• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI KESEHATAN DAN KESELAMATAN PADA PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SURVEI KESEHATAN DAN KESELAMATAN PADA PE"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI KESEHATAN DAN KESELAMATAN PADA PEKERJA PENGAWETAN MAYAT YANG MENGGUNAKAN FORMALIN DI

RUMAH DUKA X

DAFTAR ISI

(2)

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 3

1.3 Tujuan Penelitian ……… 3

1.3.1 Tujuan Umum ………. 3

1.3.2 Tujuan Khusus ……… 3

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 4

1.4.1 Bagi Rumah Duka dan Pekerja ……….. 4

1.4.2 Bagi Institusi ……….. 4

1.4.3 Bagi Peneliti ……… 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……….. 4

1.5.1 Ruang Lingkup Waktu ………... 4

1.5.2 Ruang Lingkup Tempat ……….. 4

1.5.3 Ruang Lingkup materi ……… 4

1.6 Keaslian Penelitian ………. 5

BAB II Landasan Teori ………. 6

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ……….. 6

2.2 Kesehatan Kerja ……… 6

2.3 Keselamatan Kerja ……… 9

2.4 Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ………. 11

2.5 Penyakit Akibat Kerja ………... 12

2.5.1 Penyebab Penyakit Akibat Kerja ……….. 13

2.5.2 Faktor-faktor Penyakit Akibat kerja ………. 13

2.5.3 Diagnosa Penyakit Akibat kerja ……… 14

2.6 Kerangka Teori ………. 17

BAB III Metodelogi Penelitian ………. 18

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 18

3.2 Jenis Penelitian ……….. 18

3.3 Populasi dan Sampel ………. 18

3.4 Metode Pengumpulan Data ……… 18

3.5 Teknik Analisis Data ………. 19

3.6 Variabel penelitian ………. 19

3.7 Kerangka Konsep ……….. 20

3.8 Defenisi Operasaional ……… 20

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan beberapa faktor yang menunjang seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Dari ketiga faktor tersebut, faktor tenaga kerja merupakan peranan yang tidak kalah pentingnya dibanding faktor penunjang lainnya. Hal ini didukung oleh jumlah penduduk yang sangat besar, merupakan salah satu modal yang sangat penting.

Mengingat faktor tenaga kerja dalam proses pembangunan ini harus diperhatikan, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk membina, mengarahkan serta perlindungan bagi tenaga kerja untuk menciptakan kesejahteraan yang berkaitan dengan yang dilakukannya.

Pada dasarnya perlindungan bagi tenaga kerja dimaksudkan untuk menjaga agar tenaga kerja menjadi lebih dimanusiakan. Para tenaga kerja mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan berbagai tugas dan kewajiban sosialnya, dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pada giliriannya dapat meningkatkan kualitas hidup dan karenanya dapat hidup layak sebagai manusia.

(5)

dannkeselamatan kerja. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dituangkan dalam visi pembangunan kesehatan dengan motto ‘Indonesia Sehat “2010” yang mempunyai misi yaitu ; menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat(DepkesRI,2003:4). Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok dalam usaha dibidang kesehatan seperti dijelaskan dalam UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan pasal 22 ayat 1 yang berbunyi :

“Bahwa sanya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dapat dilakukan antara lain melalui peningkatan sanitasi lingkungan baik pada lingkungan tempatnya maupun bentuk atau wujud substansinya yang berupa fisik, kimia, atau biologi termasuk perubahan perilaku. Sedangkan kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang nenas dari segala resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia”.

Leukimia merupakan salah satu jenis penyakit mematikan yang sangat ditakuti orang. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal batasan usia. Namun, baru-baru ini suatu penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa para professional yang bekerja di perusahaan pemakaman lebih beresiko terserang dengan penyakit bahaya ini.

(6)

Dalam beberapa dekade belakangan ini, lebih dari 2 juta pekerja di Amerika Serikat terekspos formaldehida, termasuk diantaranya adalah pada ahli ilmu anatomi, ahli patologi, pekerja pemakaman dan mereka yang berhubungan dengan tubuh atau spesimen biologi yang diawetkan dengan formaldehida," tulis para peneliti.

Oleh karena itu, dengan ditemukannya berbagai hal yang menyangkut Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lingkungan kerja khususnya pembalseman mayat, perlu diberikan pemahaman yang lebih mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul “SURVEI KESEHATAN DAN KESELAMATAN PADA PEKERJA PENGAWETAN MAYAT YANG MENGGUNAKAN FORMALIN DI RUMAH DUKA X”.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni : “Bagaimanakah Pengetahuan pekerja pembalseman mayat di Rumah Duka X tenang kesehatan dan keselamatan kerja?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan pekerja di rumah duka X terpapar penyakit yang diakibatkan oleh formalin.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan pekerja di rumah duka X terhadap bahaya kerja dan penyakit menular?

2. Untuk mengetahui Sikap pekerja di rumah duka X terhadap bahaya kerja dan penyakit menular?

3. Untuk mengetahui keyakinan pekerja di rumah duka X terhadap bahaya kerja dan penyakit menular?

(7)

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.4.1 Bagi Rumah Duka dan Pekerja :

1. Sebagai rekomendasi dalam upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam proses manajemen K3 guna meningkatkan kualitas kerja dalam mencapai produktivitas.

2. Sebagai rekomendasi atas upaya serta langkah-langkah dalam mengatasi masalah kesehatan dan keselamatan pekerja.

1.4.2 Bagi Institusi

Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja pembalseman mayat.

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pegalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti, serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian adalah semester ganjil tahun 2013 selama 2 bulan 1.5.2 Ruang Lingkup Tempat

Lokasi penelitian adalah rumah duka yang berada di daerah Semarang 1.5.3 Ruang Lingkup Materi

Materri penelitian ini meliputi hal-hal yang brhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja serta penyakit yang diakibatkan oleh bekerja.

1.6 Keaslian penelitian

Penelitian tentang keselamatan dan kesehatan kerja telah banyak dilakukan tetapi penelitian yang lebih spesifik pada pekerja yang bekerja di rumah duka belum pernah dilakukan di Indonesia.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain :

No Judul Penelitian Penulis Tahun Fokus Penelitian 1. A health and safety

survey of Irish

N. Kelly and A. Reid

(8)

funeral

industry workers

mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan keyakinan industry pemakaman di irlandia terhadap bahaya kerja dan penyakit menular pada

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(9)

accident).Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

2.2 Kesehatan Kerja

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama.

Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen (Ranupandojo dan Husnan, 2002) berikut ini :

a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja.

b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal ) secara periodik.

c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik.

d. Tersedianya peralatan dan staff media yang cukup.

(10)

f. Pemeriksaan sistematis dan periodic terhadap persyaratan-persyaratan sanitasi yang baik.

Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau keracunan, usaha menjaga kesehatan fisik juga perlu memperhatikan kemungkinan-kemungkinan karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan selama mereka bekerja. Stess yang diderita oleh karyawan selama kerjanya, sumbernya bisa dikelompokkan menjadi empat sebab (Ranupandojo dan Husnan, 2002) :

a. Yang bersifat kimia b. Yang bersifat fisik c. Yang bersifat biologis d. Yang bersifat sosial

Ketegangan ini tidak hanya menyerang tubuh manusia tetapi juga pikiran manusia. Kalau manusia tidak tahan terhadap ketegangan ini mereka akan menjadi sakit. Karenanya usaha yang perlu dilakukan adalah untuk menghilangkan sumber ketegangan. Usaha-usaha untuk mencegah dan mengendalikan tekanan di dalam tempat kerja dapat dijalankan dengan cara (Ranupandojo dan Husnan, 2002) sebagai berikut:

a. Mencari sumber dari tekanan.

b. Mencari media yang menjadi alat penyebaran tekanan tersebut.

c. Memberi perawatan khusus pada karyawan yang menderita tekanan tersebut.

Usaha untuk menjaga kesehatan mental perlu juga dilakukan ( Ranupandojo dan Husnan, 2002) yaitu dengan cara:

a. Tersedianya psyichiatrist untuk konsultasi.

b. Kerjasama dengan psyichiatrist diluar perusahaan atau yang ada di lembaga-lembaga konsultan.

c. Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan mental.

(11)

Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja. Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara, 2000) adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan.

b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan

kerja.

Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi, dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara , 2000) yaitu :

a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.

2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 4) Pengaturan Udara

5) Pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).

6) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. b. Pengaturan Penerangan

1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. 2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

c. Pemakaian Peralatan Kerja

(12)

1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau rusak. 2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh,

cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko.

2.3 Keselamatan Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.

Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau Kelamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja” (Mangkunegara, 2000).

“Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan” (Suma’mur, 1993). Perusahaan perlu menjaga keselamatan kerja terhadap karyawannya karena tujuan program keselamatan kerja (Suma’mur, 1993) diantaranya sebagai berikut :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Perusahaan juga harus memelihara keselamatan karyawan dilingkungan kerja dan syarat-syarat keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

(13)

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. k. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

l. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

m. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman atau barang.

n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

o. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

p. Mencegah terkena aliran listrik.

Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan 2 cara (Soeprihanto, 1996) yaitu:

a. Usaha preventif atau mencegah

Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan.

(14)

3) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.

4) Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).

5) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.

6) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. b. Usaha represif atau kuratif

Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan organisasi perusahaan.

2.4 Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)

(15)

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

2.5 Penyakit Akibat Kerja

Sebuah hal yang subtansi dari kehidupan kita adalah pentingnya pekerjaan, karena dengan bekerja kita dapat menghidupi kehidupan kita secara jasmani, namun kadang dengan pekerjaan membuat seluruh organ-organ tubuh jenuh dengan aktifitas yang sering kita lakukan. Sehingga organ-organ tubuh mengalami sutu hal yang membuat kita merasa sakit, untuk memahami lebih dalam kami akan mendefinisikan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan.

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease.

(16)

Tedapat beberapa penyebab PAK yang umu terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenisnya yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.

a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan

b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut

c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur dan lainnya

d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja. e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan

pekerjaan, dan lainnya.

2.5.2 Faktor-faktor Penyakit Akibat Kerja a. Faktor Fisik

1) Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian 2) Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan

3) Hyperpireksi, Miliaria, Heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke

4) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan katarak

5) Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis

6) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadat sel tubuh manusia

7) Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease

8) Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme, Polineurutis

b. Faktor Kimia

1) Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan

(17)

3) Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencerrnaan, kulit dan mukosa

4) Masuknya dapat secara akut dan sevara kronis

5) Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia, keracunan sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin.

c. Faktor Biologi

1) Viral Desiases: rabies, hepatitis

2) Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus

3) Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis d. Faktor Efronomi/Fisiologi

1) Akibat cara kerja , posisi kerja, alat kerja, lkingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah

2) Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan

e. Faktor Psikologi

1) Akibat organisasi kerja (type kepemimpinan, hubungan kerja komunikasi, keqmanan), type kwerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shif, dan terpencil)

2) Manifestasinya berupa stress

2.5.3 Diagnosa Penyakit Akibat Kerja

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.

Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:

(18)

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:

1) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis

2) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan 3) Bahan yang diproduksi

4) Materi (bahan baku) yang digunakan 5) Jumlah pajanannya

6) Pemakaian alat perlindungan diri (masker) 7) Pola waktu terjadinya gejala

8) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)

9) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)

c. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

(19)

tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,

d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

e. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

f. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

(20)

telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapatbaik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.

2.6 Kerangka Teori

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengetahuan

Sikap

Keyakinan

Kesehatan dan Keselamatan

(21)

Penelitian ini dilakukan pada rumah duka yang berada di kota Semarang selama dua bulan terhitung semenjak bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014.

3.2 Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara survei dan turun ke lapangan. Survei dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah duka X. Cara lain yakni dengan melakukan wawancara dengan pengurus dan pekerja rumah duka X.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pekerja di rumah duka X.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan kuisioner. Metode observasi dilakukan untuk mengetahui proses dan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan di rumah duka X. Metode dokumentasi dilakukan untuk mengambil data yang terjadi di rumah duka X tersebut sedangan metode wawancara dan kuisioner dilakukan sebagai penunjang untuk melengkapi data sekaligus untuk validasi data yang didapatkan.

3.5 Teknik Analisis Data

(22)

1. Pengumpulan data kasar

2. Pengkodean data

3. Pemilahan data

4. Perekaman data

5. Analisis deskriptif kualitatif

6. Pembahasan

7. Kesimpulan

3.6 Variabel Penelitian

Variabel dependent (variabel terikat) pada penelitian ini adalah produktivitas kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (out put). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas, antara lain pendidikan dan latihan ketrampilan, gizi atau nutrisi, kesehatan, bakat atau bawaan, motivasi atau kemauan, kesempatan kerja, kesempatan manajemen dan kebijaksanaan pemerintah (Soeprihanto, 1996:7).

(23)

3.7 Kerangka Konsep

3.8 Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Skala Ukur 1 Umur Lamanya usia pekerja

yang dinyatakan dalam tahun

Kusioner Ordinal

2 Pendidikan Pendidikan formal terakhir responden yang dibuktikan dengan adanha ijaza

Kuesioner Ordinal

3 Riwayat Kesehatan

Penyakit sebelum yang pernah diderita responden seperti stroke, hipertensi, gastritis, DM, jantung, rhematik, paru-paru, gangguan tidur dan lain-lain

Kuesioner Nominal

4 Nutrisi Pola makan gizi seimbang Kuesioner Nominal Pengetahuan

Sikap

Keyakinan

Kesehatan dan Keselamatan

(24)

yang dikomsumsi oleh pekerja yang mengandung zat tenaga seperti

makanan yang

mengandung karbohidrat, zat pembangun seperti protein dan zat pengatur seperti vitamin dan mineral

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, Analisis Regresi, BPFE Yogyakarta, 2000.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta Jakarta,1998.

(25)

Djarwanto & Subagyo Pangestu, Statistik Induktif, BPFE Yogyakarta,1993. Gujarati Damodar, Ekometrika Dasar, edisi empat.

Handoko Hani T, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE Yogyakarta,2001.

Heidjrachman & Husnan Suad, Manajemen Personalia, BPFE,Yogyakarta,2002. I Cahyono Bambang Tri, Manajemen Sumber Daya Manusia, IPWI Jakarta,1996. Mangkunegara Prabu Anwar A.A, Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan,

PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2001.

Nasution S, Metode Research, Bumi Aksara Jakarta,2003.

Singarimbun Masri & Effendi Gofian, Metodologi Penelitian Survai, Pustaka LP3ES, Jakarta,1989.

Soeprihanto John, Manajemen Personalia, BPFE Yogyakarta,1996. Soeratno & Arsyad Lincolin, Metodologi Penelitian, UPP AMP YKPN

Yogyakarta,1999.

Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV Haji Masagung Jakarta,1993.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Pelayanan Farmasi di Klinik adalah Semua kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Farmasis di klinik yang berorientasi kepada pasien (patient

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT BNI KCP Sisingamangaraja Medan dalam pemberian kredit dan penagihan kepada debitur dinilai telah melakukan prosedur

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Simulasi bukan hanya solusi dengan menggunakan model (data atau miniatur) yang dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan nilai tertentu. Simulasi dapat menduga

Si Tara adalah produk simpanan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah, yaitu anggota sebagai shahibul maal (pemilik dana) sedangkan BMT sebagai mudharib (pengelola

(1) Izin Penyedotan, Pengangkutan dan Pembuangan Limbah Tinja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, wajib dimiliki oleh setiap badan usaha

Tujuan dari penelitian adalah menganalisis pengaruh peran keluarga (pengawasan orang tua, dukungan ketersediaan sarana, pekerjaan orang tua, pemberian uang saku dan

Belum tercapainya target penerimaan daerah dari realisasi penerimaan retribusi perizinan tertentu dalam hal ini izin trayek mengindikasikan bahwa kebijakan retribusi