• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dilematika Implikasi Pemahaman Zionisme docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dilematika Implikasi Pemahaman Zionisme docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dilematika Implikasi Pemahaman Zionisme dan Yahudi Ortodoks terhadap Relasi antara Agama dan Negara

Nur Afifah Agustina 071411231002

TUGAS AKHIR TEKNIK PENULISAN ILMIAH Departemen Hubungan Internasional

FISIP Universitas Airlangga

ABSTRAK

(2)

yang jauh semakin dekat hingga memunculkan titik temu konvergensi. Disatu sisi zionisme teguh menjadi bagian dari sekuler barat dan mengabaikan agama Yahudi, sementara agama Yahudi yang menjadi resonansi terhadap sikap zionisme menyulutkan api terhadap gerakan politik yang hendak mendirikan Israel. Namun kemudian setelah Israel berdiri, hubungan keduanya semakin membaik dan menimbulkan pola relasi baru yang terbentuk karena entitas agama dan negara yang pada mulanya saling menjauh, tetapi kini bertemu pada satu titik. Dari zionisme dan Yahudi Ortodoks tersebut dapat diambil hubungan agama dan negara yang merupakan relasi anatar dua arah. Bahwa sikap positif dari agama telah mendorong suksesnya gerakan politik zionis mencapai cita-cita mendirikan Israel.

Kata-kata kunci: Zionisme, Yahudi Ortodoks, Israel, Agama dan Negara, Konvergensi

Menurut generasi baru, agama bersifat sangat multitafsir. Pemahaman yang kaku zaman dulu,

menjadi sumber masalah relasi antara agama dan negara. Di era yang moderen saat ini agama menjadi salah satu cara untuk mengurangi ketegangan yang terjadi di sebuah negara. Sehingga tidak hanya melalui jalan pragmatis politis yang hanya berorientasi pada pembagian

kekuasaan saja, tetapi yang lebih permanen dan menyentuh substansi nilai yang ada yakni dengan mereformulasi pemahaman agama tentang negara. Dan problem solving tersebut dapat dilihat dari kasus pandangan zionisme dan Yahudi Ortodoks terhadap Israel. Masalah yang terjadi di Israel saat itu adalah terjadinya bias antara daya tawar agama dan pembentukan sebuah negara. Zionis yang dinilai terlalu radikal dan menyalahi aturan

keagamaan yahudi karena dianggap membentuk Tuhan atau berhala baru jika mendirikan negara. Dengan sumber-sumber normatif agama Yahudi dan dasar pemikiran positive belief

(3)

tidak lagi bersinggungan dalam mengahdapi tekanan-tekanan dan dapat membuat dunia menjadi semakin damai kedepannya.

Yahudi Ortodoks adalah kelompok keagamaan dalam agama Yahudi yang memiliki pemahaman baru guna merespon moderenitas atau emansipasi yang dialami oleh Yahudi.

Warna dasar dari kelompok ini adalah pelestarian tradisi. Kelompok ini memandang bahwa tradisi Yahudi tidak bersebrangan dengan moderenitas (Burdah, 2015:16). Umat Yahudi

Ortodoks adalah pengikut tradisional dari Yudaism rabinik yang menganggap diri mereka satu-satunya pemegang teguh iman Israel. Menekankan pada keaslian wahyu dalam Kitab Taurat serta dipadu-padankan dengan ajaran Barat (Keene, 2006:62). Respon pertama bangsa

Yahudi terhadap moderenitas adalah dengan pendirian kelompok Haskala atau kelompok pemuda Yahudi berbasis intelektual yang kuat. Aliran lain yang juga dikenal oleh masyarakat

Yahudi, misalnya aliran reformasi, konservatif, dan rekonstruksi (Basyir, 2005:28). Tiga permbedaannya yaitu pada keyakinan dasar dan pemahaman keagamaan, ritual, serta hubungan sosial (Wylen, 2000:356). Aliran Ortodoks berkeyakinan bahwa Yahudi merupkan

seperangkat aturan hukum dari Tuhan yang sudah final tidak dapat diubah. Sebagai akibat perjuangan kelompok baru tersebut, kelompok tradisionalis semakin terancam dan melakukan

autokritik sekaligus menyelamatkan tradisi mereka dari bahaya kehancuran akibat serangan-serangan yang dilontarkan oleh kelompok reformasi. Konsolidasi internal tradisionalis pun dilakukan guna merespons Reformasi Yahudi sekaligus moderenitas dengan semangat pokok

menyelamatkan tradisi di tengah arus tuntutan perubahan. Kelompok itulah yang dikatakan sebagai neo-ortodoks atau selanjutnya disebut sebagai agama Yahudi ortodoks (Burdah,

(4)

Penganiayaan periodik atas umat yahudi, membuat kerinduan yang mendalam akan tanah air yang sudah lama mereka tunggu. People without land merupakan pukulan keras bagi

orang-orang yahudi, karena itulah muncul Zionisme sebagai ajakan untuk mempersiapkan dunia bagi kedatangan mesias dengan mengambil tindakan sebuah konsep teologi aksi (Shenk,2006:274). Konsep yang senada dengan hal tersebut adalah partial realization of

messianic era. Pendirian Israel ini diibaratkan sebagai midst of redemption yang berarti mengandaikan kedatangan masa kejayaan Israel lebih cepat. Keberagaman konsepsi tentang

pandangan Yahudi Ortodoks terhadap Israel mengandung inti yang sama, yakni menerima dan rekomendasi teologis. Karenanya Israel memperoleh status agama yang tinggi yaitu sebagai negara messianic (Burdah, 2015:21). Yahudi Ortodoks melihat Israel dengan

kerangka aktif –realistis untuk menjadikannya dasar. Zionis sendiri digunakan untuk menyebut pengikut gerakan politik Zionisme. Tidak semua orang Yahudi adalah Zionis,

istilah Zionis dapat merujuk pula kepada pendukung non-Yahudi atas negara Israel. Zionisme merupakan gerakan politik yang bertujuan mendukung keberadaan negara Israel. Zionisme atau gagasan yang berupaya membentuk sebuah negara Yahudi merdeka, dimulai pada abad

ke-19 dengan berbagai tulisan seperti yang ditulis oleh Theodor Herzl. Meskipun memiliki dukungan teks agama terutama dari Taurat, gerakan Zionis lebih bersifat politis daripada

religius. Tujuan utama Zionisme adalah untuk mengakhiri pengasingan Yahudi dari tanah leluhur mereka, sehingga negara Israel lebih mewakili entitas negara politik dibandingkan entitas agama (ONLINE POPULAR KNOWLEDGE, 2015).

Pada awalnya zionis dan yahudi Ortodoks ini begitu bersinggungan. Konfliktif yang hadir

(5)

telah menempatkan relasi antara keduanya pada ketegangan yang serius. Menurut Theodor Herzl (1970) gerakan politik zionis yang memiliki orientasi barat itu telah melenyapkan

identitas agama bagi bangsa Israel karena reformasi pada abad 19. Baginya saat itu Israel merupakan komunitas yang hanya dapat disatukan dengan konsep nation bukan kelompok keagamaan atau umat, dan gerakan pendirian sebuah kedaulatan politik bagi bangsa Yahudi

merupakan satu-satunya solusi. Namun lambat laun sebagai implikasi dari pemahaman baru terhadap tema teologis messiah yang aktif-realistis hubungan yang jauh tersebut semakin

dekat hingga bertemu pada satu titik konvergensi (Burdah, 2015:24). Dan menjadikan landasan relasi antara agama dan negara, turning point dari mencairnya sikap oposisi ini yaitu saat pengesahan Israel sebagai sebuah negara sehingga menimbulkan adanya perubahan

paham gerakan politik zionisme menjadi lebih akomodatif dan apresiatif terahadap agama Yahudi. Menyatakan diri berpaham sekuler menuju Israel yang tampak lebih religius atau

disebut state and Judaism embodiment. Pendirian negara ditujukan sebagai rumah nasional bagi bangsa Israel tersebut merupakan keajaiban abad ke 20 yang akan menandai gold era (Burdah, 2015: 148-9).

Relasi antara agama dan negara yang diangkat dari kasus zionisme dan Yahudi Ortodoks ini

memposisikan hubungan dua arah dalam mengahdapi kasus Israel. Keduanya merupakan subjek sekaligus objek yang memiliki pandangan dasar dan kepentingan tertentu. Negara sebagai subjek akan memandang agama sebagai potensi atau cultural power. Negara memiliki

kecenderungan kuat untuk mengeksploitasi daya emosional yang terpendam dalam kesadaran pengikut agama guna mengoptimalkan tujuan politik. Bahkan agama sering dipandang

(6)

dilihat dari kasus Israel yang digambarkan melalui konsep negara digariskan sekuler oleh zionisme dan pandangannya yang kurang apresiatif terhadap agama mendorong counter balik

dari agama tidak kalah tegas. Zionisme tidak hanya berhenti pada hal yang pragmatis yaitu kekuasaan sehingga nilai agama terdegradasi. Atau sebetulnya zionisme menjadikan negara sebagai alat yang diperlukan untuk mencapai idealisme yang lebih agung. Saat kekuatan

agama menjadi komando kultural yang dominan dan politik zionisme masih sangat lemah, agama cenderung menjual mahal harga legitimasi. Itu tadi merupakan pergulatan antara

agama dan negara dengan relasi kooptasi dan eksploitasi karenahanya melalui satu arah saja (Jurgensmeyer, 1994:78). Setelah negara mengubah pandangannya tentang zionisme bahkan member gelar Messiah, kebutuhan rill menjadi pertimbangan negara daripada

mempertahankan pandangan zionisme. Sebab pergeseran pemahaman tentang tema messiah dari hal yang pasif menuju aktif telah memengaruhi realitas.

Dapat disimpulkan bahwa, dilematika implikasi pemahaman zionisme dan Yahudi Ortodoks terhadap relasi antara agama dan negara negitu kompleks. Konflik yang terjadi antara

zionisme dan Yahudi Ortodoks menghasilkan hubungan dua arah antara agama dan negara untuk menghadirkan suatu kemaslahatan rakyat. Zionisme yang mengarah kepada sekuler

Barat dan Yahudi yang sangat fanatik dengan agama menjadi luluh setelah adanya sesuatu kebutuhan yang rill dengan seiring terbukanya jalan pikiran yang semakin moderen. Zionis adalah peristiwa yang mentransformasi sejarah Yahudi. Tantangan moderenitas disambut

dengan reformasi tradisi yang dikreasikan dengan cara teologi baru. Teologis dan ideologis merupakan sarana pencapaian cita-cita bangsa dan negara disamping persoalan pragmatis.

(7)

yakni agama menginterpretasikan ulang pemahamannya terhadap negara dan negara menformulasikan ulang pandangan-pandangan ideologisnya terhadap agama.

Referensi

Basyir, Nabih. 2005. Audah ila al-Tarikh al-Muqaddas: al-Haridiyah wa al-Shayuniyah. Syiria: Qadmus.

Burdah, Ibnu MA. 2015. Wajah Baru Zionisme Vs Yahudi Ortodoks. Yogyakarta:IRCiSoD. 176 hlmn.

Herzl, Theodor. 1970. “De Judenstaat” dalam The Jewish State. New York: The Herzl Press.

Jurgensmeyer, Mark. 1994. The New Cold War? Religious Nationalism Confronts the Secular State. Los Angeles dan London: University of California Press.

Keene, Michael .2006. Agama-Agama Dunia.Yogyakarta: Penertbit Kanisius. 180 hlmn. ONLINE POPULAR KNOWLEDGE. 2015. Apa itu Zionisme? Fakta, Sejarah & Informasi

Lainnya [Online]. Tersedia di http://www.amazine.co/24891/apa-itu-zionisme-fakta-sejarah-informasi-lainnya/. [Diakses pada 26 Desember 2015].

Shenk, David W. 2006. Global Gods: Exploring the Role of Religion in Modern Societies.

Jakarta: Gunung Mulia. Xxxiii, 476hlmn.

Wylen, Stephen. 2000. Setting of Silver: An Introduction of Judaism. New York: Paulist Press.

Referensi

Dokumen terkait

Informasi bagi pengembangan program kesehatan ibu hamil sampai nifas atau asuhan komprehensif agar lebih banyak lagi memberikan penyuluahan yang lebih sensitive kepada

Dari beberapa penelitian kemudian diketahui bahwa aktivasi kaspase-8 yang diinduksi oleh zat antikanker, menyebabkan apoptosis yang tidak bergantung pada ikatan antara ligan

Temuan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Danang Sunyoto (2012:184), pengembangan karier pegawai dapat dilakukan melalui dua cara sebagai berikut: 1) cara

[r]

3 Namun sebagian pendapat membedakan antara dalil dan sumber hukum.Terlepas dari perbedaan tersebut para ulama ushul membagi dalil kedalam dua katagori yaitu dalil yang

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa korban bullying untuk meningkatkan self esteem mereka sehingga dengan perubahan tersebut mereka dapat memiliki identitas diri

dalam wujud tas wanita. Tas wanita memiliki variasi yang banyak. Ini tak lepas dari fashion wanita yang mendominasi industri mode. Model tas untuk wanita juga mudah

Generally, since Practice- Rehearsal Pairs Model Learning was given to the experimental group, the achievement of the students was higher than the control group