• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BORDIR BANGIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BORDIR BANGIL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 Assalamualaikum wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah, kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pengembangan Ekonomi Lokal yaitu “Pengembangan Ekonomi Lokal Bordir Bangil di Kabupaten Pasuruan” dengan tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Pak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Luc,rer,reg, dan Ibu Belinda Ula Auilia , ST , MSc. selaku dosen pengajar dan pembimbing untuk mata kuliah Pengembangan Ekonomi Lokal, rekan-rekan yang telah memberi masukan yang sangat berguna bagi proses penyusunan tugas ini, serta semua pihak terkait yang telah banyak membantu sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas ini, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan tugas ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamualaikum wr. Wb.

Surabaya, 27 Mei 2016

(3)

3

II. GAMBARAN UMUM DAN ISU-ISU STRATEGIS ... 7

2.1. LOKASI WILAYAH STUDI ... 7

2.2. JUMLAH DAN PERKEMBANGAN UNIT USAHA ... 7

2.3. PELAKU USAHA ... 7

2.4. PROSES PRODUKSI ... 8

2.5. PEMASARAN ... 8

2.6. PRASARANA DAN SARANA PENUNJANG PRODUKSI ... 9

2.6.1. Prasarana ... 9

2.6.2. Mesin Bordir dan Mesin Jahit ... 9

2.6.3. Tempat Produksi ... 9

2.6.4. Pelatihan dan Pameran Pemasaran ... 10

2.6.5. Pasar atau Toko ... 11

2.7. KEBIJAKAN DAN REGULASI YANG MENDUKUNG ... 11

2.8. ISU-ISU STRATEGIS ... 12

2.8.1. Peluang ... 12

2.8.2. Tantangan ... 12

III. ANALISIS PENGEMBANGAN PEL ... 14

3.1. IDENTIFIKASI KLASTER YANG BERPOTENSI KUAT ... 14

3.2. KEMITRAAN PEMERINTAH DENGAN STAKEHOLDERS ... 15

3.3. PENGUATAN KEMAMPUAN USAHA LOKAL ... 15

3.4. MEMPROMOSIKAN KLASTER ... 16

IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL ... 17

4.1. ANALISIS SWOT ... 17

4.1.1. KOMPONEN S-W ... 17

4.1.2. KOMPONEN O-T ... 17

(4)
(5)

5 Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan proses dimana pemerintah lokal dan organisasi masyarakat terlibat untuk medorong, merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Blakely dan Bradshaw, 1994). PEL perlu diterapkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi pada suatu daerah. Daerah yang sangat berpotensi untuk diterapkannya PEL adalah daerah yang memiliki kegiatan ekonomi berskala kecil namun berkompetitif dan sangat berpotensi untuk dikembangkan secara jangka panjang. .

Dalam perekonomial Indonesia, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) atau industri kecil merupakan kelompok kegiatan usaha ekonomi yang memiliki jumlah paling besar. Dimana industri kecil tersebut termasuk dalam usaha yang mempunyai daya tahan terhadap krisis ekonomi. Namun industri kecil memiliki banyak masalah dan kelemahan, yaitu belum memiliki standar operasional prosedur yang jelas, kurangnya pendidikan dan sumber daya manusia serta kurangnya modal yang dapat menghambat kemajuan UMKM. Oleh karena itu diperlukannya PEL pada industri-industri kecil tersebut.

Kecamatan Bangil adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Di Kecamatan Bangil terdapat berbagai macam industri kecil yang kompetitif di antaranya industy kecil kulit/sandal, perak, kerupuk tahu, karpet dan keset. Namun, industri kecil yang sangat diminati oleh masyarakat Bangil dan paling mendominasi adalah bordir. Sesuai dengan salah satu agenda Pemprov Jatim tahun 2006-2008 bahwa di Bangil terpilih menjadi klaster industri kecil bordir karena dipandang sebagai jenis usaha yang relatif mampu terus bertahan di tengah krisis dan intensitas persaingan yang makin meningkat serta mempunyai karakteristik padat karya (menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar), bahan baku tersedia dan kemampuan produksi (Irawandan Putra, 2007). Walaupun telah berkembang pesat menjadi kota Bordir, tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa kendala yang ditemukan dalam pembangunan ekonomi di Bangil Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan PEL di Kecamatan Bangil.

Rumusan masalah yang diangkat dalam studi ini adalah “bagaimana kondisi pengembangan ekonomi lokal berbasis kerajinan bordir di Bangil serta strategi apa yang tepat untuk meningkatkan kegiatan pengembangan ekonomi lokal tersebut?”

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengidentifikasi kegiatan pengembangan ekonomi lokal berbasis kerajinan bordir di Bangil serta merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan kegiatan pengembangan ekonomi lokal tersebut

Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN: memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

(6)

6 BAB III. ANALISIS PENGEMBANGAN PEL: memuat identifikasi klaster hingga promosi klaster sesuai dengan kondisi faktual

(7)

7 Bangil merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pasuruan. Terdiri atas 15 kelurahan dan desa dengan batasan-batasan sebelah selatan Kecamatan Rembang, sebelah timur dengan Kecamatan Kraton, sebelah utara dengan Selat Madura, dan sebelah Barat dengan Kecamatan Beji. Kecamatan Bangil yang direncanakan menjadi ibukota Kabupaten Pasuruan ini memiliki luas sekitar 38,14 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 86,750 jiwa pada tahun 2014 (BPS, 2015).

Selain dikenal sebagai Kota Santri, Bangil juga terkenal dengan sebutan kota Bordir karena memiliki kerajinan border yang sangat berkualitas dan berciri khas. Bahkan, kerajinan border Bangil diakui di luar Bangil hingga mancanegara. Selain itu pada tanggal 11 September 2005 oleh Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan,sebutan Bangkodir (Bangil Kota Bordir) diresmikan sebagai brand kota Bangil Kerajinan border Bangil sangat beraneka ragam yakni busana muslim pria, busana musim wanita , busana muslim anak-anak, kerudung, mukena, kopiah, selimut, dompet, sepatu , tempat tisu dan sebagainya.

Karena dijuluki sebagai Kota Bordir, Bangil memiliki banyak industri kecil dan menengah yang memiliki produk berupa kerajinan bordir. Pada tahun 2011-2014, jumlah unit usaha border Bangil selalu mengalami kenaikan dengan rata sebesar 10-20 unit usaha. Berikut data jumlah IKM Bordir serta tenaga kerjanya

Tabel 1Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Bordir Bangil Tahun 2011-2014

Tahun Unit Tenaga Kerja (orang)

2011 546 12884

2012 561 12929

2013 576 12974

2014 591 13019

Sumber: Disperindag Kabupaten Pasuruan

Pelaku usaha border Bangil didominasi oleh pekerja perempuan. Dimana di Bangil sendiri , para perempuannya aktif untuk bekerja dalam mencari nafkah. Selain menjadi pekerja, perempuan juga menjadi pengusaha. Pelaku usaha bordir Bangil pun tidak perlu memiliki pendidikan yang tingi , yang dibutuhkan hanya keterampilan, kreativitas, keuletan. Dari segi penyerapan ketenagakerjaan Penyerapan tenaga kerja pada usaha bordir Bangil dipengaruhi oleh 3 faktor yakni

1. Faktor Jumlah Unit Usaha

Berdasarkan pada Tabel 1 , dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah unit usaha juga diikuti oleh kenaikan jumlah tenaga kerja. Dimana dari tahun 2011 hingga 2014, penyerapan tenaga kerja tersebut terus meningkat dengan peningkatan kurang lebih sebesar 50 orang.

2. Upah Tenaga Kerja

(8)

8 diharapkan mampu menarik tenaga kerja, sehingga banyak tenaga kerja yang tertampung di unit usaha bordir.

3. Nilai produksi industri

Bordir Bangil memiliki permintaan yang terus meningkat, sehingga nilai produksi turut meningkat. Menurut Disperindag, tahun 2013 nilai produksi bordir Bangil rata-rata mencapai nilai 1.148.160 per potong. Oleh sebab itu unit usaha bordir membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk memproduksi bordir.

Namun terdapat permasalahan dalam penyerapan tenaga kerja di usaha bordir Bangil yakni adanya peralihan tenaga kerja ke Industri pabrik. Hal ini disebabkan UMK di pabrik industri lebih besar dibandingkan UMK sentra UKM.

Terdapat 2 jenis proses produksi pada border Bangil yaitu manual dan menggunakan mesin kontrol komputer. Secara garis besar, proses produksi border Bangil didominasi oleh manual. Dimana pada proses manual setiap orang mengerjakan satu kerajinan border dengan mesin jahit. Namun pada proses menggunakan mesin kontrol komputer, satu orang hanya perlu menjaga mesin yang sudah terkontrol komputer itu, dan dalam sekali dapat menghasilkan banyak produk border. Mesin kontrol komputer ini hanya terdapat pada pengusaha border yang telah besar , namun mesin ini juga terdapat pada sentral Bordir Bangil yang dimana merupakan sumbangan dari pemerintah. Pemberian mesin tersebut bertujuan agar mempermudah kinerja pengusaha kecil bordir dan membantu desain dalam membordir baju.

Sumber: pasuruantourism.com

Pemasaran border Bangil, tidak hanya pada skala regional dan nasional, tetapi juga Internasional. Cukup banyak negara-negara yang telah membeli produk Bordir Banil, seperti Malaysia, Brunei hingga Arab Saudi. Tidak tanggung-tanggung , Kerajaan Kelantan, Malaysia, telah berlangganan Bordir Bangil hingga saat ini, jumlah pesanannya pernah mencapai 3000 helai sajadah border pada tahun 2004.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk meningkatkan iklim suasana kerajinan Bordir, pada tahun 2005, Wakil Bupati Pasuruan menetapkan Bankodir (Bangil Kota Bordir) sebagai brand kota Bangil. Hal ini juga bertujuan untuk menunjukkan bahwa bordir sebagai brand, bukan sekedar sentra produksi semata. Selain itu, pemerintah juga turut membangun Sentra Bordil Bangil agar penjualan Bordir Bangil dari berbagai pengrajin dapat dikumpulkan pada satu tempat. Sentra border Bangil juga merupakan secretariat Asosiasi Pengusaha Bordir Pasuruan (Aspendir) Pasuruan.

(9)

9 Bahan baku/bahan mentah merupakan bahan yang digunakan untuk keperluan produksi (Ahyadi,1979). Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin bahwa bahan baku tersedia bilamana diperlukan. Ketika suatu usaha memprediksi permintaan terhadap produknya di masa mendatang, waktu bahan baku harus datang dapat ditentukan untuk mencapai tingkat produksi yang memenuhi permintaan yang diprediksi. Bahan baku terpenting dalam menunjang produksi bordir, baik bordir manual ataupun bordir komputer salah satunya adalah Benang Bordir dan Kain Bordir.

Gambar 2Kain dan Benang sebagai Bahan Baku Bordir

Sumber : google.com

Mesin bordir adalah alat khusus yang digunakan untuk membordir atau menyulam benang di atas kain dengan berbagai macam jenis tusuk. Mesin jahit umum yang biasanya digunakan untuk menjahit. Mesin tersebut awalnya digerakkan secara manual dengan menggerakkan pedal yang terdapat pada mesin menggunakan kaki, namun kecepatannya sangat rendah tergantung dengan seberapa cepat gerakan kaki pembordir. Namun, untuk mempercepat pengerjaan, kebanyakan pembordir menggunakan alat bantu dinamo yang kecepatannya dua kali lipat lebih cepat dibandingkan digerakkan dengan kaki.

Gambar 3 Mesin Bordir dan Mesin jahit

Sumber : google.com

(10)

10 rumah, ditemukan lagi ahli bordir, tetangga menjahit. Jadi sangat banyak jumlah pembordir dan penjahit di kota Bangil.

Gambar 4Mesin Bordir dan Mesin jahit

Sumber : google.com

Aktor dalam pengembangan industri bordir untuk memperkuat Kompetensi Inti Industri Daerah adalah Disperindag Kab. Pasuruan dan Para Pengusaha Bordir. Pengembangan yang dilakukan oleh Disperindag adalah melakukan pelatihan dan pembinaan pada para pengusaha bordir, mengadakan pameran produk unggulan untuk memperkenalkan produknya. Sedangkan pelaku usaha dalam upaya untuk mengembangkan bordir adalah selalu berinovasi untuk menemukan motif dan desain dalam kerajinan bordir, menjalin kerjasama pemasaran dengan sejumlah mitra, dan kooperatif dengan kegiatan pembinaan yang dilakukan pemerintah.

(11)

11 Sentra kerajinan bordir ini terletak di Jl Pattimura (Pembangunan) No. 999 Bangil. Sentra ini memajang kerajinan bordir khas Kota Pasuruan diantaranya tas aplikasi, tempat tissue, tutup gelas, mukena bordir, taplak panjang, sarung galon, mini bed cover, hand painting, daster bordir, kebaya bordir, sarung bantal, taplak meja, bordir lukisan dan berbagai hiasan unik lainnya. Tersedia juga kartu nama di bawah masing-masing hasil kerajinan bordir.

Sumber : google.com

Di dalam sektor PDRB, usaha bordir di bangil ini termasuk ke dalam Sektor Industri Pengolahan. Kebijakan dan regulasi terkait industri tertuang pada Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang perindustrian dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 terkait rencana pengembangan industri.

Berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2014, perindustrian diselenggarakan dengan tujuan:

 Mewujudkan industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional

 Mewujudkan kedalaman kekuatan struktur industri

 Mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri hijau

 Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat

 Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja

 Mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional

 Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

Di dalam RPJPD 2005-2025 terkait peningkatan daya saing industri diarahkan untuk menjadi sektor yang kompetitif dalam rangka penciptaan struktur ekonomi yang seimbang melalui pendayagunaan potensi produksi dalam negeri dan terwujudnya kerjasama maupun kemitraan antar sub-sektor industri.

Penyelenggaraan urusan perindustrian di Kabupaten Pasuruan mempunyai satu sasaran yaitu Meningkatkan Produksi Sektor Industri. Keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan industri dalam RPJMD 2008-2013 diukur dengan 2 indikator yaitu Perkembangan Industri Kecil Menengah Besar dan Kontribusi Sektor industri terhadap PDRB (Disperindag Kab. Pasuruan).

(12)

12 Berdasarkan penelitian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pasuruan mengenai Industri Kecil Menengah dan Besar (IKMB) bahwa jumlah unit IKMB di Kabupaten Pasuruan pada Tahun 2013 mencapai 2.177 unit atau meningkat sebanyak 75 unit dari Tahun 2012 yang sebanyak 2.102 unit. Target akhir RPJMD 2008 – 2013 sebanyak 155 unit, maka capaian indikator ini hanya sebesar 48,39% dibandingkan dengan target RPJMD. Belum tercapainya target RPJMD dikarenakan belum stabilnya ekonomi global yang berpengaruh terhadap ekonomi regional. Namun demikian jumlah IKMB di Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan sebesar 3,57% dibandingkan Tahun lalu. Apabila dibandingkan peningkatan jumlah IKMB Tahun 2012 sebanyak 78 unit, maka peningkatan jumlah unit IKMB Tahun 2013 lebih rendah sebanyak 3 unit atau 96,15%.

Kabupaten Pasuruan memiliki banyak produk IKM (Industri Kecil Menegah) salah satunya Industri Bordir. Industri bordir di Kabupaten Pasuruan ini merupakan industri kecil yang menjadi produk unggulan, yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik maka akan dapat menjadi komoditi dan sumber perekonomian yang potensial untuk masa yang akan datang.

Salah satu sektor penggerak dari perekonomian masyarakat adalah sektor industri. Sektor ini mempunyai peran penting dalam mendongkrak pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Industri kecil memiliki peranan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, karena industri kecil mampu bertahan di dalam krisis ekonomi dan memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun regional. Kabupaten Pasuruan memiliki banyak produk IKM (Industri Kecil Menegah) salah saunya Industri Bordir. Industri bordir di Kabupaten Pasuruan ini merupakan industri kecil yang menjadi produk unggulan, yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik maka akan dapat menjadi komoditi dan sumber perekonomian yang potensial untuk masa yang akan datang. Akan tetapi dalam mengembangkan hal tersebut peluang dan tantangan dihadapi oleh industri bordir tersebut.

 Peningkatan pemesanan dari konsumen saat hari-hari tertentu

Meningkatnya produksi bordir saat hari-hari tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri, Musim Haji dan Hari Natal. merupakan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Di saat-saat seperti ini, omzet dapat meningkat hingga 90%, sehingga aktivitas produksi semakin padat dan produksi bordir siap pakai juga meningkat.

 Adanya permintaan dari pasar luar negeri

Jangkauan pemasaran produk kerajinan bordir dari Bangil ini tidak hanya untuk pasar dalam negeri saja tetapi juga hingga ke luar negeri dengan negara tujuan Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, dan lain-lain.

 Teknologi yang semakin canggih

Perkembangan teknologi bordir dapat dilihat dari penggunaan mesin untuk mengelolah bahan baku. Perkembangan mesin bordir berbasis teknologi komputer memungkinkan kegiatan produksi bordir dilakukan secara masal dalam waktu yang relatif singkat dan akurat dengan pola desain yang rumit. Hal tersebut dapat mempengaruhi sumber daya manusia atau pekerjanya untuk menyesuaikan dengan teknologi yang ada.

 Semakin maraknya produk China yang dijual di pasaran

(13)

13 bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen di berbagai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja. Peranan produksi terutama sektor IKM dalam pasar nasional akan terpangkas dan digantikan impor. Hal tersebut berdampak dengan ketersediaan lapangan kerja semakin menurun.

 Harga bahan baku yang naik turun

(14)

14 Sebelum mengembangkan ekonomi lokal, diperlukan informasi sektor atau komoditas apa yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi klaster pengembangan ekonomi lokal. Hal tersebut dapat ditemukan dari data-data kegiatan ekonomi dari BPS. Ada beberapa metode analisis dalam mendapatkan sektor atau komoditas apa yang berpotensi kuat menjadi klaster PEL. Namun, karena keterbatasan data yang ditemukan di Kecamatan Bangil, metode analisis yang digunakan bukanlah menggunakan LQ, Shift Share, atau metode analisis lain yang umum digunakan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif gabungan antara data BPS dengan hasil wawancara langsung dengan masyarakat Bangil.

No Desa/ Kelurahan

Sumber : Kecamatan Bangil Dalam Angka Tahun 2014

Apabila dilihat dari data BPS di atas, industri dari tenun menduduki peringkat pertama dari segi jumlah indsutri rumah tangga. Industri dari tenun yang dimaksudkan di sini adalah industri rumah tangga yang mengolah kain menjadi bordir. Industri rumah tangga bordir terbanyak yang ada di Bangil berada di Kelurahan Kiduldalem dengan jumlah 20 industri. Masyarakat Bangil ketika ditanya dimana pusat industri rumah tangga bordir juga menjawab kelurahan yang sama.

(15)

15 Gambar 7 Ragam Produk Industri Rumah Tangga Bordir Bangil

Pengembangan ekonomi lokal perlu membangun kemitraan dengan stakeholders yakni pemerintah dan dunia usaha untuk saling berbagi tanggungjawab dalam pengembangan klaster. Dari sisi pemerintah, Pemerintah Kabupaten Pasuruan menjadikan Kecamatan Bangil sebagai sentra industri bordir. Terbukti dengan Kecamatan Bangil yang mendapatkan julukan “Bangkodir” sejak tahun 2005. Bangkodir merupakan akronim dari “Bangil Kota Bordir”. Padahal Industri Bordir di Kabupaten Pasuruan tersebar di beberapa wilayah seperti Beji, Bangil, Pandaan, Gondangwetan, Lumbang, serta Kejayan. Selain mendapatkan branding kawasan PEL dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Disperindag Kabupaten Pasuruan juga mempromosikan produk bordir Bangil pada pameran-pameran UKM juga membuat sentra pemasaran bordir di awal masuk Kecamatan Bangil (dari arah Surabaya).

Dari sisi dunia usaha, sebagian pengusaha industri bordir Bangil telah menjalin kerjasama dengan distributor yakni perusahaan ekspedisi seperti TIKI, JNE, Pos, Herona Express via kereta, Benny Putra via kereta, Yun Cargo via laut, DMK Cargo via udara, dan Lion Air.

(16)

16 untuk pengembangan usaha. Asosiasi Pengusaha Bordir (Aspendir) bersama Disperindag Kabupaten Pasuruan melakukan pemberdayaan pengrajin bordir dengan:

a. Menjaring pengrajin bordir di sekitar industri bordir b. Memberikan gaji sesuai kemampuan

c. Mempekerjakan pengrajin bordir di rumah masing-masing d. Memberdayakan dengan konsep pelatihan

e. Saling sharing antar pengrajin dan pengusaha

Diharapkan dengan adanya pengumpulan para pengrajin dan menyediakan sesi sharing antar pengrajin dan pengusaha, memunculkan ide-ide, mendorong inisiatif, hingga memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha industri rumah tangga bordir Bangil.

Klaster industri rumah tangga bordir Bangil sudah memiliki branding kawasan dengan istilah Bangkodir. Untuk memperkuat kemampuan pengusaha lokal dalam berkompetisi dalam pasar nasional bahkan internasional, diperlukan usaha lebih supaya dapat meningkatkan penjualan, meningkatkan pendapatan, dan menciptakan lapangan kerja produktif. Usaha yang dilakukan antara lain pembuatan logo identitas visual Bangil sebagai kota yang memiliki potensi wisata kreatif berupa produk kerajinan dengan nuansa religius. Selain itu ada pula studi strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dalam mengetahui peluang pasar dan ancamannya berupa politik dumping dari Thailand dan Cina. Dengan demikian, diharapkan industri rumah tangga bordir Bangil mampu bersaing di kancah internasional.

(17)

17 Menurut Utomo (2000), analisis SWOT adalah proses kreatif dalam merencanakan strategi, kebijakan, dan program-program kerja suatu organisasi dengan memperhatikan kondisi lingkungan, baik eksternal dan internal serta sisi positif dan negatif. Luaran dari analisis SWOT adalah strategi yang terususun berdasarkan identifikasi dan pengkajian berbagai faktor yang nantinya akan dikembangkan melalui peningkatan kekuatan dan peluang, namun pada saat bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.

STRENGTH WEAKNESS

 Ada peningkatan jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang terserap (S1)

 Nilai produksi yang terus meningkat (S2)

 Kerajinan bordir Bangil sudah memiliki branding tersendiri, yaitu Bangkodir (S3)

 Sudah ada asosiasi yang menaungi pengusaha bordir (S4)

 Pelaku usaha yang selalu berinovasi dalam menciptakan motif dan desain baru (S5)

 Sarana promosi yang masih minim (W1) Sistem manajemen belum sempurna (W2)

OPPORTUNITY THREAT

 Peluang pekerjaan bagi perempuan yang ingin bekerja dari rumah (O1)

 Kenaikan UMK Kabupaten Pasuruan setiap tahunnya diharapkan mampu menarik tenaga kerja (O2)

 Adanya bantuan mesin bordir dari pemerintah (O3)

 Adanya fasilitas sentra bordir yang dibangun pemerintah agar penjualan kerajinan bordir Bangil terkonsentrasi (O4)

 Lokasi sentra bordir yang strategis, yaitu di lokasi yang menjadi titik masuknya kendaraan dari arah Surabaya (O5)

 Peluang pemasaran melalui pameran-pameran produk unggulan berskala nasional dan internasional (O6)

 Sudah menjalin kemitraan dengan perusahaan ekspedisi

 Peralihan tenaga kerja ke industri pabrik karena UMK industri lebih besar dibandingkan UMK kegiatan UKM (T1)

 Penggunaan alat bordir dengan teknologi komputer mempengaruhi penurunan kebutuhan tenaga kerja (T2)

 Ancaman dari produk Cina dan Thailand yang dijual di pasaran dengan penampilan serupa tetapi dijual dengan harga murah dan tersedia dalam jumlah banyak (T3)

(18)

18 Gabungan dari analisis SWOT tersebut menghasilkan strategi yang direkomendasikan untuk mengembangkan kegiatan pengembangan ekonomi lokal kerajinan bordir di Bangil. Strategi yang terbentuk merepresentasikan faktor eksternal dan internal sesuai dengan fakta yang ada. Berikut merupakan strategi hasil kajian penulis:

STRATEGI S-O

 mempromosikan UKM kerajinan bordir Bangil sebagai alternatif mata pencaharian bagi perempuan yang ingin bekerja dari rumah (S1+O1+O2)

 meningkatkan citra produk kerajinan bordir melalui pameran, baik yang berskala nasional maupun internasional (S3+O6)

 memperkuat kerjasama dengan perusahaan ekspedisi untuk memperluas jaringan distribusi (S2+O7)

 memanfaatkan sarana sentra bordir yang sudah tersedia untuk mendukung proses inovasi dan strategi pemasaran (S4+O+O5)

STRATEGI S-T

 memberikan insentif atau bonus bagi pengarajin bordir yang inovatif dan produktif (S1+T1)

 -mempertahankan jenis bordir tradisional serta memperkaya motif yang hanya dapat dihasilkan dengan teknologi tradisional (S5+T2)

 meningkatkan peran asosiasi dalam memberikan kemudahan dalam mengakses bahan baku dengan harga yang terjangkau (S4+T4)

 mempatenkan motif khas Bangil serta mengendalikan produk impor yang masuk (S3+S4+T3)

STRATEGI W-O

 melakukan kerjasama antar manajemen UKM bordir Bangil untuk melakukan pemasaran secara terpadu, baik di lokasi produksi maupun di luar wilayah produksi (W2+O6)

 mengoptimalkan sarana promosi yang dimiliki saat ini dan menggencarkan promosi online (W1+O4+O5)

STRATEGI W-T

 memanfaatkan sarana promosi online untuk meningkatkan citra positif produk kerajina bordir Bangil serta mendorong konsumen dalam negeri untuk lebih memilih produk buatan dalam negeri (W1+T3)

(19)

19 Apriyanto, I. M. (2013). Strategi Pengembangan Usaha pada UMKM Rumah Busana Faiza Bordir di

Kecamatan Bangil Kota Pasuruan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol 2.

Ardiyanti, L., Suryadi, & Setyowati, E. (2014). Strategi Pemberdayaan Pengrajin Bordir Melalui Kegiatan Ekonomi Kreatif. Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, 733-738.

Faiz, A. B. (2013). Perancangan Identitas Visual Kota Bangil Sebagai Media Promosi Potensi Wisata. Kecamatan Bangil dalam Angka. (2015). Badan Pusat Statistik.

Ardiyanti, Dkk. 2015. Strategi Pemberdayaan Pengrajin Bordir Melalui Kegiatan Ekonomi Kreatif. Malang Wijaya, S.D. 2011. Strategi Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Border di Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kendal. Semarang

Mahmud, D. 2014. Pengembangan Industri Bordir Untuk Memperkuat Kompetensi Inti Industry Daerah di Kab Pasuruan. Malang

Kuswati da Hendry Cahyono. Analisa Pengaruh Idustri Kecil Bordir Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Bangi Kabupaten Pasuruan. Surabaya

Wildaramadani, Rafky (2015) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri

kecil menengah (IKM) pada Sentra Bordir Bangil 2009-2013. Undergraduate thesis, Universitas Islam

Gambar

Gambar 1 Proses Pengerjaan Bordir Bangil
Gambar 2Kain dan Benang sebagai Bahan Baku Bordir
Gambar 4Mesin Bordir dan Mesin jahit
Gambar 6 Sentra Bordir Bangil
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Angka Kuman Pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan terkait dengan adanya ketimpangan struktur penguasaan tanah dan rendahnya kesejahteraan petani di Kabupaten Subang dan

Nilai keindahan anyaman purun terletak pada kombinasi warna yang membentuk berbagai motif seperti mata punai, tapak catur, saluang mudik, ramak cangkih, gigi haruan,

Sulani (2009) telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor pendukung keberhasilan penerapan peraturan pemerintah No 24 tahun 2005 pada Pemerintah kabupaten Labuhan

Berdasarkan pada sejarah Desa Sulangai, keindahan alam dan keunikan alam yang masih terjaga jika dibandingkan dengan di kota serta belum adanya seniman yang mengangkat Desa

CV Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. Pada awalnya perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Selaras dengan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas SMAN 11

Pada novel Umibe no Kafka, terlihat masalah oedipus yang dialami tokoh utama disebabkan beberapa hal, yaitu hubungan yang tidak akrab dengan ibunya yang telah meninggalkannya