1
Dwi Martani
Slide Oleh: Jayu Pramudya
Departemen Akuntansi FEUI
Slide 8
Sistematika
Hakikat dan Karakter Umum
1.
Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
2.
Penghitungan PPN
3.
Pengukuhan dan Faktur Pajak
4.
3
Hakikat
dan
Hakikat PPN
Dikenai Pajak
Pertambahan Nilai
Atas
barang
atau jasa
yang
terutang
pajak.
Di dalam
daerah
pabean.
Sifat Pemungutan (1)
• Objek pengenaan adalah konsumsi di
dalam daerah pabean.
Dikenakan Atas Konsumsi
• Melekat kepada objek yang dikenai
pajak. Objektif
• Secara riil dapat dialihkan, sehingga
terdapat pihak penanggung jawab pajak, penanggung pajak, dan
pemikul beban pajak. Tidak Langsung
Sifat Pemungutan (2)
• Dikenakan di setiap rantai produksi.
Multistage
• Dikenal adanya PPN Keluaran dan
PPN Masukan yang didukung faktur pajak.
Metode Kredit
• Tidak mempengaruhi pola konsumsi
wajib pajak. Netral
• Pajak atas konsumsi tidak akan
dikenakan dua kali.
Tipe Pemungutan
Consumption
Type
• Pembelian faktor
produksi dikurangkan dari pertambahan
nilai.
Net Income Type
• Pembelian barang
modal dikurangkan melalui depresiasi.
Gross Product
Type
• Pembelian barang
modal tidak
dikurangkan sama
Prinsip Pemungutan
Prinsip
Tempat
Tujuan
• Dipungut di tempat
konsumsi.
Prinsip Tempat
Asal
• Dipungut di tempat asal
Objek Pemungutan
daerah pabeanatas:
Syarat Penyerahan Dikenai Pajak
Penyera
han
Dikenai
Pajak
BKP atau JKP
bersifat kena pajak.
Dilakuka n di daerah pabean. Dalam
rangka kegiatan
Pemungut PPN
Pasal 3A Ayat (3), Pasal 16A UU PPN, KMK No. 563/ KMK.03/ 2003,
PMK No. 40/ PMK.03/ 2010
Bertugas
memungut,
memotong,
dan
menyetorka
n PPN,
menggantik
an peran
PKP yang
melakukan
penyerahan.
Pihak pemungut
antara lain:
• Bendaharawan entitas
pemerintah atas
penyerahan kepada pemerintah.
• Pengguna BKP-TB atau
JKP dari luar daerah pabean, atas
pemanfaatan di dalam
Penyerahan Kepada
Bendaharawan Pemerintah
yang Tidak Dipungut PPN
Penyerahan bernilai < Rp1.000.000,00 dan tidak dipecah – pecah.
Penyerahan terkait pembebasan tanah.
Penyerahan BBM dan non BBM oleh Pertamina.
Penyerahan jasa telepon/ telekomunikasi.
Penyerahan jasa angkutan udara.
Penyerahan BKP atau JKP yang tidak dipungut atas
13
Barang Kena Pajak
dan
Barang Kena Pajak (BKP)
BKP
BKP Berwujud
BKP
Berwujud Bergerak
(Misal Barang Dagang)BKP Berwujud
Tak Lisensi,
HAKI) BKP
adalah barang
yang dikenai PPN dan/
atau PPnBM
Lingkup BKP Tak Berwujud
Hak menggunakan hak cipta, paten, desain, formula, merek
dagang, dan HAKI lain.
Hak menggunakan peralatan atau perlengkapan industrial,
komersial, atau ilmiah.
Pemberian pengetahuan di
bidang industrial, komersial, atau ilmiah.
Pemberian bantuan tambahan terkait ketiga point sebelumnya.
Hak menggunakan gambar
hidup, pita video, atau pita suara.Pelepasan hak yang berkenaan penggunaan HAKI dan hak yang
disebutkan sebelumnya.
Lingkup Penyerahan BKP (1)
Pasal 1A Ayat (1) UU PPN
Penyerahan akibat perjanjian
jual beli, sewa, tukar menukar,
dan sebaginya.
Penyerahan akibat perjanjian
sewa beli dan
leasing
.
Penyerahan kepada pedagang
perantara melalui juru lelang.
Lingkup Penyerahan BKP (2)
Pasal 1A Ayat (1) UU PPN
Penjualan barang yang
semula tidak untuk
diperjualbelikan.
Penyerahan kantor
pusat – cabang atau
antar cabang.
Penyerahan
konsinyasi.
Penyerahan yang Bukan
Penyerahan BKP
Pasal 1A Ayat (2), Pasal 16D UU PPN
Penyerahan kepada makelar.
Penyerahan untuk jaminan utang piutang.
Penyerahan kantor pusat – cabang atau antar kantor cabang, jika
terdapat pemusatan tempat terutang.
Pengalihan akibat penggabungan, peleburan, penekanan, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha antara dua PKP.
Penyerahan barang yang semula tidak untuk diperjualbelikan dan
Barang Tidak Dikenai PPN
Pasal 4A Ayat (2) UU PPN
• Minyak, gas, batubara, panas bumi, bijih
logam dan mineral batuan.
Hasil pertambangan dan pengeboran yang daimbil langsung dari sumbernya.
• Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam,
daging, telur, susu, buah – buahan, dan sayur – sayuran.
Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan masayarakat banyak.
Hidangan yang disajikan di hotel dan restoran atau oleh katering.
Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Penyerahan dan Impor BKP
Dibebaskan dari PPN
PP No. 38 Tahun 2003
Rumah Sederhana, RSS, Rusun Sederhana,
pondok boro, asrama mahasiswa.Senjata, amunisi, alat
angkutan diterima Kemhan,
TNI, dan Polri.
Vaksin polio.
Buku pelajaran dan kitab
suci.
Kapal, suku cadang dan
alat
keselamatan diterima Perusahaan
Pelayaran Niaga Nasional.
Pesawat, suku cadang
dan alat keselamatan
diterima Perusahaan
Angkutan Udara Niaga
Nasional.
Kereta api dan suku
cadang diterima PT.
KAI.
Peralatan dan suku
cadang untuk
penyediaan data batas
dan foto udara wilayah
Syarat RS, RSS, dan Rusun
Sederhana
Dibebaskan dari PPN
PMK No. 31/ PMK.03/ 2011
RS dan
RSS
Berluas < 36
meter persegi.
Berharga jual
< Rp
70.000.000,00
Merupakan unitpertama yang dimiliki dan untuk
ditinggali sendiri.
Rusun
Sederhan
a
Berluas < 21
meter persegi.
Berharga jual
< Rp
75.000.000,00
Merupakan unitpertama yang dimiliki dan untuk
Penyerahan dan Impor BKP
Strategis
Dibebaskan dari PPN
PP No. 31 Tahun 2007, PMK No. 31/ PMK.03/ 2008
Barang modal berupa mesin dan peralatan, tidak
termasuk suku cadang. (Perlu Surat Keterangan
Bebas PPN)
Makanan ternak, unggas, dan ikan, berikut bahan bakunya.
Air bersih yang dialirkan Perusahaan Air Minum. Listrik perumahan dengan
daya < 6.600 Watt. Barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.Bibit dan benih pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Rumah susun sederhana milik
(rusunami).
22
Syarat rusunami yang dibebaskan dari PPN:
Berluas antara 21
– 36 meter persegi.
Berharga tidak
melebihi Rp
144.000.000,00.
Diperuntukkan WP
OP berpenghasilan maksimal Rp
4.500.000,00 per bulan.
Merupakan unit
pertama yang dimiliki dan
digunakan sendiri.
Dibangun sesuai
Apabila:
Kapal, suku cadang, dan alat keselamatan
yang diterima Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional.
Pesawat, suku cadang, dan alat
keselamatan yang diterima Perusahaan Angkutan Udara Nasional.
Kereta api dan suku cadang yang diterima
PT. KAI.
Barang modal berupa mesin dan peralatan
pabrik.
Rumah susun sederhana milik (rusunami).
Dipergunakan tidak sesuai tujuan semula atau dipindahtangankan sebelum 5 tahun berlalu, maka PPN yang semula dibebaskan menjadi wajib dibayar.
Ketentuan Khusus:
Penyerahan dan Impor
Dibebaskan dari PPN
Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP)
JKP adalah kegiatan pelayanan yang menyebabkan suatu fasilitas,
kemudahan atau hak menjadi tersedia untuk dipakai.
Pengertian meliputi pula jasa untuk berproduksi dengan material dan
berdasar petunjuk pemesan (maklon).
Lingkup JKP dari Luar Daerah
melekat pada
benda tak bergerak di daerah pabean.
• Contoh: Jasa
desain
konstruksi bangunan.
Jasa
melekat pada
benda
bergerak di daerah pabean.
• Contoh: Jasa
persewaan mesin
produksi.
Jasa yang dilakukan secara di daerah pabean.
• Contoh: Jasa
pengacara, akuntan,
surveyor.
Jasa Tidak Dikenai PPN (1)
Pasal 4A Ayat (3) UU PPN
Jasa
Medik
Jasa
Pelayana
n Sosial
Jasa
Keagam
aan
Jasa
Pendidik
an
Jasa
Kesenian
Jasa
Penyiara
n Non
Iklan
Jasa
Angkuta
n Umum
Jasa
Perhotel
an
Jasa Tidak Dikenai PPN (2)
Telepon
Umum
Koin
Jasa
Tempat
Parkir
Jasa
Tenaga
Kerja
Penyerahan JKP Dibebaskan dari
PPN
PP No. 38 Tahun 2003
Jasa sewa kapal,
reparasi, dan kepelabuhan
an diterima Perusahaan
Pelayaran Niaga Nasional.
Jasa sewa pesawat dan
diterima Perusahaan
Angkutan Udara Niaga
Nasional.
Jasa reparasi kereta api diterima PT.
KAI.
Jasa
pemboronga n RS, RSS,
Rusun Sederhana, pondok boro,
asrama mahasiswa,
dan tempat ibadah.
Jasa
persewaan RS, RSS, dan
Rusun Sederhana. Jasa terkait
penyediaan data batas
dan foto udara diterima
Kemhan atau TNI.
Jasa Maklon, yang
berkarakteristik:
• Pemesan berada di luar daerah pabean dan tidak memiliki BUT.
• Spesifikasi dan bahan disediakan pemesan.
• Kepemilikan barang adalah hak pemesan.
• Barang dikirimkan ke luar
daerah pabean setelah selesai pengerjaannya.
Jasa yang
melekat
terhadap
benda
bergerak di
luar daerah
pabean.
Jasa yang
melekat
terhadap
benda tak
bergerak di
luar daerah
pabean.
29Ekspor Jasa Dikenai PPN
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Pasal 2, 8A UU PPN
Harga jual atas BKP,.
Tidak termasuk PPN dan potongan harga.
Penggantian atas JKP.
Tidak termasuk PPN dan potongan harga.
Nilai Ekspor.
Berdasar dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Nilai Impor.
CIF ditambah biaya dan pungutan kepabeanan.
Nilai Lain.
31
DPP tidak mengakui pembayaran di atas atau di bawah kewajaran
DPP: Nilai Lain (1)
PMK No. 75/ PMK.03/ 2010
Untuk penyerahan pusat – cabang
atau antar cabang
Harga Pokok Penjualan atau
harga perolehan.
Untuk BKP yang semula tidak hendak
diperjualbelikan.
Harga pasar wajar.
Untuk pemakaian sendiri dan
pemberian cuma – cuma.
DPP: Nilai Lain (2)
PMK No. 75/ PMK.03/ 2010
Untuk penyerahan jasa pengiriman paket, biro perjalanan, dan biro pariwisata.
10% dari jumlah tagihan. Pajak
Masukan tidak dapat dikreditkan.
Untuk penyerahan melalui juru lelang.
Harga lelang.
Untuk penyerahan kepada pedagang
perantara.
Nilai kesepakatan dengan pembeli.
PT. Bawakaraeng melakukan penyerahan BKP melalui beberapa transaksi sebagai berikut.
Penjualan produk kepada konsumen,
dengan HPP Rp 625.000.000,00, profit
margin 20%, dan diskon tunai 2%.
Seperempat dari penjualan dilaksanakan secara tunai. Di samping itu, BKP dikenai pula PPnBM 20%.
Pemberian in kind produk bagi pegawai
yang sebenarnya dapat dijual dengan harga Rp 180.000.000,00.
Penyumbangan produk bagi korban
bencana, dengan nilai penjualan potensial Rp 330.000.000,00.
Transfer produk dari pabrik ke gudang di
provinsi berbeda, untuk kemudian dijual dengan harga Rp 945.000.000,00.
Berapakah nilai DPP untuk masing - masing transaksi?
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak A
Jawaban :
DPP Penjualan = Harga Jual sebelum diskon
dan pajak
= 120% x 625.000.000 = 750.000.000
DPP Pemakaian Sendiri = Harga Jual –
Keuntungan
= 100/ 120 x 180.000.000 = 150.000.000
DPP Pemberian Cuma – Cuma = Harga Jual –
Keuntungan
= 100/ 120 x 330.000.000 =275.000.000
DPP Transfer Antar Cabang = Harga Pokok
Penjualan
= 100/ 120 x 945.000.000 = 157.500.000
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak A
Fa. Cikurai merupakan memiliki usaha biro perjalanan yang mencatatkan transaksi bisnis berikut.
Melayani paket liburan dengan total
transaksi Rp 1.575.000.000,00. Profit margin perusahaan 5%.
Melayani pemesanan hotel dengan total
transaksi Rp 365.000.000,00. Komisi rata - rata yang diperoleh sebesar 15%. Seperlima transaksi dilakukan dengan pelanggan berkala yang memperoleh diskon 3%.
Menjual gedung kantor lama yang memiliki
nilai buku Rp 310.000.000,00 dan akumulasi depresiasi Rp 150.000.000,00 dengan harga Rp 215.000.000,00.
Berapakah nilai DPP untuk masing - masing transaksi?
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak B
Jawaban :
DPP Biro Perjalanan = 10% x Penggantian
sebelum diskon dan pajak
= 10% x1.575.000.000 = 157.500.000
DPP Biro Perjalanan = 10% x Penggantian
sebelum diskon dan pajak
= 10% x 365.000.000 = 36.500.000
DPP Pelepasan Aset Semula Tak Untuk Dijual
= Nilai Wajar =
215.000.000
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak B
Nilai Penyerahan Menggunakan
Valuta Asing
PP No. 1 Tahun 2012
Kurs KMK Saat
Pembuatan
Faktur
Dipergun
akan
untuk
konversi
atas
setiap
jenis
penyerah
CV. Gamkonora melakukan impor persediaan dengan nilai pembelian $ 3650, biaya pengangkutan $ 250, dan premi asuransi 15% dari nilai pembelian. Impor tersebut dikenai Bea Masuk 10%, Bea Masuk Tambahan Rp 2.150.000,00, PPh 22 dengan tarif 2,5%, serta PPnBM dengan tarif 30%. Kurs KMK saat pemasukan barang adalah Rp 9.100/ $, sedangkan saat melakukan pembayaran kepada penjual adalah Rp 9.200/ $. Berapakah DPP transaksi impor tersebut?
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak C
Jawaban :
Cost 3.650
Insurance 250
Freight (15% Cost) 547,50
CIF 4.447,50
Bea Masuk (10%) 444,75
Bea Masuk Lainnya 2.150.000
DPP Impor = CIF + Pungutan
Kepabeanan
= 4.447,50 x 9.100 +((444,75 x 9.100) + 2.150.000)
= 40.472.250 + (4.047.225 + 2.150.000)
= 40.472.250 + 6.197.225 = 46.669.475
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak C
Tarif
Pasal 7 UU PPN
Berlaku atas
penyerahan
secara
umum.
Berlaku atas
ekspor. Pajak
Masukan
bersifat
dapat
dikreditkan.
4110
%
0
%
Tarif dapat diubah menjadi minimal 5% dan maksimal
Apabila dalam naskah kontrak tidak
diketahui apakah komponen PPN atau PPnBM telah termasuk di dalam nilai kontrak, maka diasumsikan bahwa nilai kontrak tersebut belum termasuk komponen PPN atau PPnBM.
Penghapusan piutang atau
ketidakmampuan penagihan piutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), serta musnahnya BKP tidak mempengaruhi besaran PPN terutang.
Apabila terjadi kesalahan pemungutan PPN,
maka pihak yang dapat mengajukan permohonan restitusi adalah pihak yang dipungut PPN, sepanjang PPN belum dikreditkan atau dibebankan.
Ketentuan Khusus:
Nilai PPN Terutang
Koperasi Halimun memiliki usaha produksi mobnas dan melakukan penyerahan atas berbagai transaksi berikut.
Penjualan kepada konsumen akhir dalam
negeri senilai Rp 3.775.000.000,00.
Ekspor ke pasar luar negeri senilai Rp
6.115.000.000,00.
Penyerahan kepada konsumen korporat
dengan nilai kontrak Rp 5.750.000.000,00. Atas nilai kontrak tersebut telah termasuk PPnBM dengan tarif 20%, PPh 22 industri otomotif dengan tarif 0,45%, dan diskon kuantitas 5,45%.
Penyerahan kepada bendaharawan pemda
dengan kas diterima Rp 3.425.000.000,00. Atas pembayaran tersebut telah dipotong PPN, PPnBM dengan tarif 20%, dan PPh 22 bendaharawan negara dengan tarif 1,5%.
Berapakah nilai PPN terutang atas setiap transaksi tersebut?
Ilustrasi
Nilai PPN
Jawaban :
PPN Penyerahan Dalam Negeri = 10% x
3.775.000.000
= 377.500.000
PPN Ekspor = 0% x 6.115.000.000
= 0
PPN Konsumen Korporat
= 10/ (100 + 20 + 0,45 – 5,45) x 5.750.000.000
= 10/ 115 x 5.750.000.000 = 500.000.000
PPN Penyerahan Bendaharawan
= 10/ (100 – 10 – 20 – 1.5) x 3.425.000.000
= 10/ 68.5 x 3.425.000.000 = 500.000.000
Pembahasan Ilustrasi
Nilai PPN
Saat Terutang
Pasal 11 UU PPN
Saat penyerahan, impor, pemanfaatan, atau ekspor. Saat pembayaran, jika
dilaksanakan lebih dahulu.
• Untuk BKP Berwujud, saat
penyerahan kepada pihak pengirim.
• Untuk BKP Tak Berwujud, saat
pengakuan piutang, penagihan, atau saat penandatangan kontrak.
• Untuk penyerahan akibat perubahan
bentuk, penggabungan, atau
pemekaran usaha, saat hasil RUPS ditetapkan.
Saat – saat lain.
Saat Penyetoran dan Pelaporan
Pasal 15A UU PPN
Satu hari setelah terutang.
Batas penyetoran PPN dipungut atas
impor.
Tanggal 7 bulan
berikutnya setelah terutang.
Batas penyetoran PPN dipungut bendaharawan
pemerintah. Tanggal 15
bulan
berikutnya setelah terutang.
Batas penyetoran PPN yang berlaku
secara umum.
Akhir bulan berikutnya
setelah terutang.
Tempat Terutang
Pasal 12 Ayat (3), (4) UU PPN
• Berlaku atas penyerahan BKP atau JKP.
Tempat pengukuhan PKP.
• Berlaku atas Impor
Tempat dimasukkannya BKP.
• Berlaku atas pemanfaatan BKP-TB atau JKP
di dalam daerah pabean.
Tempat kedudukan pihak yang memanfaatkan.
• Berlaku atas kegiatan membangun sendiri.
Tempat bangunan didirikan.
• Berlaku atas penyerahan antar cabang.
Tempat kedudukan kantor cabang
Pemusatan Tempat Terutang
memilikisatu tempat terutang
PPN.
memohon pemusata
n tempat terutang.
PKP memiliki satu pusat
tempat terutang
PPN. memiliki beberapa
Kriteria Pusat Tempat Terutang
PER No. 19/ PJ./ 2010
Tidak dapat dijadika n pusat, apabila:
Berada di
kawasa n
berikat.
Berada di
Kawasa n
Ekonomi Khusus. Mendap
at kemuda
han impor untuk tujuan
Pengukuhan
dan
Pengukuhan PKP
•
Berkewaji
Agar dapat dikukuhkan, pengusaha harus
melapor kepada KPP yang menaungi tempat kedudukan usaha, dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan setelah usaha dilaksanakan.
Pengusaha kecil dapat memilih untuk
dikukuhkan sebagai PKP atau tidak. Pengusaha kecil adalah pengusaha dengan peredaran bruto < Rp 600.000.000,00 per tahun.
Pengukuhan secara jabatan merupakan
pengukuhan yang diberikan kepada pengusaha yang memiliki peredaran bruto melebihi batasan pengusaha kecil, namun
belum mengajukan permohonan
pengukuhan.
Ketentuan Khusus:
Pengukuhan PKP
Pasal 3A Ayat (1a), (2) UU PPN, PMK No. 68/ PMK.03/ 2010
Pencabutan Pengukuhan Sebagai
PKP
Pengusaha
memindahk
an tempat
kedudukan
usaha ke
wilayah KPP
lain.
Pengusaha
berhenti
berusaha.
Pengusaha tidaklagi memenuhi syarat
diwajibkannya pengukuhan.
• Tidak lagi
melakukan
penyerahan BKP atau JKP.
• Memiiki peredaran
bruto < Rp
600.000.000,00.
Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (1), (6) UU PPN, PER No. 27/ PJ./ 2011
Faktur pajak merupakan bukti
pemungutan PPN yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atau Ditjen
Bea Cukai (atas impor).
Faktur pajak merupakan bukti administratif yang memungkinkan
PKP melakukan pengkreditan PPN Masukan.
Konten Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (5) UU PPN
Identitas PKP
Penjual
Identitas PKP
Pembeli
Jenis dan Nilai BKP Nilai PPN
dan PPnBM Kode,
nomor seri, dan
tanggal.
Tanda tangan verifikasi.
Saat Pembuatan Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (1a), (2), (2a) UU PPN, PER No. 65/ PJ./ 2010
Saat
penyerahan BKP
atau JKP.
Saat
pembayaran,
jika mendahului
penyerahan.
Saat
pembayaran
termin, untuk
penyerahan
bertahap.
Saat
penyampaian
tagihan, untuk
penyerahan
kepada
Pemungut PPN.
Saat akhir bulan
terutang, untuk
Fa. Leuser melakukan penyerahan BKP dengan rincian penanggalan berikut.
5 Januari mengirimkan barang kepada PT.
Lalakon, pembayaran diterima tanggal 4 Februari.
13 Februari menerima pembayaran di muka dari
PT. Lamajang. Pengiriman dilakukan tiga hari setelahnya.
22 Maret menerima 20% pembayaran atas
pemesanan PT. Lampobattang, tanggal 3 April sebesar 40%, tanggal 16 April sebesar 20%, dan tanggal 21 April untuk sisanya. Pengiriman dilakukan secara bertahap sesuai tanggal pembayaran.
30 Mei menerima pesanan dari Pemkot, barang
dikirimkan tanggal 2 Juni, tagihan dikirimkan tanggal 5 Juni, pemeriksaan dilaksanakan tanggal 11 Juni, dan pembayaran diterima tanggal 17 Juni.
1 Juni menerima pesanan dari PT. Lokon. Klien ini
merupakan pelanggan berkala yang sepanjang Juni melakukan pemesanan di tanggal 3, 6, 18, 23, dan 29 Juni.
Tanggal berapakah faktur pajak seharusnya dibuat untuk setiap transaksinya?
Ilustrasi
Saat Pemfakturan
Jawaban :
Pembahasan Ilustrasi
Saat Pemfakturan
58
N
o. Penerima Faktur Tanggal Faktur PemfakturanSaat
1. PT.
Lalakon 5 Januari Saat penyerahan. 2. PT.
Lamajang 13 Februari Saat pembayaran yang
mendahului penyerahan. 21 April
Saat
pembayaran termin untuk pembayaran berkala.
4. Pemkot 5 Juni Saat
penagihan. 5. PT. Lokon 31 Juni Saat akhir
Aspek Konfirmasi Faktur Pajak
Apakah faktur diterbitkan PKP
yang telah dikukuhkan.
Apakah faktur diterbitkan terkait
BKP atau JKP yang terutang PPN.
Apakah faktur dilaporkan PKP
penerbit sebagai PPN Keluaran
.
Keabsahan faktur pajak ditentukan
berdasar ketentuan material (kelengkapan konten) dan ketentuan formal (kebenaran cara pengisian).
Batas keterlambatan pembuatan adalah 3
bulan dengan konsekuensi denda 2% DPP. Selepas itu, faktur pajak dianggap bukan faktur pajak.
Pengusaha non PKP dilarang membuat
faktur pajak. Jika telah dibuat, PPN harus disetorkan dan pengusaha dikenai sanksi administrasi dan pidana.
Kategori faktur pajak tidak biasa, meliputi:
Faktur Pajak Khusus (atas penyerahan
kepada WP OP Luar Negeri).
Faktur Pajak Pengganti (atas kecacatan,
kesalahan pengisian faktur).
Ketentuan Khusus: Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (8), (9), Pasal 14 UU PPN, PMK No. 38/ PMK.03/ 2010,
PER No. 65/ PJ./ 2010
61
Sistem Kredit PPN
Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN
PPN Keluaran
• Merupak
an PPN yang dipungu t PKP Penjual atas
penyera han
kepada PKP
Pembeli.
PPN Masukan
• Merupak
an PPN yang
dibayark an PKP Pembeli kepada PKP
Penjual atas Kurang
Bayar
• Ketika
PPN
Keluaran melebihi PPN
Masuka n.
• Selisih
tersebut harus disetork an
kepada kas
melebihi PPN
Keluaran .
• Selisih
Syarat Umum Pengkreditan PPN
Masukan
Pasal 9 Ayat (9) UU PPN
Berkaitan
langsung
dengan
kegiatan usaha.
BKP atau JKP
dimanfaatkan
untuk
penyerahan
yang bersifat
terutang PPN.
Dibuktikan oleh
faktur pajak
yang absah
secara material
dan formal.
Dikreditkan
maksimal 3
bulan setelah
penyerahan
BKP atau JKP.
PPN
Masukan
PPN Masukan yang Tidak Dapat
Dikreditkan
Pasal 9 Ayat (8) UU PPN
Berasal dari perolehan BKP atau JKP sebelum dikukuhkan sebagai
PKP.
Tidak berkaitan langsung dengan kegiatan produksi, distribusi, dan
manajemen.
Dimanfaatkan untuk penyerahan yang tidak terutang atau
dibebaskan dari PPN.
Berasal dari perolehan dan pemeliharaan kendaraan sedan,
jeep, station wagon, van, atau kombi.
Faktur pajak cacat atau hilang. PPN Masukan ditagih dengan
Surat Ketetapan Pajak (SKP).
CV. Malabar sepanjang triwulan IV tahun 2012 mencatatkan nilai PPN Keluaran dan PPN Masukan sebagai berikut.
Berapakah besaran PPN kurang (lebih) bayar di akhir setiap masa? Bagaimana status dan perlakuannya?
Ilustrasi
PPN Kurang (Lebih) Bayar
65
N
o. PajakMasa KeluaraPPN n
PPN Masukan
1. Septembe
r 23.150.000 21.565.000 2. Oktober 31.750.0
00 33.955.000 3. Novembe
r 17.225.000 11.595.000 4. Desembe
Jawaban :
Pembahasan Ilustrasi
PPN Kurang (Lebih) Bayar
66
N
o. PajakMasa KeluaPPN ran
PPN Masu
kan
PPN Kurang
(Lebih) Bayar
Perlakuan
1. Septe
mber 23.150.000 21.565.000 1.585.000 Wajib disetor maksimal 15 Oktober.
2. Oktob
er 31.750.000 33.955.000 (2.205.000) Dikompensasikan ke masa November. 3. Nove
mber 17.225.000 11.595.000 3.425.000 Wajib disetor maksimal 15 Desember. 4. Dese
PPN Tidak Dipungut dan PPN
Dibebaskan
Pasal 16B UU PPN
PPN
Tidak
Dipun
gut
•
Pajak Masukan
bersifat dapat
dikreditkan.
PPN
Dibeba
skan
•
Pajak Masukan
bersifat tidak
dapat dikreditkan.
Nilai Kredit PPN Masukan untuk
Penyerahan Terutang dan Tidak
Terutang PPN
Pasal 9 Ayat (5), (6) UU PPN, PMK No. 78/ PMK.03/ 2010
68 BKP atau JKP yang diperoleh seringkali dimanfaatkan untuk melakukan kedua jenis penyerahan sekaligus. nilai PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah:
Untuk non barang modal
Untuk barang modal non tanah dan bangunan, per tahun
Untuk barang modal tanah dan bangunan, per tahun
Masukan
_ PPN Masukan
x
_ PPN Masukan
Koperasi Panderman melakukan pembelian suku cadang dikenai yang PPN untuk perawatan mesin percetakan. Koperasi mencetak kitab suci yang penyerahannya dibebaskan dari PPN dan buku agenda yang penyerahannya terutang PPN.
Berapakah nilai PPN Masukan yang dapat dikreditkan untuk setiap periode?
Ilustrasi
Pengkreditan PPN Masukan A
69
2 65.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000 2. 201
3 80.500.000 1.500.000.000 500.000.000 3. 201
4 32.125.000 1.150.000.000 3.450.000.000 4. 201
Jawaban :
Pembahasan Ilustrasi
Pengkreditan PPN Masukan A
70
N
o. Tahun MasukanPPN Penyerahan Proporsi Terutang
PPN
PPN Masukan
Dapat Dikreditka
n
1. 201
2 6.500.000 1.250.000.000/ 2.500.000.00
0 = 50%
3.250.000
2. 201
3 8.050.000 500.000.000/ 2.000.000.00 0 = 25%
4.012.500
3. 201
4 3.212.500 4.600.000.003.450.000/ 0 = 75%
2.409.375
4. 201
5 4.575.000 825.000.000/ 2.475.000.00 0 = 33%
PT. Rajabasa melakukan pembelian gedung untuk unit penjualan produk daging yang penyerahannya tidak dikenai PPN dan pupuk kandang yang penyerahannya dikenai PPN. Gedung diperoleh dengan nilai Rp 1.265.000.000,00 termasuk PPN, didepresiasikan secara akuntansi didepresiasikan selama 15 tahun dengan nilai sisa Rp 65.000.000,00. Berikut merupakan data penyerahan yang dilakukan PT. Rajabasa.
PT. Rajabasa mengkreditkan PPN Masukan setiap awal tahun, berdasar asumsi 50% penyerahan terutang PPN. Bagaimanakah penghitungan kembali PPN Masukan?
Ilustrasi
Pengkreditan PPN Masukan B
71
N
o. Tahun DagingTonase Harga @ Tonase Pupuk Harga @
1. 201
2 675 61.500.000 1.425 31.500.000 2. 201
3 515 62.250.000 1.500 32.125.000 3. 201
4 730 63.150.000 1.375 33.150.000 4. 201
Jawaban :
PPN Masukan dikreditkan setiap awal tahun
= % Penyerahan Terutang x PPN Masukan / 10
= 50% x (10/ 110 x 1.265.000.000) / 10
= 5.750.000
Pembahasan Ilustrasi
Pengkreditan PPN Masukan B
72
2 41.5125 44.8875 51.95% 5.974.250 244.250 2. 201
3
32.0587 5
48.1875 60.05% 6.905.7 50
1.155. 750 3. 201
4 46.0995 45.58125 49.72% 5.717.800 (32.200) 4. 201
5
48.96 58.65 54.50% 6.267.5 00
Fa. Sanggabuana melakukan pembelian truk untuk operasional dan sedan untuk pemasaran dengan nilai perolehan masing – masing Rp 540.000.000,00 dan Rp 360.000.000,00, termasuk PPN dan PPnBM dengan tarif 10%. Perusahaan melayani jasa reparasi kereta api bagi PT. KAI yang tidak terutang PPN dan jasa reparasi bus bagi PT. Damri. Berikut merupakan data pendapatan perusahaan.
Fa. Sanggabuana mengkreditkan PPN Masukan setiap awal tahun, berdasar asumsi 65% penyerahan terutang PPN. Bagaimanakah penghitungan kembali PPN Masukan?
Ilustrasi
Pengkreditan PPN Masukan C
73
2 425.000.000 15.000.000 910.000.000 5.250.000 2. 201
4 400.000.000 22.500.000 930.000.000 6.500.000 4. 201
5
525.000.00 0
7.500.000 995.000.0 00
Jawaban :
PPN Masukan dikreditkan setiap awal tahun (hanya atas truk operasional)
= % Penyerahan Terutang x PPN Masukan / 4
= 65% x (10/ 120 x 540.000.000) / 4 = 7.312.500
Pembahasan Ilustrasi
Pengkreditan PPN Masukan C
74
2 910.000.000 425.000.000 68,18% 7.670.250 354.750 2. 201
64,15% 7.216.8 75
(95.62 5) 3. 201
4 930.000.000 400.000.000 69,92% 7.866.000 553.500 4. 201
65,46% 7.364.2 50
Retur BKP
PMK No. 65/ PMK.03/ 2010
Mengurangi PPN Keluaran PKP
Penjual, jika
sebelumnya telah dilaporkan.
Diperhitungkan saat nota retur diterima.
Mengurangi PPN Masukan PKP
Pembeli, jika
sebelumnya telah dikreditkan.
Diperhitungkan saat nota retur dibuat.
Mengurangi harta atau biaya PKP Pembeli, jika PPN
Masukan tidak dapat dikreditkan sehingga dilakukan
kapitalisasi atau pembebanan.
Mengurangi harta atau biaya, jika sebelumnya telah
dilakukan
kapitalisasi atau pembebanan oleh
pembeli non PKP.
Pengaruh Retur
Nota Retur
Pem buat
• Dibuat oleh PKP Pembeli yang
melakukan retur.
Wakt u
• Dibuat di saat bersamaan dengan
pengembalian BKP.
Isi
• Memuat nomor nota, nomor faktur
pajak, identitas PKP Pembeli dan
Penjual, deskripsi dan nilai BKP, serta nilai PPN terutang.
Cata tan
• Nota retur tidak dibuat, jika PKP
PT. Kabaena di bulan Juni 2012 melakukan penyerahan BKPsebagai berikut.
Kepada PT. Karangetang dengan nilai kontrak
Rp 385.000.000,00 tidak termasuk PPN.
Kepada PT. Kerinci dengan nilai kontrak Rp
715.000.000,00 termasuk PPN.
Kepada Koperasi Kelud yang bukan
merupakan PKP dengan nilai kontrak Rp 275.000.000,00 termasuk PPN.
PT. Kabaena melaporkan PPN Keluaran atas transaksi tersebut di SPT Masa Juni. Di bulan Juli, PT. Karangetang melakukan retur dengan nilai Rp 35.000.000,00 dan tidak dilakukan penggantian. PT. Kerinci melakukan retur sebesar 5% dari pesanan dan dilakukan penggantian dengan produk serupa. Koperasi Kelud melakukan retur sebesar 15% dari pesanan dan tidak dilakukan penggantian. Bagaimanakah pengaruh retur terhadap pengelolaan PPN masing - masing entitas?
Ilustrasi
Retur
Jawaban :
Pengaruh retur oleh PT. Karangetang
Bagi PT. Kabaena, mengurangi PPN Keluaran di masa Juli. Bagi PT. Karangetang, mengurangi PPN Masukan di masa Juli sebesar:
= 10% x 35.000.000 = 3.500.000
Pengaruh retur oleh PT. Kerinci
Bagi PT. Kabaena maupun bagi PT. Kerinci tidak terdapat pengaruh, sebab dilakukan penggantian mengikuti retur.
Pengaruh retur oleh Koperasi Kelud
Bagi PT. Kabaena, mengurangi PPN Keluaran di masa Juli sebesar
= 10/ 110 x 15% x 275.000.000 = 3.750.000
Bagi Koperasi Kelud, mengurangi beban pajak atau persediaan sebesar 3.750.000.
Pembahasan Ilustrasi
Retur
Pedagang Eceran
KMK No. 402/ KMK.03/ 2002
Karakt
er
• Melalui tempat
penjualan eceran atau mendatangi konsumen.
• Tanpa didahului
penawaran atau pemasaran
tertulis.
• Transaksi cash
and carry.
• Secara umum,
menggunakan mekanisme pengkreditan PPN Masukan dan PPN
Keluaran.
• Khusus PKP yang
menerapkan NPPN, PPN Masukan dikreditkan sebesar 80% PPN Keluaran.
PKP Memiliki Peredaran Usaha
Tidak Melebihi Jumlah Tertentu
Pasal 9 Ayat (7), (7a), (7b) UU PPN, PMK No. 74/ PMK.03/ 2010
Nilai PPN Kurang Bayar
Untuk Penyerahan
BKP = 3% DPP Untuk Penyerahan JKP = 4% DPP
Nilai PPN Masukan yang dapat
Dikreditkan
Untuk Penyerahan BKP
= 70% PPN Keluaran
Untuk Penyerahan JKP
= 60% PPN Keluaran
Definisi
PKP yang memiliki peredaran usaha < Rp 1.800.000.000,00 per tahun, berdasar 2
PKP Melakukan Kegiatan Usaha
Tertentu
PMK No. 79/ PMK.03/ 2010
Definisi
PKP berdagang
kendaraa n
bermotor bekas secara eceran.
PKP berdagan
g
perhiasan emas secara eceran.
Nilai PPN
Masukan
yang
Kurang
Bayar
UntukKondisi Penyebab PPN Lebih Bayar
PKP melakukanpembelian BKP atau JKP dalam jumlah besar di permulaan usaha.
PKP melakukan kegiatan ekspor.
PKP melakukan
penyerahan kepada pemungut PPN.
PKP melakukan
penyerahan yang tidak dipungut PPN, meliputi:
• Penyerahan terkait proyek
pemerintah bersumber dana luar negeri.
• Penyerahan kepada Entrepot
Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE).
• Penyerahan kepada Perusahaan
Ekspor Tertentu (PET).
Restitusi PPN Lebih Bayar
Pasal 9 Ayat (2a), (4b), (6a) UU PPN, PMK No. 81/ PMK.03/ 2010
Secara umum, PPN lebih bayar akan
dikompensasi ke masa pajak
berikutnya. Restitusi di setiap masa
pajak hanya dimungkinkan untuk PPN
lebih bayar yang muncul akibat:
Kegiata n
ekspor BKP atau
JKP.
Penyera han kepada
pemun
Restitusi bagi PKP yang belum berproduksi harus dikembalikan jika mengalami gagal produksi 3 tahun
Pengembalian Pendahuluan Pajak
Lebih Bayar
Bagi PKP Kriteria Tertentu
PMK No. 197/ PMK.03/ 2007
PKP kriteria tertentu dapat memperoleh pengembalian pendahuluan, jika memenuhi
persyaratan:
Tepat waktu melaporkan SPT dan SPT Masa setiap jenis pajak selama 3 tahun terakhir.
Tidak pernah dijatuhi pidana perpajakan selama 5 tahun terakhir.
Tidak sedang memiliki tunggakan pajak per 31 Desember.
Apabila laporan keuangan diaudit, harus memperoleh predikat WTP selama 3 tahun
Pengembalian Pendahuluan Pajak
Lebih Bayar
Bagi PKP Berisiko Rendah
Pasal 9 Ayat (4c), (4d) UU PPN, PMK No. 71/ PMK.03/ 2010
Merupakan PKP yang memenuhi ketentuan:
• Tidak dilakukan pemeriksaan selama 24 bulan terakhir.
• Tepat waktu melaporkan SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir.
• Memproduksi sendiri minimal 75% BKP yang dijual.
• Memiliki LK berpredikat WTP atau WDP selama 2 tahun terakhir.
Atau merupakan perusahaan terbuka dengan
minimal 40% saham
diperdagangkan di BEI.
Atau merupakan perusahaan yang
secara mayoritas dimiliki
pemerintah/
Syarat Restitusi Bagi WP OP Luar
Negeri
(WPOPLN)
Pasal 16E UU PPN, PMK No. 18/ PMK.03/ 2011
WPOPLN bukan WNI dan tinggal di Indonesia
tidak lebih dari dua
bulan.
WPOPLN bukan kru
maskapai penerbanga
n.
Menunjukka n paspor luar negeri,
boarding pass, barang bawaan, dan faktur
pajak khusus. Dikenai PPN dengan
pajak minimal Rp 500.000,00 atas
transaksi yang
dilakukan maksimal 1 bulan sebelumnya dalam 1 faktur, di 1
toko, dan di 1 tanggal.
Apabila PPN yang dikenakan melebihi
Rp 5.000.000,00, maka restitusi
dilaksanakan melalui transfer ke rekening
Kegiatan Membangun Sendiri
Pasal 16C UU PPN, PMK No. 39/ PMK.03/ 2010
• Merupakan
kegiatan
membangun bukan dalam
rangka kegiatan usaha, untuk
digunakan sendiri atau oleh orang lain.
Definisi
• Bangunan
meliputi satu atau lebih konstruksi permanen pada sebidang tanah dengan bahan
kayu, beton, batu bata, atau baja dengan luas > 300 meter
persegi.
• Bangunan
diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau
tempat usaha.
• Proses
pembangunan dapat meliputi beberapa tahap dalam kurun 2 tahun.
Persyarat
an
Pengelolaan PPN Kegiatan
Membangun Sendiri
Pembangun terutang PPN saat mulai membangun, di tempat kedudukan
bangunan.
Dasar Pengenaan PPN
= 40% dari biaya bulanan selain biaya perolehan tanah
PPN Masukan tidak dapat dikreditkan.
Koperasi Tanggamus melakukan kegiatan membangun sendiri yang selama 4 bulan pertama memerlukan biaya – biaya berikut.
Biaya di atas belum termasuk biaya pembebasan lahan utama sebesar Rp 550.000.000,00 di bulan April dan pembebasan lahan perluasan sebesar Rp 275.000.000,00 di bulan Juli. Berapakah PPN terutang untuk setiap bulannya?
Ilustrasi
Kegiatan Membangun Sendiri
89
N
o. Bulan MaterialBiaya Tenaga Biaya Kerja
1. Apri
l 165.000.000 76.500.000 2. Mei 134.500.0
00 65.000.000 3. Juni 215.000.0
00 91.250.000 4. Juli 131.500.0
Jawaban :
DPP kegiatan membangun sendiri adalah sebesar 40% dari biaya selain pembebasan lahan.
Pembahasan Ilustrasi
Kegiatan Membangun Sendiri
90
N
o. Bulan MateriBiaya al
Biaya Tenag
a Kerja
Biaya Bulana
n
DPP PPN Terut
ang
1. Apri
l 165.000.000 76.500.000 241.500.000 96.600.000 9.660.000 2. Mei 134.50
0.000 65.000.000 199.500.000 79.800.000 7.980.000 3. Juni 215.00
0.000 91.250.000 306.250.000 122.500.000 12.250.000 4. Juli 131.50
Perusahaan
pertaksian
diberikan
fasilitas PPN
dan PPnBM
atas:
Impor
Kompone
n dan
Kendaraa
n Jenis
Sedan
PPN dan
PPnBM
ditanggu
ng
pemerin
tah.
91
Fasilitas Khusus PPN
Pencatatan Transaksi PPN
Nilai PPN Keluaran, PPN Masukan dan PPN Kurang (Lebih) Bayar yang
dicatat tidak mempengaruhi laba rugi perusahaan.
PPN Keluaran dicatat sebagai Liabilitas Lancar.
PPN Masukan dicatat sebagai Aset Lancar
PT. Welirang sepanjang masa berjalan melakukan penyerahan jasa kepada beberapa klien dan transaksi bisnis sebagai berikut.
Jasa persewaan apartemen kepada konsumen
ritel dengan total nilai sewa Rp 1.657.500.000,00.
Jasa persewaan Rumah Sederhana kepada
pedagang kecil dengan nilai penggantian Rp 354.500.000.
Membeli alat tulis kantor dengan nilai Rp
18.950.000,00.
Membayar jasa konsultansi senilai Rp
16.500.000,00, termasuk PPN.
Bagaimanakah pencatatan atas setiap transaksi dilakukan, termasuk penghitungan PPN akhir masa?
Ilustrasi
Pencatatan Transaksi A
Jawaban :
Pencatatan Masa Berjalan
Kas 1.842.500.000
Pendapatan Sewa 1.675.000.000 PPN Keluaran 167.500.000
Kas 354.500.000
Pendapatan Sewa 354.500.000 Perlengkapan 18.950.000
PPN Masukan 1.895.000
Kas 20.845.000
Beban Konsultansi 15.000.000
PPN Masukan 1.500.000
Kas 16.500.000
Pembahasan Ilustrasi
Pencatatan Transaksi A
Dibebas kan dari
Jawaban :
Pencatatan Akhir Masa
PPN Keluaran 167.500.000
PPN Masukan 3.395.000
Utang PPN 164.105.000
PT. Welirang wajib menyetorkan PPN kurang bayar sebesar Rp 164.105.000,00 paling lambatdi tanggal 15 masa pajak berikutnya, serta melaporkannya dalam SPT Masa bulan bersangkutan.
Pembahasan Ilustrasi
Pencatatan Transaksi A
Fa. Batusibela sepanjang masa berjalan melakukan penyerahan barang dan transaksi bisnis sebagai berikut.
Menyerahkan produk kepada Pemprov senilai
Rp 685.000.000,00.
Melakukan ekspor dengan nilai jual Rp
515.000.000,00.
Menyerahkan produk kepada pelanggan
dengan nilai Rp 325.000.000,00, termasuk PPN dan PPnBM dengan tarif 20%.
Membeli material setengah jadi senilai Rp
480.000.000,00, termasuk PPN dan PPnBM dengan tarif 10%.
Menerima retur atas penjualan senilai Rp
25.000.000,00.
Melakukan retur bahan baku senilai Rp 65.000.000,00
Perusahaan menganut sistem pencatatan periodik. Bagaimanakah pencatatan atas setiap transaksi dilakukan, termasuk penghitungan PPN akhir masa?
Ilustrasi
Pencatatan Transaksi B
Jawaban :
Pencatatan Masa Berjalan
Piutang Dagang 685.000.000
Penjualan 685.000.000
Kas 515.000.000
Penjualan 515.000.000
Kas 325.000.000
Penjualan 250.000.000
PPN Keluaran 25.000.000 Utang PPnBM 50.000.000
Persediaan 440.000.000
PPN Masukan 40.000.000
Kas 480.000.000
Pembahasan Ilustrasi
Pencatatan Transaksi B
97
PPN disetor Pemung
ut
Jawaban : Pencatatan Masa Berjalan
Penjualan 25.000.000
PPN Keluaran 2.500.000
Kas 27.500.000
Kas 71.500.000
Persediaan 65.000.000
PPN Masukan 6.500.000 Pencatatan Akhir Masa
PPN Keluaran 22.500.000
Aset Kompensasi PPN 11.000.000
PPN Masukan 33.500.000
PPN Lebih Bayar akan dikompensasikan ke masa berikutnya, kecuali jika kelebihan pembayaran terjadi di Desember sehingga dapat direstitusikan.
Pembahasan Ilustrasi
Pencatatan Transaksi B
Referensi
Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang – Undang Perpajakan Terlengkap” . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Dr. Dwi Martani
Departemen Akuntansi FEUI
martani@ui.ac.id atau
dwimartani@yahoo.com
081318227080/ 08161932935 http:/staff.blog.ac.id/martani/