• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh proposal penelitian evaluasi impl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "contoh proposal penelitian evaluasi impl"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Implementasi Tilang Kendaraan Bermotor

Oleh Kepolisian Resort Kota (Polresta) Dalam Rangka Ketertiban

Dan Keamanan Berlalu Lintas Di Kota Padang

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Andalas

OLEH

KOKO JUNIKO PRATAMA NIM : 1110842007

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis b. Manfaat Praktis 1.5 Sistematika Pembahasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Penelitian Yang Relevan 2.2 Teori

A. Peranan Polresta Terhadap Ketertiban dan Keamanan Lalu Lintas Kota Padang

B. Tilang Kendaraan Bermotor

C. Konsep Evaluasi Implementasi Kebijakan (Grindle) 2.3 Skema Pemikiran

2.4 Definisi Konsep

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian 3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.3 Teknik Pemilihan Informan 3.4 Peranan Peneliti

3.5 Unit Analisis

3.6 Teknik Analisis Data 3.7 Teknik Keabsahan Data

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Padang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat yang juga

berstatus sebagai salah satu Kota besar di Indonesia. Sebagai ibukota Provinsi

Sumatera Barat, bisa dikatakan Kota Padang sebagai pusat segala aktifitas di

provinsi. Dengan kata lain, Kota Padang selaku ibukota Provinsi Sumatera Barat

berperan sebagai titik sentral dalam pelaksanaan aktifitas pemerintahan,

perekonomian, pendidikan, kesehatan serta sektor lainnya. Selanjutnya, Kota

Padang yang notabene sebagai salah satu Kota besar yang ada di Indonesia

tentunya miliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih padat jika dibandingkan

dengan kabupaten/Kota lain yang ada di Sumatera Barat. Berdasarkan data sensus

penduduk terakhir yaitu tahun 2010, Kota Padang merupakan Kota di Sumatera

Barat yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi. Kota Padang

mencapai angka 833.562 jiwa untuk jumlah penduduknya pada tahun 2010.1

No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa)

1 Kota Padang 833.562

2 Kab. Agam 454.853

3 Kab. Pesisir Selatan 429.246

4 Kab. Pasaman Barat 365.129

5 Kab. Solok 348.566

6 Kab. Lima Puluh Kota 348.555

7 Kab. Tanah Datar 338.494

Tabel 1.1 : Tingkatan Jumlah Penduduk per Kab/Kota di Provinsi Sumatera Barat2

(4)

Untuk perkembangan kendaraan bermotor di Sumatera Barat dari tahun

2010 hingga 2012 jumlah kendaraan bermotor mencapai 967.761 unit, dengan

rincian sebagai berikut :

Jenis Kendaraan 2010 2011 2012

Sedan 15.802 16.832 17.525

Jeep 10.341 11.102 11.846

Mini Bus 83.833 92.970 101.086

Micro Bus 2.185 2.136 2.110

Bus 249 256 208

Pick Up 28.961 32.917 35.349

Truck 26.192 29.135 29.902

Sepeda Motor 695.991 798.495 769.735

TOTAL 863.554 983.843 967.761

Tabel 1.2 : Jumlah Kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Barat tahun 2010-20123 Dengan statusnya sebagai ibukota provinsi dan kota besar yang miliki tingkat

kepadatan penduduk paling tinggi di Provinsi Sumatera Barat, tentunya

menjadikan Kota Padang sebagai Kota yang mempunyai tingkat kepadatan

kendaraan bermotor paling tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain yang ada

di Provinsi Sumatera Barat. Dengan padatnya kendaraan bermotor di Kota Padang

maka akan dapat memicu berbagai permasalahan yang salah satunya adalah

permasalahan pelanggaran peraturan lalu lintas serta tingginya angka kecelakaan

berlalu lintas. Memang benar bahwa kepadatan kendaraan bermotor berpengaruh

3http://sumbar.bps.go.id/sumbar/publikasi/arc/23Statistik%20DAerah

(5)

terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Hal itu dibenarkan oleh Brigadir

Hariadi selaku Bintara Unit Tilang Polresta Padang.4

“Kecelakaan lalu lintas secara mendasar disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu kondisi jalan, sarana prasarana jalan, jumlah

kendaraan, dan kecakapan pengguna jalan.”

Dari tahun 2012 hingga 2013, Kota Padang mempertahankan posisinya

sebagai peringkat pertama kasus kecelakaan terbanyak di Provinsi Sumatera Barat.

Pada tahun 2012 , di Kota Padang tercatat 540 kasus kecelakaan, dengan rincian

80 korban meninggal dunia. Jumlah tersebut mengungguli Kabupaten

Padangpariaman yang menempati posisi kedua dengan 315 kasus kecelakaan.5

Selanjutnya pada tahun 2013, Kota Padang mempertahankan posisinya dengan

445 kasus kecelakaan, yang diikuti oleh Kabupaten Padangpariaman di posisi

kedua dengan 275 kasus.6 Berdasarkan fenomena tersebut dapat ditafsirkan bahwa

dalam dua tahun terakhir, Kota Padang merupakan Kota dengan lalu lintas yang

paling tinggi resiko kecelakaannya. Dengan kata lain, dalam dua tahun terakhir

lalu lintas di Kota Padang tergolong sebagai lalu lintas yang tidak tertib dan tidak

aman bagi pengendara kendaraan bermotor.

Jika memang demikian, tentunya permasalahan tingginya angka

kecelakaan di ibukota Provinsi Sumatera Barat ini sangat urgent untuk

dipecahkan. Salah satu pihak yang berwenang dalam mengupayakan

4 Wawancara dengan Brigadir Hariadi (Bintara Unit Tilang Polresta Padang) , 10 Oktober 2014 (14.30 WIB)

5http://posmetropadang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6409,

diakses pada 15 September 2014

6

(6)

penanggulangan kecelakaan lalu lintas adalah pihak kepolisisan. Pada konteks ini,

Kepolisian Resort Kota Padang (Polresta) merupakan salah satu pihak otoritas

dalam hal penanggulangan fenomena tingginya angka kecelakaan di Kota Padang.

Salah satu instrumen yang dijadikan sebagai alat untuk menekan angka

kecelakaan lalu lintas oleh Polresta Kota Padang adalah tilang bagi pelanggar tata

tertib serta pelanggar prosedur keamanan berlalu lintas. Pada hakekatnya,

diberlakukannya tilang bagi pengguna kendaraan bermotor yang melanggar ini

bertujuan untuk menciptakan iklim lalu lintas yang tertib dan aman. Dengan

ekspektasi bahwa adanya iklim lalu lintas yang tertib dan aman guna mencegah

atau mengurangi kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Jika melihat fakta yang ada

saat ini, penilangan bagi pelanggar aturan lalu lintas masih diberlakukan. Dengan

begitu sebenarnya ketika Kota Padang menyandang status sebagai kota dengan

angka kecelakaan lalu lintas paling tinggi dalam 2 tahun yang lalu, peraturan

penilangan bagi pelanggar aturan lalu lintas masih diberlakukan. Dengan kata lain,

angka kecelakaan masih tetap tinggi disaat peraturan penilangan bagi pelanggar

aturan lalu lintas ini diterapkan. Tentunya hal itu menjadi suatu hal yang ironis

atau juga bisa dikatakan bahwa peraturan penilangan bagi pelanggar aturan lalu

lintas tersebut belum memenuhi tujuan dari tilang kendaraan bermotor itu sendiri.

Ironisme yang terjadi saat ini tentunya membutuhkan suatu pengkajian

ulang, terutama pengkajian terhadap penerapan dari peraturan penilangan bagi

pelanggar aturan lalu lintas oleh Polresta Kota Padang. Dibutuhkan suatu upaya

koreksi terhadap penerapan peraturan penilangan bagi pelanggar aturan lalu lintas.

(7)

yang terjadi saat ini, dan selanjutnya ketika implementasi dari peraturan

penilangan bagi pelanggar aturan lalu lintas oleh Polresta Kota Padang ini telah

mampu di evaluasi, maka dapat disimpulkan apakah tilang ini mampu

menciptakan iklim lalu lintas yang tertib dan aman, atau mampu menekan angka

kecelakaan di Kota Padang. Di sisi lain juga, disaat implementasi tilang oleh

Polresta Kota Padang ini telah mampu di evaluasi maka akan dapat diidentifikasi

poin-poin kelemahan tilang ini dan juga suatu rekomendasi perbaikan terhadap

peraturan ini. Pada dasarnya, secara menyeluruh penelitian tentang Evaluasi

Implementasi Tilang Kendaraan Bermotor Oleh Kepolisian Resort Kota

(Polresta) Dalam Rangka Ketertiban Berlalu Lintas Di Kota Padang ini

berupaya untuk menemukan capaian penerapan tilang kendaraan bermotor oleh

Polresta Kota Padang dalam menciptakan lalu lintas yang tertib dan aman.

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah implementasi tilang kendaraan bermotor mampu menciptakan

ketertiban dan keamanan lalu lintas di Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui peran tilang kendaraan bermotor yang

diimplementasikan oleh Kepolisian Resort Kota (Polresta) terhadap

ketertiban dan keamanan lalu lintas di Kota Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

(8)

Kebijakan publik merupakan salah satu bagian dari kajian Ilmu

Administrasi negara. Maka pengkajian terhadap Evaluasi Implementasi Tilang

Kendaraan Bermotor Oleh Kepolisian Resort Kota (Polresta) tentunya akan

bermanfaat bagi Ilmu Administrasi negara, khususnya pada ranah kebijakan

publik. Melalui penelitian ini seyogyanya dapat diidentifikasi suatu fenomena

pada kebijakan publik yang dalam hal ini adalah tilang kendaraan bermotor.

Berdasarkan fenomena itulah kemudian dapat dicermati beberapa faktor yang

mempengaruhi sebuah kebijakan berjalan atau tidak. Untuk mengetahui lebih

pasti berjalan atau tidaknya kebijakan (tilang kendaraan bermotor) tersebut

berdasarkan tujuan kebijakan itu sendiri maka diperlukan adanya upaya evaluasi

secara detail tentang penerapan kebijakan tersebut. Dengan demikian jelas bahwa

penelitian ini dapat berkontribusi konstruktif terhadap Ilmu Administrasi Negara

melalui dinamika kebijakan publik yang ditemui serta beberapa hasil evaluasi

imlementasi suatu kebijakan yang dapat diformulasikan dengan teori-teori

kebijakan publik serta administrasi negara.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian tentang Evaluasi Implementasi Tilang

Kendaraan Bermotor Oleh Kepolisian Resort Kota (Polresta) Dalam Rangka

Ketertiban Berlalu Lintas Di Kota Padang bermanfaat sebagai :

 Pertimbangan bagi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) secara

umum, dan Kepolisian Kota Besar (Polresta) Padang khususnya

(9)

bermotor dalam rangka penciptaan ketertiban dan keamanan lalu

lintas.

 Pengayaan pengetahuan seluruh pihak tentang tilang secara

komperehensif apakah itu dari aspek substansi, prosedur maupun

ekspektasi.

1.5 Sistematika Pembahasan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang memuat pemamaparan perihal latar

belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian dan juga

manfaat penelitian.

Selanjutnya Bab II yaitu tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang

penelitian ini sendiri, yaitu perbedaannya dengan beberapa penelitian yang

relevan sebelumnya. Lalu penjelasan tentang beberapa aspek teoritis yang

digunakan serta pembahasan teoritis yang akan mengurai pemahaman tentang

Evaluasi Implementasi Tilang Kendaraan Bermotor Oleh Kepolisian Resort Kota

(Polresta) Dalam Rangka Ketertiban Berlalu Lintas Di Kota Padang secara detail.

Adapun struktur dari bab II ini adalah ; Penelitian terdahulu yang relevan.

Pembahan teoritis (konsep aman dan tertib lalu lintas, tilang kendaraan bermotor,

konsep evaluasi implementasi kebijakan)

Kemudian Bab III yakni pembahasan tentang metode penelitian. Pada bab

ini terdapat penjelasan tentang mekanisme penelitian ini secara komperehensif.

Bab ini terdiri dari beberapa sub-bab, diantaranya adalah pendekatan penelitian

(10)

informan, peranan peneliti, proses penelitian, unit analisis, teknik analisa data dan

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terkait tilang lalu lintas bukanlah suatu kajian yang belum

pernah diteliti sebelumnya. Dapat ditemukan beberapa penelitian yang mengkaji

tilang kendaraan bermotor dengan berbagai fokus penelitian. Disamping itu

terdapat juga beberapa penelitian yang kajiannya relevan dengan tilang kendaraan

bermotor. Misalkan seperti penelitian Prasasti Artika Puri7 yang meneliti tentang

penegakan hukum terhadap pelanggar lalu lintas dan penelitian Kiki Riski Aprilia8

yang mengkaji tentang peranan Polantas dalam penertiban pelanggaran lalu lintas.

Fokus penelitian Prasasti Artika Puri adalah terhadap penegakan hukum

bagi pelanggar lalu lintas. Kesimpulan penelitian Prasasti Artika Puri

mendeskripsikan tentang bagaimana tindakan aparat kepolisian terhadap

pelanggar lalu lintas, serta mengemukakan beberapa kendala yang dihadapi dalam

penegakan hukum bagi pelanggar lalu lintas tersebut. Beberapa kendalanya adalah

minimnya kesadaran hukum masyarakat, minimnya kompetensi aparat kepolisian,

kewenangan perundang-undangan yang bermasalah, kurangnya sarana prasarana

pendukung.

7 Prasasti Artika Puri, 2013. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pelanggaran Aturan Lalu Lintas Di Kabupaten Klaten. Skripsi Jurusan Hukum, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

(12)

Penelitian selanjutnya oleh Kiki Riski Aprilia fokus terhadap peranan

Polisi lalu lintas dalam menertibkan pelanggaran lalu lintas. Dalam penelitian ini

ia menyimpulkan tentang bagaimana mekanisme penertiban pelanggar lalu lintas

oleh Polantas dan peranan Polantas Kota Padang dalam penertiban pelanggar lalu

lintas serta masyarakat yang masih tidak paham bahkan mengabaikan tata tertib

dan keamanan lalu lintas.

No Penulis Judul Metode Kesimpulan

1. Prasasti

Kualitatif 1. Upaya yang dilakukan

polisi dalam menindak

pelanggar lalu lintas :

(13)

masyarakat, minimnya

Kualitatif 1. Tata cara dan prosedur polisi lalu lintas dalam

penertiban pelanggaran lalu

lintas yang berpotensi

menyebabkan kecelakaan

lalu lintas adalah

menerbitkan surat tilang

(14)

daya angkut dan/ atau cara pengangkutan barang, dan/ atau izin penyelenggaraan angkutan.

3. Masyarakat kurang dan tidak memahami, bahkan mengabaikan aturan berlalu lintas atau berkendara di jalan raya.

3. Koko Juniko

Pratama

Evaluasi

Implementasi

Tilang Kendaraan

Bermotor Oleh

Kepolisian Resort

Kota (Polresta)

Dalam Rangka

Ketertiban

Berlalu Lintas Di

Kota Padang

Kualitatif

Tabel 2.1 : Perbandingan dengan penelitian terdahulu yang relevan

(15)

A. Peranan Polresta Padang Terhadap Ketertiban dan Keamanan Lalu Lintas Kota Padang

Kepolisian pada dasarnya memiliki fungsi Lalu lintas, yaitu suatu fungsi

dimana pihak kepolisian berwenang untuk mengupayakan tindakan preventif

seperti : 9

 Pengaturan lalu lintas

 Penjagaan lalu lintas

 Pengawalan dan Patroli

 Penegakan hukum lalu lintas

 Identifikasi Pengemudi Dan Kendaraan Bermotor

Dalam hal pengaturan, penjagaan, pengawalan patroli serta penegakan

hukum lalu lintas secara tegas diisyaratkan dalam PP 80/2012 tentang Tata Cara

Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Pendindakan Pelanggaran Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan. Tersirat bahwa kepolisian berwenang dalam hal

pencegahan, penanggulangan, penindakan terhadap gangguan keamanan,

keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas yang diselenggarakan dalam

kurun waktu, sasaran, cara bertindak, pelibatan kekuatan, dan dukungan sumber

daya tertentu oleh beberapa fungsi kepolisian dalam bentuk satuan tugas.10

Selanjutnya untuk pelaksanaan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor

oleh kepolisian ditegaskan di pasal 2 PP 80/2012.

9 Standar Operasional Prosedur Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas (Sat Lantas Polresta Padang)

(16)

Dapat dimaknai bahwa Kepolisian merupakan salah satu pihak yang

berwenang dan wajib untuk mendukung terciptanya ketertiban dan keamanan lalu

lintas melalui poin-poin tersebut . Untuk lingkup kota Padang, Kepolisian yang

dimaksud adalah Kepolisian Resort Kota Padang (Polresta Padang).

B. Tilang Kendaraan Bermotor

Tilang kendaraan bermotor merupakan suatu bentuk penindakan yang

dilakukan oleh kepolisian terhadap pengguna kendaraan bermotor yang

melanggar aturan lalu lintas dengan cara penyitaan sementara dan/ atau pengenaan

denda (uang titipan). Sebenarnya penindakan melalui tilang kendaraan bermotor

merupakan tahapan kesekian setelah beberapa tahap sebelumnya. Dengan kata

lain bahwa kepolisian tidak selalu langsung mengenakan tilang dalam menindak

pelanggar lalu lintas. Meskipun demikian pihak kepolisian dapat menindak

pelanggar dengan langsung memberikan tilang berdasarkan pertimbagan

usia/kalangan pelanggar atau bentuk pelanggaran.

“Rekan-rekan yang bertugas tidak selalu menindak pelanggar lalu

lintas dengan memberikan tilang. Biasanya terlebih dahulu kami

memberikan teguran yang terutama sekali bagi pelanggar usia

pelajar. Tapi kalau bentuk pelanggarannya telah berdampak pada

keselamatan pengendara lain dapat ditindak langsung dengan

memberikan tilang.”11

(17)

Jika merujuk pada Peraturan Pemerintah nomor 80 tahun 2012, penilangan

kendaraan bermotor yang dilakukan oleh pihak Kepolisian bisa termasuk dalam

bagian operasional secara berkala atau operasioanal secara insidental. Maksud

dari operasional secara berkala adalah aktifitas pemeriksaan terhadap kendaraan

bermotor yang setiap enam bulan sekali dilakukan oleh pihak Kepolisian bersama

dengan penyidik PNS di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Bentuk konkrit

dari operasional secara berkala ini seperti razia gabungan. Adapun yang

melatarbelakangi operasi secara berkala ini antara lain :12

 Peningkatan angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,

 Peningkatan angka kriminalitas terkait kendaraan bermotor,

 Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tidak layak,

 Peningkatan jumlah ketidaktaatan pengguna angkutan dalam uji

kendaraan

 Peningkatan jumlah pelanggaran perizinan angkutan umum

 Peningkatan jumlah pelanggaran kelebihan muatan angkutan barang

Sedangkan yang dimaksud dengan operasi secara insidental adalah bentuk

pemeriksaan terhadap kendaraan bermotor yang dilakukan oleh pihak Kepolisian

karna adanya pelaksanaan Operasi Kepolisian, terjadinya pelanggaran lalu lintas

yang tertangkap tangan atau penanggulangan kejahatan.

Pemeriksaan dan penilangan terhadap kendaraan bermotor oleh pihak

Kepolisian tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yakni:

(18)

 Penertiban kelengkapan dokumen registrasi dan identifikasi, dokumen

angkutan umum

 Pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan layak jalan Kendaraan

Bermotor

 Penciptaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu

Lintas

Untuk pelaksanaan pemeriksaan kendaraan bermotor, khususnya proses

penilangan oleh pihak Kepolisian haruslah dilakukan di tempat dan dengan cara

yang tidak mengangggu keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu

lintas. Hal tersebut secara tegas diungkapkan pada pasal 21 dalam PP 80/2012.

Dengan kata lain, serangkaian proses penilangan yang dilakukan oleh pihak

Kepolisian dilarang mengancam keamanan dan keselamatan pengguna

kendaraan bermotor serta ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

Secara umum teknis dari penilangan kendaraan bermotor diatur dalam PP

80/2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan

Pendindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada dasarnya

penilangan kendaraan bermotor diawali dengan diterbitkannya surat tilang kepada

pelanggar aturan lalu lintas. Penerbitan surat tilang tersebut dilakukan melalui

pengisian oleh petugas Kepolisian dan penandatanganan (oleh pemeriksa dan

pelanggar) pada belangko tilang. Pada blangko tilang tersebut setidaknya terdapat

beberapa kolom perihal :13

(19)

a. Identitas pelanggar dan Kendaraan Bermotor yang digunakan;

b. Ketentuan dan pasal yang dilanggar;

c. Hari, tanggal, jam, dan tempat terjadinya pelanggaran;

d. Barang bukti yang disita;

e. Jumlah uang titipan denda ke bank;

f. Tempat atau alamat dan/atau nomor telepon pelanggar;

g. Pemberian kuasa;

h. Penandatanganan oleh pelanggar dan Petugas Pemeriksa;

i. Berita acara singkat penyerahan Surat Tilang kepada pengadilan;

j. Hari, tanggal, jam, dan tempat untuk menghadiri sidang

pengadilan; dan

k. Catatan petugas penindak.

Untuk poin e atau kolom jumlah uang titipan denda ke bank hanya bisa diisi

ketika pelanggar menitipkan sejumlah uang denda dan tidak ingin menghadiri

persidangan.

Teknis tilang kendaraan bermotor secara spesifik diatur dalam standar

operasional prosedur (SOP) yang pada konteks ini diterbitkan oleh Satuan Lalu

Lintas Polresta Padang. Dalam SOP tersebut penilangan terhadap pelanggar lalu

lintas memiliki beberapa tahapan, yaitu :

 Tahap I (Persiapan Penulisan di Blanko Tilang)

 Tahap II (Penulisan di Blanko Tilang)

 Tahap III (Penandatangan Terdakwa pada Blanko Tilang)

(20)

 Tahap V (Penerimaan barang titipan/sitaan dari terdakwa)

 Tahap VI (Pengambilan barang titipan kepada terdakwa)

 Tahap VII (Pengembalian ke unit satuan penyidik sisa lembaran tilang)

Gambar 2.1 : Mekanisme Tilang Kendaraan Bermotor

(21)

C. Konsep Evaluasi Implementasi (Grindle)

Evaluasi implementasi adalah suatu proses penilaian tingkat kinerja suatu

kebijakan. Penilaian yang dilakukan pada tingkat kinerja suatu kebijakan ini pada

dasarnya bertujuan untuk :14

1. Mengetahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

2. Mengetahui tingkat efisiensi kebijakan melalui biaya dan manfaat dari

kebijakan.

3. Mengukur tingkat dampak suatu kebijakan.

4. Mengidentifikasi penyimpangan pada implementasi dan kebijakanitu

sendiri.

5. Memberikan rekomendasi (input) untuk proses kebijakan yang akan

datang.

Dengan demikian untuk menjawab mengapa implementasi kebijakan perlu

dievaluasi dapat dijawab dengan beberapa poin terkait tujuan evaluasi di atas.

Evaluasi implementasi kebijakan memiliki pendekatan tersendiri. Dengan

kata lain, dalam mengevaluasi implementasi suatu kebijakan terdapat beberapa

pendekatan yang diterapkan tergantung dengan teori yang digunakan.

(22)

Gambar 2.2 : Implementasi Grindle

Grindle menyatakan bahwa keberhasilan implementasi suatu kebijakan

dipengaruhi oleh isi kebjakan (content of policy) dan lingkungan implementasi

(context of implementation).15 Variabel yang termasuk ke dalam isi kebijakan

adalah (1) kepentingan kelompok sasaran dalam kebijakan, (2) jenis manfaat yang

diterima kelompo sasaran, (3) perubahan yang diinginkan dari kebijakan, (4)

ketepatan letak kebijakan, (5) kejelasan implementor kebijakan, (6) ketersediaan

sumber daya (kuantitas dan kualitas). Sementara itu yang menjadi variabel dari

lingkungan kebijakan adalah (1) tingkat kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor

(23)

yang terlibat dalam implementasi, (2) karakter lembaga dan penguasa yang ada,

(3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui tingkat kinerja tilang kendaraan

bermotor oleh Kepolisian Resort Kota (Polresta) peneliti menggunakan teori

implementasi Grindle. Untuk mengevaluasi implementasi (tingkat kinerja) tilang

kendaraan bermotor ini dalam rangka menciptakan ketertiban dan keamanan lalu

lintas di Kota Padang peneliti menerapkan pendekatan melalui beberapa variabel

(24)

Pelanggaran Lalu Lintas

Kecelakaan Lalu Lintas 2.3 Skema Pemikiran

Kepolisian RI

(POLRESTA PADANG)

Tilang Kendaraan Bemotor

Ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Kota Padang

Evaluasi Implementasi Tilang Kendaraan Bermotor Oleh Kepolisian Resort Kota (Polresta) Dalam Rangka Ketertiban Berlalu

Lintas Di Kota Padang

Teori Implementasi

Grindle

Content of Policy

(Isi Kebijakan)

Context of Policy

(Lingkungan Kebijakan)

PP 80/2014

(25)

2.4 Definisi Konsep

Berikut beberapa konsep yang terdapat dalam penelitian ini :

a. Evaluasi Implementasi adalah suatu proses penilaian tingkat kinerja suatu

kebijakan.

b. Polresta Padang adalah pihak kepolisian yang menjalankan tugas pokok

dan fungsinya di Kota Padang.

c. Tilang adalah alat bukti pelanggaran lalu lintas.

d. Tilang kendaraan bermotor adalah penindakan yang dilakukan oleh

kepolisian terhadap pengguna kendaraan bermotor yang melanggar aturan

lalu lintas dengan cara pendataan, penyitaan sementara serta pengenaan

denda Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.

e. Lalu lintas adalah pergerakan kendaraan dan orang di jalan.

f. Ketertiban dan keamanan lalu lintas adalah tata cara penggunaan lalu

lintas yang tepat perilaku penggunaannya dan tidak membahayakan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian

Pada penelitian Evaluasi Implementasi Tilang Kendaraan Bermotor Oleh

Kepolisian Resort Kota (Polresta) Dalam Rangka Ketertiban Berlalu Lintas Di

Kota Padang, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pada

dasarnya metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku

yang diamati.16 Creswell menyebutkan bahwa penelitian yang dibimbing dengan

metode kualitatif adalah suatu proses penelitian yang diselenggarakan untuk

memahami permasalahan manusia atau permasalahan sosial , dengan cara

menciptakan gambaran yang menyeluruh serta kompleks melalui laporan berupa

kata-kata, pandangan yang detail dari sumber informasi dan latar belakang yang

alamiah.17 Sementara itu, Kirk dan Miller (1982) menegaskan bahwa peneilitian

kualitatif merupakan suatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

bergantung secara fundamental pada pengamatan terhadap manusia yang ada

di lingkungan sekitar dengan cara berhubungan dengan orang-orang tersebut

16 Lexii j. Maleoong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Hal. 3

(27)

(lingkungan) dalam bentuk bahasa (lisan seperti percakapan atau wawancara) dan

dalam bentuk istilah lainnya.18

Berdasarkan paparan tentang penelitian kualitatif secara definitif di atas

peneliti menegaskan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif yang miliki karakteristik sebagai berikut :

 Penelitian yang memperoleh data melalui ; (1) Hasil pengamatan

peneliti, dan (2) Hasil wawancara oleh peneliti terhadap orang-orang

yang ada di lingkup penelitian.

 Penelitian yang mengidentifikasi serta mendeskripsikan suatu

permasalahan dan juga alternatif solusi permasalahan secara

komperehensif melalui pengamatan peneliti dan temuan peneliti

dilapangan (hasil wawancara atau pengamatan perilaku di lingkungan

penelitian)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Pada penelitian ini, salah satu teknik pengumpulan data yang peneliti terapkan

adalah teknik observasi. Jika definisikan, observasi dapat dipahami sebagai suatu

pengamatan secara langsung dengan sistematis terhadap gejala-gejala yang

hendak diteliti. Pada dasarnya penggunaan teknik observasi ini digunakan pada

penelitian yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

(28)

alam dan ketika responden yang diamati pada lingkup yang tidak terlalu luas.19

Maka, untuk memproleh data dalam penelitian Evaluasi Implementasi Tilang

Kendaraan Bermotor Oleh Kepolisian Resort Kota (Polresta) Dalam Rangka

Ketertiban Berlalu Lintas Di Kota Padang ini peneliti akan melakukan

pengamatan/observasi pada aparat dari Polresta Padang yang notabene merupakan

pihak yang menegakkan tilang kendaraan bermotor di Kota Padang. Selain

pengamatan pada pihak penegka peraturan (Polresta), peneliti juga akan

melakukan pengamatan secara langsung kepada pengguna kendaraan bermotor

yang dikenakan tilang (beberapa kawasan di Kota Padang).

Observasi yang peneliti lakukan pada pihak Polresta dan pengguna kendaraan

bermotor yang dikenakan tilang adalah teknik observasi partisipan atau

participant observation dan observasi non partisipan. Teknik observasi

pasrtisipan ini akan peneliti terapkan pada pihak Polresta Padang . Teknik

observasi pasrtisipan adalah suatu bentuk pengamatan yang dilakukan dengan

cara peneliti yang terlibat dalam aktifitas sehari-hari orang yang sedang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.20 Dalam artian bahwa

peneliti terlibat dalam proses penegakan tilang kendaraan bermotor bersama

dengan pihak Polresta Padang. Sedangkan teknik obeservasi non partisipan

peneliti gunakan pada pengguna kendaraan bermotor yang dikenakan tilang. Pada

konteks ini peneliti mengamati bagaimana perilaku berlalu lintas pengguna

kendaraan bermotor tersebut disaat telah ditilang. Selain itu peneliti juga

mengamati perilaku pengguna kendaraan bermotor lain dalam berlalu lintas.

19 Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung : Alfabeta. Hal 145

(29)

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data berikutnya yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah teknik wawancara. Secara konsep, wawancara merupakan suatu

proses interaksi dan komunikasi.21 Interaksi dan komunikasi yang dimaksudkan

adalah dalam bentuk dialog, yang bersifat tanya jawab. Pada interaksi dan

komunikasi ini, terlibat dua aktor yaitu pewawancara dan narasumber atau

responden. Pewawancara merupakan pihak yang bertanya sedangkan narasumber

atau responden adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan dari

pihak yang bertanya atau pewawancara. Pada knteks ini, eneliti berperan sebagai

pewawancara yang akan mewawancarai beberapa pihak yakni pihak dari Polresta

Padang dan pengguna kendaraan bermotor, khususnya pengguna kendaraan

bermotor yang dikenakan tilang. Pada teknisnya, peneliti menggunakan teknik

wawancara langsung atau wawancara secara face to face (Polresta Padang dan

pengguna kendaraan bermotor) serta jenis wawancara semistructure interview

yang menanyakan opini, pandangan serta tanggapan pihak-pihak tersebut

terhadap tilang kendaraan bermotor.

c. Dokumentasi

Pada dasarnya dua teknik pengumpulan data sebelumnya dilakukan untuk

memperoleh data secara langsung dari objek yang diteliti (data primer). Pada

(30)

penelitian ini peneliti juga memperoleh data yang tidak langsung berasal dari

objek penelitian yang diteliti. Dengan kata lain bahwa peneliti juga menghimpun

data dari dokumen-dokumen yang bersangkutan serta data dari akses situs internet

maupun beberapa literatur.

Berikut data penunjang yang akan peneliti himpun dalam penelitian ini :

Tabel 3.1 : Keseluruhan Data Penelitian

No

. Data Sumber data

Teknik

Pengumpulan data 1 Tugas pokok dan fungsi

Polresta Padang

Polresta Padang Dokumentasi

2 Angka Kecelakaan di

Provinsi Sumbar dan

Kota Padang periode

2009-2013

4 SOP Tilang Kendaraan

Bermotor

Polresta Padang Dokumentasi

5 SOTK Polresta Padang Polresta Padang Dokumentasi

6 Rekapitulasi pelanggar

lalu lintas atau

(31)

rekapitulasi jumlah

Data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Data yang

akurat dan teruji tentunya akan sangat membantu peneliti dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi melalui penelitiannya. Selain itu data yang akurat

juga akan menentukan kekuatan hasil dari penelitian yang dilakukan. Dengan

demikian, data yang akurat sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian. Lalu yang

menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana cara mendapatkan data yang akurat

(32)

sumber data dalam penelitian. Informan yang tepat tentunya akan mampu

menyediakan data yang tepat pula. Atau dengan kata lain bahwa sumber data

yang tidak tepat mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan sehingga

dapat memicu kekeliruan bagi peneliti dalam menganalisis permasalahan serta

dalam berkesimpulan.22 Oleh karna itu dalam suatu penelitian dibutuhkan teknik

pemilihan informan agar secara spesifik peneliti menentukan cara dalam memilih

informan yang tepat pada penelitiannya.

Pada penelitian ini, teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan

adalah teknik purposive sampling. Dalam penggunaan teknik purposive sampling

tersebut, peneliti merencanakan terlebih dahulu siapa yang akan menjadi informan

berdasarkan pertimbangan komptensi informan dalam memberikan data yang

peneliti butuhkan dalam penelitian ini.

3.4 Peranan Peneliti

Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama. Berikut

uraian dari peran peneliti dalam penelitian ini selaku instrumen utama :

 Peneliti berperan dalam hal menentukan fokus penelitian

 Peneliti berperan dalam menentukan pendekatan dan desain

penelitian

 Peneliti berperan dalam menentukan teknik pengumpulan data serta

teknik pemilihan infoman

 Peneliti berperan dalam menentukan unit analisis

 Peneliti berperan sebagai penghimpun data dan analis data

(33)

 Peneliti berperan dalam menterjemahkan data dan menyimpulkan

hasil penelitian berdasarkan data yang ada

3.5 Unit Analisis

Dalam suatu penelitian, unit analisis berperan sebagai penentu objek

penelitian yang akan diteliti. Pada dasarnya bentuk dari objek penelitian bisa

berupa lembaga atau individu. Dengan kata lain bahwa dalam suatu penelitian,

yang menjadi unit analisis dalam penelitian tersebut bisa berupa kelembagaan atau

individu.

Pada penelitian Evaluasi Implementasi Tilang Kendaraan Bermotor Oleh

Kepolisian Resort Kota (Polresta) Dalam Rangka Ketertiban Berlalu Lintas Di

Kota Padang bentuk unit analisisnya adalah kelembagaan dan individu.

Sedangkan lembaga yang menjadi unit analisis pada penelitian ini adalah Polresta

Padang, dan individu yang menjadi unit analisisnya adalah pengguna kendaraan

bermotor, khususnya pengguna kendaraan bermotor yang dikenakan tilang.

3.6 Teknik Analisis Data

Bogdan menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara , catatan

lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dengan mudah dapat dipahami.23. Susan

Stainback juga memberikan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan

analisis data. Ia mengemukakan bahwa analisis data adalah hal yang kritis dalam

(34)

proses penelitian kualitatif, yang mana hal itu digunakan untuk memahami

hubungan dan konsep dari data yang diperoleh sehingga data tersebut dapat

dikembangkan dan dievaluasi.24 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

analisis data merupakan suatu tahapan pada penelitian yang didalamnya terdapat

sebuah proses, yang mana proses itu berupa pengorganisasian data, penjabaran

data, penafsiran data serta penyimpulan data yang telah ditafsirkan sebelumnya.

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah

teknik analisis data model Miles & Huberman, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu

(1) data reduction, (2) data display, dan (3) conclusion drawing/verification.25

1) Data reduction

Pada tahap awal ini, peneliti berupaya untuk merangkum data-data

yang telah peneliti dapatkan ketika melakukan observasi, wawancara serta

data dari sumber dokumen lain. Atau dengan kata lain pada tahap ini

peneliti memilih data-data yang pokok atau relevan dengan kebutuhan

penelitian.

2) Data display

Pada tahap ini, peneliti menyajikan data-data pokok yang telah

dirangkum sebelumnya ke dalam bentuk bagan dan penjelasan data

dalam bentuk teks. Peneliti memberikan pemaparan tentang data-data

yang ditemui dan telah difilter pada tahap sebelumnya. Pemaparan

24Ibid.

(35)

tersebut berupa penafsiran atau penerjemahan data, agar kemudian

dapat dipahami dengan mudah.

3) Conclusion drawing/verification

Pada tahap akhir ini, peneliti mengemukakan beberapa

kesimpulan berdasarkan penafsiran data pada tahap sebelumnya.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Untuk menguji validitas data yang telah peneliti himpun sebelumnya

melalui proses obsevasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti melakukan upaya

pengujian kembali terhadap data-data tersebut. Pengujian validitas data ini sangat

penting guna memperoleh data yang akurat dan benar. Pengujian kembali

terhadap data-data yang telah dihimpun dalam penelitian dapat disebut juga

dengan triangulasi data. Tringulasi data terdiri dari beberapa jenis yaitu (1)

triangulasi sumber, (2) triangulasi teknik, (3) triangulasi metode, dan (4)

triangulasi peneliti.

Pada penelitian ini, jenis triangulasi data yang peneliti gunakan adalah

triangulasi sumber. Teknik dari triangulasi ini adalah, peneliti akan menggunakan

cara pengumpulan data yang sama terhadap sumber data yang berbeda. Sehingga

dengan proses itu, akan dapat dilakukan pengkajian yang lebih dalam lagi

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, Suswandi. Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta,

2008

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif : Teori & Praktis, Bumi Aksara,

Jakarta, 2013

Maleoong, Lexii j. Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung,

2001

Nawawi , Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University

Press Yogyakarta, 1995

Singarimbun Masri, Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey, LP3ES , Jakarta,

1989

Subarsono. Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D, Alfabeta,

Bandung, 2013

Regulasi :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2012 Tentang

Tata Cara Pemerikasaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan

(37)

Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Lalu Lintas

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan

Website :

http://posmetropadang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6409

http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/28768-595-orang-tewas-di-jalan-raya

http://sumbar.bps.go.id/sumbar/publikasi/arc/23Statistik%20DAerah

%202013.pub/files/assets/basic-html/page54.html

Gambar

Tabel 1.1 : Tingkatan Jumlah Penduduk per Kab/Kota di Provinsi Sumatera Barat2
Tabel 1.2 : Jumlah Kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Barat tahun 2010-20123
Tabel 2.1  : Perbandingan dengan penelitian terdahulu yang relevan
Gambar 2.1 : Mekanisme Tilang Kendaraan Bermotor
+3

Referensi

Dokumen terkait