• Tidak ada hasil yang ditemukan

konsep kepemilikan dalam islam id. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "konsep kepemilikan dalam islam id. doc"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat Menyelesaikan

tugas pembuatan makalah yang berjudul “Konsep Kepemilikan Dalam Islam“ dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Bapak Mulyadi Kosim, yang telah

memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Serta orang tua tercinta kami dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun doanya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh sempurna untuk

itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Bogor, 20 september 2015

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi...2

PENDAHULUAN...3

A. LATAR BELAKANG...3

B. RUMUSAN MASALAH...3

PEMBAHASAN...4

A. Konsep Kepemilikan dalam Islam...4

B. Sebab-sebab Kepemilikan dalam Islam...5

1. Ihrazul Mubahat...5

2. Aqad / Akad...5

3. Khalafiyah...8

4. Ihya’u Mawat Al-Ardh...8

C. Pembagian macam-macam milkiyyah...9

D. Perbandingan Konsep Hak Milik Menurut Islam, Kapitalis, dan Sosialis...13

1. Konsep Hak Milik Menurut Kapitalis...13

2. Konsep Hak Milik Menurut Sosialis...16

PENUTUP...18

A. Kesimpulan...18

B. Saran...19

(3)

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pemilik sesungguhnya dari sumber daya yang ada adalah Allah SWT, manusia dalam hal ini hanya penerima titipan untuk sementara saja. Sehingga sewaktu-waktu dapat di ambil kembali oleh Allah SWT. Oleh sebab itu kepemilikan mutlak atas harta tidak di akui dalam islam. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah ayat 284:

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati mu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmun itu. Maka Allah mengampuni siapa yang di kehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, dan Alllah Mahakuasa atas segala sesuatu”

Manusia adalah khalifah atas harta miliknya, hal ini dijelasakan dalam QS. Al-Hadiid ayat 7: “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamun menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Konsep Kepemilikan dalam Islam. 2. Sebab-sebab Kepemilikan dalam Islam.

3. Mengetahui jenis jenis kepemilikan dalam islam.

(4)

PEMBAHASAN A. Konsep Kepemilikan dalam Islam

"Kepemilikan" sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Contohnya Ahmad memiliki sepeda motor. Ini berarti bahwa sepeda motor itu dalam kekuasaan dan genggaman Ahmad. Dia bebas untuk memanfaatkannya dan orang lain tidak boleh menghalanginya dan merintanginya dalam menikmati sepeda motornya.

Konsep dasar kepemilikan dalam Islam adalah firman Allah SWT;

ض

ض

ررلر

ل ا ِيفض َاملول تضاولَاملس

س لا ِيف

ض َامل هضلسلض

Milik Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. QS. Al-BAqarah: 284

Para fuqoha memberikan batasan-batasan syar'i "kepemilikan" dengan berbagai ungkapan yang memiliki inti pengertian yang sama. Di antara yang paling terkenal adalah definisi kepemilikan yang mengatakan bahwa "milik" adalah hubungan khusus seseorang dengan sesuatu (barang) di mana orang lain terhalang untuk memasuki hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk memanfaatkannya selama tidak ada hambatan legal yang menghalanginya.

(5)

gila, sakit ingatan, hilang akal, atau masih terlalu kecil sehingga belum paham memanfaatkan barang.

Dimensi lain dari hubungan khusus ini adalah bahwa orang lain, selain si empunya, tidak berhak untuk memanfaatkan atau mempergunakannya untuk tujuan apapun kecuali si empunya telah memberikan ijin, surat kuasa atau apa saja yang serupa dengan itu kepadanya. Dalam hukum Islam, si empunya atau si pemilik boleh saja seorang yang masih kecil, belum balig atau orang yang kurang waras atau gila tetapi dalam hal memanfaatkan dan menggunakan barang-barang "miliknya" mereka terhalang oleh hambatan syara' yang timbul karena sifat-sifat kedewasaan tidak dimiliki. Meskipun demikian hal ini dapat diwakilkan kepada orang lain seperti wali, washi (yang diberi wasiat) dan wakil (yang diberi kuasa untuk mewakili).

B. Sebab-sebab Kepemilikan dalam Islam

1. Ihrazul Mubahat

Ihrozul mubahat adalah memiliki sesuatu (benda) yang menurut syara’ boleh dimiliki. Yang dimaksud dengan barang-barang yang diperbolehkan di sini adalah barang (dapat juga berupa harta atau kekayaan) yang belum dimiliki oleh seseorang dan tidak ada larangan syara’ untuk dimiliki seperti air di sumbernya, rumput di tanah lapang, kayu dan pohon-pohon di belantara atau ikan di sungai dan di laut.

2. Aqad / Akad

Akad berasal dari bahasa arab yang artinya perjanjian atau persetujuan. Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad.

a. Rukun dan Syarat Akad

 Aqid (Orang yang melakukan Akad)

 Ma'qud ‘Alaih (benda yang menjadi objek transaksi)

 Shighat, yaitu Ijab dan Qobul (Ijab Qobul merupakan ungkapan yang

menunjukkan kerelaan atau kesepakatan dua pihak yang melakukan akad)

(6)

Diantara macam macam akad adalah:

1. Berdasarkan segi sah tidaknya, Akad ada dua macam :

 Akad shahih, akad yang memenuhi unsur dan syarat yang ditetapkan oleh

syara’.

 Akad tidak shahih (Fasidah), akad yang cacat / tidak sempurna.

2. Berdasarkan segi ditetapkan atau tidaknya oleh syara’ :

 Akad musamah, yaitu akad yang telah ditetapkan syara' dan telah ada

hukum-hukumnya, seperti jual beli, hibah, dan ijarah.

 Ghair musamah yaitu akad yang belum ditetapkan oleh syara' dan belum

ditetapkan

3. Berdasarkan zat benda yang diakadkan

 Benda yang berwujud

 Benda tidak berwujud

4. Berdasarkan disyariatkan atau tidaknya akad :

 Akad musyara'ah ialah akad-akad yang debenarkan syara' seperti gadai

dan jual beli.

 Akad mamnu'ah ialah akad-akad yang dilarang syara' seperti menjual anak

kambing dalam perut ibunya

5. Berdasarkan sifat benda yang menjadi objek dalam akad

 Akad ainniyah ialah akad yang disyaratkan dengan penyerahan barang

seperti jual beli.

 Akad ghair ‘ainiyah ialah akad yang tidak disertai dengan penyerahan

barang-barang karena tanpa penyerahan barangpun akad sudah sah

6. Berdasarkan cara melakukannya

 Akad yang harus dilaksanakan dengan upacara tertentu seperti akad

pernikahan dihadiri oleh dua saksi, wali, dan petugas pencatat nikah.

 Akad ridhaiyah ialah akad yang dilakukan tanpa upacara tertentu dan

terjadi karena keridhaan dua belah pihak seperti akad-akad pada umumnya

7. Berdasarkan tukar menukar hak

 Akad mu'awadhah, yaitu akad yang berlaku atas dasar timbal balik seperti

akad jual beli

 Akad tabarru'at, yaitu akad-akad yang berlaku atas dasar pemberian dan

(7)

 Akad yang tabaru'at pada awalnya namun menjadi akad mu'awadhah pada

akhirnya seperti akad qarad dan kafalah

8. Berdasarkan harus diganti dan tidaknya

 Akad dhaman, yaitu akad yang menjadi tanggung jawab pihak kedua

setelah benda-benda akad diterima seperti qarad.

 Akad amanah, yaitu tanggung jawab kerusakan oleh pemilik benda bukan,

bukan oleh yang memegang benda, seperti titipan.

 Akad yang dipengaruhi oleh beberapa unsur, salah satu seginya adalah

dhaman dan segi yang lain merupakan amanah, seperti rahn.

9. Berdasarkan tujuan akad

 Tamlik: seperti jual beli

 Mengadakan usaha bersama seperti syirkah dan mudharabah

 Tautsiq (memperkokoh kepercayaan) seperti rahn dan kafalah

 Menyerahkan kekuasaan seperti wakalah dan washiyah

(8)

10. Berdasarkan faur dan istimrar

 Akad fauriyah , yaitu akad-akad yang tidak memerlukan waktu yang lama,

pelaksaaan akad hanya sebentar saja seperti jual beli.

 Akad istimrar atau zamaniyah , yaitu hukum akad terus berjalan, seperti

I'arah

11. Berdasarkan asliyah dan tabi'iyah

 Akad asliyah yaitu akad yang berdiri sendiri tanpa memerlukan adanya

sesuatu yang lain seperti jual beli dan I'arah.

 Akad tahi'iyah, yaitu akad yang membutuhkan adanya yang lain, seperti

akad rahn tidak akan dilakukan tanpa adanya hutang.

3. Khalafiyah

Khalafiyah artinya pewarisan. Khalafiyah ada dua macam yaitu:

 Khalafiyah Syakhsyun ‘an Syakhsyin (Warisan)

 Khalafiyah Syaa’in ‘an syaa’iin (Menjamin kerugian)

4. Ihya’u Mawat Al-Ardh

 Pengertian Ihya’u Mawat Al-ardh

o Ihya’u Mawat Al-ardh yaitu membuka lahan baru yang belum dibuka / dikerjakan dan dimiliki orang lain.

 Hukum membuka lahan baru

(9)

C. Pembagian macam-macam milkiyyah

Milik yang dibahas dalam fiqh mu’amalah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Milk Taam

Yaitu suatu pemilikan yang meliputi benda dan manfaatnya sekaligus, artinya bentuk benda (zat benda) dan kegunaanya dapat dikuasai. Pemilikan taam dapat diperoleh dengan banyak cara seperti jual beli dll. Kepemilikan jenis ini tidak dibatasi oleh waktu (selamanya) dan kepemilikannya tidak dapat dibatalkan kecuali dialihkan atau ada pemindahan kepemilikan kepada pihak lain sesuai ketentuan syariat.

2. Milk Naqish

Yaitu bila seseorang hanya memiliki salah satu dari benda tersebut. Bisa memiliki zat bendanya tanpa memiliki manfaatnya (hak pakai atau manfaat milik orang lain) dan hal ini tidak dapat diwariskan (menurut Hanafiyyah) atau memiliki manfaatnya (kegunaannya) saja tanpa memiliki zatnya seperti pada kasus Ijarah. Berikut lima hal yang menyebabkan hak pakai/pemilikan manfaat tanpa pemilikan zat bendanya:

a. Peminjaman (I’arah), para fuqaha berbeda pendapat tentang boleh tidaknya barang pinjaman dipinjamkan kembali. Ulama hanafiyyah dan malikiyyah berpendapat boleh sedangkan syafi’iyyah dan hanabilah melarangnya.

b. Sewa (Ijarah), yaitu pemindahan hak pakai dengan membaya fee

c. Wakaf d. Wasiyat

(10)

Dilihat dari segi mahal (tempat), milik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Milk ‘Ain atau disebut juga Milk Raqabah, yaitu memiliki semua benda, baik benda tetap (yang tidak dapat dipindahkan) maupun benda-benda yang dapat dipindahkan seperti pemilikan rumah, tanah, motor dll.

2. Milk Manfa’ah, yaitu seseorang hanya memiliki manfaatnya saja dari suatu benda, seperti benda hasil meminjam, wakaf dan lainnya.

3. Milk dayn, yaitu pemilikan karena adanya hutang, misalnua sejumlah uang dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda yang dirusakkan. Hutang wajib dibayar oleh hutang yang berhutang bahkan jika yang berhutang meninggal sebelum membayar hutangnya maka ahli warisnyalah yang berkewajban membayar hutangnya.

Dilihat dari segi shurah (Cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Milk Mutamayyiz, yaitu sesuatu yang berpautan dengan yang lain yang memiliki batasan-batasan yang dapat memisahkannya dari yang lain. Misalnya adalah antara sebuah mobil dan seekor kerbau sudah jelas batas-batasnya.

2. Milk Musya’ yaitu milik yang berpautan dengan sesuatu yang nisbi dari kumpulan sesuatu, betapa besar atu betapa kecilnya kumpulan itu. Misalnya memiliki sebagian rumah, daging domba dan harta-harta lainnya yang dikongsikan seperti seekor sapi yang dibeli oleh 40 orang untuk disembelih dan dibagikan dagingnya.

Sedangkan apabila dilihat dari segi dapat dimiliki dan dihak milikkan atau tidaknya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Harta yang tidak dapat dimiliki dan dihak milikkan kepada orang lain, misalnya harta milik umum seperti jalanan, jembatan, sungai dll dimana harta atau barang/benda tersebut untuk keperluan umum.

2. Harta yang tidak dapat dimiliki kecuali dengan ketentuan syariah, Seperti hata wakaf, harta baitul maal dll. (Harta wakaf tidak bisa dijual atau dihibahkan kecuali dalam kondisi tetentu sepeti mudah rusak atau biaya pengurusannya lebih besar dari nilai hatanya).

(11)

Jenis kepemilikan

Dalam buku “Sistem Ekonomi Islam “(Syekh Taqiyyuddin An-Nabhani, 2004) secara garis besar kepemilikan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kepemilikan individu

Setiap manusia secara fitrah terdorong untuk memenuhi segala kebutuhannya. Manusia selalu berusaha untuk memperoleh kekayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya karena hal ini selain termasuk perkara yang fitri juga merupakan perkara yang pasti dan harus dilakukan. Oleh karena itu, setiap upaya melarang atau membatasi manusia untuk memperoleh kekayaan tersebut tentu bertentangan dengan fitrah tapi bukan berarti manusia dibiarkan untuk memperoleh kekayaan, mengusahakannya dan mengelolanya dengan cara sesuka hatinya. Syariat memberikan aturan-aturan berkaitan dengan hal ini seperti memberikan keterangan berkaitan sebab-sebab kepemilikan, dan bagaimana ber-tasharruf dengan harta tersebut. Harta yang termasuk kepemilikan ini adalah harta yang bukan merupakan menyangkut kepentingan manusia secara umum seperti rumah, tanah, kebun dll.

2. Kepemilikan umum

Kepemilikan umum adalah izin Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat untu sama-sama memanfaatkan benda/barang. Benda-benda yang termasuk dalam kategori kepemilikan ini adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh syari’ memang diperuntukan bagi suatu kominitas masyarakat, karena mereka masing-masing saling membutuhkan dan syari’ melarang benda tersebut dikuasai oleh seorang saja. Benda-benda ini tampak pada tiga macam, yaitu:

 Merupakan fasilitas umum; kalau tidak ada didalam suatu negeri atau

(12)

 Barang tambang yang tidak terbatas

 Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk

dimiliki hanya oleh individu secara perseorangan.

3. Kepemilikan Negara

(13)

D. Perbandingan Konsep Hak Milik Menurut Islam, Kapitalis, dan Sosialis

1. Konsep Hak Milik Menurut Kapitalis

Secara historis perkembangan kapitalisme merupakan bagian dari gerakan liberalisme yang mulai muncul pada tahun 1648 setelah tercapainya perjanjian Westphalia, perjanjian yang mengakhiri perang tiga puluh tahun antara Katolik dan Protestan di Eropa yang selanjutnya menetapkan bahwa sistem negara mereka adalah merdeka yang didasarkan pada kedaulatan dan menolak ketundukan pada otoritas politik Paus dan Gereja Katolik Roma. Sejak itu aturan main kehidupan dilepaskan dari gereja, dengan anggapan bahwa negaralah yang paling tahu kebutuhan dan kepentingan warganya, sementara agama diakui keberadaannya tetapi dibatasi hanya di gereja.

Liberalisme semakin berkembang dengan sokongan rasionalisme yang menyatakan bahwa rasio manusia dapat menerangkan segala sesuatu secara komprehensif yang kemudian melahirkan pendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan hidupnya dan mempertahankan kebebasan manusia dalam hal kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan individu dan kebebasan hak milik. Dari kebebasan hak milik inilah dihasilkan sistem ekonomi kapitalisme, dimana kapitalisasi menjadi corak yang paling menonjol dalam sistem ekonomi ini.

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasakan kepentingan pribadi, dimana nilai produksi dan konsumsi semata-mata untuk menggaet profit. Sistem kapitalisme sama sekali tidak mengindahkan kesejahteraan sosial, kepentingan bersama, kepemilikan bersama ataupun yang semacamnya. Asas kapitalisme adalah kepuasan sepihak, alias setiap keuntungan adalah milik pribadi.

Contoh paling mudah dari sistem kapitalisme ini bisa digambarkan dari aktualitas Amerika Serikat yang meyakini bahwa mereka adalah penganut sistem ekonomi campuran (kapitalisme dan sosialisme), pada dasarnya mereka tetap tidak bisa lepas dari unsur kapitalis dalam prakteknya.

(14)

restrukturisasi, yaitu dengan selalu mengadakan pergantian pekerja dan pergantian modal, karena mereka akan selalu digantikan dengan yang lebih baik. Tiap individu juga diyakini mampu menghasilkan modal sendiri, tanpa perlu mencemaskan campur tangan pemerintah.

Sekilas cara pandang ini terlihat normal, dimana komponen-komponen pasar tersusun rapi dalam mekanisme yang jelas. Namun hasilnya akan muncul ketimpangan dan menimbulkan suatu masyarakat yang tidak egalitarian, dimana beberapa individu akan menjadi lebih kaya dari individu lain, dan yang miskin akan semakin miskin. Begitu juga dengan semakin meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas serta aksi anarki dimana-mana.

Menurut James Paulsen, kepala strategi investigasi di Wells Capital Management, Amerika Serikat sedang mengalami kebangkrutan kasat mata karena deficit keuangan negara adidaya tersebut. Tercatat defisit Amerika Serikat naik 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi USD 120 miliar atau Rp. 1.150 triliun, akibatnya Obama dan pihak legislative akan menaikkan pajak dan menurunkan belanja negara secara besar-besaran yang mulai diluncurkan per 1 Januari tahun ini.

Dalam kapitalisme, meskipun keuntungan yang didapat sangatlah besar, kemudian tercipta kompetisi sehat antar pasar tanpa risau terhadap campur tangan pemerintah, dan setiap pemilik modal bebas menentukan pekerjaan atau usaha apa yang akan mereka jalankan, tetap saja menciptakan beberapa nilai negative dan juga anomali. Kasus yang terjadi seperti perbedaan kelas ekonomi yang semakin nyata lantaran keuntungan sepihak yang hanya diperoleh kaum minoritas atau elitis saja, tanpa mengindahkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

(15)

paling rasional, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

Meskipun Adam Smith tidak menyebutkan istilah ‘kapitalisme’ di dua bukunya; The Theory of Moral Sentiments dan The Wealth of Nations, tetapi metafora Invisible Hand jelas merujuk kepada kompetisi sehat pada sebuah transaksi antara produsen dan konsumen, yang mengarah kepada keuntungan untuk kedua belah pihak dengan frekuensi tetap sehingga mampu menimbulkan barang produksi yang semakin berkualitas tetapi harga semakin rendah. Dari sini, tentu pola yang dimaksud terdapat pada sistem ekonomi kapitalis.

Lebih lanjut, ada beberapa ciri kapitalisme yang perlu kita perhatikan dan kerap muncul di sekitar kita tanpa disadari. Beberapa ciri tersebut bisa diringkas menjadi:

 Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu.

 Barang dan jasa diperdagangkan bebas yang bersifat kompetitif.

Pemilik modal bebas untuk menggunakan cara apa saja untuk meningkatkan keuntungan maksimal, dengan mendayagunakan sumber produksi dan pekerjanya. Sehingga modal kapitalis seringkali diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba.

Aktivitas ekonomi secara bebas hanya ditentukan oleh penjualan dan pembelian.

Pengawasan atau campur tangan pemerintah diupayakan seminimal mungkin. Tetapi jika dianggap riskan, negara sewaktu-waktu dapat mengeluarkan kebijakan yang melindungi lancarnya pelaksanaan sistem kapitalisme.

Riset menduduki posisi yang penting dan menentukan dalam mendorong persaingan.

(16)

2. Konsep Hak Milik Menurut Sosialis

Lawan (teori berseberangan) kapitalisme, adalah sosialisme. Dua pokok penting teori Ekonomi Sosialisme adalah:

1) Distribusi kekayaan secara merata.

2) Menghapus pemilikan pribadi.

Sosialisme, Berasal dari kata Sosial, sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat, Sosialis “Penganut Faham”. Sosialisme adalah Sebuah doktrin politik yang menekankan pemilikan kolektif dari alat-alat produksi, memberikan suatu peran yang besar pada negara dalam menjalankan perekonomian dengan kepemilikan masyarakat luas (Nationalization) atas industri. Berdasarkan pengertian ini, para ahli ekonomi menafsirkan gagasan ini sebagai dasar atau sebagai sumber-sumber yang tersedia untuk masyarakat manapun pada suatu waktu, yang kemudian dikenal dengan teori ekonomi sosialis.

Tujuan utama dalam teori ekonomi sosialis adalah mendistribusikan harta kekayaan secara merata didalam rangka menghapuskan bermacam-macam kelas didalam tubuh masyarakat. Akan tetapi, fenomena praktik tidak membenarkannya. Sosialisme mepunyai visi adalah “Kemaslahatan besama diatas kemaslahatan individu”.

Tujuan kedua teori ekonomi sosialis, menghapus hak milik pribadi. Ajaran ini mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan individu. Mengakui hak milik pribadi bagi kaum sosialis merupakan kezaliman dan penyimpangan sehingga harus dihapus. Segala usaha yang mengarah kepada pengakuan hak milik pribadi harus dimusnahkan, walaupun dengan jalan kekerasan dan membangkitkan dengki. Satu prinsi penting yang harus diwujudkan adalah “Sama rata sama rasa”.

(17)
(18)

PENUTUP

A. Kesimpulan

"Kepemilikan" sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu.

Sebab sebab adanya kepemilikan yang ditetapkan syara’ ada empat yaitu :

1. Ihrozul mubahat, Yaitu memiliki sesuatu yang boleh dimiliki. 2. Akad

3. Al-Kholafiyah, Yaitu Pewarisan 4. Turunan dari sesuatu yang dimiliki

(19)

B. Saran

(20)

DAFTAR PUSTAKA

 Hasan Ahmad, Mata Uang Islami Telaah Komrehensif Sistem Keuangan Islami,

Raja Grafindo Perada, Bandung,2005

 Suprayitno Eko, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonom Makro Islam dan

Konvensional,Graha Ilmu,Yogyakarta, 2005

 Qardawi Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. II; Jakarta : Gema Insani

Referensi

Dokumen terkait

Cilj SMED sustava je pretvoriti što više koraka promjene opreme u eksterne aktivnosti, odnosno u one aktivnosti koje se mogu odvijati tijekom rada opreme.. SMED alat i

Gipuzkoan, kasua mistoagoa da, izan ere bertan hain bat udalerri pasibo aurkitu dira: Hondarribia, Lazkao, Mutriku, Orio, Urnieta … Aipatu beharra dago, hala ere, udal

Anatomi induk udang galah secara umum tidak memiliki perbedaan yang berarti dari ketiga sumber genetik baik untuk bentuk rostrum, badan, ekor dan telson relatif sama,.

Karakteristik wisatawan Asia berdasarkan jenis daya tarik yang ingin dikunjungi selama mereka berada di Ubud yang paling banyak adalah wisatawan yang ingin

Berdasarkan hasil analisis tersebut yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara persepsi moving class, motivasi belajar dan layanan sekolah

Dari hasil optimasi, diperoleh bahwa konsentrasi furfural cenderung meningkat pada saat temperatur dan waktu hidrolisa yang tinggi, karena adanya pembentukan asam

Kedua yaitu data penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut provinsi dan lapangan pekerjaan utama menghasilkan ukuran

Meskipun total mikroba pada miso K3S2 lebih rendah dari kontrol namun produk ini masih bisa dikatakan aman dengan adanya penambahan garam yang dapat