• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sabtu 19 Januari 2013 Bobby Susanto MAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sabtu 19 Januari 2013 Bobby Susanto MAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Sabtu, 19 Januari 2013

BAHAYA IMUNISASI & VAKSIN

Lima Belas Dosa di Kepala Wanita - 05 December, 2013 - Bobby Susanto

MANFAAT WUDHU DAN SHOLAT DARI SEGI KESEHATAN MODERN - 03 December, 2013 - Bobby Susanto

Mengapa Rasulullah Melarang Kita Mencabut Uban? - 03 December, 2013 - Bobby Susanto

Subhanallah, Inilah Keajaiban Burung Gagak - 01 December, 2013 - Bobby

(2)

JIKA KITA PUNYA NURANI PASTI AKAN MENGABARKAN KE SELURUH ANGGOTA KELUARGA KITA, SEMOGA..!! TOLAK IMUNISASI / VAKSINASI DENGAN CARA APAPUN, SEBAB SELAM 50 TAHUN LEBIH KITA TELAH DIBODOHI DENGAN ALASAN KESEHATAN.

Keterangan

Hanya ada 2 hal ketika manusia di vaksinasi:

Bila tidak kuat maka ia meninggal

Bila ia kuat akan tetap hidup tetapi, tidak sesehat seperti yang Allah Inginkan. Ia bisa cacat, sakit-sakitan. Atau tampak biasa saja, tetapi pasti ada kerusakan dalam tubuhnya, jika ia pintar maka apabila tidak terkena vaksin akan lebih pintar dari yang sekarang.

Semua program Imunisasi, Vaksinasi bahkan Keluarga Berencana adalah rencana rapi israhell dan amrik untuk membatasi orang-orang dan atau anak2 pinter yang dilahirkan di negara2 berkembang dan miskin bahkan lebih hebatnya lagi adalah Membatasi Jumlah Penduduk Dunia secara Drastis!. Dalih mereka banyak jenisnya, alasan untuk kesehatan, perencanaan keluarga bahagia dan lain2. Ikuti terus aja bahasan ini. Jutaan keluarga di Amerika, Eropa, Kanada dan Australia sudah tidak percaya lagi dengan program2 pemerintahnya masing2. mereka sudah lama menghindari vaksinasi dan KB !!

Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu. Penyakit berjangkit, aksi vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting sebagai pelindung dari serangan penyakit.

Tujuan Vaksinasi adalah meniru proses penularan penyakit alami dengan kaidah tiruan. Vaksin adalah suntikan yang mengandung berbagai jenis bahan tertentu yang dimasukkan ke dalam tubuh. Jika ada sangkaan bahwa vaksin dapat membasmi bibit penyakit dan membebaskan dari anasir tersebut, maka dugaan itu tidak tepat.

Cara Membuat Vaksin

Vaksin dihasilkan dari bibit penyakit (mikroorganisme) atau bagian darinya yang dapat menimbulkan penyakit. Vaksin campak dihasilkan dari virus campak. Vaksin polio dihasilkan dari virus polio. Vaksin cacar dihasilkan dari virus cacar. Perbedaannya adalah terletak pada cara pembuatannya. Ada 2 (dua) jenis vaksin: vaksin hidup dan vaksin mati.

1. Vaksin Hidup

Vaksin hidup dibuat dari virus hidup yang dilemahkan dengan cara membiakkan ke dalam jaringan organ dan atau darah binatang. Organ tubuh itu antara lain ginjal (monyet dan anjing), embrio ayam, protein telur ayam dan bebek, serum janin sapi, otak kelinci, darah babi atau kuda, serta nanah dari cacar sapi. Pembiakan virus ini dilakukan beberapa kali, secara bertahap, bisa sampai 50 kali untuk mengurangi potensi keganasannya (virulensi, viremia, bakterimia).

Virus campak dibiakkan di dalam embrio ayam. Virus polio menggunakan ginjal monyet. Virus Rubella menggunakan sel-sel diploid manusia (bagian tubuh janin yang digugurkan).

2. Vaksin Mati

Vaksin mati dibuat dengan cara melemahkan virusnya dengan cara pemanasan, radiasi atau reaksi kimia. Mikroorganisme yang lemah ini kemudian dikuatkan dengan adjuvan dan stabilisator.

Adjuvan adalah bahan yang berguna untuk merangsang anti bodi dalam upaya untuk meningkatkan respon imun yang dimaksukkan ke dalam vaksin, sekaligus mempertahankan bahan asing yang akan disuntikkan. Sedangkan stabilisator adalah bahan yang berfungsi sebagai penstabil dari berbagai bahan campuran vaksin. Bahan ini juga berfungsi sebagai pengawet untuk mempertahankan khasiat vaksin selama disimpan).

Bahan-bahan lain yang sering ditambahkan ke dalam vaksin antara lain adalah bahan obat, antibiotik dan bahan kimia ke dalam campuran tersebut seperti: neomycin, streptomycin, natrium klorida, natrium hidroksida, alumunium hidroksida, alumunium fospat, sorbitol, gelatin hasil hidrolisis, formaldehid, formalin, monosodium glutamat, pewarna merah fenol, fenooksietanol (berfungsi sebagai anti beku), kalium difospat, hidrolysate Casein pankreas babi, sorbitol dan thimerosal (mengandung air raksa).

Semua bahan tersebut sering disebutkan oleh Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention, CDC, dan Pysician’s Desk Reference di Amerika Serikat.

Virus atau bakteri, bahan kimia dan bagian tubuh binatang yang berpenyakit, setelah diolah dalam bentuk injeksi lalu disuntikan ke dalam tubuh anak atau orang dewasa ketika mendapatkan vaksinasi. Menurut CDC AS, semua bahan tambahan tersebut dicampurkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan reaksi imun, mencegah pencemaran mikroba dan memperkuat formula vaksin, serta untuk memastikan vaksin tersebut stabil, bebas kuman dan aman. Benarkan?

Bagaimana Vaksin Dihasilkan?

1. Vaksin yang Sering Dipakai

Susanto

Mengungkap Fakta Ilmiah Lalat Dalam Pesan Rasulullah - 28 November, 2013 - Bobby Susanto kita. Memakai jilbab sudah bukan me...

HADITS-HADITS TENTANG

Already a member? Sign in

Pengikut

YANG TERBARU

(3)

- Vaksin DPT (Difteria, Pertusis dan Tetanus) - Vaksin DtaP (Difteria, Tetanus, dan Acellular Pertusis) - Vaksin MMR (Campak, Gondok dan Rubella) - Vaksin Polio hidup oral (OPV)

- Vaksin Polio tidak aktif (IPV) - Vaksin Hepatitis B - Vaksin Hib

- Vaksin Variocella zoaster (Cacar Air) - Vaksin Cacar

Dalam buku The Consumer’s Guide to Childhood Vaccines, Barbara Loe Fisher, pendiri dan presiden pusat informasi vaksin nasional AS (yang didirikan untuk mencegah kerusakan tubuh dan kematian akibat vaksin melalui pendidikan umum) menjelaskan proses pembuatan vaksin sebagai berikut :

2. Cara Membuat Vaksin

Sebagai misal, kita mengamati pembuatan Vaksin Cacar. Perut anak sapi dicukur, lalu ditorek-toreh pada kulit itu. Virus cacar diteteskan pada torehan itu dan dibiarkan bernanah selama beberapa hari. Anak sapi dibiarkan berdiri dengan kepala terikat, agar tidak dapat menjilati perutnya.

Anak sapi itu dikeluarkan dari kandang lantas dibaringkan di atas meja. Borok bernanah itu nanahnya diambil, lalu dijadikan serbuk. Serbuk ini adalah bahan vaksin cacar yang dapat dibiakkan di media biakan (Walene James, Pengarang Immunization: The Reality Beyond the Myth)

Reaksi Tubuh Terhadap Vaksin

Cairan vaksin masuk ke dalam aliran darah anak. Tubuh bereaksi dan berusaha menyingkirkan bahan vaksin tersebut melalui organ ekskresi. Lalu muncul reaksi imunologis seperti demam, bengkak atau ada ruam pada kulit. Apabila tubuh mampu mengatasinya, kuat meningkatkan reaksi imun, tubuh anak akan berhasil menyingkirkan pengaruh vaksin tersebut dan mencegahnya terjangkit kembali di masa yang akan datang. Akan tetapi jika tubuh anak tidak kuat meningkatkan reaksi imunologis, maka vaksin akan bertahan dalam jaringan tubuh.

Vaksin yang bertahan di jaringan tubuh dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes pada anak, asma, gangguan pada saraf, leukimia, bahkan mati mendadak.

Telah ada ribuan laporan catatan efek samping jangka panjang yang buruk terkait vaksin seperti penyakit radang usus, autis, esenfalitis kronis, skelerosis multipel, artritis reumatoid dan kanker. Sebagian vaksin diketahui menyebabkan efek samping jangka pendek yang serius.

Pada tanggal 12 Juli 2002, Reuters News Service melaporkan bahwa hampir 1000 pelajar sekolah dilarikan ke rumah sakit setelah disuntik vaksin Ensefalitis di timur laut negeri Cina. Para pelajar itu mengalami demam, lemas, muntah dan dalam beberapa kasus terkena serangan jantung setelah divaksinasi.

Akibat dari Vaksinasi

1. Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS)

Tahun 1996 terdapat 872 peristiwa buruk dilaporkan kepada VAERS (AS) yang melibatkan anak-anak di bawah 14 tahun. Mereka disuntik vaksin Hepatitis B. Anak-anak tersebut dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit karena mengalami masalah kesehatan yang mengancam nyawa. Sebanyak 48 anak dilaporkan meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin tersebut.

Pada kasus lain, vaksinasi telah dikaitkan dengan kerusakan otak, IQ rendah, gangguan konsentrasi, kemampuan belajar kurang, autis, dan gangguan saraf.

Vaksin gondok dan campak yang diberikan pada anak-anak misalnya telah menyebabkan kerusakan otak, kanker, diabetes, leukimia, hingga kematian (sindrom kematian bayi mendadak).

2. The American Journal of Epidemiology (1992)

Tingkat kematian anak-anak meningkat hingga 8 kali pada jangka waktu 3 hari setelah mendapat suntikan vaksin DPT.

3. Laporan CDC (AS)

Anak yang menerima vaksin Hib berisiko 5 kali lebih mudah mengidap penyakit tersebut dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tersebut.

4. Dr Jonas Salk, penemu vaksin Polio Salk (1977)

Bersama ilmuan lain disebutkan bahwa 87% dari kasus Polio yang terjadi sejak tahun 1970 adalah akibat dari vaksin Polio.

5. Kasus Autis di AS

Sebelum tahun 1980 terdapat 1 dari 10.000 anak menderita autis. Tahun 2002 Institut Kesehatan Negeri AS mencatat peningkatan angka tersebut menjadi 250 dari 10.000. Kini persatuan orang tua penderita autis Amerika memperkirakan peningkatan kasus autisme ± 10% per tahun. Vaksin yang mengandung air raksa diyakini sebagai penyebabnya.

6. Boyd Halley, Universitas Kentucky

Boyd Halley adalah pengurus program kimia dan pakar logam berat, Universitas Kentucky, menyebutkan bahwa ”Thimerosal” mampu meresap di protein otak. Bahan ini sangat beracun bagi syaraf dan cenderung merusak enzim.

Boyd Halley pada Agustus tahun 2003, mendapati banyaknya kandungan air raksa pada penderita autis, yang dianalisa melalui kadar air raksa pada rambut. Bahan yang ditemukan adalah etil-raksa dari thimerosal yang meresap ke dalam otak dan organ tubuh lainnya. Ini sangat berpotensi menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan gangguan fungsi ginjal.

7. Logam Air Raksa (San Jose Mercury News, 6 Juli 2002)

Satu dari 10 anak dan remaja AS mengalami kelemahan fisik dan mental. Menurut pengamatan yang dilakukan, tahun 2000 terdapat pertambahan mendadak angka kecacatan pada penduduk usia muda. Tahun sebelumnya data menunjukan peningkatan kecacatan pada anak-anak.

Sampai usia 2 tahun, anak-anak Amerika dilaporkan telah menerima 237 mikrogram air raksa melalui vaksin. Kadar ini melebihi ambang batas yang ditetapkan Organisasi Perlindungan Alam AS yaitu 1/10 mikrogram per hari.

(4)

Sebuah penemuan di Amerika menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B mengandung 12 mcg air raksa (30 kali lipat dari ambang batas). DtaP dan Hib mengandung 50 mcg air raksa (60 kali lipat dari ambang batas). Polio mengandung 62,5 mcg air raksa (78 kali lipat dari ambang batas).

8. Kasus-kasus Akibat Vaksinasi

Kasus autoimun, asmatis, dan diabetes pada usia anak telah meningkat 20 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya di AS.

Setiap tahun 25.000 bayi Amerika mengalami kematian mendadak akibat vaksinasi, yang merupakan penyebab kematian mendadak terbesar. Jepang telah meningkatkan usia penerima vaksin hingga usia 2 tahun. Ternyata angka kematian turun drastis (Cherry, et al, 1988).

Swedia menghentikan vaksinasi batuk rejan (Pertussis) tahun 1979 karena muncul wabah penyakit ini yang justru terjadi pada anak yang telah mendapatkan vaksinasi. Setelah dihentikan program vaksinasi, penyakit ini menjadi penyakit ringan tanpa kasus kematian. Ternyata vaksin itu sebenarnya justru menyebarkan penyakit.

Tahun 1975, Jerman menghentikan kewajiban vaksin Pertussis, dan jumlah anak yang mengalami penyakit itu turun drastis. Pada tahun 2000 jumlahnya turun sampai 10%.

Begitu banyak kenyataan lapangan yang justru merugikan. Oleh karena itu, program vaksinasi layak dipertanyakan. Fakta-fakta di atas dengan gambling menjelaskan bahwa vaksin tidak meningkatkan kesehatan anakanak. Namun anehnya, vaksin terus-menerus dibuat dan diwajibkan kepada masyarakat.

Bahan Beracun pada Vaksin

Hampir dipastikan bahwa semua vaksin mengandung bahan racun. Bahan tambahan vaksin (penguat, penetral, pengawet dan agen pembawa) jauh lebih beracun daripada komponen virus atau bakteri dalam vaksin tersebut. Sebut saja agen penyebab kanker yaitu formaldehid dan thimerosal dapat merusak otak. Tidak ada orang tua yang berpikir untuk memberi makan anaknya dengan formaldehid (pengawet mayat), air raksa atau alumunium fospat. Tetapi kita dengan rela telah memasukkan suntikan vaksin yang mengandung bahan tersebut, leluasa masuk ke dalam aliran darah anak.

Berikut adalah informasi mengenai resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh sebagian bahan beracun utama dalam vaksin, yang disusun dari berbagai sumber termasuk dari Persatuan Pemerhati Vaksin Australia.

1. Alumunium

Bahan ini meracuni darah, syaraf, pernapasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Bahan ini penyebab kerusakan otak, hilang ingatan sementara, kejang dan koma. Memang dalam jumlah sedikit tidak beracun dan bermanfaat bagi tubuh. Namun kadar dalam vaksin amat tinggi, 0,5%.

2. Ammonium Sulfat

Bahan ini meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan sistem pernapasan.

3. Ampotericin B

Sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek sampingnya adalah menyebabkan pembekuan darah, bentuk sel darah merah menjadi tidak sempurna, gangguan ginjal, lesu, demam dan alergi kulit.

4. Beta-Propiolactone

Bahan ini menyebabkan kanker, meracuni sistem pencernaan, hati, sistem pernafasan, kulit dan organ genital.

5. Casein

Bahan yang berfungsi sebagai perekat yang kuat untuk label botol, dibuat dari susu, namun di dalam tubuh Casein dianggap protein asing yang beracun.

6. Formaldehid dan Formalin

Bahan penyebab kanker. Zat ini lebih berbahaya dibandingkan dengan bahan kimia lain. Bahan yang merupakan turunan formaldehid adalah formalin. Ia merupakan campuran dari 37%-40% formaldehid, air dan atau 10% metanol. Formalin adalah peringkat ke 5 dari 12 bahan kimia yang paling berbahaya (Enviromental Defense Fund, AS).

7. Monosodium Glutamat (MSG)

Orang yang alergi pada MSG akan mengalami perasaan seperti terbakar di belakang leher, lengan dan punggung atau mengalami sakit dada, sakit kepala, lesu, denyut jantung cepat dan kesulitan bernafas. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, suntikan glutamate dalam hewan percobaan menyebabkan kerusakan sel syaraf otak.

8. Neomycin

Antibiotik ini mengganggu penyerapan vitamin B6. Kekurangan vitamin B6 menyebabkan epilepsi dan cacat mental.

9. Fenol

Bahan ini digunakan dalam pembuatan disinfektan, pewarna, industri farmasi, plastik dan bahan pengawet. Fenol dapat menyebabkan keracunan sistemik, kelemahan tubuh, berkeringat, sakit kepala, muntah, gangguan mental, syok, hipersensitif, kerusakan ginjal, kejang, gagal jantung dan atau ginjal dan kematian.

10. Fenoksi Etanol (Anti Beku)

Bahan ini menimbulkan bau badan tidak sedap, kerusakan pencernaan, kebutaan, koma dan kematian.

11. Polysorbate 20, Polysorbate 80 dan Sorbitol

Bahan Polysorbate ini meracuni kulit atau organ kelamin. Sedangkan Sorbitol menyebabkan kerusakan system pencernaan.

12. Thimerosal

Bahan ini merupakan anasir kedua 2 yang paling beracun untuk manusia setelah uranium. Ia merusak otak dan sistem syaraf, dan menyebabkan kasus penyakit autoimun.

Juni (11)

Mei (9)

April (14)

Maret (7)

Februari (16)

Januari (13)

Desember (14)

November (20)

Oktober (35)

September (33)

Agustus (18)

Juli (8)

Juni (21)

(5)

Vaksin dan 12 Hal yang Harus Diperhatikan

1. Dokter tidak bisa menjamin keamanan dan efektifitas vaksin. 2. Keamanan vaksin belum teruji dengan benar.

3. Vaksinasi tidak berlandaskan prinsip yang kokoh dan patut dipertanyakan efektifitasnya. 4. Vaksin bisa tercemar sehingga membahayakan.

5. Punya efek samping jangka panjang yang serius. 6. Menimbulkan penyakit yang seharusnya dapat disembuhkan. 7. Tidak dapat melindungi dari penyakit menular.

8. Vaksin berhubungan dengan wabah penyakit.

9. Vaksin tidak dapat dipercayai, tidak resisten terhadap penyakit tetapi resisten terhadap kesehatan. 10. Dokter dan profesional kesehatan jarang melaporkan efek buruk vaksin.

11. Ada dokter yang menolak dilakukan vaksinasi.

12. Vaksinasi lebih mengutamakan keuntungan daripada mengobati. Tidak dianjurkan Vaksinasi

1. Terdapat banyak bukti yang menunjukan bahwa imunisasi terhadap anak lebih banyak merugikan dari pada manfaatnya.” (dr. J Anthony Morris, mantan Ketua Pengawas Vaksin

2. Ancaman terbesar serangan penyakit anak-anak datang dari usia pencegahan yang tidak efektif dan berbahaya melalui imunisasi besar-besaran.” (dr. R. Mendelsohn, Penulis (How to Raise A Healthy Child In Spite Of Your Doctor dan Profesor Pediatrik).

3. Semua vaksinasi berfungsi mengubah tiga situasi darah kepada ciri-ciri kanker dan leukemia. Vaksin DO dapat menyebabkan kanker dan leukemia.” (Profesor L.C. Vincent, penggagas Bioelektronika).

4. Data resmi menunjukan vaksinasi berskala besar di AS gagal memberikan kemajuan yang signifikan dalam pencegahan penyakit yang seharusnya dapat ia lindungi.” (dr. A. Sabin, pengembang vaksin Polio Oral, dalam kuliahnya di hadapan dokter-dokter Italia di Piacenza, Italia, 7 Desember 1985).

5. Selain telah nyata banyak kasus kematian akibat program ini, terdapat juga bahaya jangka panjang yang hampir mustahil di ukur dengan pasti. Terdapat sejumlah bahan berbahaya dalam seluruh prosedur pembuatan vaksin yang seharusnya mencegah penggunaan yang terlalu banyak atau tidak wajar.” (Sir Graham Wilson dalam The Hazards of Immunization).

6. Dengan mengesampingkan fakta bahwa vaksin berpeluang besar tercemari virus binatang yang dapat menyebabkan penyakit serius pada masa depan. Kita harus mempertimbangkan apakah ada vaksin yang benar-benar berfungsi sebagaimana tujuan asalnya.” (dr. W.C. Douglas dalam Cutting Edge, Mei 1990).

7. Satu-satunya vaksin yang aman adalah tidak menggunakan sama sekali” (dr. James A. Shannon, Institut Kesehatan Nasional, AS)

8. Vaksinasi adalah produk kesalahan dan kebodohan yang tidak dirancang dengan baik. Ia seharusnya tidak mendapatkan tempat dari sisi kebersihan maupun kedokteran. Vaksinasi tidak ilmiah, keyakinan konyol yang membawa maut dan mengakibatkan kesengsaraan yang berkepanjangan.” (Profesor Chas Rauta, Universitas Perugia, Italia didalam New York Medical Journal, Juli 1899).

9. Imunisasi terhadap cacar lebih berbahaya dari pada penyakit itu sendiri.” (Profesor Ari Zuckerman, WHO).

10. Tidak ada satupun vaksin yang telah dibuktikan keamanannya sebelum diberikan kepada anak-anak. (Pakar bedah umum, Leonard Scheele di Konfrensi AMA, AS 1955).

Berita

Politik

Humaniora

Ekonomi

Hiburan

Olahraga

Lifestyle

Wisata

Kesehatan

Tekno

Media

Muda

Green

Lipsus

Fiksiana Freez

Home

Kesehatan

Medis

Artikel

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Thoughts lead on to purposes; purposes go forth in action; actions form habits; habits

decide character; and character fixes our destiny. Check my blog

http://juliansunan.blogspot.com/

Medis

(6)

1in Sh ar e

OPINI

| 03 May 2012 | 04:47

Dibaca: 5383

Komentar: 53

1 menarik

Jujur saja, saya tergelitik untuk menulis lagi gara-gara kejadian kemarin saat jaga Pameran

Pembangunan & Potensi Daerah Kabupaten Sleman, dimana saya diminta menjadi Sales Promotion

Boy (SPB, oh yes, I’m still a boy!) pada stand Dinas Kesehatan. Saat itu ada mbak-mbak PNS dari

stand sebelah yang bertanya-tanya tentang imunisasi dan betapa gerakan anti imunisasi sudah

merebak di internet, bahkan ada pula seminar-seminarnya di institusi perguruan tinggi, dan nggak

tanggung-tanggung, pembicaranya bahkan ada yang dokter pula. Lalu, penasaran, sore tadi saya

membuka Google dan mencoba mencari situs-situs anti imunisasi dan vaksinasi tersebut, dan

hasilnya.. hampir rahang bawah saya copot karena mangap terlalu lebar: betapa banyaknya! jauh

lebih banyak daripada situs yang mempromosikan imunisasi. Saya baca dan baca, rata-rata isinya

sama, artikel yang sama, dicopy paste berulang-ulang dari satu situs ke situs yang lain dari satu blog

ke blog yang lain. Yang membuat saya tambah mangap dan tergeleng-geleng, artikel tersebut

seolah-olah benar-benar evidence based, mencatut nama ahli-ahli, penelitian-penelitian, data dan

angka, meyakinkan nian. Coba saya cungkil separuh kesini (dari salah satu artikel di blog anak

negeri yang populer di Google,

http://un2kmu.wordpress.com/2010/04/19/mengungkap-konspirasi-imunisasi-dan-bahaya-vaksin/

)

Mengungkap Konspirasi Imunisasi dan Bahaya Vaksin

Imunisasi dan Konspirasi di dalamnya.

Jika kita merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat

menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh

Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling

berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari Zionisme Internasional.

Kenyataannya, mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya :

The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the

same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established

the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and

earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).

~ Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda”

Wah hebat sekali ya penguasaan mereka pada lembaga-lembaga strategis.

Dilihat dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi modern (atau kita menyebutnya imunisasi)

adalah salah satu campur tangan (Baca : konspirasi) Zionisme dengan tujuan untuk menguasai dan

memperbudak seluruh dunia dalam “New World Order” mereka.

Apa Kata Para Ilmuwan Tentang Vaksinasi?

“Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.”

~ Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika

“Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah

fungsi pencegahan sistem imun.”

~ Dr. Richard Moskowitz, Harvard University

“Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya

telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak

mendapatkan vaksinasi sebelumnya.”

~ Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris

“Ketika vaksin dinyatakan aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diartikan

secara umum”.

~ dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional

“Kasus polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958 peningkatan

sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%.”

~ Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962

“Sebelum vaksinasi besar besaran 50 tahun yang lalu, di negara itu (Amerika) tidak terdapat wabah

kanker, penyakit autoimun, dan kasus autisme.”

~ Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional

“Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang

mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom

keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang

tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini.”

~ Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika

“Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan

dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri

yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua

infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah

kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.”

~ Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”

Dan masih banyak lagi pendapat ilmuwan yang lainnya.

Dan ternyata faktanya di Jerman para praktisi medis, mulai dokter hingga perawat, menolak adanya

imunisasi campak. Penolakan itu diterbitkan dalam “Journal of the American Medical Association”

(20 Februari 1981) yang berisi sebuah artikel dengan judul “Rubella Vaccine in Susceptible Hospital

Employees, Poor Physician Participation”. Dalam artikel itu disebutkan bahwa jumlah partisipan

terendah dalam imunisasi campak terjadi di kalangan praktisi medis di Jerman. Hal ini terjadi pada

para pakar obstetrik, dan kadar terendah lain terjadi pada para pakar pediatrik. Kurang lebih 90%

pakar obstetrik dan 66% parak pediatrik menolak suntikan vaksin rubella.

Stop. Ini baru separuh artikel pembuka. Cukup meyakinkan bukan? sudah pernah baca?

(7)

terus berlanjut hingga sekarang mengenai metode kedokteran. Dan selama masa belajar itu saya

pernah (kalau tidak lupa) diajarkan tahap pertama dalam pembelajaran: mencari referensi yang

sahih, tidak bias/tendens, valid dan reliable. Dan tahap pertama pembelajaran saya itulah yang akan

sedikit saya bagikan pada anda, siapa tahu saya nanti beneran bisa dapat tanda jasa dari anda ;).

1. Leonard Horowitz

Tentang Dr. Leonard Horowitz yang penulis sebutkan di atas: entah darimana ia dapat gelar DR. di

depan namanya. Karakter ini dalam search google dapat anda temukan ratusan dalam situs anti

imunisasi yang artikelnya dicopy paste itu. Lihat di situs asing, ia terlibat dalam situs-situs yang

menolak pengetahuan & teknologi modern. Yang paling jelas kalau di follow up, ternyata si Horowitz

ini sangat berperan dalam situs FluScam.com, situs yang benar-benar membolak-balikkan fakta

pengobatan modern, menolak imunisasi, yang ujung-ujungnya menawarkan pengobatan alternatif.

Silakan buka situsnya, dan link situs lainnya, Leonard Horowitz ini ternyata populer juga sebagai

semacam penyembuh spiritual di Amrik sana. Dia bahkan menyebut dirinya seorang sakti, semacam

mengaku nabi, bahkan mengklaim ada ‘malaikat’ menuntunnya, secara tertulis pada bukunya

Walking on Water di tahun 2006. Tuntunannya semacam ini:

·

5-steps you can take to prompt miraculous healings.

·

The LOVE frequency to radiate affection and resolve troubled relationships.

·

Key changes you can make to overcome self-defeating patterns to prosper in all ways.

·

How to sustain and celebrate LOVE as a core creative force.

·

Master the mystery of sex, love and your true male/female identity.

·

Easily and inexpensively produce “holy water” critical for natural healing.

·

The use of music, foods, language, prayer and faith to heal your life.

·

The true meaning of your life.

·

How to prosper, more than ever, by understanding the laws of nature, attraction, giving and

receiving.

Kaya judul-judul buku kacangan yang dijual 10ribuan. Pesan di dalamnya gampang, sudah bisa

ditebak, lupakan teknologi, ciptakan penyembuhan dari diri sendiri (wow!). Dia akan menunjukkan

gimana caranya, cukup bayar sekian dolar, via transfer di rekening bla-bla-bla. Buka saja

FluScam.com dan ikutilah seluruh anjuran Kiai Dr. Leonard Horowitz, pasti manjur..

2. Dr. James Shannon

Setelah dilacak-lacak tentang quote dan Dr. James R. Shannon mantan direktur National Health

Institute (NIH), ternyata koneksi keduanya cuma ditemukan di situs-situs anti vaksinasi saja. Di situs

anti vaksinasi asing kopiannya sebagai berikut “Dr. James R. Shannon, former director of the

National Institute of Health reported in December, 2003 that

“the only safe vaccine is one that is

never used”

.

Memang ada mantan direktur NIH yang bernama Dr. James Augustine Shannon, lahir tahun 1904,

tapi beliau telah meninggal tahun 1994 lalu di usia 89 tahun. Obituarinya bisa dilihat di

http://www.nap.edu/readingroom.php?book=biomems&page=jshannon.html

Sejauh ini belum ada berita yang mengabarkan Dr. James Augustine Shannon bangkit dari kubur,

lalu mengganti nama tengahnya, dan kemudian di tahun 2003 berpidato

“the only safe vaccine is

one that is never used, dude!”.

Ya, koneksinya cuma ketemu di situs-situs anti vaksinasi saja, yang

semuanya menulis mantan direktur NIH Dr. James R. Shannon

Mungkin ada direktur NIH bernama Shannon yang lain? sudahlah, coba cek di daftar direktur NIH

http://www.nih.gov/about/almanac/historical/directors.htm

Dengan kata lain, quote James Shannon yang dicopy paste berjuta kali itu cuma tipuan belaka

3. Richard Moskowitz

Richard Moskowitz lahir pada tahun 1938, dan kuliah di Harvard (BA) dan New York University (MD).

Setelah selesai sekolah kedokteran dia kemudian mengikuti 3 tahun studi pascasarjana di bidang

Filsafat di University of Colorado. Dia mengambil magang di Rumah Sakit St. Anthony, Denver, dan

telah mempelajari kedokteran keluarga sejak tahun 1967, serta (katanya) membantu 800 kali kasus

kelahiran di rumah. Dengan latar belakang kedokteran oriental dan bentuk-bentuk penyembuhan

alami, Dr Moskowitz belajar homeopati dengan George Vithoulkas di Yunani dan Rajan Sankaran

(dan lain-lain, entahlah saya ngga kenal) di India.

Dia telah mempraktekkan metode klasik tersebut secara eksklusif sejak 1974, dan telah mengajar

secara luas pada mata pelajaran homeopati dan yang berkaitan dengannya (pengobatan alternatif).

Silakan searching, di internet banyak nama dokter Richard Moskowitz, tapi yang dicuplik

pendapatnya di situs-situs anti vaksinasi adalah dokter Moskowitz yang ahli homeopati ini. Jadi,

sudah jelaslah ia adalah praktisi homeopati, sudah jelas bukan ahli vaksin atau imunisasi, dan tidak

mewakili institusi Harvard University. Sudah jelas pula titik bias pendapatnya pada kasus imunisasi.

4. dr W. B. Clarke

Aktor fiktif lain, siapa itu dr W. B. Clarke? yang katanya seorang dokter di Indiana di tahun 1900an

(iya, tahun 1900, belum ada laptop dan FB saat itu; yang dikutip di atas sana sebagai ahli kanker

dari Inggris? keliru mengutip kayaknya si mas). Orangnya saja sudah ngga jelas. Silahkan coba

untuk menemukan biografinya dan artikel aslinya yang menyatakan

“Cancer is essentially unknown

prior to the obligation of smallpox vaccination was introduced. I had faced 200 cases of cancer, and

none of those affected by cancer do not get vaccinated before”

, anda hanya akan menemukan

website-website komunitas anti-vaksin lain yang mengulang-ulang kutipan itu, lagi dan lagi, tanpa

menunjukkan sumber dan artikel yang asli. Selain Dr W. B Clarke ahli geologi terkenal (itu lhoo, lihat

di wiki), tidak ada ahli lain yang bernama W. B Clarke yang dapat anda akui quote dan

artikel-artikelnya sebagai seorang dokter dan ahli kanker yang sahih. Tolong perhatikan bahwa

http://www.whale.to/ yang merupakan sumber dari berbagai artikel anti vaksinasi adalah merupakan

situs pengobatan alternatif, anda pasti tahu apa yang mereka selalu katakan tentang imunisasi

5. Harris L. Coulter, PhD

(8)

sudah terlihat menentang sisi medis. Coulter telah dianggap “sejarawan homeopati terkemuka akhir

abad 20.” Nah!

Karya Coulter yang paling signifikan adalah empat jilid risalah tentang sejarah kedokteran Barat,

Divided Legacy: A History of the Schism in Medical Thought, yang memerinci dua jalur yang

berbeda pada pemikiran dan praktek medis sejak zaman Hippocrates hingga saat ini : pendekatan

rasional dan pendekatan empiris seperti yang diamati dalam sejarah filosofi.

Coulter telah bertugas di berbagai panel penasihat medis, dan telah memberikan masukan tentang

konflik antara American Medical Association (AMA) dan homeopati. Dari tahun 1965 sampai 1975,

Coulter adalah direktur publikasi untuk American Foundation for Homeopathy, dan 1983-1989 ia

menjabat di dewan editorial Journal of the American Institute of Homeopathy. Coulter juga anggota

dewan penasehat dari Campaign Against Fraudulent Medical Research. Coulter fasih berbahasa

Jerman, Perancis, Spanyol, Latin, Rusia, Hongaria, dan Serbo-Kroasia.

Pandangan Coulter telah dikritik, misalnya tentang ide-idenya tentang bahaya vaksinasi. Yah,

pendapat apa sih yang anda harapkan dari ahli homeopati mengenai imunisasi?

6. Bernard G. Greenberg, PhD

Bagi anda yang tertarik, inilah referensi yang lengkap bagi seluruh dunia (hehe) untuk melihat (dan

untuk menunjukkan bagaimana komunitas anti vaksin mendistorsi kebenaran) suatu bagian dari

diskusi telah dipublikasikan dengan menutup keseluruhan isi diskusi, dengan tujuan pembohongan

publik.

Quote di atas dikutip dari diskusi panel yang berjudul

“The Present Status of Polio Vaccines”

dengan

moderator: Herbert Ratner, MD, panelis: Herald R. Cox, ScD, Bernard G. Greenberg, PhD, Herman

Kleinman, MD, dan Paul Meier, PhD. Telah dipublikasikan di Illinois Medical Journal. Agustus, 1960.

pp 84-93. (Diskusi Panel diedit dari transkrip yang dipresentasikan sebelum Section on Preventative

Medicine and Public Health pada 120th Annual Meeting of the ISMS di Chicago, 26 Mei 1960.).

Dapat dicari review diskusinya pada jurnal tersebut.

Posisi Dr Greenberg tidak menyatakan bahwa vaksin polio tidak efektif, posisinya adalah bahwa itu

belum ‘sangat’ efektif. Dia juga tidak membuat pernyataan bahwa vaksin tersebut berbahaya.

Berikut adalah beberapa kutipan dari beliau tentang tren polio:

“Without a doubt, the increasing trend

has been reduced to some extent by the Salk vaccine.”

“However, any future substantial reduction in this trend will require a more potent vaccine, not simply

vaccinating more people. If there were no other vaccine, complete vaccination of all susceptible

persons in the population with the Salk vaccine would be justifiable.”

Potensitas (kekuatan) vaksin di

sini yang dimaksudkan adalah fungsi untuk meningkatan jumlah antigen virus yang dilemahkan

dalam vaksin Salk, atau menggunakan virus hidup seperti vaksin Sabin.

“Today it may be a serious mistake to be ultraconservative in accepting the new live virus vaccines

under the impression that there is no hurry because an almost equivalent immunizer exists in the

Salk vaccine. A delay in accepting and promoting better vaccines will be a costly one.”

Greenberg

mengatakan ini pada tahun 1960 (pada tahun 1961 vaksin monovalen Sabin mendapat lisensi).

Dalam pernyataanya Dr Greenberg percaya vaksin Sabin adalah jawabannya, dan lebih baik dari

vaksin Salk yang karena kendala teknis (virus propagasi dalam kultur sel) menghambat vaksin Salk

untuk menjadi cukup kuat. Lihatlah, Greenberg tidak melarang vaksinasi kan?

Di kemudian hari, virus tersebut diadaptasikan dengan kultur sel microsphere terus menerus dalam

sel Vero hingga dapat menghasilkan 10^9 virus per ml - dan itulah yang digunakan dalam vaksin

polio (IPV) hingga hari ini. Dengan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar virus dalam

kultur sejak awal tahun 1970an, dan dengan diberantasnya polio liar di Amerika Serikat, IPV

mengantikan OPV pada tahun 2000 untuk meniadakan kasus langka dari perubahan patogenik

kembali dari vaksin Sabin. Thanks to dr. Greenberg.

7. Neil Z. Miller & Barbara Loe Fisher

Neil Z. Miller & Barbara Loe Fisher adalah promotor gerakan anti vaksin sejati, mereka meneliti

(hingga mempublikasikan riset yang menunjukkan keburukan vaksin di jurnal ilmiah, meskipun

penuh rekayasa) untuk komunitas anti vaksin, apakah anda berharap mereka akan berkomentar

netral dan obyektif?. Coba anda memasukkan keyword vaksin di google, akan anda temukan situs di

daftar teratas bernama “National Vaccine Information Center ” (NVIC), seperti pusat informasi vaksin

beneran ya, jangan salah, organisasi dan situs tersebut didirikan oleh Barbara Loe Fisher dan

merupakan salah satu anti-vaksin kelompok tertua dan paling berpengaruh di AS, baru-baru ini

bekerja sama dengan Joe Mercola untuk bekerjasama mempromosikan paham anti-vaksin. Maka

kalau baca di situ dijamin artikel-artikelnya yang anti vaksin jauh lebih profesional daripada artikel

yang di atas. Tapi ingat siapa pembuatnya, memang tujuannya kan ke arah sana.

8. William Howard Hay, MD

Ada juga di wiki. Sang ‘legendaris’ William Howard Hay, MD (1866 - 1940)! adalah salah satu aktivis

pengobatan alternatif ternama, terutama melalui diet. Awalnya dia memang seorang dokter, tertular

penyakit Bright (atau jaman sekarang disebut sebagai nefritis – peradangan pada ginjal). Dengan

jantung bengkak dan hampir mati, putus asa karena tidak tertolong dengan metode medis saat itu,

Dr Hay mulai mencoba makan hanya makanan alami, (entah kenapa, beruntungnya) kondisinya

membaik, menciptakan program diet Hay kemudian hari dan menjadi seorang naturalis. Dia tidak

pernah menulis

Immunisation: The Reality behind the Myth,

tapi kutipan di atas adalah bagian

pidatonya di hadapan The Medical Freedom Society (komunitas pengobatan alternatif lain) pada

tanggal 25 Juni 1937 (3 tahun sebelum meninggal beneran, sudah tua bangeet, bayangkan baru

sampai di mana teknologi kita tahun itu) di Pocono, Pennsylvania. Anda dapat dengan mudah

mencari pidato epiknya yang mencantumkan quote yang dikopi di atas, pidato yang menjadi

semacam kitab suci bagi komunitas anti-vaksin dan pengobatan alternatif

9. “Rubella Vaccine in Susceptible Hospital Employees, Poor Physician Participation”

OMG, itu adalah kebohongan lain oleh komunitas anti vaksin! publikasi JAMA berjudul “Rubella

Vaccine in Susceptible Hospital Employees, Poor Physician Participation”, pada tahun 20 Februari

1981 diambil secara sangat parsial dan sangat didistorsi. Baca keseluruhan artikel asli penelitian

tersebut di PubMed pleaseeeee… anda pasti akan tertawa

(9)

Posting Lebih Baru Posting Lama Poskan Komentar

Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Diposkan oleh Bobby Susanto di Sabtu, Januari 19, 2013

tanggapan anda

Bobby Susanto

tapi artikel dan penelitiannya yang memperkuat dalil ngopi juga dari sana. Harus terbuka juga,

bagaimana bila ternyata para komunitas anti-vaksin tersebut justru yang berupaya melemahkan

bangsa kita, justru berkebalikan dengan yang selama ini anda pikirkan. Pertanyaannya kemudian

mudah, referensi sebenarnya gampang di cari, kalau memang ada bukti mari berdebat secara

ilmiah, jangan langsung percaya sama artikel yang darimana entah kemana tujuannya.

divine-music.info

Referensi

Dokumen terkait