah swt. Semoga dengan membaca makalah ini bertambah pengetahuan kita tentang najis dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

(14)

Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung: Penerbit Mizan, 1999),

Ust. Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, Sandro Jaya Jakarta, Jakarta : 2005

Azmi Abu ‘Ani, Fiqih Ibadah Praktis, Pustaka Ar-rayyan, Padang : 2015.

Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998)

Syekh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta : 2011

M.imam pamungkas, fiqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta

http://makalahcyber.blogspot.co.id/2012/05/makalah-tentang-thaharah.html

Referensi

Dokumen terkait

fleksibilitas panggul terhadap hasil kecepatan panjat tebing kategori speed. Dengan rumusan masalah penelitian

Just like what the teacher and colaborator have done in the first cycle, in Cycle II, they still gave them narrative reading texts. However, now the texts were in the form

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil test peserta didik, rata-rata skor pemerolehan belajar peserta didik kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak

perilaku diet para remaja putri untuk mendapatkan bentuk tubuh

Tabel diatas merupakan tabel hasil pengukuran intensitas cahaya dari lampu kombinasi: dua buah lampu Metal Halide dan Tiga Buah Lampu Light-Emitting Diode (LED) dengan medium

terintegrasinya negara2 miskin ke dalam sistem perekonomian dunia/ global, tetapi justru karena terlalu intensifnya negara2 maju terintegrasi ke dalam sistem. ekonomi dunia

Mendukung pendapatnya tentang Kristen, Rahner membentuk pendiriannya dalam empat tesis berikut: (1) Agama Kristen memahami dirinya sebagai agama mutlak yang ditujukan untuk semua

Penelitian ini bertujuan untuk deteksi perubahan garis pantai di Ujung Pangkah Kabupaten Gresik yang disebabkan oleh adanya akresi dan abrasi dengan menggunakan